Disusun Oleh:
Kamila Salsabila Anfal (2010701040)
KELAS A
D3 KEPERAWATAN
Menurut Amru Sofian (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2013).
Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi) (Rasjidi, 2009).
Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan yang tujuannya untuk mengeluarkan
janin dengan cara melakukan sayatan pada dinding abdomen dan dinding uterus.
Untuk menekan risiko yang mungkin muncul, usia memang sangat berpengaruh pada kondisi
kesehatan perempuan, terutama jika memutuskan untuk mengandung di usia 40-an. Dari
banyak penelitian, kehamilan memang cenderung jadi lebih berisiko.Bukan hanya bisa
memicu masalah kesehatan pada ibu tapi juga pada janin.Namun banyak juga bisa menjalani
kehamilan dengan baik dan melahirkan anak yang sehat.
Ketahui Risiko Kehamilan Berdasarkan Rentang Usia Ibu, Penting bagi pasangan yang ingin
merencakan di kehamilan di akhir usia 30an atau awal 40-an untuk mengetahui risiko yang
mungkin muncul selama kehamilan dan pada janin. Hal ini agar sederet pencegahan bisa
dilakukan.
Komplikasi kehamilan
Wanita yang menjalani kehamilan di usia 30–40 tahun rentan mengalami berbagai
komplikasi kehamilan, seperti diabetes gestasional dan preeklamsia. Risiko ini akan semakin
meningkat bila pernah mengalami kondisi serupa pada kehamilan sebelumnya.
Meski hamil usia tua lebih berisiko, Anda tetap bisa menjalani kehamilan dengan aman dan
sehat. Oleh karena itu, ada beberapa tips yang bisa Anda coba lakukan selama menjalani
kehamilan di usia tua:
1. Rutin memeriksakan kandungan
Selama menjalani masa kehamilan, Anda dianjurkan untuk memeriksakan kondisi
kandungan secara rutin. Pemeriksaan ini penting dilakukan agar dokter dapat
memantau kondisi kesehatan Anda serta tumbuh kembang janin.
2. Konsumsi suplemen untuk ibu hamil
Anda juga perlu mencukupi asupan nutrisi saat hamil dengan mengonsumsi makanan
bergizi. Untuk memastikan asupan nutrisi tercukupi selama hamil, Anda pun perlu
mengonsumsi suplemen kehamilan yang mengandung beragam nutrisi penting, seperti
asam folat, zat besi, serta aneka vitamin dan mineral. Asam folat berperan penting
untuk mencegah terjadinya cacat tabung saraf pada janin, sedangkan zat besi dapat
mencegah anemia saat hamil. Anda bisa berkonsultasi ke dokter untuk menentukan
dosis suplemen yang perlu dikonsumsi selama hamil.
3. Jaga berat badan ideal saat hamil
Penting untuk selalu menjaga pertambahan berat badan ideal selama masa kehamilan.
Untuk wanita yang sudah memiliki berat badan ideal, penambahan berat badan yang
sehat selama hamil adalah sekitar 11–15 kg. Sedangkan, bagi wanita yang memiliki
berat badan berlebih, peningkatan berat badan yang ideal adalah sekitar 6–11 kg.
Menjaga pertambahan berat badan tetap stabil selama kehamilan dapat mendukung
tumbuh kembang janin serta menurunkan risiko terjadinya masalah kesehatan selama
kehamilan dan risiko risiko bayi terlahir prematur.
4. Hindari kebiasaan yang membahayakan janin
Hindari berbagai kebiasaan buruk selama hamil, seperti merokok serta mengonsumsi
minuman beralkohol dan berkafein secara berlebihan untuk mengurangi risiko
gangguan pada janin. Selain itu, dengan menghindari kebiasaan tersebut, Anda juga
bisa tercegah dari komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia.
5. Deteksi kelainan kromosom pada janin
Untuk mendeteksi dini kelainan kromosom pada janin, Anda bisa berkonsultasi
dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan kandungan yang meliputi USG,
amniosentesis atau pemeriksaan cairan ketuban, atau pemeriksaan darah janin melalui
plasenta. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya gangguan pada
janin sehingga penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Dengan memahami berbagai risiko yang mungkin terjadi saat hamil usia tua atau 35 tahun ke
atas, Anda dapat mempertimbangkan kembali untuk hamil di usia tersebut. Apabila sudah
memutuskan untuk hamil lagi, Anda bisa mempersiapkan kehamilan dengan baik agar risiko
terjadinya masalah kesehatan pada diri Anda maupun janin bisa dikurangi.
Oleh karena itu, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter saat hendak hamil di
usia tua atau sedang menjalani kehamilan di usia tua, agar dokter dapat melakukan
pemeriksaan dan memantau kondisi kesehatan Anda dan janin selama kehamilan.
Preeklampsia
Risiko kehamilan di usia 40 tahun yang pertama adalah terkena masalah preeklampsia.
Preeklampsia bisa terjadi pada semua wanita di berbagai kalangan usia.
Namun, terjadi peningkatan risiko secara signifikan pada wanita yang hamil di usia 40
tahunan. Karakteristik dari preeklampsia adalah tingginya kadar protein di dalam urin serta
terjadi peningkatkan pada kadar tekanan darah atau hipertensi. Jangan pernah
menyepelekanpreeklampsia ya Bunda, sebab kondisi ini bisa berakibat fatal, bisa memicu
kejang pada ibu hamil hingga kematian.
Preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang sangat serius karena bisa membahayakan ibu
maupun janin. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi, dan adanya protein dalam
urine.
Gejala Preeklamsia
Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang akan muncul
seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:
Penyebab Preeklamsia
Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada dugaan
bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu organ
yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin.
Kelainan tersebut menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi yang
berbeda dari tubuh ibu hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul gangguan pada
ibu hamil dan janin.
Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumlah faktor berikut ini dinilai dapat memicu
gangguan pada plasenta:
Dilakukan pada semua ibu hamil sebagai pencegahan timbulnya penyakit, identifikasi dini
preeklampsia, pencegahan timbulnya komplikasi, dan pencegahan rekurensi.
Edukasi Pasien
Pada seluruh pasien hamil diinformasikan mengenai gejala yang mungkin mengindikasikan
timbulnya preeklampsia, seperti bengkak pada tangan dan kaki, nyeri kepala yang menetap,
penglihatan kabur, mual-muntah, peningkatan berat badan yang tiba-tiba, dan kesulitan
bernafas.Pada pasien yang sudah menderita preeklampsia, diberitahu mengenai risiko
munculnya kejang.Pasien juga diminta untuk mengontrol tekanan darah secara rutin.Pasien
juga harus paham mengenai risiko persalinan prematur dan kemungkinan komplikasi yang
timbul pada janin.
Upaya pencegahan dan pengendalian preeklampsia masih diteliti hingga saat ini.Mulai dari
manipulasi diet (diet rendah garam, suplementasi kalsium dan minyak ikan), olahraga,
pemberian obat-obatan (antihipertensi, antikoagulan, trombolitik), sampai konsumsi
antioksidan (vitamin C, D, E).Dari kesemuanya belum ada satupun yang memuaskan.Bahkan
diet rendah garam saat ini sudah tidak direkomendasikan lagi oleh banyak ahli karena dinilai
tidak efektif.Namun, WHO tetap merekomendasikan pemberian aspirin dalam dosis rendah
(60-150 mg/hari) untuk perempuan yang berisiko.
Cara pencegahan yang dianggap paling efektif untuk dilakukan adalah pelaksanaan ANC
(Antenatal Care) yang baik sehingga kemungkinan preeklampsia pada seorang ibu hamil
dapat diketahui sedini mungkin.
Diabetes Gestational
Diabetes gestational juga risiko yang sangat mungkin jika mengandung di usia 40-an. Pada
umumnya selama proses mengandung, hormon-hormon kehamilan akan membuat tubuh tidak
begitu responsif terhadap insulin.Padahal, insulin merupakan salah satu senyawa yang
memiliki peranpenting dalam mengontrol kadar gula darah serta mencegah terkena penyakit
diabetes pada seseorang.
Janin yang dikandung nantinya juga bisa berisiko terkena gula darah rendah. Kondisi ini bisa
menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti masalah pada sistem pernapasan, adanya
kerusakan pada otak hingga bayi akan mengalami kejang sesaat setelah dilahirkan.
Hipertensi
Risiko kehamilan di usia 40 tahun selanjutnya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Penyebab utamanya yaitu terjadi kenaikan berat badan selama masa kehamilan.Apalagi jika
sebelumnya ibu sudah memiliki riwayat hipertensi yang telah berada di ambang batas.Faktor
lainnya datang dari hormon. Salah satunya karena peningkatan kadar hormon progesterone
yang melebihi batas normal.Jika tidak segera diatasi dan diawasi langsung oleh dokter,
kondisi ini sangat menimbulkan Peripartum Cardiomayopathy. Ini merupakan salah satu
penyakit yang dapat menyebabkan ibu hamil terkena penyakit gagal ginjal.
Keguguran
Pada usia 40 tahun ke atas, risiko mengalami keguguran akan semakin meningkat secara
cepat. Keguguran sebenarnya bisa terjadi pada usia berapa pun, namun risikonya lebih besar
jika hamil di usia 40-an.
Edukasi pada pasien-pasien sectio caesarea dilakukan sebelum tindakan untuk memastikan
pasien tahu apa keuntungan dan kerugian tindakan ini, serta setelah tindakan agar pasien
dapat merawat diri dan bayinya dengan baik, serta menghindari timbulnya komplikasi.
Umumnya pasien dapat dipulangkan dalam 3 hari pasca operasi bila tidak terdapat
komplikasi.Pasien perlu istirahat selama pemulihan. Pasien dapatbekerja kembali setelah 6
minggu. Pada 1 minggu pertama gejala nyeri perut ringan, perdarahan ringan dan keluar
cairan kekuningan per vaginam, serta nyeri sekitar luka operasi merupakan hal yang
normal.Kunjungan kembali ke dokter dapat dilakukan 4-6 minggu pasca operasi apabila tidak
terdapat tanda komplikasi.
Pengertian Kecemasan
Kecemasan yang dimaksud peneliti adalah seorang pasien ibu hamil yang mengalami
kebingungan, kegalauan, kekhawatiran, keresahan danketakutan saat menjalani masa pra
melahirkan sehingga pasien ibu hamil mengalami kecemasan dalam menanti kelahiran. Awal
penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif disebabkan oleh faktor hormonal. Kini
rekreasinya lebih peka, mudah tersinggung, dan mudah marah. Apapun tindakannya dianggap
kurang menyenangkan.
Gejala kecemasan
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah: jari tangan dingin, detak jantung makin
cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dan
dada sesak. Sedangkan gejala yang bersifat mental adalah berupa: ketakutan merasa akan
tertimpa bahaya, tidak dapat fokus fikirannya selalu terpecah ke berbagai hal, tidak tentram,
dan ingin lari dari kenyataan.
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian
atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidakmenyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang
muncul dapat berbeda pada masing-masing orang.
Jenis-jenis kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya sendiri yang
timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak membagi kecemasan
menjadi tiga jeniskecemasan yaitu :
Respon Kecemasan
a. Respon fisiologis
1) Sistem kardiovaskuler: Palpitasi, meningkatnya tekanan darah, rasa mau pingsan,
nadi menurun.
2) Sistem pernafasn: Nafas cepat dan pendek, rasa tertekan pada dada, nafas
dangkal,perasaan tercekik, terengah-engah.
3) Sistem neuromuscular: Refleks meningkat, reaksi terkejut mata berkedip-kedip
insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan secara umum.
4) Sistem gastrointestinal: Kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, mual, diare, menolak makan.
5) Sistem urinary: Tidak dapat menahan kencing, sering kencing
6) Sistem integumen: Wajah kemerahan, rasa dingin pada kulit, wajah pucat,
berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon perilaku
Kelelahan, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung
mendapat cedera, melarikan diri dari masalah, gelisah, reaksi terkejut, menarik diri
dari hubungan interpersonal, menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.
c. Respon kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian,
penurunan lapang persepsi, penurunan kreativitas, kebingungan, takut cedera atau
kematian, bingung, kesadaran diri, takut kehilangan kendali, kehilangan objektivitas,
preokupasi, mimpi buruk dan takut cidera atau kematian.
d. Respon afektif
Gelisah, tidak sabar, tegang, waspada, mudah terganggu, ketakutan, mudah
tersinggung, gugup, malu, rasa bersalah, kengerian, kekhawatiran, kecemasan dan
mati rasa
Persalinan Caesar
Untuk menjalani persalinan dengan operasi caesar, ibu harus melakukan beberapa persiapan
untuk melahirkan caesar, termasuk persiapan mental. Operasi caesar pada umumnya
dilakukan ketika terjadi kemacetan pada persalinan normal ataupun terjadnya masalah pada
proses persalinan yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayi.
Pada beberapa kondisi, persalinan dengan operasi caesar dapat dijadwalkan atau
direncanakan jauh-jauh hari, terutama jika terjadi masalah pada kesehatan ibu atau janin
saathamil. Persalinan caesar haruslah disiapkan dengan matang, meski mungkin juga
dilakukan dengan segera ketika terjadi kondisi darurat.
INDIKASI SC
Indikasi dilakukannya operasi sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau
caesarean section, secara umum adalah bila terdapat masalah pada jalan lahir (passage), his
(power), dan/atau janin (passenger) atau terdapat kontraindikasi persalinan per vaginam.
Indikasi ini dapat dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu indikasi maternal, indikasi
fetal, dan keduanya.
Indikasi Fetal
1. Gawat janin
2. Malpresentasi (presentasi sungsang preterm, non-frank breech, presentasi lintang,
presentasi muka)
Makrosomia
1. Infeksi
2. Kelainan kongenital atau muskuloskleletal
3. Kelainan tali pusat berdasarkan pemeriksaan Doppler
4. Trombositopenia
5. Asidemia memanjang
6. Riwayat trauma lahir atau kondisi dimana pencegahan trauma akibat proses persalinan
dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas neonatal
Indikasi Maternal
A. Anali
saDat
a
Asuhan Keperawatan PRE SC SESUAI KASUS
2. DS : Ketidakadekuata Ketidakpatuhan
1. Keluarga kurang n pemahaman
setuju untuk
melakukan
Tindakan SC
DO :
1. Ibu sudah
diberikan penkes
terkait SC , namun
ibu tetap berharap
bisa
melahirkanspontan
B. DiagnosaKeperawatan
1. Ansietas b.d Kekhawatiran mengalami kegagalan d.d cemas melahirkan SC dan enggan
makan danminum
2. Ketidakpatuhan b.d ketidakadekuatan d.d perilaku tidak mengikuti programSC
3. Risiko Hipovolemia d.d kekurangan intakecairan
4. Risiko Defisit Nutrisi d.d FaktorPsikologis
C. IntervensiKeperawatan
No Tangga Diagnosa Tujuan & Rencana Keperawatan
l Keperawatan Kriteria
Hasil
1. Kamis, Ansietas b.d Setelah dilakukan intervensi REDUKSI ANXIETAS
9 Kekhawatiran keperawatan selama 3x24 jam (I.09314)
Septem mengalami maka tingkat ansietas menurun
ber kegagalan d.d dengan kriteria hasil: kode L. Observasi
2021 cemas 09093 1. Identifikasi saat
melahirkan SC 1. Verbalisasi khawatir tingkat anxietas
dan enggan akibat kondisi yang berubah (mis.
makan dan dihadapi menurun Kondisi,
minum diangka5 waktu,stressor)
2. Perilaku gelisah 2. Identifikasi
menurun diangka5 kemampuan
3. Frekuensi mengambilkeputusan
pernafasan 3. Monitor tanda anxietas
menurun diangka5 (verbal dan nonverbal)
4. Frekuensi nadi
menurun diangka5 Terapeutik
5. Tekanan darah 1. Ciptakan suasana
menurun diangka5 terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat anxietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan pedekatan
yang tenang
danmeyakinkan
6. Motivasimengidentifika
si situasi yang memicu
kecemasan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akandatang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkindialami
2. Informasikan
secarafactual mengenai
diagnosis, pengobatan,
danprognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jikaperlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan danpersepsi
6. Latih kegiatan pengalihan,
untuk
mengurangiketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yangtepat
8. Latih teknikrelaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
2. Kamis, Ketidakpatuha Setelah dilakukan intervensi Dukungan Kepatuhan
9 n b.d keperawatan selama 3x24 jam Program Pengobatan
Septem ketidakadekuat maka tingkat kepatuhan (I.12361)
ber an meningkat dengan kriteria hasil
2021 d.d perilaku : kode L.12110 Observasi
tidak mengikuti 1. verbalisasi kemauan 1. Identifikasi kepatuhan
program mematuhi program menjalani
S perawatan atau pengobatan programpengobatan
C meningkat di angka5
2. Verbalisasi mengikuti
anjuran meningkat Terapeutik
diangka5 1. Buatlah komitmen menjalani
3. Perilaku mengikuti program pengobatan dengan
program baik
perawatan/pengobatan 2. Buat jadwal pendamping
membaik diangka5 keluarga untukbergantian
4. Perilaku menjalankan anjuran menemani pasien untuk
membaik di angka 5 menjalani pengobatan
3. Dokumentasi aktivitas
selama menjalanipengobatan
4. Diskusi hal yang dapat
mendukung atau
menghambat jalannya
programpengobatan
5. Libatkan keluarga untuk
mendukung
program pengobatan
yangdijalani
Edukasi
1. Informasi program
pengobatan yang
harusdijalani
2. Informasi mafaat yang akan
diperoleh jika teratur
menjalani
programpengobatan
3. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan
merawat pasien selama
menjalani
programpengobatan
4. Anjurkan pasien
dankeluarga melakukan
konsultasi kesehatan
kepelayanan
kesehatan terdekat, jika perlu
3. Kamis, Risiko Status Cairan meningkat dengan MANAJEMEN
9 Hipovolemia kriteria hasil : Kode L.03028 HIPOVOLEMIA
Septem d.d kekurangan 1. Tekanan darah membaik (I.03116)
ber intake cairan di batas normal 120/80
2021 2. Perasaan Lemah menurun Observasi
di angka5 1. Periksa tanda dan gejala
3. Membran mukosa hipovolemia (mis. frekuensi
membaik di angka5 nadi meningkat, nadi teraba
4. Intake Ciran Membaik lemah, tekanan darah
di angka5 menurun, tekanan nadi
menyempit,turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine
menurun,
hematokrit meningkat, haus
danlemah)
2. Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhancairan
2. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan
memperbanyak asupan
cairanoral
2. Anjurkan menghindari
perubahan
posisimendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
IV issotonis (mis. cairan
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl0,4%)
4. Kamis, Risiko Defisit Status Nutrisi Meningkat MANAJEMEN
9 Nutrisi d.d dengankriteria hasil : kode NUTRISI (I.03119)
Septemb Faktor L.03030
er 2021 Psikologis 1. porsi makan yang di Observasi
habiskan meningkat di 1. Identifikasi statusnutrisi
angka5 2. Identifikasi alergi
dan
2. Verbilisasi keinganan
intoleransimakanan
untuk meningkatkan 3. Identifikasi kebutuhan
nutrisi meningkat di kalori dan jenisnutrient
angka5 4. Monitor asupanmakanan
3. pengertahuan tentang
standar asupan nutrisi yang Terapeutik
tepat meningkat di angka5 1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jikaperlu
4. frekuensi makan membaik
2. Berikan makanan tinggi
di angka5 serat untuk
5. nafsu makan membaik mencegahkonstipasi
di angka5 3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggiprotein
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (
pereda nyeri, antiemetik)
jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jikaperlu
D. ImplementasiKeperawatan
Tanggal/Jam Diagnosa Tindakan Hasil TTD
Peraw
at
08.30 Ansietas b.d 1. Mengidentifikasi DS: Perawat
10/9/21 Kekhawatira saat tingkat anxietas 1. Ibu
n mengalami berubah (mis. mengeluh
kegagalan Kondisi, waktu, cemas
d.d cemas stressor) melahirkan SC
melahirkan DO:
SC dan 2. Mengidentifikasi 1. Ibu tampak
enggan kemampuan agak lemas
makan dan mengambil keputusan karena dari 3
minum jam yg lalu
3. Memonitor tanda belum ada
anxietas (verbal dan masuk
non verbal makanan dan
minuman
karena ibu
tidak mau mkn
hanya kepikir
tentang SCsaja
TTD: 160/110
mmHg,
RR
27x/menit,
nadi
90x/menit,
suhu 37
derajat
celcius
09.30 Ketidakpatuha Memintor DS: Perawat
10/9/21 n b.d kepatuhan 1. Keluarga
ketidakadekuat menjalani program sertuju
an pengobatan dengan
d.d perilaku lahiran SC
tidak DO:
mengikuti 1. Ibu sudah
program SC diberikan
penkes terkait
SC , namun
ibu tetap
berharap bisa
lahirannya
baik" saja yak,
wlaupun dia sc
2.keluarga
dapat
menerima
masukan
11.30 Risiko 1. Memeriksa tanda dan DS: Perawat
10/9/21 Hipovolemia gejala hipovolemia (mis. Pasien
d.d frekuensi nadi mengatakan
kekurangan meningkat, nadi teraba belum minum
intake cairan lemah, tekanan darah dari 3jam yg
menurun, tekanan lalu
nadi menyempit,turgor DO :
kulit menurun, -ibu tampak
membrane mukosa agak lemas
kering, volume urine karena dari 3
menurun, hematokrit jam yg lalu
meningkat, haus dan belum minum
lemah) TTD: 160/110
mmHg,
2. Memonitor intake RR
dan output cairan 27x/menit,
nadi
90x/menit,
suhu 37
derajat
celcius
-ibu sudah
meminum 1
gelas air
putih
13.20 Risiko 1. Mengidentifikasi DS: Perawat
10/9/21 Defisit status nutrisi Ibu
Nutrisi d.d mengatakan
Faktor 2. Mengidentifikasi tidak ingin
Psikologis alergi dan makan
intoleransimakanan DO :
-ibu tampak
3. Mengidentifikasi agak lemas
kebutuhan kalori dan karena dari 3
jenis nutrient jam yg lalu
belum makan
4. Memonitor karena ibu
asupan makanan tidak mau mkn
hanya kepikir
tentang SCsaja
-porsi yg
di makan
tidak
habis
E. .Evaluasi Keperawatan
P: intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah
(mis.
Kondisi, waktu, stressor)
2. Identifikasi kemampuanmengambil
keputusan
3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non
verbal)
14.30 2 S: Perawat
10/9/21 1. Keluarga setuju dengan lahiran SC
2. Ibu berharap SC nya baik baik saja
O:
1. Keluarga dan ibu dapat menerima masukan
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
14.30 3 S: Perawat
10/9/21 Pasien mengatakan belum minum dari 3jam yg
lalu
O:
-ibu tampak agak lemas karena dari 3 jam yg lalu
belum minum
TTD: 160/110 mmHg,
RR 27x/menit,
nadi 90x/menit,
suhu 37 derajat celcius
-ibu sudah meminum 1 gelas air putih
PRE SC TEORITIS
Pengkajian menurut (Baradero, Dayrit, Siswandi, 2017), yaitu:
1. Usia
Usia bisa mempengaruhi pembedahan dan hasil pascaoperasi. Pada usia 30-40 tahun,
kapasitas fungsional dari setiap sistem tubuh menurun sekitar 1% setiap tahunnya.
2. Alergi
Pasien harus dikaji untuk mengetahui adanya alergi terhadap iodin, lateks, obat-
obatan, larutan antiseptik, atau larutan pencuci kulit, apabila pasien ragu-ragu apakah
ia alergi terhadap iodin atau tidak, tanya apakah ia alergi terhadap kerang. Iodin juga
dipakai sebagai media kontras untuk pemeriksaan tertentu yang bisa dilaksanakan
pada tahap intraoperatif.
3. Obat dan zat yang digunakan
Data ini penting sekali karena zat atau obat-obatan ini dapat menimbulkan efek yang
tidak baik pada anestesi dan beresiko menimbulkan komplikasi intraoperasi dan
pascaoperasi.
4. Riwayat medis
Pemeriksaan ulang terhadap sistem tubuh sangat penting untuk mengetahui status
imunologis, endokrin, kardiovaskuler, pernafasan, ginjal, gastrointestinal, neurologis,
muskuloskeletal dan dermatologist.
5. Status nutrisi
Pasien dengan gangguan nutrisi beresiko tinggi mengalami komplikasi karena
pembedahan atau anestesi. Oleh karena itu, kekurangan protein bisa mengakibatkan
penyembuhan luka yang lambat, dehisensi (luka terbuka) dan infeksi.
6. Pengalaman pembedahan terdahulu dan sekarang
Data ini bisa membuat dokter bedah, ahli anestesi dan perawat sadar akan respon
pasien dan komplikasi yang mungkin bisa timbul.
7. Latar belakang budaya dan agama
Kebudayaan dan kepercayaan bisa mempengaruhi respon seseorang terhadap
kesehatan, sakit, pembedahan dan kematian.
8. Psikososial
Pengetahuan pasien tentang pembedahannya perlu diketahui oleh perawat agar
perawat dapat memberikan penjelasan lebih lanjut.
Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tahap Pra Operasi menurut Brunner (2014)
mencakup :
1. Kecemasan yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan hasil
akhir dari pembedahan.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut Nanda NIC-NOC, 2016 :
Implementasi
Implementasi
Melakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
diintervensikan. dan mencatat setiap tindakan yang dilakukan pada pasien.
Evaluasi
Setelah dilakukannya intervensi keperawatan, pasien :
1. Mengungkapkan bahwa perasaan cemas berkurang, merasa nyaman, nampak rileks
dan memakai mekanisme koping yang efektif.
2. Berpartisipasi dan mengikuti instruksi serta rutinitas Pra Operasi, menjelaskan
rasional dan intervensi Pre Operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN INTRA PERSALINAN SC
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi identitas pasien seperti :
a. Nama
b. Umur
c. Agama
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. HPHT, dll
2. Pemeriksaan Fisik
3. Riwayat Kesehatan
a. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vaskuler
perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan trombus )
b. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple
seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat
beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis
c. Makanan /cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi
insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis
d. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok
e. Keamanan
1.) Adanya alergi atau sensitif terhadap obat , makanan, plester dan larutan
2.) Adanya defisiensi imun
3.) Munculnya kanker/ adanya terapi kanker
4.) Riwayat keluarga, tentang hipertermia maligna/ reaksi anestesi
5.) Riwayat penyakit hepatic
6.) Riwayat transfusi darah
7.) Tanda munculnya proses infeksi
B. Diagnosa
1. Risiko infeksi d.d prosedur invasif (SDKI Hal 304)
2. Risiko perdarahan d.d tindakan pembedahan (SDKI Hal 42)
3. Risiko hipotermia perioperatof d.d Terpapar suhu lingkungan rendah (SDKI Hal
286)
C. Intervensi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk mencegah konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin
atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk
darah , jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
D. Implementasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada
tahap perencanaan (Price & Wilson. 2009). Menurut Price & Wilson (2009), evaluasi
keperawatan ada 2, yaitu:
1. Identitas a
a. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. I
2. Umur : 26 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku/bangsa Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia Indonesia
5. Pendidikan Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Swasta
7. Tanggal Tanggal masuk RS : 2 Maret 2015
8. Tanggal Tanggal pengkajian pengkajian : 4 Maret 2015
9. Diagnosa Diagnosa medis : Post SC a/i gagal drip POD 1
10. Alamat : Jl Sekepeer RT 04 RW 05 Kelurahan sindang jaya- Mandalajati
Bandung
b. Identitas Penanggung jawab
1. Nama : Tn. A Umur
2. Umur : 36 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku/bangsa Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
5. Pendidikan Pendidikan : SMA Pekerjaan
6. Pekerjaan : Swasta
7. Hubungan dengan klien : Suami
8. Alamat : Jl Sekepeer RT 04 RW 05 kelurahan sindangjaya – Mandalajati
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri daerah operasi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri daerah luka operasi yang dirasakan bertambah apabila bergerak atau batuk,
dan berkurang apabila diam atau diistirahatkan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk
benda tajam dan mengganggu aktifitas. Nyeri terfokus pada daerah luka op saja
tidak menyebar ke daerah lain. Nyeri yang dirasakan berada pada skala 7 dari
rentang 1-10. Nyeri datang secara terus menerus.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, klien juga
menyangkal pernah menderita penyakit yang mengharuskannya dirawat. Kalaupun
sakit hanya flu ringan yang sembuh dengan obat warung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pengakuan klien, di dalam keluargana tidak ada yang mempunyai penyakit
keturunan seperti: hipertensi, DM, jantung atau riwayat penyakit menular seperti:
hepatitis dan TBC juga tidak ada riwayat melahirkan bayi kembar.
e. Riwayat obstetri dan ginekologi
1. Riwayat ginekologi
a. Riwayat menstruasi Klien mengatakan pertama kali haid pada usi Klien
mengatakan pertama kali haid pada usia 13 tahun dengan siklus 28 hari
dengan lama haid sekitar 5-7 hari. HPHT tanggal 19 mei 2014 dengan
taksiran persalinan tanggal 26 februari 2015.
b. Riwayat perkawinan Klien menikah pada usia 21 tahun dan ini merupakan
pernikahan pertama baik untuk kien dan pernikahan pertama baik untuk
kien dan suaminya. suaminya.
c. Riwayat keluarga berencana Klien mengatakan setelah kelahiran anak
pertama menggunakan KB IUD selama satu tahun dan dibuka karena ingin
merencanakan kehamilan kedua. Selama di KB klien tidak merasakan
keluhan apa-apa. Setelah persalinan kedua klien langsung menggunakan
IUD.
2. Riwayat obstetri
a.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Pada kehamilan dahulu
klien rajin memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit. Keluhan yang
dirasakan selama hamil merupakan keluhan yang umum dirasakan pada ibu
hamil seperti: mual, pusing dan muntah tetapi tidak sampai mengganggu
aktivitas. Persalinan yang dulu ditolong oleh bidan di rumah sakit secara
spontan, selama persalinan tidak ada hambatan baik intrapartum maupun
postpartum.
b. Riwayat persalinan sekarang Klien melahirkan secara SC pada tanggal
3 maret 2015 jam 10:42 WIB dengan indikasi gagal drip pada umur
kehamilan 39 minggu. Bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki
dengan berat badan 2980 gram dan panjang dengan berat badan 2980 gram
dan panjang badan 48 c badan 48 cm. Pada m. Pada saat lahir apgar score
7-9.
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah : 110/80 mmHG
2. Nadi : 76 kali permenit
3. Suhu : 36,7 C
4. Respirasi : 20 kali permenit
b. Kepala dan leher Rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah
hitam, tidak mudah rontok,tidak ada lesi dan tidak ada keluhan pusing.
Wajah tidak edema, tidak ada chloasma gravidarum, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, terkadang terlihat meringis karena menahan
nyeri. Bibir lembab, gigi tidak caries. Leher tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan peningkatan JVP. Reflek menelan tidak ada keluhan
c. Dada Pergerakan dada simetris, suara nafas vesikuler dan tidak ada
pembesaran jatung. Payudara tampak terlihat simetris antara kiri dan
kanan, puting menonjol, areola tampak lebih hitam dan kolostrum sudah
keluar.
d. Abdomen Ada luka operasi arah transversal perut bagian bawah
sepanjang ± 10 cm dan terlihat adanya striae albican.
e. Genetalia dan anus Terdapat lochea rubra, tidak terlihat adanya varises.
Anus tidak ada haemorrhoid
f. Ekstremitas atas dan bawah Ekstremitas: tidak oedema, tidak ada
varices, kekuatan otot
ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah
DO :
- Terdapat luka op di daerah
abdomen bawah arah transversal
bawah sepanjang ± 10 cm Merangsang reseptor nyeri
pd ujung-ujung saraf bebas
Nyeri dihantarkan
dihantarkan ke spinal lalu ke
chord kemudian ke talamus
hingga ke kortek serebri.
Nyeri dipersepsikan
Memungkinkan masuk
mikroorganisme ke tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
Intervensi Rasional
1. Tentukan karakteristik dan lokasi 1. Meningkatkan pemecahan masalah,
ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat membantu mengurangi nyeri berkenaan
verbal dan nonverbal seperti meringis, dengan ansietas dan ketakutan karena
kaku dan gerakan melindungi atau ketidaktahuan dan memberikan rasa kontrol.
gerakan melindungi atau terbatas.
terbatas.
11. Palpasi kandung kemih, Perhatikan klien ke dasar tengkorak bila klien pada
13. Anjurkan tirah baring pada posisi datar 14. Mengangkat payudara ke dalam dan ke atas,
berbaring, tingkatkan cairan, berikan mengakibatkan posisi lebih nyaman dan
minuman berkafein, bantu sesuai menurunkan kelelahan otot.
kebutuhan pada perawatan klien dan
bayi,berikan ikatan abdominal bila klien
15. Membantu laktasi klien merangsang aliran
tegak, pada adanya sakit kepala spinal.
ASI dan menghilangkan stasis dan
ketegangan. Penggunaan “gendongan
football” mengarahkan kaki bayi menjauh
dari abdomen. Bantal membantu menyokong
bayi dan melindungi insisi dalam posisi
duduk atau miring.
14. Inspeksi jaringan payudara dan puting, 16. Respon menghisap pertama kuat dan
kaji terhadap adanya pembesaran atau mungkin nyeri. Mulai memberikan makan
puting pecah. dengan payudara yang tidak sakit kemudian
dilanjutkan pada payudara yang sakit
mungkin mengurangi nyeri dan
15. Anjurkan menggunakan bra penyokong
meningkatkan penyembuhan.
Kriteria:
Intervensi Rasional
1. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci 1. Membantu mencegah dan membatasi
tangan dengan cermat dan pembuangan penyebaran infeksi.
pengalas kotoran, pembalut perineal,
dan linen terkontaminasi dengan tepat.
Implementasi
Lakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
diintervensikan. dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan di sesuaikan dengan kriteria hasil dan tujuan yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, et.al., editor. William’s Obstetric Textbook. 24th ed. New York: Mc
Graw Hill; 2014.
Lim, KH. Preeclampsia. September 2016;
WHO. Recommendations for Prevention and treatment of pre-eclampsia and
eclampsia. 2011;
Nimas Nuraini, Tantiya. 2019 Risiko kehamilan usia 40
tahunhttps://m.dream.co.id/parenting/diy/wasapadi-6-risiko-kehamilan-di-usia-40-
tahun-lebih-1909192.html