Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Preeklampsi

2.1.1 Definisi

Preeklampsi adalah hipertensi pada kehamilan umur 20 mingguan

atau lebih pada masa nifas yang disertai timbulnya proteinuria atau edema

(Taufan Nugroho, 2012). Definisi lain dari preeklampsia adalah suatu

sindromaspesifik kehamilan berupa kurangnya perfusi plasenta akibat

vasospasme dan aktivitas endotel yang dapat mempengaruhi seluruh

sistem organ dan ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria pada

pertengahan akhir kehamilan atau diatas usia kehamilan 20 minggu

(Keman, 2014).

Preeklampsi diketahui dengan adanya tanda-tanda seperti

hipertensi, proteinuria, dan oedem pada ibu hamil. Preeklampsi timbul

sesudah minggu ke 20 dan paling sering terjadi pada primigravida muda.

Eklampsi adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita

hamil dan wanita nifas disertai dengan hipertensi, proteinuria dan oedem

(Purwoastuti & Walyani, 2015).

Preeklampsi adalah regresi setelah kelahiran gangguan ini

biasanya terjadi pada trimester kedua kehamilan, biasanya ditandai dengan

kemunculan sedikitnya dua dari tiga tanda utama yaitu hipertensi, edema

dan proteinuria (Bilington & Stevenson, 2010). Hipertensi pada ibu hamil

10
11

atau biasa disebut preeklampsia ditandai dengan meningkatnya tekanan

darah menjadi 140/90 mmHg yang terjadi pada kehamilan usia 20 minggu

atau setelah persalinan (Situmorang, 2016).

Berdasarkan definisi-definisi di atas tersebut, dapat di simpulkan

bahwa preeklampsi adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan

proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan)

yang terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

2.1.2 EtiologiPreeklampsi

Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara

pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor

– faktor lain yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya

preeklamsia yaitu sebagai berikut (Sutrimah, 2015).

1. Usia ibu

Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu

dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam proses

berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia remaja

atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita

dengan usia diatas 35 tahun.

2. Usia kehamilan

Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan

minggu ke 20, gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di

bawah usia kehamilan 20 minggu, masih dikategorikan dalam


12

hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada

minggu >37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin

berisiko terjadinya preeklampsia.

3. Paritas

Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin

lebih dari satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah

melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:

a. Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk

pertamakalinya.

b. Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari

satu kali.

c. Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari

lima kali.

4. Riwayat hipertensi / preeklamsia

Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah

faktor utama. Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat

preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian

preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal

yang buruk (Lalenoh, 2018).

Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan

risikohampir tiga kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu

dapat meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018).


13

5. Penyakit terdahulu (diabetes militus)

Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes,

kemungkinan akan terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat.

Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi preeklampsia pada ibu

dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak

menderita hipertensi kronik.

6. Obesitas

Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada

setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort

mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35 akan

memiliki risiko mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat.

7. Bad Obstetrik History

Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia,

kehamilan molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan

mengalami preeklampsia pada kehamilan selanjutnya, terutama jika

diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun.

2.1.3 Klasifikasi Preeklampsi

Menurut Icemi Sukarni.K., et al (2013) preeklampsi dibedakan

menjadi dua yaitu preeklampsi ringan dan preeklampsi berat dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Preeklampsi ringan, bila disertai dengan keadaan tekanan darah 140/90

mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang atau
14

kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30

mmHg atau lebih.

Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan

dengan jarak pemeriksaan 1 jam, sebaiknya 6 jam. Edema umum,

kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per

minggu. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1

+ atau 2 + pada urin kateter atau midstream. Dyspepsia atau

trombositopenia.

2. Preeklampsi berat, bila disertai dengan keadaan tekanan darah 160/110

mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. Oliguria yaitu

jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral,

gangguan visus dan rasa nyeri pada epigastrium. Terdapat edema paru

dan sianosis. Menurut (Wibowo dkk, 2015) preeklampsi berat bisa

ditandai dengan :

a. Proteinuria ≥ 5 gr / 24 jam atau 2 + 2 dipstik

b. Peningkatan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan

SGPT (serum glutsmic pyruvic transminase), nyeri epigastrik atau

kuadran kanan atas

c. Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion


15

2.1.4 Pathway Preeklampsi

Penyakit vaskuler ibu Gangguan plasenta trofoblas berlebihan

Faktor genetic,
imunologi / inflamasi

Penurunan perfusi
uteroplasenta

Zat vasoaktif : Zat perusak :


Aktivitas
Prostaglandin,Nitratoksida Sitokin
Endotel
Endotelin peroksidaselemak

Kebocoran
vasopasme aktivitas koagulasi
Kapiler

Edema Hemokonsentrasi
proteinuria Solusio

Hipertensi Kejang Trombositopenia Oliguria Iskemia Hepar

Gambar 2.1 Pathway Preeklampsi


(Afridasari dd, 2015)
16

2.1.5 PatofisiologiPreeklampsi

Menurut (Deitra, 2013) Preeklampsi dapat berubah dari ringan

menjadi berat sampai eklampsi. Pemikiran saat ini adalah perubahan

patologi yang terjadi pada ibu dengan preeklampsi disebabkan oleh

gangguan perfusi plasenta dan difungsi sel endotel. Perubahan patologi

terjadi jauh sebelum diagnosis klinis preeklampsi dibuat. Normalnya

dalam kehamilan arteri spiralis dalam rahim akan melebar dari pembuluh

darah muscular berdinding tebal, menjadi pembuluh darah yang tipis

dengan diameter yang jauh lebih besar. Perubahan ini meningkatkan

kapasitas pembuluh darah, sehingga mereka bisa menerima peningkatan

volume darah pada kehamilan. Terjadi penurunan perfusi plasenta dan

hipoksia. Kelainan ini menyebabkan vasospasme menyeluruh yang

menyebabkan perfusi jaringan yang buruk pada semua organ,

meningkatkan resistansi perifer dan tekanan darah. Disfungsi sel endotel

dapat menyebabkan tanda dan gejala yang umum pada preeklampsi.

Menurut Icemi, S., et al. (2013) dalam bukunya yang berjudul

Buku Ajar Keperawatan Maternitas mengatakan biasanya tanda-tanda

preeklampsi timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang

berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya proteinuria. Pada

preeklampsi ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada

preeklampsi berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,

penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala-


17

gejala ini sering ditemukan pada preeklampsi yang meningkat dan

merupakan petunjuk bahwa eklampsi akan timbul.

Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan

ritensi garam serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola

glomelurus. Dalam beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya

sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua

arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,

sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi

jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2015).

Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh

penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum

diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta garam.

Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteliola sehingga terjadi

perubahan pada glomerulus (Sofian, 2015).

2.1.6 Manifestasi Klinis

Menurut Icemi dan Wahyu (2013), Biasanya tanda- tanda

preeklampsi timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang

berlebihan, diikuti edema, hipertensi,dan akhirnya proteinuria. Pada

preeklampsi ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada

Preeklampsi berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia,

penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala-

gejala ini sering ditemukan pada preeklampsi yang meningkat dan

merupakan petunjuk bahwa eklamsia timbul.


18

Hipertensi yang berbahaya dapat menyebabkan perdarahan

serebrovaskular, enselofati hipertensif dan dapat memicu kejang eklamptik

pada perempuaan dengan preeklampsi (Nova Muhani 2015). Hal ini juga

di tunjang dengan teori (Andalas et al 2017) eklamsia adalah kejang yang

terjadi pada ibu hamil dengan tanda-tanda preeklampsi, preeklampsi

sendiri merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari hipertensi (tekanan

darah ≥140/90 mmHg) bersama dengan proteinurinariamasif yang terdiri

pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu, kejang pada eklamsia

terdiridari beberapa fase. Fase pertama terjadi adanya twitching pada

wajah pada 20 detik pertama diikuti pada fase kedua timbulnya sentakan

tonik-klonik pada badan dan ekstremitas pasien diikuti dengan fase

penurunan kesadaran saat setelah kejang pasien dapat menjadi agitasi serta

terjadi hiperventilasi.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi ibu dengan preeklampsia adalah cerebral vascular

accdident, kardoipulmunari edema, retardasi pertumbuhan, kematian janin,

intra uterine, yang disebabkan oleh hipoksia dan premature

(Maryunani&Yulianingsih, 2012).

Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami bergantung

pada derajat preeklamsia yaitu antara lain:

1. Komplikasi pada ibu

a. Eklamsia.

b. Solusio plasenta.
19

c. Perdarahan subkapsula hepar.

d. Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular coagulation

(DIC).

e. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan low

platelet count).

f. Ablasio retina.

g. Gagal jantung hingga shok dan kematian.

2. Komplikasi pada janin

a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.

b. Premature

c. Asfiksia neonatorum.

d. Kematian janin dalam uterus.

e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

2.1.8 Penatalaksanaan Preeklampsi

Pada preeklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan

ritensi garam serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola

glomelurus. Dalam beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya

sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua

arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,

sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi

jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2015).

Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan

oleh penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial


20

belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta garam.

Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteliola sehingga terjadi

perubahan pada glomerulus (Sofian, 2015).

Menurut Amin (2016) Tujuan utama penangan preeklamsia adalah

mencegah terjadinya eklamsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor

APGAR baik, dan mencegah mortalitas maternal dan parietal

1 Preeklamsia ringan

Istirahat di temmpat tidur merupakan terapi utama dalam

penganan preeklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi

tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal

meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah menurun dan

reabsorpsi cairan bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur

menurunkan tekanan darah. Apabila preeklamsia tersebut tidak

membaik dengan penanggan konservatif, dalam hal ini kehamilan

harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal.

2 Preeklamsia berat

Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat sedative

kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam

bahaya akut sudah diatasi , tindakan terbaik adalah menghentikan

kehamilan sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat

diberikan larutan magnesium sulfat ( MgSO4) 20% dengan dosis 4

gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian

dilanjutkan dengan MgSo4 40% sebanyak 12 gram dalam 500cc ringer


21

laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/ menit. Tambahan magnesium sulfat

hanya dapat diberikan jika dieresis pasien baik, reflex patella positif

dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/ menit. Obat ini memiliki

efek menenangkan, munurunkan tekanan darah dan meningkatkan

dieresis selaian magnesium sulfat, pasien dengan preeklamsia dapat

juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuscular

ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular. 2. Eklamsia

3 Tujuan utama penangan eklmasia adalah menstabilisasi fungsi vital

penderita dengan terapi suportif Airwy, Breathing, Circulasion (ABC),

mengendalikan kejang, mengendalikan tekanan darah khususnya jika

terjadi krisis hipertensi sehingga penderita mampu melahirkan janin

dengan selamat pada kondisi optimal. Pengendalian kejang dapat

diterapikan dengan pemberian magnesium sulfat pada dosis muatan

( loding dose) 4-6 gram IV diikuti 1,5-2 g/jam dalam 100 ml infuse

rumatan IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik 4,8-8,4

mg/dl sehingga kadar magnesium serum dapat dipertahankan dari efek

toksik.

3.1.1 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Amin (2016), Pemeriksaan Laboraratorium

1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal

hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%), hemaktrokit

meningkat ( nilai rujukan 37- 43 vol%), trombosit menurun ( nilai

rujukan 150- 450 ribu/ mm3).


22

2. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

3. Pemeriksaan fungsi hati

Bilirubin meningkat ( N = < 1 mg/dl), aspartat aminomtrasferase

(AST) > 60 ul, serum Glutamat pirufat trasaminase (SGPT) meningkat

( N= 15-45 u/ml), serum glutamate oxaloacetix trasaminase ( SGOT)

meningkat ( N = < 31 u/l), total Protein serum menurun ( N = 6,7- 8,7

g/dl)

4. Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N = 2,4 – 2,7 mg/dl)

5. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus,

pernafasn intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume

cairan ketuban sedikit

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah

3.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Nutrisi

3.2.1 Definisi

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia yang sangat vital. Nutrisi merupakan sumber energi untuk segala

aktivitas dalam tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam

tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati
23

ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal

dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia (Andina &

Yuni, 2017).

1. Penentuan kebutuhan kecukupan energy menurut Pipit, 2018 :

Cara-cara menentukan kebutuhan energy (kalori)

Teori RBW (teori berat badan relative)

RBW = BB (Kg)/ TB (cm)- 100 X 100%

BB = Berat badan

TB = Tinggi badan

2. Menghitung berat badan ideal

Perhitungan Antropometri

a. Berat Badan Ideal (BBI) bayi (anak 0-12 bulan)

BBI = (umur(bln)/2) + 4

b. BBI untuk anak (1-10 tahun)

BBI = (umur(thn) x 2) + 8

c. Remaja dan dewasa

BBI = (TB-100) – (TB-100) X 10%

Atau BBI = (TB – 100) X 90%

3.2.2 Elemen nutrient / Zat gizi

1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energy utama yang dibutuhkan oleh

tubuh manusia. Karbohidrat tersusun dari unsure Carbon (C), Hidrogen


24

(H) dan oksigen (O). Karbohidrat disintesis dari karbon dioksida dan

air. Struktur utama karbohidrat adalah monosakarida.

2. Protein

Protein merupakan salah satu biomolekul raksasa selain

polisakarida, lipid dan polinuklentida dengan berat molekul besar yang

terdiri dari satu atau lebih asam amino. Protein mengandung karbon,

hydrogen, oksigen dan kadang kala sufur serta fosfor didalam tubuh

terdapat lebih dari 100.000 jenis protein.

3. Lemak

Lemak juga merupakan sumber energy bagi tubuh manusia.

Lemak termasuk pembangun dasar jaringan tubuh karena ikut berperan

dalam membangun membrane sel, serta membrane beberapa organel

sel. Bobot energy yang dihasilkan lemak 2 ¼ kali lebih besar

dibandingkan karbohidrat dan protein. Jika dihitung, satu gram lemak

dapat menghasilkan sembilan kalori, sedang satu gram karbohidrat dan

protein hanya menghasilkan empat kalori. Selama proses pencernaan,

lemak akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Hal ini

dilakukan agar lemak dapat diserap oleh organ pencernaan untuk

kemudian dibawa ke organ yang membutuhkannya.

4. Vitamin

Vitamin adalah suatu senyawa organik kompleks yang

dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Walaupun demikian, vitamin

mengambil peranan yang amat penting untuk proses pertumbuhan.


25

Vitamin juga bermanfaat untuk mempertahankan kesehatan serta

proses metabolisme normal dalam tubuh. Vitamin tidak dapat

dihasilkan sendiri atau disintesa tubuh. Inilah yang membuat vitamin

harus diperoleh dari makanan. Didalam makanan itupun vitamin hanya

terdapat dalam jumlah sedikit.

5. Mineral

Mineral adalah zat yang terdapat di alam dengan kandungan

kimia homogen. Mineral juga memiliki bentuk teratur. Mineral

terbentuk secara alamiah atau memiliki proses anorganik. Mineral

memiliki struktur kristal karena mempunyai sifat-sifat kimia dan

fisika. Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan manusia untuk

mendukung proses tumbuh dan proses kembangnya, meski dalam

jumlah yang kecil. Mineral punya komposisi unsur murni dan

garamsederhana yang begitu kompleks dengan berbagai macam bentuk

yang kadang sampai ribuan bentuk. Mineral merupakan unsur kimia

individu yang tidak dapat rusak. Kandungan mineral dari berbagai

jenis makanan biasanya disebut " abu ". Disebut demikian karena

mineral ialah produk yang tersisa dari makanan setelah makanan

tersebut dihancurkan pada suhu tinggi atau di degradasi oleh bahan

kimia. Pada tubuh manusia, mineral membentuk sekitar 4 % dari berat

badan orang dewasa.


26

3.2.3 Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Menurut Pipit Festy , 2018 diantaranya :

1. Pertumbuhan

a. Pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya materi penyusun

badan dan bagian bagianya. Fase ini dimulai dari dalam kandungan

sampai usia remaja. Kebutuhan nutrisi sangat penting untuk

pertumbuhan tubuh agar terbentuk tulang, otot yag kuat, cadangan

lemak yang cukup untuk melindungii tubuh dan organ organya.

b. Perkembangan motorik pada anak dan remaja merangsang anak

dan remja untuk mulai kritis dalam memilih makanan.

c. Dewasa nutrisi tidak untuk pertumbuhan hanya untuk bekerja dan

mempertahankan kesehatan agar optimal.

2. Umur

a. Pada usia muda diperlukan untuk pertumbuhan. Semakin tua

kebutuhan energi dan nutrisi lainya mulai berkurang. Setelah usia

20 tahun proses metabolisme berangsur-angsur turun secara teratur

dan keutuhan nutrisi pun menurun.

b. Mulai umur 20 tahun kebutuhan nutrisi antar laki - laki dan

perempuan dibedakan.

3. Jenis kegiatan dan Ukuran Tubuh

a. Semakin aktivitas fisik yang dilaukan maka kebutuhan energi dan

nutrisi lainya semakin banyak.


27

b. Pada usia anak dan remaja nutrisi di perlukan untuk beraktifitas

pada dewasa untuk bekerja, pada lansia untuk memelihara dan

mempertahankan kesehatan.

4. Keadaan atau fisiologis tubuh

a. Pada keadaan sakit seperti infeksi atau demam akan terjadi

perubahan metabolisme , pada saat ini diperlukan asupan protein

tinggi dan nutrisi lainya.

b. Pada kondisi hamil dan menyusui diperlukan peningkatan asupan

nutrisi baik kualitas maupun kuantitasnya.

c. Pada kondisi haid diperlukan peningkatan asupan makanan sumber

pembentukan sel darah merah antara lain protein. Fe, vitamin C,

vitamin B12, asam folat untuk hindari anemia.

3.2.4 Masalah Kebutuhan Nutrisi

Menurut Bunga Astria (2017) :

1. Obesitas

Penyakit ini akan terjadi ketika seseorang mengkonsumsi

karbohidrat atau kalori secara berlebihan sehingga berat badan akan

mengalami pertambahan diluar yang seharusnya.

2. Marasmus

Penyakit ini bisa muncul karena seseorang kurang mengkonsumsi

kalori dan protein. Kekurangan kalori inilah yang memunculkan

konsidi serius malzat gizi.


28

3. Diabetes millietus

Penyakit ini muncul ketika asupan karbohidrat dalam tubuh tidak

seimbang. asupan yang tidak seimbang inilah yang akan memunculkan

gangguan metabolisme karbohidrat.

4. Intoleransi laktosa Penyakit ini terjadi karena adanya gangguan

metabolisme laktosa, gangguan ini bisa terjadi karena adanya

defisiensi enzim laktosa.

3.3 Konsep Keperawatan Keluarga

3.3.1 Definisi keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebihyang disatukan

oleh kebersamaan dan kedekatan empsipnal serta mengidentifikasikan

dirinya sebagai bagian dari keluarga.(Nadirawati,2018 ).

Keluarga adalah sebuah kelompokyang mengidentifikasikan diri

dan terdiri atasdua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan

kebersamaan dan ikatan emosional tidakhanya berdasarkan ikatan darah

atau hukumdan dapatjuga tidak,namunberfungsi sedemikian rupa

sehingga mereka menganggap dirinya sebagaikeluarga dan

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga

(Nadirawati,2018 ).

Keluarga adalah unitterkecil dari masyarakatyang terdiri dari

suami-istri atau suami-istri dan anak –anaknya,atau ayah dananaknya atau

ibu dan anaknya. (Ajchar,2015 ).


29

Dari beberapa definisi keluarga di atas maka dapat disimpulkan,

bahwa karaketristik keluarga adalah anggota keluarga berinteraksi satu

sama lain dan masing-masing mempunyai peran

sosial :suami,istri,anak,kakak,adikdan sebagainya.

3.3.2 Tipe keluarga

Tipe keluarga menurutMirwani (2016 ),yaitu :

1 Tradisional 1 ) The nuclear family(keluarga inti) Terdiri dari suami,

istri dan anak. Tipe keluarga inti diantaranya :the dayd

family(keluarga tanpa anak), the childless family, keluarga adopsi , the

extended family, the single parentfamily(keluarga orang tua tunggal),

Commuter family, keluarga campuran (blended family)

2 The nuclear family(keluarga inti)

Keluarga terbentukkarena pernikahan,peransebagai orang tua

atau kelahiran keluarga terdiri dari suami,istri dan anak,baikdari sebab

biologismaupun adopsi.

3 Non tradisional

Bentukkeluarga non tradisonal meliputbentuk-bentukkeluarga

yang sangatberbeda satusama lain.Bentukkeluarga non tradisional

yang paling umumsaatini adalah : the ummaried teenage mother, the

step parent family, commune family, homeless family, foster family.

3.3.3 Struktur Keluarga

StrukturKeluargamenurutNadirawati (2018 ):

1. Pola dan proseskomunikasi


30

Komunikasi keluarga merupakan suatu prosessombolik,

transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian

dalamkeluarga. Komunikasi yang jelasdan fungsionaldalamkeluarga

merupakansarana penting untuk mengembangkan makna diri.

Komunikasi dalam keluaga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal

ini bisa disebabkan oleh beberapa faktoryang ada dalam komponen

komunikasi, seperti sender, chanel-media, massage environment dan

receiver.

2. Strukturkekuatan

Struktur keluarga dapatdipeluasdan dipersempit tergantung

pada kemampuan keluarga tersebutunutkmeresponsstresoryang ada

dalam keluarga. Strukturdi dalamkeluarga yang sangatkaku dan

fleksibel dapat merusak fungsi di dalamkeluarga.

3. Struktur peran

Peran menunjukkan beberapa set perilaku yang bersifat

homogeny dalam situasi social tertentu. Peran biasanya menyangkut

posisi dan posisi mengidentifikasikan status atau tempat seseorang

dalam suatu system social tertentu.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang

antara lain adalah :

a. Ayah

Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi


31

setiap anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau

kelompok social tertentu.

b. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga dan sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau

kelompok tertentu.

c. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, social dan spiritual.

4. Struktur nilai

Nilai adalah system ide-ide, sikap, dan keyakinan yang

mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma

adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan social tertentu.

Sistem nilai keluarga dianggap sangat memengaruhi nilai-nilai

masyarakat. Sebuah nilai keluarga akan membentuk pola tingkat laku

dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakinan dan

nilai ini akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi masalah

kesehatan dan stressor-stresor lain.

3.3.4 Fungsi keluarga

Struktur dan fungsi keluarga merupakan hubungan yang dekat dan

adanya interaksi yang terus-menerus antara yang satu dengan yang


32

lainnya. Struktur didasari oleh organisasi (keanggotaan dan pola hubungan

yang terus-menerus). Friedman (2016)

1. Fungsi afektif dan koping keluarga memberikan kenyamanan

emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas

dan mempertahankan saat terjadi stress.

2. Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan,

nilai, dan sikap mekanisme koping memberikan feedback; dan

memberikan petunjuk dalam penyelesaian masalah.

3. Fungsi reproduksi : keluarga melahirkan anaknya.

4. Fungsi ekonomi : keluarga memberikan financial untuk anggota

keluarga dan kepentingan di masyarakat.

5. Fungsi pemeliharaan kesehatan : keluarga memberikan keamanan dan

kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

perkembangan, dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.

3.3.5 Tugas Keluarga

Menurut Nadirawati (2018) pada dasarnya keluarga mempunyai

delapan tugas pokok yaitu :

1. Memelihara fisik keluarga dan para anggota keluarga

2. Memelihara sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Membagi tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya

masing-masing

4. Bersosialisasi dengan anggota keluarga

5. Mengatur jumlah anggota keluarganya

6. Memelihara ketertiban anggota keluarga


33

7. Menempatkan anggota keluarga didalam masyarakat yang lebih luas

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

3.3.6 Tahap perkembangan keluarga

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru ( beginningfamily )

2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama ( child bearing

family)

3. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)

4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah ( families with children )

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja ( families with teen agers )

families)

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching

center families)

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan ( middle age families )

8. Tahap VIII keluarga usia lanjut

Nadirawati (2018)

9. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)

Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan

berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua

beradaptasi terhadap kebutuhan kebutuhan dan minat dari anak

prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga

pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang

tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa ,

sehingga kebutuhan anak, suami/istri dan pekerjaan (punya


34

waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek

keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga

dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar

kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara

menguatkan kerja sama antara suami istri. Orang tua mempunyai anak,

khususnya untuk menstimulasi perkembangan individual peran

kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini

tercapai.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai

berikut :

1 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman

2 Membantu anak untuk bersosialisasi

3 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak

yang lain juga harus terpenuhi

4 Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar

keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

5 Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling

repot)

6 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

7 Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

3.4 Konsep Asuhan Keperawatan pada Preeklampsia


35

Menurut ( Hutahaeman, 2013 ). Perawat memerlukan metode ilmiah

dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan. Proses

keperawatan tersebut dapat digunakan untuk membantu perawat dalam

melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah

keperawatan yang ada. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses

terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan ibu

hamil, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang

optimal.

3.4.1 Pengkajian

Pengumpulan data

Data - data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi komponen

komponen seperti berikut :

1. Identitas ibu

Pada ibu hamil yang berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tinggi

tiga kali lipat. Pada ibu hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi

hipertensi laten.

2. Keluhan utama

Ibu dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan seperti sakit

kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang kunang,

pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin).

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam kehamilan, biasanya

akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak


36

hilang dengan analgesic biasa), diplopia, nyeri abdomen atas

(epigastrium), oliguria ( 400ml / 24 jam ) serta nokturia dan

sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah ibu hamil menderita

diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau scleroderma.

Perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan

yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-

keluhan tersebut.

4. Riwayat penyakit terdahulu

Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit seperti

hipertensi kronis ( tekanan darah tinggi sebelum hamil ), obesitas,

ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia, dan

sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila ibu hamil dari

pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang

menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan risiko

seperti ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi .

5. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit-penyakit yang dapat menjadi penyebab hipertensi dalam

kehamilannya. Dari hasil penelitian diketahui adanya hubungan

genetik yang menjadi pencetus penyakit hipertensi pada kehamilan.

Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan ibu hamil dapat


37

meningkatkan risiko terjadinya hipertensi empat sampai delapan kali

pada ibu hamil tersebut.

6. Riwayat psikososial

Meliputi perasaan ibu terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya, serta bagaimana perilaku ibu terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya.

7. Riwayat maternal

Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.

8. Pengkajian sistem tubuh

a. B1 ( Breathing )

Pernapasan meliputi sesak napas setelah aktivitas, batuk dengan

atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu

pernapasan, adanya bunyi napas tambahan dan sianosis.

b. B2 ( Blood )

Gangguan fungsi kardiovaskuler pada dasarnya berkaitan dengan

meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. selain itu

terdapat perubahan hemodinamik dan perubahan volume darah

berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu sehingga

waktu trombin menjadi memanjang. Gejala yang paling khas

adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain

seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi

adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner, episode

palpitasi, peningkatan tekanan darah, takikardi, terdengar murmur ,


38

kadang bunyi jantung S2 pada dasar , S3 dan S4 , denyutan nadi

jelas di karotis, jugularis, radialis, stenosisvalvular, distensi vena

jugularis, kulit pucat, sianosis dan suhu dingin.

c. B3 ( Brain )

Lesi diotak ini sering terjadi karena pecahnya pembuluh darah

akibat hipertensi. kelainan radiologis otak dapat diperhatikan

dengan CT - Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema

vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG Memperlihatkan

adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan

dalam jangka waktu seminggu. Integritas ego meliputi cemas ,

depresi , euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah,

pernapasan menghela dan peningkatan pola bicara. Neurosensori

meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala,

suboktspital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan

penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, serta kenaikan

tekanan pada pembuluh darah serebral.

d. B4 ( Bladder )

Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan

obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya

terdapat peningkatan permeabelitas terhadap sebagian besar protein

dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy

ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus.

Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobus hepar


39

kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar

enzim hati dalam serum

e. B5 ( Bowl )

Makanan atau cairan yang meliputi makanan yang disukai terutama

yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak dan

kolestrol.

f. B6 ( Bone )

Nyeri / ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul padai

tungkai, sakit kepala suboksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada

dan nyeri epigastrik ( ulu hati ). Keamanan meliputi gangguan cara

berjalan, parestesia dan hipotensi postural.

9. Pemeriksaan diagnosa

a. Sel darah putih ( SDP )

b. Hemoglobin dan hematokrit ( Hb dan Ht )

c. Gas darah arteri ( GDA )

d. Laju endap darah ( LED )

e. Elekrokardiografi ( EKG )

f. Ecokardiografi ( EEG )

g. Pencitraan jantung radionukleotida

h. Amniosintesis

i. Seri ultrasonografi

j. presor supine

k. Kreatinin serum
40

l. Tes urine lengkap

m. Stress kontraksi

n. Tes cairan amniotic ultrasonografi

3.4.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Marliana & Hani (2018) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI

(2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus preeklampsi

sebagai berikut :

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

(D.0003).

2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).

3. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih

(D.0040).

4. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif (D.0142).

5. Menyusui tidak efektif b.d payudara bengkak (D.0029).

6. Gangguan proses keluarga b.d perubahan peran keluarga (D.0120)

7. Resiko gangguan perlekatan b.d ketidakmampuan orang tua

memenuhi kebutuhan bayi (D.0127).

3.4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan

dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil diperkirakan ditetapkan

dan intervensi keperawatan di pilih untuk mencapai tujuan tersebut.

Perencanaan merupakan langkah awal dalam menentukan apa yang

dilakukan untuk membantu klien dalam memenuhi serta mengatasi


41

masalah keperawatan yang telah di tentukan. Tahap perencanaan

keperawatan adalah menentukan prioritas diagnose keperawatan,

penetapan criteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan

(Purba, 2019).

3.4.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan ( Setiadi,

2012 ). Menurut Fitra Yuli Efriani ( 2018 ) dengan judul penelitiannya

Asuhan keperawatan Ny. P dengan hipertensi pada ibu hamil di wilayah

kerja puskesmas pasar baru kabupaten pesisir selatan tahun 2018

didapatkan mengatakan implementasi yang dilakukan untuk mengatasi

ketidakefektifan perfusi jaringan adalah mengkaji pengetahuan responden,

memberikan informasi mengenai penyakit, mengajarkan prinsip-prinsip

menangani penyakit, terapi musik, melakukan pengukuran tanda-tanda

vital.

3.4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan untuk

mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan dapat tercapai

atau tidak ( Induniasih, 2017 ).

Ketidakefektifan tindakan keperawatan dan pencapaian hasil yang

teridentifikasi terus dievaluasi sebagai penilaian status pasien. Evaluasi

harus terjadi di setiap langkah proses keperawatan. Penulis dalam

melakukan evaluasi sudah sesuai teori yang ada yaitu dengan


42

menggunakan SOAP ( Subjectif , Objektif, Analisa, Planning).

3.5 Konsep Asuhan Keperawatan Nutrisi

3.5.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajianadalah awal dari proses keperawatan dimana seseorang

perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang di binanya

(Ridwan S, 2016).

1. Data umum

a. Data umum keluarga

Yangperlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala

keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur,

pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui

bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur

pola makan dan pentingnya asupan nutrisi.

b. Genogram

Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya factor

genetic atau factor keturunan untuk timbulnya gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien.

c. Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala

atau masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut.

Biasanya dapat terjadi pada bentuk keluarga apapun.


43

d. Suku

Mengkaji asal usul suku bangsa keluarga serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan nutrisi.

e. Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat mempengaruhi terjadinya defisit nutrisi.

f. Status social ekonomi keluarga

Status social ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain

itu social ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang

yang dimiliki oleh keluarga. Pada pengkajian status social ekonomi

berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.

g. Aktifitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,

kegiatan menonton televisi serta mendengarkan radio.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga ini. Tahap perkembangan keluarga yang beresiko

mengalami masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah


44

tahap keluarga dengan anak pra sekolah. Karena pada tahap ini

keluarga sangat sibuk dan anak bergantung pada orang tua.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yaitu

mempersiapkan kebutuhan anak yang akan lahir, sementara

kebutuhan anak lainnya juga harus terpenuhi dan mempersiapkan

anak untuk kemandirian pada anak.Biasanya keluarga dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang peduli terhadap

asupan nutrisi.

c. Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat

penyakit keturuan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit

termasuk status imunisasi, sumber pelayanankesehatan yang bisa

digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

Perlu dikaji tentang perhatian keluarga terhadap penyakit, sumber

pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalaman terhadap kesehatan.

d. Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak

suami dan istri untuk mengetahui riwayat keluarga sebelumnya.


45

3. Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas

rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlaj jendela, pemanfaatan

ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak

septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah

rumah (Friedman, 2013).

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan

penduduk setempat.

c. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga di tentukan dengan melihat

kebiasaan keluarga berpindah tempat.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat

Menjelaskan mengenaiwaktu yang digunakan keluarga

untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana interaksi keluarga dengan masyarakat. Misalnya

perkumpulan keluarga inti saat malam hari, karena saat malam hari

orang tua sudah pulang bekerja dan anak-anak sudah pulang

sekolah atau perkumpulan keluarga besar saat ada perayaan hari

raya. Interaksi dengan masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan


46

kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat tinggal seperti gotong

royong dan arisan RT/RW.

e. Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang

dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas

fisik, fasilitas psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan

fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat terhadap

pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Pengelolaan pasien yang mengalami gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota

keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat.

Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan

monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota

keluarga yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

4. Struktur keluarga

Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga,

struktur kekuatan keluarga yang berisi kemampuan keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku,

struktur peran yang menjelaskan peran formal dan informal dari

masing-masing anggota keluarga serta nilai dan norma budaya yang

menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang

berhubungan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.


47

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga lainnya dan seberapa jauh keluarga

saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang

lain, menunjukan rasa empati, perhatian terhadap perasaan

(Friedman, 2013). Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan

dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi

pembentukan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan

dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para

anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan

mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal

tanda-tanda gangguan kesehatan selanjutnya. Bagaimana keluarga,

merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam

keluarga tersebut. Keluarga yang kurag memperhatikan keluarga

yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi akan

menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

b. Fungsi Sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,

sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya,


48

penghargaan, hukuman dan perilaku serta memberi dan menerima

cinta (Friedman, 2013).

c. Fungsi Perawatan Keluarga

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga

didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari

kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas pokok keluarga,

yaitu :

1) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui pengertian, factor

penyebab, tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga

terhadap masalah. Pada kasus gangguan pemenuhan kebutuhan

nutrisi ini dikaji bagaimana pemahaman keluarga mengenai

pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta bagaimana

penanganan dan perawatan terhadap keluarga yang mengalami

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

2) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan

upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang

sesuai dan tepat untuk keluarga dengan pertimbangan siapa

diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan

dan menentukan tindakan dalam keluarga. Yang perlu dikaji


49

adalah mengambil keputusan apabila anggota keluarga

mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan

kemampuan keluarga mengalami keputusan yang tepat akan

mendukung kesembuhan anggota keluarga yang mengalami

gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

3) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan

nutrisi, bagaimana keadaan penyakitnya dan cara merawat

anggota keluarga yangmengalami gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi.

4) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat. Bagaimana keluarga mengetahui

keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan

dapat mencegah timbulnya komplikasi dari gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pemeliharaan lingkungan yang

baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu

penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam

memodifikasi lingkungan biasanya disebabkan karena

terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan,

kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

5) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung terhadap


50

kesehatan seseorang. Kemampuan keluarga dalam

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu

anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan

mendapat perawatan agar masalah teratasi.

d. Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan

jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam

upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.

e. Fungsi Ekonomi

Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan dan papan serta sejauh mana keluarga

memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya

peningkatan status kesehatan keluarga. Pada keluarga dengan

tingkat ekonomi yang mencukupi akan memperhatikan pemenuhan

kebutuhan nutrisi dengan cara makan makanan yang bergizi.

6. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari enam bulan.

b. Stressor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari enam bulan.

c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah stressor dikaji

sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.


51

d. Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalah / stress.

e. Strategi adaptasi disfungsional menjelaskan mengenai strategi

adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan / stress.

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik klinik head to toe, pemeriksaan fisik untuk yang

mengalami gangguan pemeuhan kebutuhan nutrisi adalah sebagai

berikut :

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi

badan, berat badan dan tanda – tanda vital. Biasanya pada pasien

yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

mengalami penurunan berat badan.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada

pembesaran pada leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah

ada kelainan pada pendengaran.

c. Sistem Integumen

Biasanya pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

nutrisi mempunyai turgor kulit menurun.


52

d. Sistem Pernafasan

Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum dan nyeri dada.

e. Sistem Kardiovaskuler

Dikaji apakah perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah

atau berkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi,

aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem Gastrointestinal

Pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi mengalami mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen.

g. Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan pada pasien yang mengalami gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak mengalami gangguan.

h. Sistem Muskuluskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi

badan, cepat lelah, lemah dan nyeri.

i. Sistem Neurologis

Penurunan sensoris, parathesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental dan disorientasi.

3.5.2 Perumusan diagnosa keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar


53

untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab

untuk melaksanakannya. Diagnosa keperawatan dianalisis dari pengkajian

terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan

keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik

yang bersifat actual resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki

kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan

bersama-sama dengan keluarga berdasarkan kemampuan, dan sumber data

yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan

meliputi problem atau masalah,etiologi atau penyebab, sign atau tanda

yang selanjutnya dikenal dengan PES (Friedman, 2013).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien yang

mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi antara lain :

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga untuk

memodifikasi lingkungan.

2. Risiko cedera pada janin berhubungna dengan ketidakmampuan

keluarga untuk merawat.

3.5.3 Intervensi Keperawatan Keluarga

Menurut Gusti (2013), rencana keperawatan keluarga adalah

sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam

memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang diidentifikasi dari

masalah keperawatan yang sering muncul.

Hasil analisis penelitian yang dilakukan menghasilkan nilai

pvalue=0,000 (p<0,05) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh teknik


54

relaksasi nafas dalam terhadap perubahan tekanan darah pada ibu hamil

hipertensi trimester III.

Bagi pelayanan kesehatan, terapi relaksasi nafas dalam dapat dijadikan

terapi non farmakolog idalam mengatasi masalah hipertensi gestasional

dan preeklamsia ringan.

Hasil penelitian (Ayumi et al.,2014) ini didapatkan bahwa

sebagian besar responden sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam

mengalami hipertensi stadium1yaitu sebanyak 16 reponden (53,4%)dan

setelah dilakukan relaksasi nafas dalam didapatkan bahwa sebagian besar

responden mengalami tekanan darah normal yaitu sebanyak 13

responden (43,4%). Hasil uji wilcoxonsigntest dengan tingkat

kemaknaana = 0,05 didapatkan nilai asympsig (2-tailed) <0,05 yaitu

0,002<0,05 maka artinya ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap

penurunan tekanan darah pada ibu hamil hipertensi di Puskesmas Kendit

Kecamatan Kendit Situbondo.

Stres pada perempuan memiliki keterkaitan dalam menimbulkan

stres saat mengandung dan melahirkan dan hal ini berdasarkan hasil

penelitian dari Leifer tentang kondisi stres pada masa kehamilan dan

persalinan serta penelitian Radley tentang stres dalam kehidupan. Adapun

stres atau kecemasan para ibu hamil lainnya, berkaitan dengan

keselamatan dan kesehatan bayi yang akan dilahirkannya dan persiapan

biaya yang dibutuhkan saat persalinan dan perawatan bayi yang akan

dilahirkan. Ketakutan pada ibu hamil akan kematian setelah melahirkan.


55

3.5.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tabel 2.1 Intervensi

Diagnosa Tujuan Evaluasi


NO KeperawatanKeluarg Rencana Intervensi
a Umum Khusus Kriteria Standart
1 Defisit nutrisi Setelah Setelah pertemuan 3 Respon Verbal TUK 1 TUK 1
berhubungan dengan dilakukan x 30 menit keluarga 1. Pengertian Preeklamsi Diskusikan dengan
ketidakmampuan kunjungan mampu : Preeklamsi adalah tekanan darah keluargatentang pengertian
keluarga untuk selama 3 x 30 TUK 1 tinggi pada ibu hamil diserati preeklamsi, tandadan gejala
memodifikasi menit 1. Mengenal dengan adanya protein dalam urine preeklamsi
lingkungan diharapkan masalah preeklamsi yang terjadi pada kehamilan 20 1. Kaji tingkat pengetahuan
kebutuhan dengan criteria hasil minggu atau lebih. keluarga tentang
nutrisi terpenuhi keluarga mampu : 2. Keluarga mampu menyebutkan 5 pengertian Preeklamsi
a. Menjelaskan dari 7 penyebab preeklamsi : 2. Jelaskan pada keluarga
pengertian 1.) Usia Ibu tentang penyebab
preeklamsi 2.) Usia Kehamilan Preeklamsi
b. Menyebutkan 3.) Paritas 3. Diskusikan dengan
penyebab 4.) Riwayat hipertensi / keluarga tentang tanda
preeklamsi preeklampsi dan gejala preeklamsi
c. Menyebutkan 5.) Penyakit terdahulu (diabetes 4. Berikan pujian positif atas
gejala preeklamsi melitus) keberhasilan keluarga
6.) Obesitas
7.) Bad obsetrik history
1. Klien mampu menyebutkan 3 dari 5
tanda dan gejala preeklamsi :
1.) Edema
2.) Kenaikan berat badan 1 kg atau
lebih per minggu
3.) Proteinuria
4.) Dyspepsia
5.) Trombositopenia
56

TUK II TUK II TUK II


a. Keluarga mampu 1.Klien mampu menyebutkan 5 dari 1.Kaji tingkat pengetahuan
menyebutkan akibat Respon 7 Komplikasi Preeklamsi : pada keluarga akibat
lanjut apabila Verbal Komplikasi pada Ibu : masalah kesehatan apabila
preeklampsi tidak 1. Eklamsi tidak segera ditangani
ditangani 2. Solusio Plasenta 2. Anjurkan kepada
b. Keluarga 3. Perdarahan subkapsula hepar keluarga untuk mengambil
menyebutkan akan 4. Kelainan pembekuan darah keputusan ke pelayanan
mengatasi masalah disseminated intravascular (DIC) kesehatan terdekat
kesehatan klien 5. Sindrom HELLP (hemolysis, 3. Beri respon positif atas
elevated, liver, enzymes, dan low keberhasilan keluarga
platet count)
6. Ablasio retina
7. Gagal jantung hingga shok dan
kematian
TUK III Respon TUK III TUK III
Setelah di lakukan verbal dan 1. Keluarga mampu memberikan 1. Identifikasi teknik
intervensi psikomotorik perawatan diri pada anggota relaksasi yang pernah
keperawatan keluarga yang sakit dalam digunakan (Tarik nafas
selama 3 x 30 menangani risiko cedera pada janin : dalam)
menit keluarga 1) Membina hubungan saling 2. Jelaskan pada keluarga
mampu : percaya mengenai bagaimana cara
1. Merawat 2) Mengajarkan teknik nafas dalam melakukan teknik tarik
anggota keluarga (Ayumi et al., 2014) nafas dalam dengan benar
yang sedang sakit 3) Dengan cara tarik nafas dalam 3. Demonstrasikan
dalam menangani dari hidung tahan 3 detik keluarkan bersama keluarga cara
Ny. N dari mulut, lakukan sampai klien melakukan tarik nafas
merasa relax. dalam dengan benar
4. Beri kesempatan dan
pujian pada keluarga
untuk mendemonstrasikan
kembali.
2. Risiko cedera pada Setelah TUK III Respon TUK III TUK III
janin berhubungan dilakukan Ketidakmampuan verbal dan 1. Keluarga mampu memahami dan 1. Kaji tingkat
57

dengan kunjungan 3 x keluarga cara psikomotorik menyebutkan 3 dari 5 penanganan pengetahuan keluarga
ketidakmampuan 30 menit di merawat anggota nutrisi : tentang cara penanganan
keluarga untuk harapkan keluarga yang 1. Diet makanan yang tidak boleh nutrisi kurang dari
merawat anggota risiko cedera sakit dimakan kebutuhan.
keluarga yang sakit pada janin 2. Makan sedikit tapi sering dengan 2. Jelaskan pada
dapat teratasi setengah porsi/secukupnya keluarga/klien tentang cara
3. Makan secara teratur dan kunyah penanganan nutrisi kurang
dengan baik sampai halus dari kebutuhan.
4. Konsumsi makanan seimbang 3. Demonstrasikan pada
dan kaya akan serat keluarga cara penanganan
5. Makan-makanan yang cukup nutrisi kurang dari
karbohidrat kebutuhan.
4. Beri motivasi keluarga
2. Keluarga mampu untuk bertanya dan
mendemonstrasikan cara mendemonstrasikan cara
penanganan nutrisi kurang dari penanganan nutrisi kurang
kebutuhan dengan cara memberikan dari kebutuhan.
jadwal harian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
58

3.5.5 Implementasi

Implementasi keperawatan dapat dilakukan oleh banyak orang

seperti klien (individu atau keluarga), perawat dan angota tim perawatan

kesehtan yang lain, keluara luas dan orang - orang lain dalam jaringan

kerja sosial keluarga (Friedman, 2013).

3.5.6 Evaluasi

Menurut (Gusti, 2013) evaluasi merupakan tahap akhir dari proses

keperawatan. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan

keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya.

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antar hasil,

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu

disusun rencana keperawatan yang baru. Metode dari evaluasi

keperawatan, yaitu : 1. Evaluasi formatif (proses) Adalah evaluasi yang

dilakukan selama proses asuahan keperawatan dan bertujuan untuk menilai

hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan,

sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanyditulis dalam catatan

kemajuan atau menggunakan sistem SOAP. 2. Evaluasi sumatif ( hasil )

Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,

sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau

laporan ringkasan.

Anda mungkin juga menyukai