Anda di halaman 1dari 33

Hipertensi dalam kehamilan

dr. Denni hermartin, SpOG


Penyebab Kematian Ibu di
Indonesia
Lain-lain 11%

Abortus 5%
Partus
lama/macet
Pendarahan 27%
5%
Emboli
obstretrik 5%
50% kematian
Trauma Eklampsia 23%
maternal
obstretrik 5%
disebakan oleh
Komplikasi
perdarahan &
puerpurium
eklampsia
8%
Infeksi 11%
Pendahuluan
 Preeklampsia merupakan sindroma yang melibatkan semua
organ tubuh.
 Insiden : 5,2% dari seluruh persalinan
 Angka kematian maternal pada kehamilan dengan
Preeklamsia dan eklamsia :
 9,8 – 25 % ( indonesia )
 20% ( amerika serikat )
 Preeklampsia early onset (<34 minggu) berhubungan
dengan kejadian peningkatan morbiditas dibandingkan
dengan late onset
Hipertensi dalam kehamilan
Definisi 
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya
normotensi 

Gestasional hipertensi
Hipertensi Kronik
Preeklampsia
Eklampsia
Superimposed Preeclampsia
HIPERTENSI GESTASIONAL 
Definisi 
• Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah
kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah
persalinan
Diagnosis 
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg 
• Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan
darah normal di usia kehamilan <12 minggu 
• Tidak ada proteinuria
• Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, (nyeri
ulu hati dan trombositopenia) 
• Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan 
Tatalaksana Hipertensi Gestasional
• Observasi Tekanan darah, urin (proteinuria),
dan kondisi janin setiap minggu. 
• Jika TD meningkat, tangani sebagai
preeklampsia ringan. 
• Jika kondisi janin memburuk (pertumbuhan
janin terhambat), rawat untuk penilaian
kesehatan janin. 
• Edukasi tanda bahaya dan gejala preeklampsia
dan eklampsia. 
• Jika tekanan darah stabil, janin dapat
dilahirkan secara normal 
HIPERTENSI KRONIK 

Definisi 
• Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan
menetap setelah persalinan 
Diagnosis 
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg 
• Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya
hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu 
• Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin) 
• Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal
Tatalaksana Hipertensi Kronik
• Istirahat  
• Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat
obat antihipertensi, dan terkontrol dengan
baik, lanjutkan pengobatan tersebut  diskusi
penggantian obat yang cocok selama
kehamilan.
• Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau
tekanan sistolik >160 mmHg, berikan
antihipertensi 
• Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan
gejala lain, pikirkan superimposed
preeklampsia dan tangani seperti
preeklampsia 
PREEKLAMPSIA
  
Syndroma yang ditandai dengan adanya hipertensi pada
usia kehamilan > 20 minggu dan kelainan multi organ
yang dapat disertai dengan proteinuria
 Tekanan Darah 140/90 (kenaikan S>30, D>15)
 Proteinuria > 0,3g dlm 24 jam urin tampung atau 30mg
pada 2x pemeriksaan interval 6 jam, dengan protein :
Creatinin ratio ≥ 0,3 (dipstik +1)
 Bisa tanpa proteinuria tapi disertai gejala cerebral
persisten (Nyeri Kepala, scotoma), nyeri epigastrium
atau kuadran kanan atas , Mual muntah,
trombositopenia, abnormal enzim hepar, insufisiensi
ginjal (Cr >1,1mg/dl)
 Pada Early onset PEB (usia < 34 minggu)  morbiditas
meningkat
PREEKLAMPSIA

Preeklampsia without severe features


• Tekanan darah ≥140/90 mmHg setelah 20 minggu
• Protein urine > 300 mg/24 jam atau > 1+
• Tekanan darah kembali normal 12 minggu setelah persalinan

Preeclampsia with severe features)


• Pusing, pandangan kabur, nyeri ulu hati menetap atau kuadrant kanan atas
• Tekanan darah ≥ 160/110 mmhg
• Proteinuria 2 gr/ 24 jam or > 2+
• Serum creatinine ≥ 1,2 mg/dl  Renal insufisiensi
• Platelet < 100.000/ mm3
• Peningkatan SGOT/SGPT 2x normal.
• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion Perhatikan cara
• Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif  pengukuran
• Oliguria (< 500ml/24jam) Tekanan darah
Preeklamsia sebagai kelainan dua
tahap
Tahap 1
Plasentasi yang kurang baik

Tahap 2
Stres oksidatif pada
plasenta

Restriksi Pelepasan faktor-faktor


pertumbuhan janin plasenta ke sistemik

respon inflamasi, aktivasi


endotel sistemik

sindrom preeklampsia
Patofisiologi Preeklampsia

 Invasi cytotrophoblasts tidak


sempurna pada tunica muscularis
a.spiralis  sehingga gagal merubah
fenotip epithelial menjadi fenotip
endothelial,
 Diameter Pembuluh Darah menjadi
kecil  sirkulasi uteroplacental
menurun dan perfusi jadi
memburuk.
 Plasenta menjadi hypoxia  stress
oxidative  reaksi apoptosis dan
nekrosis  terjadi endothelial
dysfunction dan reaksi inflamasi
Patofisiologi Preeklampsia
Maternal
vascular Patofisiologi Faulty Excessive
placentation Trophoblast
disease Preeklamsia

Genetic
Imunologi
Inflamatory factor

Vasoactive agents:
Reduced uteroplacental Noxious Agents
• Prostaglandins
perfusion Cytokines
• Nitric Oxide
Lipid peroxidases
• Endothelins

Endothelial
Activation

Activation of
Vasospasm Permeability disorder
Coagulation
( capillary leak )

• Hypertension
• Seizure
• Edema Thrombocytopenia
• Oligouria
• Hemoconcentration
• Abruption
• Proteinuria
• Liver ischemia
Faktor Resiko
Preeklampsia
 Usia tua
 Peningkatan TD di trimester 2/
trimester 3 awal
 Hipertensi dalam kehamilan
 Diabetes dalam kehamilan
 Peningkatan BMI
 Riwayat keluarga preeklampsia
 Primipara
 Ukuran plasenta yang besar
 Riwayat merokok
 Ras. Etnis, genetik afrika amerika
 Kehamilan kembar, IVF
Pengawasan Khusus Preeklampsia

 Bila diagnosis preeklamsia belum ditegakkan tetapi


ditemukan gejala/tanda berikut, :
 New-onset headache or visual disturbances
 Nyeri abdomen, terutama kuadran kanan atas atau
epigastrium
 Pertumbuhan janin terhambat
 New-onset proteinuria pada paruh kedua masa
kehamilan
 Peningkatan TD sistolik > 30 mmHg atau diastolik >
15 mmHg
 Edema atau peningkatan berat badan yang cepat
bukan kriteria diagnostik dan tidak sensitif maupun
spesifik untuk preeklamsia.
Perubahan pada Kriteria ACOG 2013

 Proteinuria tidak secara absolut dibutuhkan untuk


diagnosis preeklamsia.

 Proteinuria masif (> 5 g) dihapuskan dari kriteria


beratnya preeklampsia, karena hubungan antara jumlah
protein urin dan luaran kehamilan sangat minimal.

 Pertumbuhan janin terhambat dihapuskan dari kriteria


beratnya preeklampsia, karena tatalaksananya sama
saja pada pasien dengan atau tanpa preeklamsia.
Prinsip Tatalaksana Preeklampsia

1. Safety of the woman and her fetus


2. Delivery of a mature newborn that will not
require intensive or prolonged neonatal care
Tatalaksana Preeklampsia
 ABC
 Pemberian anti hipertensi
 Pemberian MgSO4
 Pemeriksaan penunjang tambahan 
• Hitung darah perifer lengkap (DPL) 
• Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silang 
• Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT) 
• Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum) 
• Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen) 
• USG (terutama jika ada indikasi gawat janin/pertumbuhan janin
terhambat) 
 Pertimbangan persalinan/terminasi kehamilan 
Tatalaksana Preeklampsia
 Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan
preeklampsia berat dengan janin yang belum viable atau
tidak akan viable dalam 1-2 minggu. 
 Preeklampsia berat,janin viable,namun UK < 34 minggu 
manajemen ekspektan (observasi ketat dan tidak
terdapat kontraindikasi). 
 Preeklampsia berat, UK 34 - 37 minggu, manajemen
ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak terdapat
hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan
gawat janin. (observasi ketat)
 Preeklampsia berat, aterm  persalinan dini dianjurkan. 
 Preeklampsia ringan, aterm  induksi persalinan
dianjurkan. 
Dosis obat antihipertensi

Nama obat Dosis Keterangan


Nifedipin 4 x 10-30 mg per oral Dapat menyebabkan
(short acting) hipoperfusi pada ibu dan
1 x 20-30 mg per oral janin bila diberikan
(long acting/Adalat sublingual
OROS)
 
Nikardipin 5 mg/jam, dapat Efek samping: hipotensi,
dititrasi 2,5 flushing, sakit kepala
mg/jam tiap 5 menit
hingga maksimum 
10 mg/jam 
Metildopa 2 x 250-500 mg per oral  
(dosis maksimum 2000
mg/hari)
CARA PEMBERIAN MGSO4 
• Dosis awal 4 g MgSO4  cegah kejang atau kejang berulang. 
• Dosis rumatan 6 g MgSO4 dalam 6 jam Sambil menunggu rujukan.
• Kejang berulang  Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan (15-20 menit).
• Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan masih terdapat kejang,  pemberian
diazepam 10 mg IV selama 2 menit. 

Syarat pemberian
MgSO4 
• Tersedia Ca Glukonas
10%, 
• Ada refleks patella 
• frekuensi napas > 16
x/menit, 
• Jumlah urin minimal
0,5ml/kg BB/jam 
Manajemen Aktif (Terminasi Kehamilan)
Indikasi:
Bila didapatkan salah satu/lebih keadaan:
 Ibu:
- kehamilan ≥37 minggu
- terdapat gejala impending eklamsi
- kegagalan terapi konservatif:
setelah 6 jam pemberian obat terjadi kenaikan
tekanan darah atau setelah 24 jam pemberian obat
tidak ada perubahan
 Janin:

- Gawat janin
- Pertumbuhan janin terhambat
 Laboratorik:

- HELLP syndrome
Rekomendasi Upaya Pencegahan
Preeklampsia

 Aspirin dosis rendah (60-80 mg / hari)


 Direkomendasikan pada perempuan dengan
risiko tinggi
 Efek samping minimal.

 Kalsium (1.5-2 g / hari)


 Direkomendasikan pada perempuan hamil
dengan baseline calcium intake rendah (< 600
mg/hari)
Superimposed Preeklampsia

• Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada


sebelum usia kehamilan 20 minggu) 
• proteinuria >+1 atau trombosit <100.000 sel/uL
pada usia kehamilan > 20 minggu 
• Tatalaksana sesuai Preeklampsia
Eklampsia

• Kejang umum dan/atau koma 


• Ada tanda dan gejala preeklampsia 
• Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya
epilepsi, perdarahan subarakhnoid, dan
meningitis) 
Tatalaksana Eklampsia
• ABC
• MgSO4 intravena  tatalaksana pencegahan dan
tatalaksana kejang.
• Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan
seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu RUJUK. 
• Anti hipertensi
• Kejang berulang  INTUBASI  ICU
• Pemantauan tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, dan jumlah urin. 
• Pemeriksaan penunjang tambahan 
• Pertimbangan persalinan/terminasi kehamilan 
 Bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam sejak terjadinya kejang. 
EDEMA PARU 
Diagnosis 
• Sesak napas, hipertensi, batuk berbusa, ronki basah
halus pada basal paru pada ibu dengan preeklampsia
berat 

Tatalaksana 
• Posisikan ibu dalam posisi tegak/ setengah duduk
• Berikan oksigen 
• Berikan furosemide 40 mg IV. 
• Bila produksi urin masih rendah (<30 ml/jam dalam 4
jam), pemberian furosemid dapat diulang. 
• Ukur keseimbangan cairan. Batasi cairan yang masuk. 
SINDROMA HELLP 
Diagnosis 
• Hemolisis  LDH, pemeriksaan darah tepi
(schizocytosis, spherocytosis, and reticulocytosis)
• Elevated Liver Enzim (peningkatan kadar enzim
hati)
• Low Platelet Count (trombositopenia)
Tatalaksana 
• Lakukan terminasi kehamilan.
KLASIFIKASI HELLP SINDROM
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai