Anda di halaman 1dari 20

Guna Puskesmas Melawan Penyakit Menular

Stepvani 102015118/D4

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp : 021-56942061, Fax : 021-5631731

Pendahuluan

Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular menjadi masalah kesehatan masyarakat
karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap
anggaran biaya yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi,
pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi bahkan internasional
yang membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya.Diare adalah penyakit yang pada
umumnya memiliki prognosis baik, namun jika tidak ditangani dengan baik dan dideteksi secara
dini, kemungkinan terjadinya KLB semakin besar. Dengan melakukan penyelidikan
epidemiologi, kita dapat mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, melaporkan hasil data
cakupan program pelayanan kesehatan.1

Kejadian Luar Biasa

Sebelum memasuki penjabaran mengenai KLB, kita perlu memahami mengenai


penyebaran penyakit. Penyebaran penyakit terdiri atas:

1. Sporadic : penyakit yang dalam kurun waktu 1 tahun tidak muncul, mendadak
muncul
2. Endemic : penyakit yang muncul sepanjang tahun dengan angka kejadian menetap
3. Epidemic : penyakit yang pada suatu waktu mendadak mengalami peningkatan
angka

PBL Blok 26 Community Medicine Page 1


kejadian yang bermakna (minimal 2 kali dari biasa)
a) KLB : terjadi di wilayah local
b) Wabah : meliputi seluruh negara
4. Pandemic : wabah yang terjadi di seluruh dunia

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) mengacu padaKeputusan Dirjen PPM&PLP No.
451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan
KLB.Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa bila terdapat unsur:2

 Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-
turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
 Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
 Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
 Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan > 2 kali dibandingkan
angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya.
 CFR suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 % atau
lebih dibanding CFR periode sebelumnya.
 Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan > 2
kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
 Beberapa penyakit khusus, seperti kolera dan DHF/DSS: 1) Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis); 2) Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
 Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita, seperti keracunan makanan dan
keracunan pestisida.

KLBpenyakit masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan


jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar sehingga perlu diantisipasi dan dicegah
penyebarannya dengan tepat dan cepat. Kejadian-kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan
diikuti tindakan yang cepat dan tepat, perlu diidentifikasi adanya ancaman KLB beserta kondisi

PBL Blok 26 Community Medicine Page 2


rentan yang memperbesar risiko terjadinya KLB agar dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan
dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB, dan oleh karena itu perlu diatur dalam
pedoman Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB).

Penyelidikan Epidemiologi

Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari distribusi kejadian kesakitan dan
kematian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi kejadiannya pada kelompok dan
masyarakat.3Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu
kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui
pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan
rekomendasi dalam bentuk laporan. Pengertian istilah-istilah dalam penyelidikan epidemiologi
KLB, antara lain:

1. Infektifitas
Adalah kemampuan unsur penyebab masuk dan berkembang biak, dapat dianggap
dengan menghitung jumlah minimal dari unsur penyebab untuk menimbulkan infeksi
terhadap 50% pejamu spesies sama. Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan,
sumber penularan, serta faktor pejamu seperti umur, sex dll.
2. Patogenesitas
Adalahkemampuan yang dimiliki oleh bibit penyakit untuk membuat orang
menjadi sakit, atau untuk membuat sekelompok penduduk yang terinfeksi menjadi
sakit.4Patogenesitas sangat dipengaruhi oleh infektivitas, sehingga penghitungannya
mengunakan formulasi yang sama dengan infektifitas (patogenesitas=infektifitas).
Dengan tingkatan penyakit berdasarkan gejala dibagi menjadi:
 A = tanpa gejala
 B = penyakit ringan
 C = penyakit sedang
 D = Penyakit Berat
 E = Mati

Maka, infektifitas = patogenesitas dapat dihitung yaitu (B+C+D+E / A+B+C+D+E)


artinya kasus infeksi dibagi dengan jumlah yang terkenainfeksi.Pengertian

PBL Blok 26 Community Medicine Page 3


patogenestias=infektifitas adalah 50% pejamu spesies yang sama. Misalnya, dalam suatu
kelompok penyelidikan (individu-individu dalam suatu kelompok) telah memiliki gejala
yang sama diatas 50 % dari jumlah individu dalam suatu kelompok) maka dapat
dipastikan bahwa kelompok masyarakat dalam suatu penyelidikan epidemiologi sudah
dapat diketahui unsur penyebabnya alias sudah dapat ditetap diagnosa epidemiologi
komunitasnya.

3. Virulensi
Adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat (D+E) terhadap
seluruh penderita dengan gejala klinis yang jelas (B+C+D+E).Virulensi dipengaruhi oleh
dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu.

4. Reservoir
Adalah organisme hidup atau mati (misalnya tanah) dimana penyebab infeksi
biasanya hidup dan berkembang biak.Reservoir dapat berupa manusia, binatang,
tumbuhan serta lingkungan lainnya.Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena
merupakan komponen utama dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai sumber
penularan.
5. Bentuk KLB/Wabah didasarkan pada cara penularan dalam kelompok masyarakat.
6. Kasus adalah mereka dimana suatu agen infektif telah masuk dan tinggal dalam tubuh
merekadan telah ada gejala infeksi.
7. Karier adalah mereka yang menyimpan agen infektif di dalam tubuhnya. Menurut jenis
dibagi menjadi: tanpa gejala (misalnya polio, hepatitis),karier dalam penyembuhan
(contoh: diphteriae),dan karier kronik (contoh: tifus).

Terdapat macam-macam penyelidikan epidemiologi, yaitu epidemiologi observasional


(dimana peneliti hanya mengamati dan tidak melakukan intervensi) dan epidemiologi
eksperimental (pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya suatu keluaran
penyakit dengan diuji kebenarannya di laboratorium).4

Epidemiologi observasional dibagi menjadi dua, yaitu untuk menjelaskan masalah


kesehatan digunakan pendekatan epidemiologi deskriptif, sedangkan untuk mencari faktor
penyebab digunakan pendekatan epidemiologi analitik.3

PBL Blok 26 Community Medicine Page 4


Epidemiologi deskriptif adalah bagian dari ilmu epidemiologi yang mempelajari
distribusi penyakit atau masalah di dalam masyarakat berdasarkan orang (person), tempat
kejadian (place), dan waktu kejadiannya (time).3 Di dalam epidemiologi deskriptif dijelaskan
suatu kejadian berdasarkan karakteristik masyarakat yang terkena (who), daerah-daerah tempat
kejadian (where), kapan, berapa lama, atau bagaimana kecenderungan suatu kejadian ditinjau
dari aspek waktu timbulnya kejadian (when).Epidemiologi analitik berkaitan dengan upaya
epidemiologi untuk menganalisis faktor risiko dan faktor penyebab (determinan) masalah
kesehatan.

Kegiatan penyelidikan epidemiologi dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Survei pendahuluan:


a) Menegakan diagnosa
b) Memastikan adanya KLB
c) Membuat hipotesa mengenai penyebab,cara penyebaran, danfaktor yang
mempengaruhinya
2. Tahap pengumpulan data:
a) Identifikasi kasus kedalam variabel epidemiologi (orang, tempat, waktu)
b) Tentukan agen penyebab, cara penyebaran, dan faktor yang mempengaruhinya
c) Menentukan kelompok yang rentan atau beresiko.
3. Tahap pengolahan data:
a) Lakukan pengolahan data menurut variabel epidemiologi, ukuran epidemiologi:
ukuran frekuensi (proporsi, rate, ratio, mean, median, dan modus), ukuran
morbiditas (incidence rate, point prevalence rate, periode prevalence rate), dan
ukuran mortalitas (crude death rate, infant mortality rate, perinatal mortality rate,
neonatal mortality rate, post neonatal mortality rate, angka kematian bayi, cause
spesific mortality rate, maternal mortality rate, case fatality rate, proportional
mortality rate), dan nilai statistik (mean, median mode, dan deviasi)
b) Lakukan analisa data kemudian bandingkan nilai-nilai tersebut dengan kejadian
atau nilai-nilai yang sudah ada
c) Buat intepretasi hasil analisa
d) Buat laporan hasil penyelidikan epidemiologi

PBL Blok 26 Community Medicine Page 5


4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahannya:
a) Tindakan penanggulangan, terdiri dari pengobatan penderita dan isolasi kasus
b) Tindakan pencegahan, terdiri dari surveilans yang ketat, perbaikan mutu
lingkungan, proteksi diri, dan perbaikan status kesehatan masyarakat

Penyelidikan epidemiologi berkaitan dengan input, proses, output, dan efek. Input
berkaitan dengan jenis dan sumber data. Data yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Data umum, meliputi jumlah penduduk, jumlah kelahiran, kesakitan, kematian, luas
wilayah, mata pencaharian, dan sebagainya. Pada kasus 1, data umum diperoleh dari
monografi Kecamatan Bojong Gede.
2. Data penduduk sasaran yang disesuaikan dengan program yang dibina. Pada kasus
campak, sasaran program imunisasi campak adalah balita. Pada kasus diare, sasaran
program kesehatan lingkungan adalah wilayah Kecamatan Bojong Gede.
3. Data sumber daya berupa sarana, dana, dan tenaga.
4. Data cakupan program adalah jumlah penduduk yang mendapat pelayanan di wilayah
kerja Puskesmas.

Setelah data dikumpulkan, data tersebut diolah dan dianalisa. Hal ini disebut proses. Di
tingkat pelaksana program (misalnya di Puskesmas), pengolahan data hanya dilakukan sampai
dengan analisis data sesuai dengan kegiatan program pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di
tempat tersebut. Untuk program pelayanan kesehatan terpadu, cakupan yang dihitung, antara
lain:5

1. Cakupan KIA dianalisis melalui perhitungan jumlah kunjungan baru ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, dan anak balita dibagi dengan jumlah ibu hamil, ibu menyusui, bayi, atau
anak balita sebagai penduduk sasaran.5
2. Cakupan gizi berupa hasil bagi antara jumlah balita yang datang dan ditimbang (D)
dengan jumlah semua balita yang ada di wilayah kerja posyandu (S). Selain perhitungan
D/S tersebut, masih ada perhitungan lain yang dapat dipakai untuk menghitung cakupan
gizi. Hasil D/S ini dipakai untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat. Rumus
perhitungan: Cakupan Gizi = (Jumlah D : Jumlah S) x 100%.5

PBL Blok 26 Community Medicine Page 6


3. Cakupan imunisasi adalah hasil pencapaian kegiatan imunisasi (bagian program P2M),
dengan membandingkan jumlah penduduk yang telah diberikan imunisasi DPT1, polio 3,
campak, BCG, dan TT2 dengan jumlah masing-masing penduduk sasaran imunisasi.
Penduduk sasaran untuk imunisasi TT adalah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS),
dan penduduk sasaran untuk imunisasi dasar adalah bayi yang berumur 3 – 12 bulan.
Berdasarkan kasus 1, hasil cakupan imunisasi Kecamatan Bojong Gede sebesar 45%
masih rendah apabila dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam buku
stratifikasi Puskesmas 1987, yaitu 80%. Contoh analisis cakupan kegiatan imunisasi
campak yang didasarkan pada buku catatan imunisasi didistribusikan berdasarkan tempat
(bagaimana penyebaran cakupan imunisasi campak di tiap-tiap desa di wilayah kerja
Puskesmas?), waktu (bagaimana penilaian hasil cakupan setiap bulan, triwulan, atau
enam bulan? kapan terjadi penurunan hasil cakupan atau kapan cakupan yang terendah?),
dan orang: (kelompok penduduk yang mana cakupan imunisasinya terendah). Hal ini
dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan, pendidikan penduduk (sosial ekonominya) di
suatu wilayah atau yang lainnya. Rumus perhitungan:5
a) Cakupan Imunisasi TT : (Jumlah bumil yang mendapat TT : Jumlah
semua bumil) x 100%
b) Cakupan Imunisasi Dasar : (Jumlah bayi yang diimunisasi : Jumlah semua
bayi) x 100%
c) Cakupan Imunisasi Campak : (Jumlah bayi yang diimunisasi campak : Jumlah
semua bayi) x 100%
4. Cakupan program penanggulangan diare dianalisis dengan menghitung jumlah balita
yang menderita diare atau mencret dan mendapat pengobatan garam oralit dibagi dengan
semua balita yang menderita diare. Jumlah balita yang menderita didapatkan dari laporan
kader, kunjungan balita di posyandu, atau puskesmas. Laporan kejadian diare memang
leboh sukar didapatkan karena tidak semua penderita berobat kepada petugas Puskesmas
(provider), sehingga sering dipakai angka perkiraan berdasarkan besarnya angka insiden
diare di suatu wilayah. Sedangkan kasus yang berobat atau yang memperoleh oralit
dicatat dalam laporan mingguan puskesmas atau laporan posyandu. Rumus perhitungan:
Cakupan Diare = (Jumlah balita diare yang diobati / Jumlah semua balita yang diare) x
100%.5

PBL Blok 26 Community Medicine Page 7


Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,


mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu kejadian
luar biasa yang sedang terjadi.1Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan
Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan
KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang
dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap
atau waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan
masyarakat.Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-
penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data
yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan
kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi.

Gambar 1. Program Penangggulangan KLB


Sumber: Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 949/Menkes/SK/VIII/2004. Pedoman
penyelengaraan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa. July 2017.

Tahapan penanggulangan KLB, yaitu:

1. Penatalaksanaan6,7,8
a. Mendekatkan sarana pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan tempat tinggal
penduduk di daerah wabah, sehingga penderita dapat berobat setiap saat.

PBL Blok 26 Community Medicine Page 8


b. Melengkapi sarana kesehatan tersebut dengan tenaga dan peralatan untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan, pengambilan spesimen dan sarana
pencatatan penderita berobat serta rujukan penderita.
c. Mengatur tata ruang dan mekanisme kegiatan di sarana kesehatan agar tidak
terjadi penularan penyakit, baik penularan langsung maupun tidak langsung.
Penularan tidak langsung dapat terjadi karena adanya pencemaran lingkungan
oleh bibit/kuman penyakit atau penularan melalui hewan penular penyakit.
d. Penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan berperan
aktif dalam penemuan dan penatalaksanaan penderita di masyarakat.
e. Menggalang kerjasama pimpinan daerah dan tokoh masyarakat serta lembaga
swadaya masyarakat untuk melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.
Apabila diperlukan dapat dilakukan tindakan isolasi, evakuasi, dan karantina.
a. Isolasi penderita atau tersangka penderita dengan cara memisahkan seorang
penderita agar tidak menjadi sumber penyebaran penyakit selama penderita atau
tersangka penderita tersebut dapat menyebarkan penyakit kepada orang lain.
Isolasi dilaksanakan di rumah sakit, puskesmas, rumah atau tempat lain yang
sesuai dengan kebutuhan.
b. Evakuasi dengan memindahkan seseorang atau sekelompok orang dari suatu
lokasi di daerah wabah agar terhindar dari penularan penyakit. Evakuasi
ditetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim penanggulangan wabah
berdasarkan indikasi medis dan epidemiologi.
c. Tindakan karantina dengan melarang keluar atau masuk orang dari dan ke daerah
rawan wabah untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit. Karantina
dtetapkan oleh bupati/walikota atas usulan tim penanggulangan wabah
berdasarkan indikasi medis dan epidemilogi.

2. Pencegahan Kasus
Ada tingkat pelaksanaan tindakan pencegahan dalam pengendalian penyakit, yaitu:

PBL Blok 26 Community Medicine Page 9


a) Pencegahan primer, tujuannya untuk mencegah awitan suatu penyakit selama
masa prapatogenesis. Pencegahan primer meliputi health promotion dan spesific
protection. Health promotion merupakan suatu tindakan preventif yang dilakukan
pada saat masih sehat sehingga tidak menjadi sakit, seperti perilaku sehat (cuci
tangan sebelum makan), olahraga, kebersihan lingkungan, dll). Spesific protection
merupakan tindakan preventif yang dilakukan pada saat masih sehat sehingga
tidak sakit dengan menggunakan suatu alat pelindung khusus, seperti melakukan
vaksinasi terhadap penyakit tertentu.
b) Pencegahan sekunder adalah diagnosis dini dan pengobatan segera penyakit
sebelum penyakit itu berkembang dan disabilitas menjadi parah. Salah satu
tindakan pencegahan sekunder yang paling penting adalah skrinning kesehatan.
Tujuan skrinning ini bukan untuk mencegah terjadinya tetapi lebih untuk
mendeteksi keberadaannya selama masa patogenesis awal, sehingga intervensi
(pengobatan) dini dan pembatasan disabilitas dapat dilakukan.
c) Pencegahan tersier bertujuan untuk melatih kembali, mendidik kembali, dan
merehabilitasi pasien yang mengalami disabilitas permanen. Tindakan
pencegahan tersier mencakup tindakan yang diterapkan setelah berlangsungnya
masa patogenesis.

3. Surveilans
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi risiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.Tujuan surveilans adalah mengetahui perubahan
epidemiologi kasus, mengidentifikasi populasi risiko tinggi, memprediksi dan mencegah
terjadinya KLB, dan penyelidikan epidemiologi setiap KLB.Surveilans penyakit di
tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans tingkat desa, dengan
melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi penyakit/kesehatan masyarakat
desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB secara terus menerus.Pemantauan tidak

PBL Blok 26 Community Medicine Page 10


hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan terhadap faktor risiko munculnya suatu
penyakit.
Ada dua jenis surveilans, yaitu surveilens sindromik dan surveilens penyakit
menular. Surveilans sindromik merupakan awal dari sistem deteksi dini penyakit
menular. Surveilens sindromik itu penting karena dengan mencatat dan mendata secara
rapi, kemunculan penyakit menular dapat ditemukan sejak awal.Jika deteksi dini dapat
dilakukan, koordinasi dengan ahli pun dapat dilakukan dengan cepat, gangguan akibat
meluasnya wabah antara lain berupa penularan massal serta penularan sekunder dapat
dikendalikan sebelum meluas.Surveilans penyakit menular adalah pengamatan dan
analisis tren kemunculan penyakit menular dengan cara memahami kondisi munculnya
penyakit berdasarkan diagnose, peraturan perundang-undangan terkait pencegahan
penyakit menular dan pengobatan terhadap pasien penyakit menular.Jenis laporan
surveilans penyakit menular dapat berupa: W1 (KLB/Wabah), W2 dan EWARS
(mingguan), STP (bulanan). Strategi surveilans meliputi:
a) Surveilans Rutin
Surveilans rutin merupakan pengamatan epidemiologi kasus diare yang telah
dilakukan secara rutin selama ini berdasarkan sumber data rutin yang telah ada
serta sumber data lain yang mungkin dapat dijangkau pengumpulannnya.
b) SKD dan Respon KLB
Pelaksanaan SKD dan Respon KLB campak dilakukan setelah diketahui atau
adanya laporan 1 kasus pada suatu daerah serta pada daerah yang memiliki
populasi rentan lebih 5%.
c) Penyelidikan dan penanggulangan setiap KLB
Setiap KLB harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang
meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila
terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan
meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program
cepat,sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.

d) Pemeriksaan laboratorium pada kondisi tertentu

PBL Blok 26 Community Medicine Page 11


Contoh: pada tahap reduksi campak dengan pencegahan KLB, pemeriksaan
laboratorium dilakukan terhadap 10 – 15 kasus baru pada setiap KLB.Pada tahap
eliminasi/eradikasi, setiap kasus campak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
e) Studi epidemiologi
Melakukan survei cepat, penelitian operasional atau operational research (OR)
sebagai tindak lanjut hasil analisis surveilans untuk melengkapi data/informasi
surveilans yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perbaikan
program (corrective action).

Pelayanan Kesehatan Primer

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive health


care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa
usaha pokok (basic health care services) yang meliputi 12 program sebagai berikut: kesehatan
ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), pemberantasan penyakit menular (P2M),
peningkatan gizi, kesehatan lingkungan (kesling), pengobatan, penyuluhan kesehatan
masyarakat, laboratorium, kesehatan sekolah, perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan jiwa,
dan kesehatan gigi.3 Dari ke-12 program pokok Puskesmas, dipilihlah empat program yang
sesuai dengan kasus 4, yaitu:

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Tujuan umum dari KIA adalah menurunkan kematian (mortality) dan kejadian
sakit (morbidity) di kalangan ibu serta meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui
pemantauan status gizi dan pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang
bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. Sasaran primernya adalah ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak (sampai dengan
usia 5 tahun), sedangkan sasaran sekunder adalah dukun beranak dan kader kesehatan.
Jumlah sasaran ibu hamil dan anak ditetapkan menggunakan dua cara, yaitu pendataan
langsung dan perkiraan (estimasi).
Kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan kegiatan integratif. Kegiatan
integratif adalah kegiatan program lain (misalnya kegiatan imunisasi merupakan kegiatan
pokok P2M) yang dilaksanakan pada program KIA karena sasran penduduk program
P2M juga menjadi sasaran program KIA. Kegiatan KIA terdiri dari:

PBL Blok 26 Community Medicine Page 12


a) Memeriksa kesehatan ibu hamil (ANC).
b) Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita (integrasi program
gizi).
c) Memberikan nasihat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena
kekurangan protein dan kalori.
d) Memperkenalkan jenis makanan tambahan (vitamin dan garam yodium) →
Integrasi program PKM dan gizi.
e) Memberikan pelayanan KB kepada pasangan usia subur → Integrasi program KB.
f) Merujuk para ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan→ Integrasi
program pengobatan.
g) Memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama nifas → Integrasi
dengan program perawatan kesehatan masyarakat.
h) Mengadakan latihan untuk dukun bersalin.

2. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)


Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat dan jenis endemisitas
penyakit menular. Tujuan dari program P2M adalah menemukan kasus penyakit menular
sedini mungkin dan mengurangi berbagai risiko kesehatan masyarakat yang memudahkan
terjadinya penyebaran suatu penyakit menular.3 Sasaran primernya adalah ibu hamil,
balita, dan anak-anak sekolah untuk kegiatan imunisasi, sedangkan sasaran sekunder
adalah lingkungan pemukiman masyarakat.
3. Peningkatan Gizi
Masalah gizi masih cukup rawan di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di
wilayah pemukiman kumuh. Tujuan program peningkatan gizi adalah meningkatkan
status gizi masyarakat melalui upaya pemantauan status gizi kelompok-kelompok
masyarakat yang mempunyai risiko tinggi, pemberian makanan tambahan, baik yang
bersifat penyuluhan maupun pemulihan.3 Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui,
anak-anak (sampai dengan usia 5 tahun).

4. Kesehatan Lingkungan
a) Menyediakan Air Bersih

PBL Blok 26 Community Medicine Page 13


Air merupakan kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum,
mandi, cuci, dan keperluan lainnya.Air merupakan suatu unsur yang sangat
penting dalam aspek kesehatan masyarakat, dimana air dapat menjadi sumber dan
tempat perindukan dan media kehidupan bibit penyakit.Banyak penyakit terkait
dengan air, baik air kotor dan bahkan juga air yang bersih secara fisik, seperti
diare.kimiawi.Secara fisik, air harus memenuhi syarat berikut: tidak berwarna
(bening/jernih), tidak keruh (bebas dari lumpur, sampah, busa, dll), tidak berasa
(asin, pahit, asam), tidak berbau (amis, anyir, busuk, belerang, dll). Kegiatan yang
dapat dilakukan, antara lain:
 Perlindungan terhadap sumber mata air yang digunakan penduduk,
misalnya dengan kaporitisasi sumur.
 Penyuluhan melalui demonstrasi tentang pembuatan sumur.
 Penyediaan sumur pompa tangan, baik dangkal maupun dalam, sarana air
minum, dan sebagainya.
 Mengadakan penyuluhan kesehatan tentang air minum sehat.
b) Memperbaiki sistem pembuangan kotoran manusia
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat.
Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan, yaitu:
 Tidak mencemari air, artinya:
o Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.
Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
o Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
o Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air
kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
o Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam
selokan, empang, danau, sungai, dan laut
 Tidak mencemari tanah permukaan, artinya:
o Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,
pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.

PBL Blok 26 Community Medicine Page 14


o Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras
kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang
galian.
 Bebas dari serangga
o Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya
dikuras setiap minggu.Hal ini penting untuk mencegah
bersarangnya nyamuk demam berdarah.
o Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat
menjadi sarang nyamuk.
o Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang
bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
o Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
o Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
 Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan, artinya:
o Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup
setiap selesai digunakan.
o Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa
harus tertutup rapat oleh air.
o Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.
o Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodik.
 Aman digunakan oleh pemakainya, artinya:
o Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman
bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat.
 Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya,
artinya:
o Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran.
o Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke
saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.

PBL Blok 26 Community Medicine Page 15


o Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran
karena jamban akan cepat penuh.
o Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan
pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan
minimal 2:100.
 Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan, artinya:
o Jamban harus berdinding dan berpintu
o Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

c) Pembuangan Sampah
Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan yang bias
membusuk (organik) dan tidak membusuk (anorganik) yang dianggap sudah tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
masyarakat.Sampah harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan
dapat menjadi tempat perindukan vektor bibit penyakit. Untuk pedesaan, pada
umumnya sampah biasanya ditangani dengan beberapa cara, yaitudibakar,
dibuang ke lubang galian, atau dibuat kompos. Kegiatan pembuangan sampah
dilaksanakan bekerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat. Masyarakat
digerakkan untuk melakukan pembuangan sampah yang baik sehingga sampah
tidak lagi mencemari lingkungan pemukiman mereka.3
Namun dengan berkembangnya dunia usaha dan juga ilmu pengetahuan,
kini sampah dapat dikelola dengan lebih menguntungkan, yaitu yang dikenal
dengan istilah pendekatan 3R (reduce, reuse dan recycle). Reduceadalah upaya
pengelolaan sampah dengan cara mungurangi volume sampah itu sendiri. Cara ini
sifatnya lebih mengarah ke pendekatan pencegahan.Contoh: kalo beli sayuran
pilihlah sayuran yang sesedikit mungkin dibuang, kalo ambil makanan jangan
berlebihan, sehingga akan mengurangi makanan yang menjadi sampah.Reuse
adalah suatu cara untuk menggunakan kembali sampah yang ada, untuk keperluan
yang sama atau fungsinya yang sama. Contoh: botol sirop digunakan kembali

PBL Blok 26 Community Medicine Page 16


untuk botol sirop, atau untuk botol kecap. Tentunya proses ini harus dilakukan
dengan baik, missal dengan dicuci yang benar.Recycleadalah pemanfaatan limbah
melalui pengolahan fisik atau kimia, untuk menghasilkan produk yang sama atau
produk yang lain. Contoh: sampah organik diolah menjadi kompos, besi bekas
diolah kembali menjadi barang-barang seni dari besi, dll.
d) Pengawasan terhadap tempat-tempat umum
Pengawasan biasanya dilakukan di perusahaan-perusahaan penghasil
limbah cair, tempat pengolahan dan penjualan makanan, tempat-temapt umum,
dan sanitasi lingkungan. Kegiatan ini dikoordinasikan secara lintas sektoral
terutama dengan camat.3Limbah cair rumah tangga dapat berasal dari kamar
mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur rumah tangga. Dalam
pengertian ini limbah cair ini tidak termasuk limbah cair yang berasal darijamban
keluarga.Limbah cair dari kegiatan rumah tangga volumenya relatif sedikit
dibanding dengan luas lahan yang ada di desa tersebut. Namun demikian limbah
cair tersebut tetap harus dikelola, karena kalo dibuang sembarangan akan
membuat lingkungan kotor, berbau, dan mengurangi estetika dan kebersihan
lingkungan. Limbah cair harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak
akan dapat menjadi tempat perindukan vektor bibit penyakit penyakit.

Promosi Kesehatan

Dalam konteks kesehatan, promosi berarti upaya memperbaiki kesehatan dengan cara
memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara
perorangan maupun secara kelompok. Definisi WHO, berdasarkan piagam Ottawa/Ottawa
Charter (1986) mengenai promosi kesehatan sebagai hasil Konferensi Internasional Promosi
Kesehatan di Ottawa Canada adalah sebagai berikut: Health promotion is the process of enabling
people to control over and improve their health. To reach a state of complete physical, mental,
and social well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspiration, to
satisfy needs, and to change or cope with the environment.9 Berdasarkan definisi tersebut, WHO
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.

PBL Blok 26 Community Medicine Page 17


Promosi kesehatan meliputi dan merangkum pengertian dari pendidikan kesehatan,
penyuluhan kesehatan, komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), dan istilah lainnya. Sasaran
promosi kesehatan terdiri dari sasaran primer, sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah
sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan
memperoleh manfaat paling besar dari perilaku tersebut. Dalam kasus 4, sasaran primer adalah
penduduk yang terkena diare dan balita yang terkena campak. Sasaran sekunder adalah individu
atau kelompok yang memiliki pengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder,
seperti ketua RT, RW, Lurah, dan Camat, diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang
disampaikan kepada sasaran primer. Sasaran tersier adalah para pengambil kebijakan,
penyandang dana, pihak-pihak yang berpengaruh di berbagai tingkatan pemerintahan.9

Kegiatan PKM dilaksanakan secara integratif dengan semua usaha pokok puskesmas
karena semua program memerlukan komponen kegiatan penyuluhan untuk kelompok-kelompok
sasaran program. Di tingkat kabupaten, disediakan tenaga koordinator PKM yang akan
membantu petugas PKM puskesmas mengembangkan usaha pokok kesehatan dalam rangka
peningkatan peran serta masyarakat. Bantuan tenaga PKM dari Dinkes tingkat II biasanya
diberikan apabila di wilayah kerja puskesmas timbul KLB penyakit menular.Karena kegiatan
PKM adalah bagian integral dari semua program pokok puskesmas, semua staf puskesmas harus
mampu melaksanakannya, baik sasarannya individu pasien maupun kelompok-kelompok
masyarakat sasaran program.Tetapi kenyataannya di puskesmas masih sulit mengembangkan
kegiatan PKM karena berbagai kendala, kecuali terjadi wabah (KLB).PKM sebaiknya
merupakan kegiatan rutin dilakukan oleh staf, jangan hanya dilaksanakan pada saat timbulnya
KLB penyakit menular.9

metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:3

1. Metode pendidikan individu


a) Bimbingan dan konseling (guidance and counseling) serta wawancara. Bimbingan
berisi penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan,
pekerjaaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran.
Konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta
realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya.
b) Wawancara yang sebenarnya bagian dari bimbingan dan konseling.

PBL Blok 26 Community Medicine Page 18


2. Metode pendidikan kelompok
a) Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara dalam waktu
yang terbatas di depan sekelompok pendengar biasanya orang dewasa yang
memahami kata-kata yang digunakan pembicara. Namun cara ini sulit diterapkan
pada anak-anak, kurang menarik minat, dan menghalangi respon pendengar.
b) Seminar adalah presentasi dari satu atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat. Metode ini hanya cocok
untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
c) Diskusi kelompok adalah percakapan terencana di antara tiga orang atau lebih dan
salah satunya sebagai pemimpin diskusi. Ini merupakan pendekatan demokratis
dan tiap anggota dapat mengemukakan pendapat.
d) Curah pendapat adalah semacam pemecahan masalah ketika tiap anggota
mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan.
Metode ini cocol digunakan untuk membangkitkan pikiran kreatif, merangsang
partisipasi, dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.
e) Snowball dilakukan dengan membagi secara berpasangan, mendiskusikan
masalah dan mencari kesimpulan. Selanjutnya, setiap dua pasang yang sudah
beranggotakan empat orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya,
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
f) Buzz group dilakukan dengan membagi kelompok sasaran yang lebih besar
menjadi kelompok kecil, kemudian membahas suatu masalah dan melaporkan
hasilnya kepada kelompok besar.
g) Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup manusia mengenai kasus
tertentu. Hal ini sulit diterapkan karena banyak yang tidak senang memainkan
peran dan dibutuhkan pemimpin yang terlatih.
h) Simulasi adalah suatu cara peniruan karakteristik atau perilaku sehingga para
peserta dapat bereaksi seperti pada keadaan sebenarnya.
3. Metode pendidikan massa dilakukan dengan ceramah umum yaitu memberikan pidato di
hadapan massa dengan sasaran yang sangat besar.

PBL Blok 26 Community Medicine Page 19


Kesimpulan

Penyakit Menular kategori wabah ataupun berpotensi wabah dapat menyebabkan


terjadinya KLB harus ditangani dengan cepat oleh puskesmas melalui tahap-tahap dari
penatalaksanaan hingga pencegahan. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Republik Indonesia No.


949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang pedoman penyelengaraan sistem kewaspadaan dini
kejadian luar biasa.
2. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999
tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB.
3. Muninjaya AAG. Manajemen kesehatan. Jakarta : EGC; 1999. h. 115 – 38.
4. Prasetyawati AE. Ilmu kesehatan masyarakat untuk kebidanan holistik (integrasi
commnity oriented ke family oriented). Yogyakarta : Nuha Medika; 2011. h. 253 – 61.
5. Soegijanto S. Campak. Dalam : Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita
CB, Ismoedijanto, Soedjamtmiko. Pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 171 – 7.
6. Budi Setiawan. Diare akut karena infeksi. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid ke-3. Jakarta :
InternaPublishing; 2009. h. 2836 – 42.
7. Bickley LS. Bates : buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-8.
Jakarta : EGC; 2009.h. 392 – 406.
8. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta : EGC; 2009. h. 13 – 42.
9. Cohen MB. Evaluasi pada anak dengan diare akut. Dalam : Alper A, et al. Buku ajar
pediatri rudolph. Edisi ke-20. Jakarta : EGC; 2006. h. 1142 – 7.

PBL Blok 26 Community Medicine Page 20

Anda mungkin juga menyukai