Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

POST PARTUM SECTIO CAESARIA

Disusun Oleh :

NAMA : Nur Fadilla

NIM : 1814471059

Dosen Pembimbing :

Ns. Rina Maariani, S.Kep.,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PRODI KEPERAWATAN KOTA BUMI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik klinik yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Ny.D Post Partum
Dengan Sectio Caesaria “. Telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Disusun Oleh

Nur Fadilla

1814471059

Mahasiswa

(Nur Fadilla)

Mengetahui,

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING RUANGAN

(Ns. Rina Mariani, S.Kep.,M.Kes) ( )


LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA

A. Konsep Teori Penyakit


I. Pengertian
Sectio operasi caesar adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan di
buka dinding perut dan dinding rahim.(sarwono 2005).
Sectio operasi caesar adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina.Outau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.(M.Ochtar,1998).

II. Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectiocaesarea adalah
rukturuteri iminem,pendarahan antepartum,ketuban pecah
dini.Sedangkan indikasi dari janin adalah vetaldistres dan janin besar
melebihi 400gr.Dari beberapa faktor sectiocaesarea di atas dapat di
uraikan beberapa penyebab sectiocaesar sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami.Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus di lalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami
2. PEB (Pre-eklamsi berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
lansung disebabkan oleh kehamilan,sebab terjadinya masih
belum jelas.Setelah perdarahan dan infeksi,Pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan pariental
paling penting dalam ilmu kebidanan.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban Pecah Dini adalah pecah nya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan di tunggu 1 jam belum terjadi
inpartu.
4. Bayi Kembar
Kelahiran Kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir,misalnya jalan lahir yang
tidak memungkinkan adanya pembukaan,adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir,tali pusar pendek,dan ibu sulit
bernafas
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala,pada
pemeriksaan dalam teraba VVB yang paling
rendah.Etiologi nya kelainan panggul,kepala
bentuk nya bundar,anak nya kecil atau
mati,kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi Muka
Letak kepala tengadah (defleksi),sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah
muka.Hal ini jarang terjadi,kira-kira 0,27 -0,5%.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala tengadah (defleksi) atau fleksi,dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling
depan.

b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin
terletak memanjang dengan kepala di pundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

III. Pathway SC

Kesulitan Proses Persainan

Dilakukan tindakan
SC
Trauma Pembedahan/ Kelahiran Anak
Insisi
Perubahan Peran
Luka
Kurang Pengetahuan

Tempat Klien takut Penurunan


Menekan
Nyeri Ansietas
masuk Bergerak kekuatan/kelemahan
ujung Syaraf
Akut banyak fisik
karena nyeri
Resiko bertambah Intoleransi
Infeksi aktivitas

Gangguan
Mobilitas
Fisik
IV. Manifestasi klinis
Periode post partum ialah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.Periode ini kadang-
kadang di sebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan (Bobak,2004)
1. Sistem reproduksi
 Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan,proses ini di mulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
 Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir,hormon oksigen yang di lepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,mengoperasi
pembuluh darah dan membantu hemostasis
 Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban di keluarkan,kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area
yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
 Lochea
Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan
debris trofoblastik.Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4
hari.Setelah 10 hari setelah bayi lahir,cairan berwarna kuning atau
putih.
 Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan,18 jam pasca
partum,serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat
dan kembali kebentuk semula.

2. Sistem endokrim
 Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasenta lactogen,eksogen dan
korsitol,serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetagenik kehamilan.
 Hormon hipofisis
Kadar prolagtin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi.Karena kadar follikel-
stimulatil hormon terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui disimpulkan ovarium tidak berespon terhadap etimlasi
FSH ketika kadar prolactin meningkat (Bowes,1991).

3. Apdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,abdomennya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hamil.

4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan stelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya hipotermia pada
kelahiran dan di latasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil. (Cunningham, dkk:1993).
5. Sistem cerna
 Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia,aneslesia,dan
keletihan,ibu merasa sangat lapar.
 Mortilitas
Secara khas,penurunan tonus dan mortilitas otot praktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir
 Defakasi
BAK secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari,setelah ibu
melahirkan.
6. Payudara
 Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang
tidak menyusui.Pada hari ke 3 atau ke 4 pasca partum bisa terjadi
pembengkakan.
 Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi di mulai,payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan yakni kolostrom.Setelah laktasi dimulai,payudara
teraba hangat dan keras ketika di sentuh.

7. Sistem Perkemihan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan,yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir.Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema,sering kali di sertai
daerah-daerah kecil hemoragi.

8. Sistem integumentasi
Hiperpigmentasi di aerola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir.Kulit yang meregang pada payudara,abdomen,paha,dan
panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.

V. Pemeriksaan diagnostik
1. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang
2. Pemindaian CT
Untuk menendeteksi perbedaan kerapatan jaringan
3. Daerah lengkap (HB,HT,Leukosit,Trombosit)
4. Urine lengkap

VI. Penatalaksanaan medis


1. Obserfasi ketat 2 jam post partum (Adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : Istirahat dan tidur tenang,usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke 1-2 : Memberikan KIE kebersihan diri,cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara,perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas,pemberian informasi tentang senam nifas
4. Hari ke 2 : Mulai latihan duduk
5. Hari ke 3 : Di perkenankan latihan berdiri dan berjalan

VII. Komplikasi
1. Pendarahan : Pendarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena antonia uterie
2. Infeksi puerperial : Kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
di bagi menjadi :
 Ringan,dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
 Sedang,suhu meningkat di sertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
 Berat,peritonealis sepsis dan usus paralitik
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung
kemih,embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus,sehingga pada kehamilan
berikut nya bisa terjadi ruptur uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi : kematian perinatal
B. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian
a. Pengkajian Dasar
1. Identifikasi
Tanggal Pengkajian : 04 Mei 2020
Nama Inisial Klien : Ny. D
Umur : 30 th
Alamat : Jl.Ayani Bandarjaya Barat, Lampung Tengah
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : S1-PG SD
Pekerjaan : Guru

2. Riwayat Kesehatan Sekarang :


Klien datang ke RSIA PUTI BUNGSU tanggal 29 April 2020 jam
04.30 wib dengan keluhan perut terasa kencang. Klien mengatakan
kontraksi sejak tanggal 28 April 2020 jam 17,00 wib. Kemudian klien
dibawa ke RS, dilakukan pemeriksaan APN (bukaan) sampai
keluarnya darah, karena takut terjadi pendarahan akibat banyaknya
darah yang keluar, maka dilakukan SC tanggal 29 April 2020 jam
06.00 wib. Setelah SC, klien mengatakan nyeri di luka bagian operasi,
terasa seperti disayat-sayat, dengan skala nyeri 7, dan nyeri dirasakan
hilang-timbul. Klien sudah bisa miring dan duduk pelan-pelan, namun
masih kesulitan dan nyeri untuk bergerak. Klien mengatakan sulit tidur
dan sering terbangun akibat nyeri pada luka SC.

3. Keluhan Utama Saat Pengkajian :


Nyeri di bagian PO SC

b. Pengkajian Keperawatan
1) Penampilan Umum :
-Klien tampak cemas
-Klien tampak gelisah
Tandal vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36ºC

2) Pengkajian Respirasi : -
3) Pengkajian Sirkulasi : -
4) Pengkajian Nutrisi dan Cairan :
-Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian luka post SC
5) Pengkajian Eliminasi : -
6) Pengkajian Aktivitas dan Istirahat :
-Rentang Gerak Menurun
-Nyeri saat bergerak
-Cemas saat bergerak
-Mengeluh sulit tidur
-Tampak lemas
-Fisik lemah
7) Pengkajian Neurosensori
-Klien mengatakan sakit kepala
8) Pengkajian reproduksi dan seksual
9) Pengkajian ibu hamil dan melahirkan
-Kehamilan tidak terencana
-Membutuhkan informasi tentang : Kehamilan dan persalinan
-Ekspresi wajah meringis
-Nyeri pada abdomen
-Cemas pada proses persalinan
10) Pengkajian pasca partum :
-Klien mengeluh tidak nyaman
-Klien tampak meringis
11) Pengkajian nyeri dan kenyamanan :
-Klien mengeluh tidak nyaman
-Klien mengeluh nyeri
-Klien tampak gelisah
-Klien tampak menangis dan meringis
12) Pengkajian psikologis :
-Klien tampak gelisah
-Klien tampak panik
13) Pengkajian tumbuh kembang : -
14) Penkajian kebersihan diri :
-Klien mengatakan tidak mampu mandi atau ke toilet secara mandiri
15) Pengkajian Keamanan dan Proteksi :
-Kerusakan jaringan kulit
-Kulit kemerahan
-Dilakukan prosedur invasif
-Kondisi pasca operasi

II. Pemeriksaan Penunjang :


 Gol Darah : B+
 HB : 12,6 g/dl
III. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Hasil Pengkajian :
1) Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (luka post op SC) d.d klien mengatakan
nyeri di bagian luka operasi, nyeri saat bergerak, dengan skala nyeri 7, klien
tampak meringis, gelisah dan sulit tidur.
2) Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri d.d klien mengatakan nyeri saat bergerak,
merasa cemas saat bergerak, rentang gerak (ROM) menurun, fisik lemah, dan
gerakan terbatas.
3) Resiko Infeksi d.d Efek prosedur invasif

IV. Rencana Keperawatan

No. Dx. Keperawatan Luaran/Tujuan Implementasi


(SLKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
Pencedera Fisik (luka selama 3x24 jam, maka
post op sc) d.d Tingkat Nyeri menurun,  Observasi :
DS : dengan kriteria hasil :  Identifikasi skala nyeri
-Klien mengeluh nyeri -Keluhan Nyeri menurun
 Terapeutik :
dibagian luka operasi -Skala nyeri menurun  Berikan teknik
DO : -Meringis menurun nonfarnakologis untuk
-Skala nyeri 7 -Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
-Tampak meringis -kesulitan tidur menurun
-Gelisah  Edukasi :
-Sulit tidur  Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

2. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan Ambulasi


Fisik b.d Nyeri d.d selama 3x24 jam, maka
DS : Mobilitas Fisik meningkat,  Observasi :
-Klien mengatakan dengan kriteria hasil :  Identifikasi adanya
nyeri saat bergerak -Rentang Gerak (ROM) nyeri atau keluhan
-Klien mengatakan meningkat fisik lainnya
cemas saat bergerak -Nyeri menurun  Identifikasi toleransi
DO : -Kecemasan menurun fisik melakukan
-Rentang gerak (ROM) -Gerakan terbatas menurun ambulasi
menurun -Kelemahan fisik menurun  Monitor ttv
-Fisik lemah
-Gerakan terbatas  Terapeutik :
 Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu
 Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
ambulasi

 Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
 Anjurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan

3. Resiko Infeksi d.d Efek Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi


Prosedur Invasif selama 3x24 jam, maka  Observasi :
Tingkat Infeksi meningkat,  Monitor tanda dan
dengan kriteria hasil : gejala infeksi lokal
-Kemerahan menurun dan sistemik
-Nyeri menurun
 Edukasi :
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka operasi

V. Implementasi Dan Evaluasi


 Hari Ke 1

No. Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf

1. Nyeri Akut  Mengidentifikasi skala S : -Klien Dilla


nyeri mengatakan masih
 Memberikan teknik nyeri dibagian luka
nonfarmakologis untuk SC
mengurangi nyeri
 Mjenelaskan strategi O : -Skala nyeri 7
meredakan nyeri -Klien tampak
meringis
-Gelisah

A : Nyeri Akut
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
10.00 wib :
-Mengidentifikasi
skala nyeri
10.15 wib :
-Memberikan
penjelasan strategi
meredakan nyeri
10.25 wib :
-Mengajarkan
tekhnik latihan
nafas dalam

2. Gangguan Mobilitas  Mengidentifikasi S : -Klien Dilla


Fisik adanya nyeri atau mengatakan nyeri
keluhan fisik lainnya saat bergerak
-Klien merasa
 Mengidentifikasi cemas saat bergerak
toleransi fisik
melakukan ambulasi O : -Rentang gerak
 Memonitor ttv menurun
 Memfasilitasi aktivitas -Gerakan terbatas
-Fisik lemah
ambulasi dengan alat
bantu A : Gangguan
 Melibatkan keluarga Mobilitas Fisik
untuk membantu pasien belum teratasi
dalam meningkatkan
ambulasi P : Lanjutkan
intervensi
 Menjelaskan tujuan dan
10.15 wib :
prosedur ambulasi -Monitor ttv
 Menganjurkan ambulasi TD : 120/80 mmHg
sederhana yang harus N : 80 x/menit
dilakukan RR : 20 x/menit
S : 36ºc

10.20 wib :
-Memfasilitasi
aktivitas ambulasi
dengan alat bantu
-Anjurkan untuk
mika miki
-Melibatkan
keluarga untuk
membantu pasien
dalam
meningkatkan
ambulasi
-Menganjurkan
melakukan
ambulasi dini

3. Resiko Infeksi  Memonitor tanda dan gejala O :-Panjang luka Dilla


infeksi lokal dan sistemik oprasi sc 15cm
 Menjelaskan tanda dan -Warna kulit area
gejala infeksi luka kemerahan

A : Resiko Infeksi
belum teratasi

P : Lanjutkan
Intervensi
10.20 wib :
-Mengobservasi
kondisi luka,
apakah masih
merah atau tidak
10.25 wib :
-Memberikan
informasi
bagaimana tanda
dan gejala infeksi

 Hari Ke 2

No. Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf

1. Nyeri Akut  Mengidentifikasi S : -Klien Dilla


skala nyeri mengatakan nyeri
 Memberikan tekhik menurun menjadi
non farmakologis skala 4
untuk mengurangi -Klien mengatakan
rasa nyeri lebih nyaman dari
kemarin

O : -Klien tampak
lebih nyaman
-Klien tidak terlalu
gelisah

A : Nyeri Akut
teratasi sebagian

P : Lanjutkan
intervensi
-Mengidentifikasi
skala nyeri
-Melakukan tekhnik
latihan nafas dalam
2. Gangguan Mobilitas  Memonitor ttv S : Klien Dilla
Fisik  Memfasilitasi mengatakan nyeri
aktivitas dengan alat berkurang saat
bantu bergerak
 Melibatkan keluarga
untuk membantu O : -Klien sudah
pasien dalam mampu bergerak
meningkatkan
ambulasi A : Gangguan
 Mengajarkan klien Mobilitas Fisik
melakukan ambulasi teratasi Sebagian
dini
 Memantau P : Lanjutkan
kemampuan klien intervensi
dalam beraktivitas 10.15 wib
-Memonitor ttv
TD : 110/80 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7ºC

10.25 wib :
-membantu klien
untuk mika miki

10.30 wib :
Membantu klien
untuk duduk
perlahan dan
berjalan
menggunakan alat
bantu kruk

3. Resiko Infeksi  Memonitor tanda O :-Panjang luka Dilla


dan gejala infeksi oprasi sc 15cm
lokal dan sistemik -Warna luka tampak
 Mengajarkan cara sedikit kemerahan
mencuci tangan
dengan benar A : Resiko Infeksi
 Mengajarkan cara Teratasi Sebagian
memeriksa kondisi
luka operasi P : Lanjutkan
Intervensi
10.10 wib :
-Mengobservasi luka
masih kemerahan
atau tidak
-Mengajarkan cara
mencuci tangan
sebelum memegang
bagian luka supaya
tidak terjadi infeksi

 Hari Ke 3

No. Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf

1. Nyeri Akut  Mengidentifikasi S : -Klien Dilla


skala nyeri mengatakan nyeri
sudah berkurang
menjadi skala 2
-Klien mengatakan
sudah mulai nyaman
dan nyeri sudah
tidakterasa

O :-Klien tampak
sudah tidak
terganggu dengan
nyerinya

A : Nyeri Akut
teratasi

P : Hentikan
Intervensi

2. Gangguan Mobilitas  Memonitor ttv S :-Klien Dilla


Fisik  Memantau mengatakan sudah
kemampuan klien tidak cemas untuk
dalam beraktivitas bergerak
-Klien mengatakan
mampu untuk
bergerak

O :-Klien sudah
tidak meringis saat
bergerak
-Klien lebih bebas
dan aktif dalam
bergerak
A : Gangguan
Mobilitas Fisik
Teratasi

P : Hentikan
Intervensi

3. Resiko Infeksi  Memonitor tanda O :-Warna luka Dilla


dan gejala infeksi sudah tidak merah
lokal dan sistemik
A : Resiko Infeksi
Teratasi

P : Hentikan
Intervensi

VI. Kesimpulan
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar,1992)
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelhairan pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan petimbangan hal-hal yang
perlu tindakan SC peoses persalinan normal lama atau kegagalan proses persalinan
normal (Dystasia).
Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri, gangguan mobilitas fisik, dan resiko
infeksi.

Anda mungkin juga menyukai