Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PRE EKLAMSI

OLEH
NOVIYANTI,S.Kep.Ners
Pengertian Preeklampsia

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai


proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
(Mansjoer, 2000)
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut
yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria
(kamus saku kedokteran Dorland ).
Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia
Adapun penyebab preeklampsia sampai sekarang belum
diketahui, namun ada beberapa teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan
ganda,hidramnion, dan mola hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya
kehamilan.
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan
koma.
Faktor Predisposisi Preeklamsia

Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
 Hidropfetalis
 Obesitas
 Umur yang lebih dari 35 tahun
Klasifikasi Preeklampsia

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :


Preeklampsia Ringan :
  Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur
pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik
15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
  Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau
kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
   Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter;
kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
Preeklampsia Berat

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.


Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24
jam .
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan
 rasa nyeri pada epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.
Patofisiologi Preeklamsia
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam
sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini
menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke
utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler
menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya
hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena
adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre
eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ
tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga
dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
Manifestasi Klinik Preeklampsia

Pertambahan berat badan yang berlebihan


Edema
Hipertensi
Proteinuria
Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di
daerah frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di
daerah epigastrium, mual atau muntah
Pemeriksaan Penunjang
Preeklampsia
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan
darah
 Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar
normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr
%)
 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
 Trombosit menurun
( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis
 Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
 Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat
( N= 15-45 u/ml )
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat
( N= <31 u/l )
 Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah


 Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.

b. Kardiografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
Diagnosis Preeklampsia

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :


Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang
berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria
Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri
epigastrium; gangguan visus; penglihatan kabur,
diplopia; mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan
tidak tenang
Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat
dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium
Pencegahan Preeklampsia

 Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara


teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin
(preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
 Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya
preeklampsi kalau ada faktor-faktor predisposisi.
 Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah
garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga
menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
Komplikasi Preeklampsia

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami.


Namun yang termasuk komplikasi antara lain:
Pada Ibu
•  Eklampsia
•  Solusio plasenta
•  Pendarahan subkapsula hepar
•  Kelainan pembekuan darah ( DIC )
•  Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan
low platelet count )
Ablasio retina
Gagal jantung hingga syok dan kematian.
Pada Janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
Prematur
Asfiksia neonatorum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
Konsep Dasar Askep Preeklampsia
A. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan preeklampsia adalah :
1. Data subyektif :
– Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
– Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, edema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
– Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
– Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia sebelumnya
– Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
– Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
2. Data Obyektif :
– Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
– Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
– Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
– Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
( jika refleks + )
– Pemeriksaan penunjang ;
• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak
• USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
Masalah Keperawatan

a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan


dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
berhubungan dengan perubahan pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan
kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan
koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan
darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
 
Kriteria Hasil :
– Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
– Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi
uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang.
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin
berhubungan dengan perubahan pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal
distress pada janin
 
Kriteria Hasil :
– DJJ ( + ) : 12-12-12
– Hasil NST :
– Hasil USG ;
Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan
kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti
penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
– Ibu mengerti penyebab nyerinya
– Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya
2. Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
 
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan
koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
– Ibu tampak tenang
– Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
– Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
3. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang maladaptif
2. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki
ibu efektif
3. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
 
D. Implementasi
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah
ditentukan.

E. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah
ditentukan
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai