Anda di halaman 1dari 28

PERTEMUAN 4

ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS


KOMPLEKS OBSTETRIK
TIM DOSEN
MATERI
 Hyperemesis trimester 1, 2,3
 Anemia pada ibu hamil, persalinan, nifas
 Infeksi herpes simpleks virus pada kehamilan,
 Hepatitis b pada kehamilan
Hiperemesis
 Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada masa
kehamilan, melebihi morning sickness. Kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi,
penurunan berat badan, gangguan cairan dalam tubuh, kesulitan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, serta membahayakan keadaan janin di dalam kandungan.
 Umumnya hiperemeskis gravidarum terjadi pada kehamilan minggu ke-6 hingga 12,
dan dapat berlanjut hingga kehamilan minggu ke-16 sampai 20. Meski demikian,
ada sebagian kecil wanita yang mengalami kondisi ini hingga trimester dua dan
tiga. Bahkan, ada juga ibu hamil yang mengalaminya hingga melahirkan.
 Komplikasi
 Terlalu sering mual dan muntah akan menyebabkan dehidrasi, kurang gizi bagi ibu
dan janin, serta berat badan bayi yang rendah. Kehilangan cairan yang berlebihan
dan tidak mendapatkan pertolongan segera dapat mengakibatkan dehidrasi berat,
syok, hingga kematian pada ibu dan janin.
Penyebab
 Kehamilan pertama kali dan biasanya terjadi pada ibu hamil yang berusia di
bawah 24 tahun.
 Terjadinya peningkatan hormon beta hCG (human chorionic gonadotropin),
yang memang diproduksi oleh indung telur pada awal kehamilan dan oleh
plasenta pada masa kehamilan selanjutnya.
 Adanya peningkatan hormon estrogen.
  Kehamilan kembar dan mola (hamil anggur).
 Pengaruh faktor psikologis, seperti stres dan rasa cemas.
 Memiliki riwayat mual dan muntah pada kehamilan sebelumnya.
 Kondisi lambung yang terdesak rahim yang membesar.
 Pengosongan lambung yang melambat karena pengaruh hormon progesteron.
 Diet tinggi lemak.
 Mengidap penyakit tiroid atau hati pada masa kehamilan.
Gejala
Tahap 1:
 Muntah terus-menerus hingga 3-4 kali dalam sehari, dan tidak dapat makan atau minum
selama 24 jam. Hal ini menyebabkan kondisi tubuh menjadi lemah. Kemudian nafsu makan
hilang, sehingga berat badan bisa turun sekitar 2-3 kg dalam 1-2 minggu. Pada bagian ulu
hati, terasa nyeri dan denyut nadi yang meningkat hingga 100 kali per menit. Terakhir, pada
tahap ini tekanan darah menurun dan bola mata menjadi cekung.
Tahap 2:
 Kondisi ibu hamil tampak lebih lemah. Ditunjukkan dengan denyut nadi yang melemah
hingga terjadi demam dan bola mata yang menguning. Selain itu, berat badan ibu hamil akan
semakin turun dan mata mulai terlihat cekung, disusul dengan tekanan darah yang turun,
darah mengental, urine berkurang, dan sulit buang air besar. Ketika bernapas, biasanya akan
mulai mencium seperti bau aseton
Tahap 3:
 Pada tahap terakhir ini, keadaan umum ibu hamil sudah parah. Kesadaran bisa menurun
hingga mengalami koma, denyut nadi melemah, demam, dan tekanan darah semakin
menurun. Pada janin juga dapat mulai terjadi kelainan otak serta gangguan hati.
PENGOBATAN
 Mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat
dan protein, tetapi rendah lemak. Makanan
jenis ini akan lebih mudah untuk dicerna.
Mengonsumsi jahe juga dapat membantu.
 Menghindari makanan berminyak, pedas,
dan banyak menggunakan bumbu.
 Makan dalam porsi yang kecil tetapi sering.
 Banyak minum air mineral. Teh jahe juga
bisa diminum untuk variasi.
 Hindari bau-bauan, makanan, atau keadaan
yang dapat menyebabkan timbulnya rasa
mual dan muntah.
 Selalu konsumsi multivitamin, terutama
vitamin B6 yang dapat mengurangi rasa
mual.
Anemia Pada Kehamilan
 1. Anemia defisiensi zat besi
 2. Anemia defisiensi folat
 3. Anemia defisiensi vitamin B12
Gejala anemia pada ibu hamil

 Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerus


 Pusing
 Sesak napas
 Detak jantung cepat atau tidak teratur
 Sakit atau nyeri dada
 Warna kulit, bibir, dan kuku memucat
 Tangan dan kaki dingin
 Sulit berkonsentrasi
Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil

 Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin banyak
darah yang dibutuhkan.

 Dua kali hamil dalam waktu berdekatan.

 Muntah dan mual di pagi hari (morning sickness).

 Hamil di usia remaja.

 Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat.

 Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil.


Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin
 Anemia yang parah saat trimester pertama dilaporkan dapat meningkatkan
berbagai masalah di bawah ini.
 Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam kandungan
 Bayi lahir prematur
 Memiliki berat badan rendah saat lahir (BBLR)
 Nilai APGAR score yang rendah
 Kerusakan organ vital seperti otak dan jantung hingga kematian.
Kondisi yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah
 Kapan saat yang tepat untuk ibu hamil menerima transfusi darah? Anemia dikatakan
masuk stadium berat dan perlu dibawa ke UGD ketika kadar Hb kurang dari 7 g/dL.
 Ibu hamil dengan kadar Hb sekitar 6 – 10 g/dL juga direkomendasikan mendapatkan
transfusi darah segera apabila memiliki riwayat perdarahan postpartum atau gangguan
hematologis sebelumnya.
 Transfusi dibutuhkan apabila anemia menyebabkan kadar Hb ibu hamil turun drastis
hingga di bawah 6 g/dL dan Anda akan melahirkan kurang dari 4 minggu.
Target transfusi pada ibu hamil secara umum adalah:
 Hb > 8 g/dL
 Trombosit > 75.000 /uL
 Prothrombin time (PT) < 1,5x kontrol
 Activated Prothrombin Time (APTT) < 1,5x kontrol
 Fibrinogen > 1,0 g/l
Cara mendiagnosis anemia pada ibu hamil
 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC di Amerika Serikat mengatakan ibu
hamil dikatakan memiliki anemia jika kadar hemoglobinnya (Hb) pada trimester
pertama dan ketiga kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya (Hct) kurang dari 33
persen.
 Sementara anemia di trimester kedua terjadi ketika kadar Hb kurang dari 10,5 g/dL atau
Hct kurang 32 persen setelah dites.
 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan setiap ibu hamil
menjalani tes darah, termasuk cek kadar Hb.
 Idealnya satu kali saat pemeriksaan kandungan pertama di trimester kedua
dan sekali lagi pada trimester ketiga. Ini untuk mengetahui apakah Anda
mengalami anemia yang kerap terjadi pada ibu hamil.
Cara mengatasi anemia pada ibu hamil
1. Makan makanan bernutrisi khusus Sementara itu, di bawah ini
 Dokter mungkin menyarankan agar Anda mengonsumsi makanan bernutrisi merupakan makanan tinggi folat
dan bergizi, khususnya yang kaya zat besi dan asam folat setiap hari. untuk anemia pada ibu hamil.
 Mulanya Anda hanya akan membutuhkan tambahan 0,8 mg zat besi per hari
•Sayuran daun hijau, seperti bayam,
di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada trimester ketiga.
brokoli, seledri, buncis, lobak hijau,
atau selada
 Sementara itu, peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya berkisar
•Keluarga jeruk
dari 400 – 600 mcg per hari, tergantung anjuran dokter. •Alpukat, pepaya, pisang
 Melansir American Pregnancy Association, di bawah ini merupakan
•Kacang-kacangan, seperti kacang
makanan tinggi zat besi untuk mengatasi anemia pada ibu hamil. polong, kacang merah, kacang
Daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang kedelai, kacang hijau
Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak matang •Biji bunga matahari (kuaci)
Telur yang dimasak matang •Gandum
•Kuning telur
Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung
Kacang polong
Produk susu yang telah dipasteurisasi
Kentang
Gandum
2. Mengonsumsi vitamin C lebih banyak 3. Minum suplemen
 Kondisi ini diatasi dengan Sebagai langkah awal pengobatan anemia pada ibu hamil,
mengonsumsi sayur dan buah tinggi dokter akan menyarankan Anda untuk mulai minum
vitamin C, seperti jeruk, stroberi, suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat sebagai
kiwi, brokoli, kembang kol, tomat, tambahan vitamin prenatal.
dan paprika.
Ibu hamil juga bisa minum suplemen sebelum tidur untuk
 Vitamin C membantu tubuh mengurangi risiko mual setelahnya. Jangan lupa minum
menyerap zat besi dari makanan banyak air setelah menelan vitamin untuk mengurangi
secara lebih efisien. anemia pada wanita hamil.
 Kebutuhan vitamin C harian juga
dapat dipenuhi dengan minum CDC merekomendasikan ibu hamil yang memiliki anemia
suplemen vitamin C, tetapi sebaiknya untuk mengonsumsi suplemen besi sebanyak 30 mg per
konsultasikan dulu ke dokter agar hari sejak cek kandungan pertama kali untuk mencegah
pengobatan terkontrol dengan baik. anemia defisiensi besi.
 Namun, mencukupi asupan gizi dari Sementara untuk suplemen folat anemia pada wanita
makanan saja mungkin tidak akan hamil, WHO dan Kemenkes RI merekomendasikan minum
cukup buat ibu hamil. Maka, Anda dosisnya sebanyak 400 mcg/hari.
perlu melakukan langkah selanjutnya
untuk mengurangi risiko.
Anemia Pada Persalinan
Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder,
janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan
karena ibu cepat lelah. Untuk itu tindakan bidan dalam menghadapi persalinan dengan
pasien anemia berat  adalah merujuk dan meminta anggota keluarga membawa donor
minimal  2 orang untuk persiapan jika diberikan tranfusi darah.

Alasan merujuk lainya:


1. Gangguan his kekuatan mengejan
2. Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
3. Pada kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
dan operasi kebidanan.
4. Pada kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH karena Atonnia Uteri
5. Pada kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder dan Atonia Uteri (Ilmu
Kebidanan; Kandungan dan Keluarga Berencana; 1998)
Pengaruh terhadap ibu pasca persalinan : Pengaruh terhadap janin diantaranya :
1. Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat 1. Abortus
menimbulkan perdarahan ( atonia uteri )
2. Kematian Interauterin
2. Memudahkan infeksi Puerpurium
3. Berkurangnya pengeluaran ASI 3. Persalinan Prematuritas tinggi
4. Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin 4. BBLR
5. Memudahkan terjadi Infeksi mamae
5. Kelahiran dengan anemia
6. Terjadinya Anemia kala nifas
7. Retensio placenta 6. Terjadi cacat kongenital
8. Perlikaan sukar sembuh 7. Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada
9. Mudah terjadi febris puerpuralis kematian
 
8. Intelegensi yang rendah

Penatalaksanaan Ibu bersalin dengan anemia berat


1. Pasang infuse RL 20 tetes/menit
2. Pemberian Oksigen 3 liter/jam
3. Hal-hal yang dipersiapkan : Bidan, Alat, Keluarga, Surat,
Obat,Kendaraan, Uang, Donor darah
Anemia Pada Nifas
PENGERTIAN
PATOFISIOLOGI
 Adalah suatu keadaan dimana seseorang
1. Perdarahan sehingga kekurangan
ibu sehabis melahirkan sampai dengan
banyak unsur zat besi.
kira-kira 5 minggu dalam kondisi pucat,
2. Kebutuhan zat besi meningkat
lemah dan kurang bertenag
dengan adanya perdarahan,
ETIOLOGI gemeli,multiparitas, makin tuanya
1. Adanya perdarahan sewaktu / sehabis kehamilan.
melahirkan. 3. Absorbsi tidak normal / saluran
cerna terganggu, missal defisiensi
2. Adanya anemia sejak dalam kehamilan vitamin C sehingga absorbsi Fe
yang disebabkan oleh factor nutrisi dan terganggu.
hopervolemi. 4. Intak kurang misalnya kualitas
3. Adanya gangguan pembekuan darah. menu jelek atau muntah terus.
4. Kurangnya intake zat besi ke dalam tubuh.
GAMBARAN KLINIS
PENANGANAN
 © Anemia ringan, Hb : 8 – 10gr%  Pada anemi ringan, bisa diberikan
 © Anemia sedang Hb : 6 – 8 gr% sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari
dikombinasi dengan asam folat / B12
 © Anemia berat Hb  : Kurang dari 6 : 15 –30 mg/hari.
gr%  Pemberian vitamin C untuk
DIAGNOSIS membantu penyerapan.
 Bila anemi berat dengan Hb kurang
 Perdarahan karena kontraksi otot dari 6 gr % perlu tranfusi disamping
uterus yang kurang baik. obat-obatan diatas dan bila tidak ada
 Bisa terjadi infeksi puerpuralis. perbaikan cari penyebabnya.
 Bisa terjadi sesak nafas, karena
O2 berkurang yang masuk kedalam
peredaran darah.
Herpes Simpleks Virus pada Kehamilan
 Herpes simpleks virus menyerang nervus sensori perifer hingga ke ganglion
radiks dorsal, dimana infeksi laten akan berkembang.
 Virus ini dapat rektivasi menimbulkan lesi yang rekuren. Hal ini tidak selalu
disadari; asimptomatis, subklinikal. Semua episode reaktif adalah potensial
menginfeksi dan sekitar 75% dari infeksi episode pertama adalah didapatkan
dari pasangan yang asimptomatis. Infeksi yang terjadi pada bayi relatif
jarang, berupa infeksi paru, mata, dan kulit.
Hasil Anamnesis (Subjective)

 Gejala yang timbul bervariasi dari iritasi ringan dan lesi sampai sakit sistemik yang berat
disertai ulkus anogenital yang luas.
 Pada infeksi primer: episode pertama terpapar HSV1 atau 2: nyeri vulva, disuria
 Pada infeksi non primer, episode pertama herpes genital: sebelumnya terinfeksi orolabial
HSV 1 lalu mendapat infeksi HSV 2 genital: nyeri lebih ringan dari infeksi primer. Lebih
asimptomatis
 Herpes Rekuren: asimptomatis (subklinikal). Bila ada gejala sifatnya lebih ringan dari
infeksi primer. Gejala prodromal bisa tidak nyaman, gatal dan nyeri pada genital
 Riwayat seksual:
 Apakah memiliki partner seksual, sudah berapa lama, sering berhubungan atau jarang,
sering berganti-ganti pasangan seksual, pasangan seksual lakilaki atau perempuan,
penggunaan alat kontrasepsi, apakah partner seksual memiliki keluhan pada alat kelamin
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)
Fisik di dapatkan lesi eritematous, vesikuler, dan ulcus sebelum penyembuhan

Penegakan Diagnosis (Assessment)


 Penegakan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (menyingkirkan diagnosis yang lain). NAAT swab yang diambil dari
lesi adalah diagnostik yang paling sensitif, kultur viral
Penatalaksanaan Komprehensif
1. Infeksi primer dan infeksi
2. Herpes genital rekuren
non primer episode pertama:
 Asiklovir 200 mg 5 x Biasanya self limiting dan dapat ditangani dengan terapi
sehari selama 5 hari suportif. Jika gejala berat terjadi:
 Famsiklovir 250 mg 3 x Asiklovir 200 mg 5 x sehari selama 5 hari
sehari selama 5 hari Famsiklovir 125 mg 2 x sehari selama 5 hari
 Valasiklovir 500 mg 2 x Valasiklovir 500 mg 2 x sehari selam 5 hari
sehari selam 5 hari
3. Analgetik dan saline bathing direkomendasikan
 Asiklovir dapat
digunakan pada ibu 4. Untuk mengurangi disuria, pasien dapat mnyiram dengan air
hamil dan menyusui hangat saat BAK
5. Pemeriksaan kemungkinaan penyakit menular seksual yang
lain, setelah ulcus sembuh, agar lebih nyaman menggunakan
speculum vagina
6. Hindari kontak seksual selama masa prodromal dan rekuren
Prognosis

 Infeksi primer selama kehamilan terutama trimester ketiga dapat menginfeksi


janin. Kini terbukti bahwa jika ibu sudah mempunyai infeksi (vesikel yang
nyeri pada vulva secara kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hamper tidak
terbukti, jadi diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaliknya infeksi
yang baru terjadi pada kehamilan akan mempunyai risiko, sehingga dianjurkan
persalinan dengan seksio sesaria.
Hepatitis B pada Kehamilan
Masalah Kesehatan
 Prevalensi pengidap Virus Hepatitis B (VHB) pada ibu hamil di Indonesia berkisar
antara 1-5 % dimana keadaan ini bergantung pada prevalensi VHB di populasi.
Hasil Anamnesis (Subjective)
 Gejala hepatitis fulminan: demam tinggi, kuning, nyeri perut kanan atas Faktor
risiko:
 Hubungan seksual
 Pemakaian alat atau bahan dari penderita hepatitis B
 Tenaga medis dan paramedis (tertusuk jarum suntuk atau luka lecet)
 Orang tua atau pasangan mengidap hepatitis B
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)

Pemeriksaan fisik: kesadaran menurun, sangat ikterik


 Pemeriksaan urin: warna seperti teh pekat urobilin dan bilirubin positif
 Pemeriksaan serologi: HbsAg (+), viral load
 Pemeriksaan darah: urobilin (+), bilirubin (+), SGOT dan SGPT sangat tinggi
biasanya diatas 1000

Penegakan Diagnosis (Assessment)


 Diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)

Persalinan pengidap VHB tanpa infeksi akut tidak berbeda dengan penanganan
persalinan umumnya
1. Usahakan dengan trauma sekecil mungkin dan rawat bersama dengan spesialis
penyakit dalam
2. Pada ibu hamil dengan viral load tinggi dapat dipertimbangkan pemberian HBIG
atau lamivudin pada 1-2 bulan sebelum persalinan. Beberapa pendapat
mengatakan lamivudin berefek teratogenic
3. Persalinan pada ibu hamil dengan titer VHB tinggi (3,5pg/ml) atau HBsAg
positif, lebih baik seksio sesaria. Demikian juga jika persalinan yang lebih dari
16 jam pada pasien pengidap HBsAg
4. Proses persalinan jangan dibiarkan lama, khususnya bagi ibu dengan HbsAg
positif. Menurut wong < 9 jam atau menurut surya < 16 jam
5. Menyusui bayi tidak masalah
6. Pencegahan penularan pada bayi dengan vaksinasi HB bagi semua bayi di
fasilitas pemerintahan dengan dosis 5 mikrogram pada hari ke 0, umur 1, dan
6 bulan, tanpa mengetahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan HbsAg atau
tidak.
7. Selektif imunisasi dilakukan pada bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg
positif, yaitu Hepatitis B Immunoglobulin (HBIG) + vaksin Hepatitis B,
pemberian vaksin dengan dosis dewasa pada hari ke 0, 1 bulan dan 2 bulan
Prognosis

 Kehamilan sendiri tidak akan memperberat infeksi virus hepatitis, akan tetapi
jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya hepatitis
fulminan yang akan menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi.

 Pada ibu dapat mengakibatkan abortus dan terjadinya perdarahan pasca


persalinan karena ada gangguan pembekuan darah akibat gangguan fungsi hati.

 Pada bayi masalah yang serius umumnya tidak terjadi pada masa neonatus,
tetapi pada masa dewasa. Jika terjadi penularan vertikal VHB, 6090% akan
menjadi pengidap kronik VHB dan 30% kemungkinan akan menderita kanker
hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun kemudian.

Anda mungkin juga menyukai