hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan. (Sarwono, 2005)
Pre eklamsia adalh timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
(Mansyur, 2000) Etiologi
Pre eklamsia ditandai dengan gejala trias
hipertemsi, edema, dan proteinuria. Pada pre eklamsia ringan tidak dijumpai gejala-gejala obyektif. Sedangkan pada pre eklamsia berat disertai dengan gejala-gejala yang subyektif, seperti sakit kepala pada daerah frontal, skotoma, diplopia pengelihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual dan muntah, kegelisahan atau hiperfleksi. Tanda dan gejala pre eklamsia yang disusun dengan serangan kejang menandakan adanya eklamsia. Patofisiologi Menurut Mochtar (2011) pada preeklamsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokri, dimana perubahan pokok pada preeklamsia yaitu mengalami spasme pembuluh darah, perlu adanya kompensasi hipertensi yaitu suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Pre eklamsia/ eklamsia menyebabkan adanya kerusakan berbagai macam sistem organ seperti susunan saraf pusat, hematologi, hati, ginjal, otak dan sistem kardiovaskuler. Kerusakan sistem organ yang terjadi dapat berupa berikut ini : a. Kardiovaskuler b. Hematologi c. Otak d. Ginjal e. Paru f. Hepar Penatalaksanaan pre-eklampsia berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan
diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi . A. Penanganan aktif. Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin. Tidak harus ruangan gelap. Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini. 1. Ada tanda-tanda impending eklampsia 2. Ada hellp syndrome 3. Ada kegagalan penanganan konservatif 4. Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr 5. Usia kehamilan 35 minggu atau lebih Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. B. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-
tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif. Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL, 4-6 L / MENIT. Obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin. Bila ada indikasi, langsung terminasi. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pre Eklampsia Pengkajian primer Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan : ◦ Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal Bersihkan jalan nafas Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas Distress pernafasan Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring ◦ Breathing dan ventilasi Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada Suara pernafasan melalui hidung atau mulut Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas ◦ Circulation dengan kontrol perdarahan Denyut nadi karotis Tekanan darah Warna kulit, kelembaban kulit Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal Pengkajian sekunder Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah : Data subyektif ◦ Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun ◦ Riwayat kesehatan ibu sekarang: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur ◦ Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM ◦ Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya ◦ Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan ◦ Psiko sosial spiritual: Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya Data Obyektif ◦ Inspeksi: edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam ◦ Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema ◦ Auskultasi: mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress ◦ Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + ) ◦ Pemeriksaan penunjang ; Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml Berat badan: peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak USG ; untuk mengetahui keadaan janin NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin Diagnosa Keperawatan Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai kategori urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah dilakukan. Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan: Airway, breathing dan circulation (ABC). Setelah itu: Masalah Keperawatan : Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder terhadap vasopasme pembuluh darah. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out put. Kelebihan volum cairan b/d kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan cardiac out put Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d misinterpretasi informasi TERIMA KASIH