Anda di halaman 1dari 5

Indonesian Traditional Medic Batak

Etnnis batak merupakan salah satu etnis indigenous di Pulau Sumatera yang sebagian besar
bermukim di Sumatera Utara. Batak Karo merupakan salah satu dari kelima Suku Batak yang
mendiami suatu daerah induk dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, dan sebagian Dairi.
Pengobatan tradisional pada Suku Batak Karo dilakukan oleh guru (tabib) atau dukun (Silalahi
dkk, 2018).

Pengobatan dengan menggunakan obat tradisional masih dimanfaatkan oleh Suku Batak
Karo untuk menjaga kesehatannya. Ramuan obat tradisional tidak hanya dikonsumsi pribadi,
tetapi beberapa masyarakat Suku Batak Karo juga memperjualbelikan ramuan obat di pasar.
Oleh karena itu, obat tradisional menjadi salah satu sumber daya yang penting di bidang
kesehatan, khususnya di bidang industri obat-obatan. Suku Batak Karo telah lama melakukan
transaksi jual beli tumbuhan dan obat tradisional di berbagai pasar seperti Kabanjahe, Berastagi,
Pancur Batu, Pasar Horas, dan Pasar Raya. Masing-masing pasar terdiri dari kios yang dijaga
oleh sekitar 1-2 orang pedagang. Umumnya pedagang didominasi oleh perempuan yang berumur
diatas 40 tahun.

Jenis Obat Tradisional Batak

1. Parem
Parem merupakan ramuan obat tradisional yang ditambahkan dengan tepung beras (Oryza
sativa) sebagai pemadat. Pembuatan parem pada Suku Batak Karo didasarkan pada filosofi
kesaya silima-lima (kesaya = obat; silima-lima = lima), yang mana dalam pembuatan ramuan
digunakan 5 jenis tumbuhan dasar, yaitu bahing (Zingiber officnale Rosc.), lada (Piper nigrum
L.), keciwe (Kaemparia galanga), pia (Allium cepa), dan lasuna (Alium sativum) (Silalahi,
2019).

Parem dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan penggunaannya pada usia pengguna, yaitu
parem anak-anak, parem dewasa (parem melas), dan parem rematik. Ramuan parem digunakan
dengan cara menambahkan air pada parem dan mengoleskannya ke seluruh bagian tubuh. Jumlah
air yang digunakan akan memengaruhi kekentalan dari ramuan parem. Pemakaian parem dapat
memberikan efek hangat, tidur lebih nyenyak, badan terasa lebih segar, serta kulit lebih halus
dan bersih (secara teratur). Parem dapat ditemukan di hampir seluruh kios obat tradisional di
pasar Sumatera Utara. Harga parem pada setiap kemasan berkisar Rp. 5.000– 10.000 tergantung
jenis parem (Silalahi, 2019).
Gambar 1. Parem yang diperjual belikan di Pasar Kabanjahe dan Berastagi Sumatra Utara

2. Tawar

Tawar merupakan obat tradisional berbentuk serbuk kering. Dalam bahasa lokal, tawar memiliki
arti sebagai obat. Tawar dibuat dengan cara menggiling atau menumbuh tumbuhan (bahan dasar)
yang telah dikeringkan. Ramuan tawar digunakan dengan cara menyeduh dengan air panas, lalu
diminum. Tawar dijual dalam bentuk kemasan tabung plastik dengan volume sekitar 50-100 ml.
Setiap pedagang menjual sekitar 8-18 jenis tawar, variasi jenis yang disediakan tergantung
pengetahuan pedagang dan minat konsumen. Tawar yang diminati banyak konsumen, seperti
tawar maag, tawar latih, tawar mencret, tawar batuk, dan tawar rematik. Nama tawar disesuaikan
dengan khasiat yang dihasilkan oleh tawar, misalnya tawar latih (latih = letih) untuk
menghilangkan ataupun mengurangi rasa letih. Harga ramuan tawar pada tahun 2012 sekitar Rp.
20.000 untuk volume 100 ml, sedangkan pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi Rp.
30.000 (Silalahi, 2019).

Gambar 2. Tawar yang diperjual belikan di Pasar Kabanjahe dan Berastagi Sumatra Utara

3. Minyak Urut

Minyak urut merupakan ramuan obat tradisional berbentuk cair, berwarna hijau dengan
bahan ekstrak lebih dari 80 spesies tumbuhan dan penambahan minyak kelapa (Cocos
nucifera). Beberapa minyak urut yang diperdagangkan di pasar telah memiliki izin POM,
tetapi terdapat beberapa minyak urut yang belum memiliki izin POM karena sulitnya
mendapat izin. Kendala utama pedagang untuk mendapatkan izin, yaitu minimnya bukti
ilmiah khasiat dari tanaman obat sebagai bahan dasar pembuatan minyak urut (Silalahi,
2019).

4. Sembur

Sembur adalah suatu obat tradisional dalam masyarakat Karo yang terdiri dari beras, daun-
daunan hutan, jahe, lada, pala, dan akar-akaran dan lainnya dari tanaman obat yang semuanya
kemudian dicincang tidak terlalu halus. Cara memakainya yaitu disemburkan ke bagian tubuh
yang dianggap perlu. sangat dipercayai dalam penyembuhan penyakit yang diderita seseorang
yang berkaitan dengan penyakit dalam seperti, sakit perut,masuk angin, sakit maag, panas dalam,
sakit kepala, dan berguna bagi wanita yang sedang mengalami datang bulan agar mengurangi
nyeri pada perut.

Pengobatan sembur ini juga memiliki jenis, seperti sembur gongseng (sembur kering), sembur
gara (sembur merah), sembur dukut – dukut dan beberapa yang lainnya tergantung pada sakit
yang di alami oleh si penderita. Biasanya sembur kerah (sembur kering ini digunakan pada sakit
yang belum terlalu parah, lain halnya dengan sembur gara (sembur merah) yang cenderung
digunakan untuk penyakit yang sudah parah atau yang tidak lagi bisa digunakan dengan
pengobatan sembur kerah (sembur kering) tersebut. dalam penelitian ini yang menjadi fokus
penelitian tersebut yaitu jenis sembur gongseng, sembur gara,dan sembur dukut - dukut.

Sembur memiliki fungsi yang berbeda dan peracikan ramuan tanaman obat yang di jadikan
sembur juga berbeda dan di dalam pembuatan sembur tersebut ada juga sembur yang
mengunakan ritual tertentu dalam membuat dan dalam pengobatannya tergantung kepada si
pembuat sembur tersebut. Dalam hal ini sembur memiliki fungsi yang berguna dan bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat Karo, dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam bidang kesehatan
masyarakat Karo. Selain tidak memiliki efek samping, sembur ini juga tidak memerlukan biaya
yang besar dalam pengunaannya dari pada pengobatan modern yang memerlukan biaya yang
lebih dari pengobatan tradisional.

Pentingnya sembur bagi masyarakat Karo dapat terlihat dari penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari Masyarakat Karo. Pada umumnya setiap masyarakat Karo yang tinggal di desa selalu
memiliki dan menyediakan sembur sebagai pengobatan alternatif selain dari obat – obatan
modern yang dianggap masyarakat karo masih banyak mengandung zat kimia yang tidak baik
bagi kesehatan.

Bahan ramuan obat yang digunakan dalam pembuatan sembur pada umumnya diperoleh dari
lingkungan sekitar dan juga ke hutan – hutan pada saat si pembuat sembur tidak lagi menemukan
bahan yang di perlukan dari lingkungan sekitar desa Sei Musam Kendit tersebut. Dalam UU NO.
32/2009 mengenai kearifan lokal tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup BAB
1 pasal 1 butir 30 adalah “nilai nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk
antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara
lestari”.(http://www.tanahimpian.org/dasar/148-kearifan-lokal-localwisdom.html).

Bahan-bahan yang di gunakan dalam pembuatan sembur juga bisa di temukan mudah ditemukan
di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal dan di hutan, dan peracikan sembur biasanya
dilakukan dengan beberapa orang, karena dalam pembuatan sembur ini dibuat oleh beberapa
keluarga yang ingin membuatnya agar menghemat biaya dan tenanga karena masyarakat karo
yang berada di daerah Desa Sei Musam Kendit mengambil bahan – bahan yang di perlukan
haruslah mengambilnya ke tempat – tempat yang jauh bilamana bahan – bahan yang diperlukan
tidak ada di daerah lingkungan dan dalam pencincangan sembur juga harus memiliki jumlah
anggota pembuat sembur yang cukup agar proses cepat dapat diselesaikan .
Seorang ibu yang sedang mengalami masa pasca melahirkan sering mengunakan sembur agar
terhindar dari masuk angin dan terhindar dari sakit

kepala yang diderita. Sembur juga bisa digunakan pada anak-anak yang baru lahir sesuai dengan
jenis sembur yang khusus dibuat untuk anak-anak sesuai dengan yang di anjurkan oleh si
pembuat sembur tersebut.

Gambar 3. Pengobatan Sembur

Daftar Pustaka
Digital Repository Universitas Negri Medan
1
Jurnal pengarsipan obat tradisional suku batak karo di sumatera utara Christy Lavenia , Nafa
2
Febrianti Mutia Dewi Universitas Indonesia-2020

http://digilib.unimed.ac.id/17854/7/7.%20NIM.%20309122033%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai