Stepvani 102015118/D4
Pendahuluan
Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular menjadi masalah kesehatan masyarakat
karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap
anggaran biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi,
pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi bahkan internasional
yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya.Diare adalah penyakit yang pada
umumnya memiliki prognosis baik, namun jika tidak ditangani dengan baik dan dideteksi secara
dini, kemungkinan terjadinya KLB semakin besar. Dengan melakukan penyelidikan
epidemiologi, kita dapat mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, melaporkan hasil data
cakupan program pelayanan kesehatan.1
1. Sporadic : penyakit yang dalam kurun waktu 1 tahun tidak muncul, mendadak
muncul
2. Endemic : penyakit yang muncul sepanjang tahun dengan angka kejadian menetap
3. Epidemic : penyakit yang pada suatu waktu mendadak mengalami peningkatan
angka
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) mengacu padaKeputusan Dirjen PPM&PLP No.
451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan
KLB.Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa bila terdapat unsur:2
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan > 2 kali dibandingkan
angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 % atau
lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan > 2
kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus, seperti kolera dan DHF/DSS: 1) Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis); 2) Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita, seperti keracunan makanan dan
keracunan pestisida.
Penyelidikan Epidemiologi
Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari distribusi kejadian kesakitan dan
kematian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kejadiannya pada kelompok dan
masyarakat.3Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu
kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui
pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan
rekomendasi dalam bentuk laporan. Pengertian istilah-istilah dalam penyelidikan epidemiologi
KLB, antara lain:
1. Infektifitas
Adalah kemampuan unsur penyebab masuk dan berkembang biak, dapat dianggap
dengan menghitung jumlah minimal dari unsur penyebab untuk menimbulkan infeksi
terhadap 50% pejamu spesies sama. Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan,
sumber penularan, serta faktor pejamu seperti umur, sex dll.
2. Patogenesitas
Adalahkemampuan yang dimiliki oleh bibit penyakit untuk membuat orang
menjadi sakit, atau untuk membuat sekelompok penduduk yang terinfeksi menjadi
sakit.4Patogenesitas sangat dipengaruhi oleh infektivitas, sehingga penghitungannya
mengunakan formulasi yang sama dengan infektifitas (patogenesitas=infektifitas).
Dengan tingkatan penyakit berdasarkan gejala dibagi menjadi:
A = tanpa gejala
B = penyakit ringan
C = penyakit sedang
D = Penyakit Berat
E = Mati
3. Virulensi
Adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat (D+E) terhadap
seluruh penderita dengan gejala klinis yang jelas (B+C+D+E).Virulensi dipengaruhi oleh
dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu.
4. Reservoir
Adalah organisme hidup atau mati (misalnya tanah) dimana penyebab infeksi
biasanya hidup dan berkembang biak.Reservoir dapat berupa manusia, binatang,
tumbuhan serta lingkungan lainnya.Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena
merupakan komponen utama dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai sumber
penularan.
5. Bentuk KLB/Wabah didasarkan pada cara penularan dalam kelompok masyarakat.
6. Kasus adalah mereka dimana suatu agen infektif telah masuk dan tinggal dalam tubuh
merekadan telah ada gejala infeksi.
7. Karier adalah mereka yang menyimpan agen infektif di dalam tubuhnya. Menurut jenis
dibagi menjadi: tanpa gejala (misalnya polio, hepatitis),karier dalam penyembuhan
(contoh: diphteriae),dan karier kronik (contoh: tifus).
Penyelidikan epidemiologi berkaitan dengan input, proses, output, dan efek. Input
berkaitan dengan jenis dan sumber data. Data yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Data umum, meliputi jumlah penduduk, jumlah kelahiran, kesakitan, kematian, luas
wilayah, mata pencaharian, dan sebagainya. Pada kasus 1, data umum diperoleh dari
monografi Kecamatan Bojong Gede.
2. Data penduduk sasaran yang disesuaikan dengan program yang dibina. Pada kasus
campak, sasaran program imunisasi campak adalah balita. Pada kasus diare, sasaran
program kesehatan lingkungan adalah wilayah Kecamatan Bojong Gede.
3. Data sumber daya berupa sarana, dana, dan tenaga.
4. Data cakupan program adalah jumlah penduduk yang mendapat pelayanan di wilayah
kerja Puskesmas.
Setelah data dikumpulkan, data tersebut diolah dan dianalisa. Hal ini disebut proses. Di
tingkat pelaksana program (misalnya di Puskesmas), pengolahan data hanya dilakukan sampai
dengan analisis data sesuai dengan kegiatan program pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di
tempat tersebut. Untuk program pelayanan kesehatan terpadu, cakupan yang dihitung, antara
lain:5
1. Cakupan KIA dianalisis melalui perhitungan jumlah kunjungan baru ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, dan anak balita dibagi dengan jumlah ibu hamil, ibu menyusui, bayi, atau
anak balita sebagai penduduk sasaran.5
2. Cakupan gizi berupa hasil bagi antara jumlah balita yang datang dan ditimbang (D)
dengan jumlah semua balita yang ada di wilayah kerja posyandu (S). Selain perhitungan
D/S tersebut, masih ada perhitungan lain yang dapat dipakai untuk menghitung cakupan
gizi. Hasil D/S ini dipakai untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat. Rumus
perhitungan: Cakupan Gizi = (Jumlah D : Jumlah S) x 100%.5
1. Penatalaksanaan6,7,8
a. Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan tempat tinggal
penduduk di daerah wabah, sehingga penderita dapat berobat setiap saat.
2. Pencegahan Kasus
Ada tingkat pelaksanaan tindakan pencegahan dalam pengendalian penyakit, yaitu:
3. Surveilans
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi risiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.Tujuan surveilans adalah mengetahui perubahan
epidemiologi kasus, mengidentifikasi populasi risiko tinggi, memprediksi dan mencegah
terjadinya KLB, dan penyelidikan epidemiologi setiap KLB.Surveilans penyakit di
tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans tingkat desa, dengan
melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi penyakit/kesehatan masyarakat
desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus.Pemantauan tidak
4. Kesehatan Lingkungan
a) Menyediakan Air Bersih
c) Pembuangan Sampah
Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan yang bias
membusuk (organik) dan tidak membusuk (anorganik) yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
masyarakat.Sampah harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan
dapat menjadi tempat perindukan vektor bibit penyakit. Untuk pedesaan, pada
umumnya sampah biasanya ditangani dengan beberapa cara, yaitudibakar,
dibuang ke lubang galian, atau dibuat kompos. Kegiatan pembuangan sampah
dilaksanakan bekerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat. Masyarakat
digerakkan untuk melakukan pembuangan sampah yang baik sehingga sampah
tidak lagi mencemari lingkungan pemukiman mereka.3
Namun dengan berkembangnya dunia usaha dan juga ilmu pengetahuan,
kini sampah dapat dikelola dengan lebih menguntungkan, yaitu yang dikenal
dengan istilah pendekatan 3R (reduce, reuse dan recycle). Reduceadalah upaya
pengelolaan sampah dengan cara mungurangi volume sampah itu sendiri. Cara ini
sifatnya lebih mengarah ke pendekatan pencegahan.Contoh: kalo beli sayuran
pilihlah sayuran yang sesedikit mungkin dibuang, kalo ambil makanan jangan
berlebihan, sehingga akan mengurangi makanan yang menjadi sampah.Reuse
adalah suatu cara untuk menggunakan kembali sampah yang ada, untuk keperluan
yang sama atau fungsinya yang sama. Contoh: botol sirop digunakan kembali
Promosi Kesehatan
Dalam konteks kesehatan, promosi berarti upaya memperbaiki kesehatan dengan cara
memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara
perorangan maupun secara kelompok. Definisi WHO, berdasarkan piagam Ottawa/Ottawa
Charter (1986) mengenai promosi kesehatan sebagai hasil Konferensi Internasional Promosi
Kesehatan di Ottawa Canada adalah sebagai berikut: Health promotion is the process of enabling
people to control over and improve their health. To reach a state of complete physical, mental,
and social well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspiration, to
satisfy needs, and to change or cope with the environment.9 Berdasarkan definisi tersebut, WHO
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
Kegiatan PKM dilaksanakan secara integratif dengan semua usaha pokok puskesmas
karena semua program memerlukan komponen kegiatan penyuluhan untuk kelompok-kelompok
sasaran program. Di tingkat kabupaten, disediakan tenaga koordinator PKM yang akan
membantu petugas PKM puskesmas mengembangkan usaha pokok kesehatan dalam rangka
peningkatan peran serta masyarakat. Bantuan tenaga PKM dari Dinkes tingkat II biasanya
diberikan apabila di wilayah kerja puskesmas timbul KLB penyakit menular.Karena kegiatan
PKM adalah bagian integral dari semua program pokok puskesmas, semua staf puskesmas harus
mampu melaksanakannya, baik sasarannya individu pasien maupun kelompok-kelompok
masyarakat sasaran program.Tetapi kenyataannya di puskesmas masih sulit mengembangkan
kegiatan PKM karena berbagai kendala, kecuali terjadi wabah (KLB).PKM sebaiknya
merupakan kegiatan rutin dilakukan oleh staf, jangan hanya dilaksanakan pada saat timbulnya
KLB penyakit menular.9
Daftar Pustaka