Anda di halaman 1dari 24

Penyakit Lepra terhadap Keluarga

Stepvani 102015118

102015118

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Email : stepvanilohanatha1330@gmail.com

Abstrak
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan yang bermutu dan terjangkau sudah
sangat didambakan. Sehingga merupakan tugas profesi untuk mewujudkannya seoptimal mungkin agar
masyarakat tetap dan semakin percaya pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.. Secara klinis
dokter berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Permasalahan penyakit kusta ini bila
dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan adanya masalah psikososial
sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita.
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga memungkinkan
tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Kata kunci : pelayanan, lepra, masyarakat

Abstract
Community needs for quality and affordable education and health are highly coveted. So, this is
a big task for the community, so that people remain and believe in the health care system in
Indonesia. The problem of leprosy if reviewed in depth is a very complex problem and there are
psychosocial problems as a cause of the disease. In this situation citizens choose to suffer. An
infectious disease eradication program to prevent the onset of disease, a decrease in morbidity
and mortality rates and the prevention of further increases thus increasing public health
problems.
Keywords : service, leprosy, society
Kusta

Kusta (lepra) merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama,
lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat.3Penyakit ini endemis dibanyak negara di Asia, Afrika, Kepulauan Pasifik,
Amerika Latin, selatan Eropa, dan Timur Tengah. Deformitas yang terbentuk berlanjut setelah
infeksi menjadi inaktif dan pasiennya tidak lagi infeksius.1

Etiologi1

Organisme ini dapat ditemukan di jaringan menggunakan pewarnaan tahan asam yang
sudah di modifikasi (pewarnaan Fite-Faraco). Bakteri ini diidentifikasi di tahun 1873 oleh
Gerhard Henrik Armauer Hansen, tapi belum sukses dibiakkan secara in vitro.M.leprae
berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 μm x 0,5μm, tahan asam dan alcohol serta positif-
Gram.2M.leprae mempunyai siklus replikasi yang lambat: hanya membelah setiap 10-12 hari.
Organisme ini bereplikasi di bantalan kaki tikus, di tikus yang sudah ditimektomi, beberapa
jenis tikus lainnya, the nine-banded armadillo, dan di beberapa spesies primata selain
manusia.Analisa genetik sudah mengidentifikasi 4 subtipe M.leprae.

Epidemiologi1

Di Indonesia penderita anak-anak dibawah umur 14 tahun didapatkan kurang lebih


11,39%, tetapi anak di bawah umur 1 tahun jarang sekali. Saat ini usaha pencatatan penderita
dibawah usia 1 tahun penting dilakukan untuk dicari kemungkinan ada tidaknya kusta
kongenital. Frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 25-35 tahun.
Kusta terdapat dimana-mana terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan
subtropics, serta masyarakat yang social ekonominya rendah. Makin rendah social ekonomi,
makin berat penyakitnya, sebaliknya faktor social ekonomi tinggi sangat membantu
penyembuhan. Ada variasi reaksi terhadap infeksi M leprae yang mengakibatkan variasi
gambaran klinis (spectrum dan lain-lain) di pelbagai suku bangsa. Hal ini juga disebabkan oleh
faktor genetic yang berbeda. Penderita yang mengandung M.leprae jauh lebih banyak (sampai
1013 per gram jaringan) dibandingkan dengan penderita yang mengandung 107, daya
penularannya hanya tiga sampai sepuluh kali lebih besar.2
Transmisi

M.leprae dipercaya ditularkan melalui orang ke orang dengan kontak dekat.Tetapi, masih
diperdebatkan bagaimana transmisi yang sebenarnya terjadi.Hanya 15-30% pasien dengan gejala
klinik lepra yang hidup di area endemik mempunyai riwayat kontak dekat dengan orang dan
barang-barang rumah tangga orang yang terkena lepra.Bagaimanapun karena masa inkubasi yang
panjang dan indolen, pajanan ini sulit dikenali.

Kebalikannya dengan tuberkulosis, tempat primer infeksi di traktus respiratorius belum


pernah didokumentasikan.Akan tetapi banyak ahli percaya bahwa infeksi terbanyak ditularkan
melalui kontak dengan sekresi hidung.Akhir-akhir ini peneliti menggunakan PCR untuk
mengamplifikasi M.leprae, mengkonfirmasi kehadiran organisme di sekret hidung dan peralatan
rumah tangga kasus-kasus lepra.

Kebalikannya dengan penemuan ini, organisme tidak ditemukan di epidermis dari kulit
yang intak, walaupun dapat ditemukan di lesi ulserasi, biasanya jauh lebih rendah jumlahnya
daripada yang ditemukan di sekret hidung.Organisme ini juga ditemukan dalam konsentrasi
tinggi didalam darah pada kasus lepra dan di ASI pasien dengan penyakit aktif. Beberapa
peneliti berspekulasi bahwa M.leprae mungkin infeksius oleh kontak kulit
langsung.Kemunculan paling umum dari lesi inisial lepra pada kulit yang terekspos kadang di
ambil sebagai bukti untuk jalan masuk organisme.Bagaimanapun, karena organisme ini
diketahui tumbuh lebih baik pada kulit yang terekspos dan suhunya lebih rendah, dapat
mempengaruhi distribusi dari lesi pada kondisi tersebut.Ada beberapa laporan tentang inokulasi
M.leprae melalui injeksi tato dan BCG, yang mengarah pada gejala klinik lepra di tempat
inokulasi beberapa tahun kemudian.

Reservoir

M.leprae hidup dapat ditemukan dari serangga seperti nyamuk dan kutu busuk yang habis
menghisap darah dari pasien lepra, akan tetapi transmisi melalui serangga tidak penting.
Organisme juga bisa masuk melalui traktus digestivus, akan tetapi tidak ada bukti dari jalan
masuk ini yang sudah dipublikasikan.
Gejala Klinis2

Ridley dan Jopling memperkenalkan istilah spectrum determinate pada penyakit kusta
yang terdiri atas pelbagai tipe atau bentuk yaitu :

TT: Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil

Ti: Tuberkuloid indefinite

BT: Bordeline tuberkuloid

BB: Mid borderline

BL: Borderline lepromatous

Li: Lepromatosa indefinite

LL: Lepromatosa polar, bentuk yang stabil

Tipe I (indeterminate) tidak termasuk dalam spectrum.TT adalah tipe tuberculoid polar
yakni tuberkuloid 100%, merupakan tipe yang stabil, jadi tidak mungkin berubah tipe.Begitu
juga LL adalah tipe lepromatosa polar, yakni lepromatosa 100%, juga merupakan tipe yang
stabil yang tidak mungkin berubah lagi.Sedangkan tipe antara Ti dan Li disebut tipe borderline
atau campuran, berarti campuran antara tuberkuloid dan lepromatosa.BB adalah tipe campuran
yang terdiri atas 50% tuberculoid dan 50% lepromatosa. BT dan Ti lebih banyak
tuberkuloidnya, sedangkan BL dan Li lebih banyak lepromatosanya.Tipe-tipe campuran ini
adalah tipe yang labil, berarti dapat bebas beralih tipe, baik ke arah TT maupun kearah LL.

Table 1. Bagan Diagnosis Klinis menurut WHO (1995)

PB (TT, BT, I) MB (LL, BL, BB)


1. Lesi kulit (macula - 1-5 lesi - >5 lesi
datar, papul yang - Hipopigmentasi/eritema - Distribusi lebih
meniggi, nodus) - Distribusi tidak simetris simetris
- Hilangnya sensasi yang - Hilangnya sensasi
jelas kurang jelas
2. Kerusakan saraf - Hanya satu cabang saraf - Banyak cabang
(menyebabkan saraf
hilangnya sensasi
atau kelemahan
otot yang
dipersarafi oleh
saraf yang terkena)
Sumber: Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI,2010.h.77.

Penunjang Diagnosis

pemeriksaan bakterioskopik (kerokan jaringan kulit)


Pemeriksaan bakteriskopik digunakan untuk membantu diagnosis dan pengamatan
pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung
yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam (BTA), antara lain dengan ZIEHL-
NEELSEN. Bakterioskopik negatif pada penderita, bukan berarti orang tersebut tidak
mengandung kuman M.leprae.2

Pemeriksaan Histopatologik
Makrofag dalam jaringan yang berasal dari monosit di dalam darah ada yang mempunyai
nama khusus, antara lain sel kupffer dari hati, sel alveolar dari paru, sel glia dari otak dan yang
dari kulit disebut histiosit. Salah satu tugas makrofag adalah melakukan fagositosis. Kalau ada
kuman (M.leprae) masuk, akibatnya akan bergantung pada SIS orang itu. Apabila SIS-nya
tinggi, makrofag akan mampu memfagosit M.leprae. datangnya histiosit ke tempat kuman
disebakan oleh proses imunologik dengan adanya faktor kemotaktik. Kalau datangnya berlebihan
dan tidak ada lagi yang harus difagosit, makrofagakan berubah bentuk menjadi sel epiteloid yang
tidak dapat bergerak dan kemudian akan dapat berubah menjadi sel datia langhans. Adanya
massa epiteloid yang berlebihan dikelilingi oleh limfosit yang disebut tuberkel akan menjadi
penyebab utama kerusakan jaringan dan cacat. Pada penderita dengan SIS rendah atau lumpuh,
histiosit tidak dapat menhancurkan M.leprae yang sudah ada di dalamnya, bahkan dijadikan
tempat berkembangbiak dan disebut sel Virchow atau sel lepra atau sel busa dan sebagai alat
pengangkut penyebarluasan.2

Granuloma adalah akumulasi makrofag atau derivat-derivatnya.Gambaran histopatologik


tipe tuberkuloid adalah tuberkel dan kerusakan sarafnya lebih nyata, tidak ada kuman atau hanya
sedikit dan non solid.Pada tipe lepromatosa terdapat kelim sunyi subepidermal (subepidermal
clear zone), yaitu suatu daerah langsung dibawah epidermis yang jaringannya tidak
patologik.Didapati sel Virchow dengan banyak kuman.Pada tipe borderline terdapat unsur-unsur
campuran tersebut.2

Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan serologik kusta didasarkan atas terbentuknya antibody pada tubuh seseorang
yang terinfeksi oleh M.leprae. Antibody yang terbentuk dapat bersifat spesifik terhadap
M.leprae yaitu antibody anti phenolic glycolipid-1 (PGL-1) dan antibody antiprotein 16 kD serta
35 kD.2

Manusia yang infeksius hampir pasti merupakan satu-satunya reservoir M.leprae untuk
infeksi manusia.Bagaimanapun ada laporan tentang isolasi dari mycobacteria yang menyerupai
M.lepraedari beberapa unsur alam, termasuk tanah, lumut, dan duri; dan juga infeksi lepra
endemik pada armadillo liar.

Pengobatan
1.Tujuan Pengobatan adalah ;
a.Memutus mata rantai penularan .
b.Menyembuhkan penyakit Penderita .
c).Mencegah Terjadinya cacat.3
2.Regimen Pengobatan MDT(Multi Drug Therapie).
WHO merekomendasikan pengobatan kusta dengan menggunakan regimen
MDT Yaitu :
a.Penderita Pauci Baciler ( PB ) lesi 2-5 Dewasa.
Pengobatan bulanan: hari pertama (dosis yang diminum didepan petugas ).
1). Satu capsul Rifampicin @300 mg ( 600 mg ).
2). Satu tab Dapson /DDs 100 mg .
Pengobatan harian : hari ke 2-28 (1 tab dapsone /DDS 100 mg 1 blister untuk satu bulan) lama
pengobatan : 6 blister diminum selama 6-9 bulan .
b.Penderita Multi-Basiler ( MB ) Dewasa
Pengobatan bulanan :hari pertama (dosis yang diminum didepan petugas ).
1). Tiga capsul Rifampicin @300 mg ( 600 ).
2).Tiga Tablet Lampren @100 mg ( 300 ).
3). Satu tablet Dapsone @100 mg .
Pengobatan harian : hari ke 2-28 ( 1 tablet Lamprene 50 mg, 1 tablet Dapsone
/DDS 100 mg ) 1 blister untuk satu bulan lama pengobatan : 12 blister diminum
selama 12-18 bulan.3
3. Dosis MDT menurut Umur, lihat Bagan sebagai berikut :
Type PB
Jenis obat < 5 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn Keterangan
Rifampisin Berdasarkan 300mg/bl 450mg/bl 600 mg/bl Minum depan
berat badan petugas
25 mg/bl 50 mg/bl 100 mg/bl Minum depan
petugas
DDS 25 mg/bl 50 mg/bl 100 mg/bl Minum dirumah

Type MB
Jenis obat < 5 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn Keterangan
Rifampisin Berdasarkan 300mg/bl 450mg/bl 600 mg/bl Minum depan
berat badan petugas
25 mg/bl 50 mg/bl 100 mg/bl Minum depan
petugas
DDS 25 mg/bl 50 mg/bl 100 mg/bl Minum dirumah
Clofazimin 100 mg/bl 150 mg/bl 300 mg/bl Minum depan
petugas
50 mg 2x 50mg/2hr 50 mg/hr Minum di
seminggu rumah

Dokter Keluarga

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang


memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga
tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian
dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya (IDI 1982).4

Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran
tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat
dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (IDI 1983).
Karakteristik pelayanan dokter keluarga antara lain:4,5

a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan sebagai
anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakatsekitarnya.
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian
kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan
keluhan yang disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati
penyakit sedini mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
5 Levels of preventions
Usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum
sakit dan pada masa sakit. Leavell dan clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the doctor
in his community”7
Usaha-usaha pencegahan itu adalah : 6,7
A. Masa sebelum sakit
1. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion)
2. Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific protection).
B. Pada masa sakit
3. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal, serta mengadakan pengobatan yang
tepat dan segera. (Early diagnosis and treatment).
4. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja
yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability limitation).
5. Rehabilitasi (Rehabilitation).

Untuk penyakit kusta, materi penyuluhan (Health promotion) meliputi :8


1. Pengertian yang tepat dan benar mengenai penyakit kusta :
 Penyakit kusta tidaklah sangat menular
 Penyakit kusta dapat disembuhkan dengan berobat teratur9
 Penderita kusta adalah anggota masyarakat yang kebetulan menderita sakit
 Penyakit kusta adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman kusta dan bukan
karena kutukan Tuhan dan bukan penyakit keturunan atau karena ilmu gaib (black
magic).
2. Kepada penderita kusta diberikan penjelasan tentang penyakit kusta, sehingga penderita mau
berobat secara teratur, mencegah komplikasi – komplikasinya (kecacatan) dan
menghilangkan rasa rendah diri di dalam jiwa penderita itu.
3. Kepada keluarga penderita diberikan penjelasan tentang penyakit kusta sehingga penderita
kusta dapat diterima secara baik di dalam keluarganya dan membantu untuk pengawasan
pengobatan, memeriksakan dirinya dan mampu unutk memelihara kesehatan di dalam
keluarga tersebut.
4. Kepada masyarakat diberikan penjelasan tentang penyakit kusta sehingga dapat membantu
pengawasan pengobatan, melaporkan kasus – kasus yang dicurigai, menerima penderita
kusta di lingkungannya dan membantu petugas puskesmas.
5. Kepada petugas kesehatan diberikan pengetahuan tentang penyakit kusta sehingga dapat
melaksanakan program pemberantasan penyakit kusta dengan baik.
Pencatatan dan pelaporan semua kasus dan kegiatan yang dilaksanakan dilaporkan sesuai
dengan pedoman pelaporan yang berlaku.
Rehabilitasi
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka perlu diadakan rehabilitasi paripurna yang
meliputi fisik, mental, sosial dan vokasional secara terpadu, yang mempunyai tujuan pokok
sebagai berikut:
1. Terhadap penderita:
Mencegah cacat atau melakukan sesuatu untuk meringankan cacat dan mengusahakan agar
kemampuan yang ada pada suatu tingkat yang seoptimal mungkin. Meningkatkan kembali sikap
mental penderita sehingga dapat menerima kenyataan dirinya sakit kusta, serta berani
menghadapi tantangan hidup di dalam masyarakat dengan cara yang baik dan benar.
2. Terhadap masyarakat:
Agar masyarakat dapat menerima penderita kusta diantara mereka, sebagaimana layaknya
penyakit yang lain, hal ini mempunyai dampak meringankan beban pemerintah. Agar penderita
kusta dapat diterima dan diperlakukan oleh masyarakat secara wajar dengan hak yang sama
dengan orang sehat.
Rehabilitasi ini berupaya agar penderita, keluarga dan masyarakat sekitar ikut secara
bersama-sama membantu penderita agar dapat hidup mandiri. Jalan menuju terwujudnya konsep
ini masih jauh di depan. Namun kita harus tetap optimis bahwa masalah kusta dapat diatasi di
masa mendatang apabila penderita dan masyarakat sendiri mau bekerja sama dengan penuh
tanggung jawab, sehingga terciptalah iklim yang baik untuk rehabilitasi secara paripurna bagi
penderita kusta. Akhirnya semua elemen masyarakat dapat hidup berdampingan tanpa
diskriminasi yang ditimbulkan oleh penyakit kusta
Rumah Sehat
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan
setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian,
namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan
keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah
mewah dan besar, namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak
dihuni. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga
memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Rumah
menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah
keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari
gaya hidup manusia. Kesehatan adalah faktor utama sebagai parameter penilaian kelayakan
sebuah hunian, sebelum faktor bentuk dan gaya arsitektur dari sebuah rumah. Ada yang
mengatakan bahwa rumah adalah tujuan akhir manusia. Penilaian terhadap rumah sebagai tujuan
akhir dari manusia ini tentunya sangat dipengaruhi oleh kesehatan. Rumah yang sehat akan
mampu mendukung kesehatan penghuninya, begitulah hubungannya. Dikarenakan manusia
adalah makhluk biopsikososial, rumah yang sehat harus mampu memenuhi kebutuhan manusia
tersebut. Seluruh fungsi dari rumah sehat haruslah berjalan semestinya. Berikut akan kita bahas
bagaimana syarat – syarat rumah yang menjadikan kesehatan penghuninya terdukung. Kita akan
melihatnya dari segi fisiologis (bio/fisik), psikologis, dan sosiologis.10,11
Fisiologis
Sebuah rumah tentunya harus memiiki manfaat bagi penghuninya. Hal pertama yang
harus dilindungi adalah dari segi fisik, baik melindungi penghuni dari kecelakaan maupun
penyakit yang mengganggu kesehatannya. Sekarang marilah kita lihat syarat rumah yang harus
meningkatkan kesehatan fisik penguninya. Kita akan melihatnya dari 4 sisi, yaitu bangunan
rumah itu, ruangan rumah, ekologinya (lingkungan), dan fasilitas yang ada di rumah itu. 10,11
1. Bangunan
Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan macam -
macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru. Keadaan tersebut
memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan guna
mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru juga ditandai dengan
kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika bangunan. Membangun berarti suatu usaha
untuk menghemat energi dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut
para ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang
teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan
yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan pandangan
pembangunan yang menyeluruh. Ilmu bahan bangunan biasanya menggolongkan bahan
bangunan seperti tabel berikut. 10,11
Tabel 1. Penggolongan Bahan Bangunan11
Golongan Bahan bangunan Contoh bahan
Bahan bangunan alam Anorganik: batu alam, tanah liat, Batu kali, kerikil, pasir, kapur, tras
tras, dsb.
Organik; kayu, bambu, dedaunan, Bermacam – macam kayu bambu,
serat, rumput, dsb. rumbia, jiuk, alang – alang
Bahan bangunan buatan Bahan yang dibakar Batu merah, genting
Bahan yang dilebur Kaca
Bahan yang dikempa/diperes Conblock, batako
Bahan kimia dan petrokimia Plastik, bitumen, kertas, cat
Bahan bangunan logam Logam mulia Emas, perak
Logam setengah mulia Air raksa, nikel, kobalt
Logam besi Besi, baja
Logam non - besi Aluminium, kuningan, perunggu
Bahan bangunan alam yang tradisional seperti batu alam, kayu, bambu, tanah liat, dan
sebagainya tidak mengandung zat kimia yang mengganggu kesehatan. Lain halnya dengan
bahan bangunan modern seperti tegel keramik, pipa plastik, cat-cat yang beraneka macam
warnanya, perekat, dan sebagainya.
Selain itu, bahan untuk pembuatan bangunan tidak boleh terbuat dari bahan yang
dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain: debu total tidak
lebih dari 150 µg m3, asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, timah hitam tidak
melebihi 300 mg/kg. Bangunan juga tidak boleh terbuat dari bahan yang dapat menjadi
tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.
Selain bangunan tidak boleh menimbulkan zat – zat berbahaya bagi tubuh, pembuatan
bangunan juga harus kokoh sehingga mampu melindungi penghuninya dari kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, posisi garis sempadan
jalan, kontruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, melindungi dari gempa, tidak
cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir, dan lain sebagainya. Tentu saja manfaat
bangunan juga harus dapat melindungi penghuni dari hujan, panas, dingin, pencemaran udara,
kebisingan, dan penyakit menular. Bangunan harus bisa menjadi tempat berlindung yang
aman.
Sedikit informasi untuk atap, atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah
perkotaan maupun di pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis
juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri.
Namun demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka atap daun
rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan, walaupun sebenarnya tidak memenuhi
syarat secara penuh. Pembuatan atap dengan atap rumbai dan daun kelapa harus dapat
melindungi dengan baik, jadi buatlah secara tebal, tertata rapi, dan baik. Atap seng maupun
asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di
dalam rumah.
Bahan dinding bangunanpun haruslah yang mampu mengalirkan uap air. Makin kecil
pori-pori bahan bangunan makin besar daya mengisap air, dan makin besar pori-pori makin
mudah dapat diisi dengan air. Hal ini berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan bangunan
melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh tekanan angin (misalnya pada tepi
dinding atau atap yang terekena angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding
atau kelembapan tanah yang tidak kedap air). Bahan bangunan yang higroskopis (misalnya
batu merah) kadang-kadang dapat mengikat banyak air. Air yang ada di dinding ini harus
mudah menguap. Kelebihan kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan
menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan penghuni
karena mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.

2. Ruang
Selain bangunan yang harus dapat melindungi, ruangan di dalam rumah harus dapat
mencegah penularan penyakit dan mendukung kesehatan penghuninya. Kita akan melihat
syarat ruang yang baik dimulai dari komponen, kemudian ventilasi, pencahayaan, luas
bangunan rumah, dan tata ruangnya. 10,11
a. Komponen
Komponen rumah yang mudah untuk dirawat sangatlah penting. Sebab, semakin
sering dan mudah kita merawat dan membersihkannya, maka sumber penyakit tidak akan
ada di rumah itu. Untuk lantai, saat ini ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari
semen atau ubin, keramik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting
disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan.
Lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai yang basah dan berdebu
merupakan sarang penyakit. Selain lantai, dinding dan langit – langit serta ruang dapur
juga harus diperhatikan. Dinding di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan
mudah dibersihkan. Langit – langit harus mudah dibersihkan dan komponennya kuat
sehingga tidak rawan kecelakaan. Sedangkan ruang dapur harus memiliki sarana
pembuangan asap karena dapur menghasilkan asap pembakaran dari proses memasak.
b. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun
bagi penghuninya menjadi meningkat. Namun, perhatikan bahwa udara yang masuk ke
dalam rumah tidaklah berasal dari tempat pembuangan dan pembakaran limbah serta
kamar mandi/WC.
Kurangnya ventilasi juga akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan
naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab
penyakit). Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi aliran udara yang
terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya
adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humidity)
yang optimum. Luas ventilasi alamiah yang permanen minimal haruslah 10% dari luas
lantai.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
 Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara
alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan
sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan karena juga
merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu
harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
 Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan
udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini
tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem
pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus
mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
c. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya
matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk
hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di
dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakkan mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
 Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh
bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah
yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan
masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang
terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela
diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak
terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini disamping sebagai ventilasi juga
sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan
diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
 Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu
minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
d. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas
bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
perjubelan (overcrowded). Hal ini berdampak kurang baik terhadap kesehaan
penghuninya, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah
satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain.
e. Tata ruang
Untuk mendapatkan ruang yang baik, diperlukan kesatuan bagian – bagian dalam
ruang. Kesatuan ini dapat diperoleh dengan pengaturan yang baik dan pandangan yang
serasi. Kegunaan suatu susunan harus merupakan kesatuan harmonis dengan tuntutan tata
ruang yang sesuai dan juga tidak membahayakan keselamatan seseorang. Susunan suatu
ruang pertama – tama harus sesuai tujuannya. Maksudnya adalah bahwa penggunaan dan
penyusunan perabot ditentukan oleh kebutuhan hidup penghuninya. Untuk itu, harus
diperhatikan keselarasan antara perabot – perabot, ruang gerak, dan ruang pemersatu.
Misalnya, di dalam kamar tidur, ada pisau atau gunting yang digantung. Hal ini tentunya
sangat membahayakan si pengguna kamar tidur. Fungsi perabotan ini tidaklah selaras
dengan fungsi ruang tidur. Akan lebih baik bila perabotan itu diletakkan di ruang dapur,
dan mengambilnya ketika diperlukan saja. Bayangkan bila ada anak kecil yang bermain
ke kamarnya dan ada pisau atau gunting yang bisa dimainkannya.
Peletakkan ruang juga harus diperhatikan. Jangan mendekatkan ruang yang tertutup,
dapur, atau ruang makan dengan ruang yang bersumber penyakit. Hal ini akan
memungkinkan si penghuni rentan akan terjangkitnya penyakit. Bayangkan apabila
kamar mandi atau tempat pembuangan sampah tepat di sebelah ruang makan. Bakteri –
bakteri atau virus yang berasal dari WC akan dengan mudahnya mencemari makanan
yang akan kita makan, baik melalui udara maupun melalui binatang, yang kemudian akan
membuat tubuh kita terjangkit penyakit tersebut. Apabila di dekat ruang tertutup, bakteri
akan hidup tenteram berkembang biak dan menjadi sumber penyakit.
3. Ekologis
Pembangunan rumah juga harus mempertimbangkan masalah ekologisnya. Rumah yang
dibangun harus memiliki sumber air bersih di dekatnya, memiliki penghijauan di sekitar
rumahnya, tidak terlalu jauh dari pusat pendidikan, pasar, telah terjangkau jaringan listrik
PLN, dan tempat – tempat sumber kebutuhan pokok manusia lainnya.
Lingkungan sekitar rumah juga harus bersih, tidak dekat tempat pembuangan
kotoran/sampah, dan hal – hal merugikan lainnya. 10,11

4. Fasilitas
Tentu selain ketiga hal di atas, fasilitas merupakan hal penting yang mendukung
kesehatan penghuninya. Namun, fasiitas yang dipakai dan cara penggunaannya juga harus
benar. Yang terpenting adalah penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan
sampah, dan penyediaan listrik. Ada pula fasiitas tambahan lainnya seperti kandang ternak
dan fasilitas – fasilitas untuk alat rumah tangga. Berikut penjelasannya.
Pada dasarnya setiap rumah harus disediakan air minum dan memenuhi persyaratan.
Berkenaan dengan itu maka air yang akan dipergunakan untuk air minum agar dimintakan
rekomendasi dari PDAM atau instansinya yang berwenang. Pengambilan contoh air
hendaknya dilakukan oleh instansi yang menyelidiki kualitas airnya bukan oleh pihak
developer, dan keterangan ini harus tercantum dalam surat statement yang mereka terbitkan.
Untuk menyediakan air minum dengan jumlah yang cukup, dapat diambil sumber dari :
Sumur Pantek/Gali, sumur artesis, PDAM/PAM, mata air, penyaringan dari air-air
sungai/rawa dsb. 10,11
a. Sumur Pantek/Gali
- Dalam hal penyediaan air minum/air bersih diambil dari sumur pantek/gali, maka untuk
setiap sumur gali/pantek, hanya diperbolehkan mensupply maksimum 4 (empat) unit
rumah.
- Dalam pipa/sumur gali harus dibuat sedemikian rupa sehingga sumur tersebut selalu dapat
menyediakan air dengan jumlah yang cukup, walau-pun pada musim kemarau (tinggi air
minimal 2 m)
- Jarak sumur pantek/gali terhadap pembuangan air kotor biasa, lebih-lebih septic tank harus
lebih besar dari 8 m). Untuk sumur gali jarak tersebut agar diambil/diukur dari dinding
sumur ke dinding bagian luar septic tank.
- Pemeriksaan mutu air, cukup dilakukan satu sumur saja pada lokasi yang diperkirakan
terjelek.
b. Sumur Artesis
- Debit air harus dapat mensupply kebutuhan setiap penghuni rumah dengan cukup. Tersedia
sentral/pusat reservoir dengan ketinggian yang cukup (≥4m dari kran rumah yang
tertinggi) dan volume minimal 20% dari kebutuhan untuk air bersih seluruh rumah per hari
dari rumah-rumah yang disupply oleh sumur tersebut. Bak reservoir air ini
direncanakan/dihitung oleh tenaga ahli (konstruktur) agar aman dan kuat.
- Lokasi sumur artesis inipun harus jauh dari lokasi pembuangan air kotor (≥ 25 m).
c. PDAM (PAM) Mengenai kualitas air dan debitnya sudah diatur oleh PAM. Rumah yang
dianggap telah tersedia air PAM dengan baik yaitu bila penyambungan pipa beserta
meterannya telah terpasang. Konstruksi bangunan air maupun jaringan distribusinya
supaya dibenarkan oleh persyaratan untuk air minum. Untuk keperluan tersebut perlu
adanya testing secara periodik terhadap alat penyaring maupun hasil air yang telah
disaring. Debit airnya harus mampu untuk didistribusikan ke seluruh rumah dengan baik,
maka persyaratan bak reservoir seperti pada sumur artesis harus tetap dipenuhi. Tiap rumah
agar dipasang meteran air, dan jaringan instalasi distribusinya harus dilegalisir oleh PAM
setempat.
Air limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, dan pembuangan lainnya tidak
boleh dibuang langsung pada saluran yang sama. Masing – masing limbah ini harus dibuang
dengan saluran tersendiri, dan hasil pembuangan ini harus ditampung dalam sebuah bak yang
disebut septic tank. Perencanaan saluran juga harus tepat agar saluran tidak tersumbat. Septic
tank haruslah terbuat dari bahan yang tidak tembus air agar limbah tidak mencemari
lingkungan. Selain itu, jarak septic tank dengan sumur penyerapan adalah minimal 9-10 meter
agar sumur tidak tercemar.
Jaringan listrik, bila penyambungan listrik tidak termasuk dalam KPR BTN maka
tanah untuk lokasi trafo harus disediakan dengan luas yang mencukupi. Jaringan listrik
sangatlah penting sebagai sumber energi pendukung aktivitas manusia. Ingat juga untuk
bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal
petir.
Untuk pembuangan sampah Setiap rumah harus disediakan atau dilengkapi dengan
tempat pengumpulan sampah. Volume bak sampah minimal 100 liter. Apabila memakai
drum/tong yang dapat ditumpahkan, volume minimumnya dapat diambil 50 liter.
Di samping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri
untuk rumah pedesaan adalah kandang ternak. Oleh karena ternak adalah merupakan bagian
hidup para petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak
sehat karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya, demi
kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal atau dibuatkan kandang tersendiri.
Fasilitas lainnya adalah perabotan rumah tangga. Setiap rumah seharusnya memiliki
beberapa ruangan dimana ruangan itu memiliki perabotan yang menjadi standar minimumnya
hingga ruang itu memiliki suatu nama tersendiri. Berikut adalah macam ruangan dan standar
minimum perabotannya: 10,11
1) Ruang duduk/keluarga: kursi duduk, sofa, meja.
2) Ruang makan: kursi makan, meja makan, lemari makan.
3) Ruang tidur : tempat tidur, lemari pakaian (ruang tidur orangtua dan anak lebih baik
dipisahkan).
4) Ruang kerja : meja tulis dan kursi.
8) Ruang tamu/makan: meja makan, kursi makan,kursi tamu,meja tamu lemari pendek.
9) Ruang dapur:
- Alat dapur: meja ranik, almari, pisau, sendok, garpu, piring
- Memasak : bahan bakar kayu, minyak, arang, alat pembakar (tungku, kompor, anglo), alat
memasak (wajan, sendok pengaduk, panci, teko)
- Mencuci : bak cuci, sikat, lap, sabun
Apabila tidak ada ventilasi bisa diberi alat sirkulasi udara, misalnya exhaust fan.
10) Ruang mandi dan kakus: bak air, pelat jongkok, gantungan pakaian/handuk, tempat sabun
mandi.
11) Ruang Cuci/Kerja Seterika: bak cuci (ember), papan cuci, rak/lemari.8
Psikologis dan Sosiologis
Selain rumah dapat memberikan kesehatan secara fisik (bio), rumah juga dapat
memberikan kesehatan penghuninya secara psikologis dan sosiologis. Rumah yang sehat secara
psikologis dan sosiologis adalah rumah yang baik menurut kaidah perilaku dalam arsitektur,
dapat meningkatkan perasaan psikologis manusia, aman, nyaman, dan selaras dengan
lingkungan, serta mampu meningkatkan kemampuan sosialiasi manusia itu sendiri. Apabila
psikis dan sosialisasinya terganggu, maka aktivitas dan produktivitasnya pun ikut terganggu.
Psikologis dan sosiologis ini juga dipengaruhi oleh 4 faktor yang sama seperti fisiologis, yaitu
sebagai berikut. 10,11
1. Bangunan
Bangunan yang telah dibuat dengan kokoh dan sesuai persyaratan, akan memunculkan
rasa nyaman dan aman bagi penghuninya. Bayangkan bila bangunan mudah roboh atau
sangat mudah terbakar. Si penghuni akan merasa was – was bila cuaca sedang buruk.
Kemudian bila bangunan mudah bocor juga akan membuat penghuninya khawatir bila ada
hujan deras. Apalagi bila sedang tidur, maka mereka akan terpaksa bangun dan
membereskan kekacauan akibat bocor tersebut. Apabila bahan bangunan itu menghasilkan
zat- zat berbahaya atau berpotensi menimbulkan penyakit pada penghuninya, secara psikis
mereka juga akan merasa takut dan tidak aman hidupnya. Semua orang tentu tidak ingin
sakit. Dengan keadaan rumah yang seperti ini, mereka akan merasa malu dan tidak percaya
diri untuk memperlihatkan rumah mereka pada tamu yang datang. Hal ini tentu akan
mengganggu sosialisasinya juga secara tidak langsung.
2. Ruang
Adanya pembagian ruang yang berjalan sesuai fungsinya dapat mempengaruhi psikis
dan sosialisasi seseorang. Hubungan antar – ruang untuk ruang – ruang pribadi (privat) dan
ruang bersama (publik); antara kamar orang tua dan kamar anak; antara daerah gerak, kerja,
suasana ramai, dan tenang harus diselaraskan dengan baik. Peletakkan tata ruang yang baik
juga berpengaruh. Misalnya di depan jendela ruang kamar menghadap dapur atau tempat
cuci baju, maka hal itu akan membuat pemandangan mata merasa jenuh dan tidak
menyenangkan. Sebaliknya apabila di depan jendela kamar tidur terlihat langsung
taman/kebun rumah, maka perasaan orang itu akan lebih nyaman dan damai. Luas ruangan
yang terlalu kecil untuk keluarga beraktivitas juga membuat mereka menjadi tidak nyaman.
Pencahayaan dan ventilasi yang kurang akan membuat keluarga malas beraktivitas karena
keadaan yang tidak mendukung sekaligus tidak juga merasa nyaman. Begitu pula dengan
komponen ruangan yang tidak mendukung, misalnya dinding atau lantai yang menyerap air.
Hal itu membuat jijik dan terlihat kotor.
3. Ekologis
Banyak orang masih melihat kualitas rumah sebagai faktor utama pemilihan rumah.
Namun, penelitian membuktikan bahwa tuntutan mutu lingkungan akan menjadi
pertimbangan utama sebelum pemikiran kualitas rumah. Keterangan tentang kelengkapan
fasilitas umum menjadi penting bagi kredibilitas suatu perumahan dan menjadi patokan
masyarakat dalam menentukan rumah untuk dihuni. Kualitas perumahan yang penting untuk
suatu daerah permukiman bukan hanya penampilan visual alam sekitarnya, melainkan juga
fasilitas umum seperti ruang bermain anak, sekolah, taman kanak – kanak, tempat belanja
yang dekat, hubungan lalu – lintas yang baik, fasilitas kesehatan, kemungkinan untuk
mengadakan kontak sosial melalui sarana rekreasi, adanya daerah hijau tempat wisata, dan
lain – lain yang dapat meningkatkan rasa kenyamanan si penghuni rumah untuk tinggal di
daerah situ. Dengan hal seperti itu, kebutuhan untuk bersosialisasi dan rasa nyaman serta
aman menjadi terpenuhi.
4. Fasilitas
Keadaan rumah yang tidak memiliki sumber air bersih yang dekat akan membuat
mereka merasa malas untuk beraktivitas, karena nantinya akan kotor dan jauh lagi untuk
membersihkan tubuh. Dan apabila tubuh kotor namun jarang membersihkan karena sumber
air bersih yang sulit terjangkau, orang – orang akan menghindari kita untuk bersosialisasi
karena tubuh kita yang berbau tidak sedap dan kotor.
Tidak adanya listrik di perumahan akan melambankan produktivitas karena tidak
adanya energi pendukung dan pencahayaan, terutama saat malam hari. Seharusnya mereka
masih bisa beraktivitas saat malam hari pula. Mesin – mesin yang dipakai untuk bekerja pun
menjadi tidak berfungsi apabila listrik tidak ada. Kemudian apabila rumah tidak memiliki
tempat pembuangan sampah, maka keadaan rumah akan semakin kotor dan berantakan. Bila
pembuangan sampah ke luar rumah secara sembarangan, lingkungan akan menjadi kotor.
Pemandangan yang kotor akan mengurangi pandangan mata. Bila sampah sudah timbul bau
tidak sedap, maka orang akan malas beraktivitas di luar rumah. Begitu pula halnya dengan
kekurangan fasilitas – fasilitas lainnya di dalam rumah, termasuk perabotan rumah tangga
yang menjadi standar minimum walaupun pengaruhnya tidak terlalu besar.

Perilaku Manusia
Perilaku baik yang dilakukan penghuni di rumah agar rumah tersebut menjadi sehat
sangat banyak, antara lain 1.) lakukan pembersihan terhadap barang – barang yang sudah tidak
terpakai secara berkala. Apabila debu dan kotoran sudah tersingkirkan serta barang – barang
tersusun sebagaimana mestinya maka ruangan akan terasa lebih luas dan nyaman, 2.)
pembersihan rutin diperlukan di areal dapur, lantai, dan sudut – sudut ruangan yang sering
berdebu ataupun ada sarang laba – laba, 3.) membersihkan kamar mandi dan jamban/WC, 4.)
menyapu halaman untuk membersihkan sampah agar tidak menjadi sumber penyakit dan
kecelakaan, 5.) menguras dan menyikat kamar mandi agar bersih dan tidak menjadi tempat
bertelur nyamuk, 6.) membuang sampah di tempat sampah yang tertutup agar tidak dapat
dihinggapi lalat, kecoa, tikus maupun hewan lainnya sebagai pembawa penyakit. Apabila buang
sampah sembarangan di luar rumah, akan merusak lingkungan, dan dampaknyaakan sangat
terasa ketika musim hujan dan banjir, 7.) membuka jendela diwaktu pagi sampai sore hari agar
udara bersih dan segar masuk ke dalam rumah akan mengurangi terjadinya sakit pernapasan, 8.)
tidur dengan menggunakan kelambu dapat menghindari gigitan nyamuk sehingga dapat terhindar
dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, 9.) memasang kawat kasa nyamuk pada lubang
angin atau ventilasi untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah, 10.) menjemur kasur
dapat membunuh kuman yang menempel di kasur dan mengusir atau mencegah bersarangnya
kutu busuk, 11.) menyimpan makanan dan minuman ditempat tertutup dapat mencegah
masuknya kotoran debu ke dalam makanan serta mencegah datangnya serangga seperti lalat dan
kecoa serta tikus untuk hinggap atau makan makanan yang disimpan, 12.) buang air besar dan
kencing di jamban/WC akan mengurangi bau dan menghindari penularan penyakit diare atau
mencret, 13.) tidak merokok dalam rumah, 14.) dan lain-lain. 10,11

Gambar 4. Orang – orang yang Membersikan Rumah10

Setelah membersihkan rumah seperti di atas, menjadikan orang yang berada di dalamnya
terasa nyaman dan senang untuk beraktivitas, hal ini akan membuat produktivitas orang tersebut
meningkat. Dengan meningkatnya produktivitas, tingkat ekonomi dan kesehatan seseorang
meningkat (banyak bergerak dan berpikir). Dengan meningkatnya ekonomi seseorang, maka
kesehatan orang itupun dapat ditingkatkan lagi, dan begitu seterusnya.
Untuk menjadikan rumah sehat namun tingkat ekonominya tidak mendukung, jangan
berkecil hati, karena tahap terpenting adalah kemauan untuk menjadikan diri sehat. Jadilah orang
yang berperilaku sehat terhadap rumah dan lingkungan sekitarnya. Apabila setiap orang
berperilaku sehat, maka lambat laun lingkungan dan perumahan akan semakin sehat yang akan
meningkatkan produktivitas setiap orang. Dengan begitu, selain rumah menjadi sehat, masalah
ekonomi akan dengan sendirinya terbantu. Misalnya, rumahnya kecil sehingga meja makan
terpaksa berada di sebelah kamar mandi. Apabila si penghuni sangat rajin membersihkan kamar
mandinya, dan menutupnya ketika tidak sedang dipakai, maka makanan di meja makan tidak
akan terlalu bermasalah. Jadi semua itu dapat kita mulai dengan perilaku, tidak sepenuhnya
terpaku dengan ekonomi. 10,11
Kesimpulan

Sehat atau bebas dari penyakit merupakan keinginan dari setiap individu, keluarga, dan
masyarakat. Dalam mewujudkan kondisi sehat tersebut, ada pelayanan kesehatan yang
disediakan, yaitu pelayanan kesehatan kedokteran dan pelayanan kesehatan kedokteran.
Pelayanan yang diberikan dapat berupa promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dalam kasus lepra yang terjadi pada kasus, ada beberapa hal yang harus dilakukan
sebagai seorang dokter keluarga, antara lain melakukan pendekatan epidemiologi secara
langsung, melakukan pengobatan, dan melakukan promosi kesehatan mengenai lepra
pada keluarga pasien.

Daftar Pustaka

1. Nelson KE. Leprosy. In: Maxcy-Rosenau. Last public health & preventive medicine. 15th
ed. USA: the McGraw-hill Companies, 2008.p. 258-63.
2. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI, 2010.h.73-88.
3. Arias KM, Harkavy LM. Program surveilans rutin untuk fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam Aris KM. Investigasi dan pengendalian wabah di fasilitas pelayanan kesehatan.
Jakarta: EGC, 2010.h.25-54.
4. Azwar, Azrul. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Yayasan
Penerbitan IDI, 1995.
5. Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Binarupa Aksara, 1995.
6. Danasari. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta. 2008. Hal : 32-38
7. Puskesmas Sukorejo Kabupaten Pacitan. Jangan ada kusta di antara kita. 16 Mei 2011.
Diunduh dari http://puskesmassukorejono1.wordpress.com/2011/05/16/jangan-ada-kusta-
diantara-kita/. 13 July 2019.
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman kerja puskesmas jilid III. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI, 1991.h.G-58.
9. Daili ESS, Menaldi SL, Ismiarto SP, Nilasari H. Kusta. Jakarta: FKUI; 2013.h.1-127.
10. Ismaya B. Agar ruang berkesan luas. Jakarta: Penebar Swadaya; 2017.h.9-13.
11. Wicaksono AA. Kreasi, tipe, dan solusi menciptakan rumah sehat. Jakarta: Penebar
Swadaya; 2009.h.2-22.
12. Daili ES, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta:
MedicalMultimedia, 2009; 68-9.15.
13. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta: 2015 Hal : 128-135

Anda mungkin juga menyukai