Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

Gizi Dalam Pelayanan Kebidanan


Dosen: Agatha Derta D, S. Tr.Gz., M.K.M
Program Studi: S1 Kebidanan / Smt III

Nama : Eni Latifah


No Absen : 11
NIM :2221072020

SOAL
1. Sebut dan jelaskan minimal 2 masalah gizi pada bayi & balita!
2. Jelaskan mengapa anak usia 6-9 tahun (usia sekolah) butuh pengaturan gizi!
3. Jelaskan salah satu masalah gizi perempuan usia remaja & dewasa!
4. Jelaskan tentang Stunting!
5. Sebutkan minimal 3 penyebab stunting!

JAWABAN
1. Sebut dan jelaskan minimal 2 masalah gizi pada bayi & balita
 Masalah gizi berat badan bayi lahir rendah
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah salah satu masalah gizi pada bayi. Sesuai namanya, kondisi
berat badan lahir rendah ini terjadi ketika bayi yang baru lahir memiliki berat badan di bawah
rentang normal. Idealnya, bayi baru lahir tergolong memiliki berat badan normal jika hasil
pengukuran ada di rentang 2,5 kilogram (kg) atau 2.500 gram (gr) sampai dengan 3,5 kg atau 3.500
gr. Jadi, apabila berat badan bayi baru lahir yang berada di bawah 2.500 gram, menandakan bahwa
ia mengalami masalah gizi berupa BBLR. Namun, yang perlu diingat rentang berat badan normal
tersebut berlaku untuk bayi baru lahir di usia kehamilan 37-42 minggu.
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), beberapa kelompok berat badan lahir rendah pada bayi
yakni:
Berat badan lahir rendah (BBLR): berat lahir kurang dari 2.500 gr (2,5 kg)
 Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR): berat lahir di rentang 1.000 sampai kurang dari 1.500
gr (1 kg hingga kurang dari 1,5 kg).
 Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR): berat lahir kurang dari 1.000 gr (kurang dari 1
kg)
Tindakan penanganannya
Mengutip dari University of Rochester Medical Center, perawatan untuk masalah pada bayi dengan
berat badan lahir rendah, yakni:
 Bayi mendapat perawatan khusus di neonatal intensive care unit (NICU)
 Pemantauan pada suhu ruangan tidur bayi
 Bayi diberikan makanan khusus, entah melalui selang yang mengalir langsung ke perut atau
selang infus yang masuk ke pembuluh darah.
Selain itu, badan kesehatan dunia WHO menyarankan pemberian ASI pada bayi yang mengalami
BBLR sejak baru lahir. Bahkan, akan lebih baik lagi jika pemberian ASI diteruskan selama enam
bulan penuh alias ASI eksklusif.
 Masalah gizi bayi kurang
Gizi kurang termasuk satu dari beberapa masalah gizi pada bayi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara asupan energi dan kebutuhan gizi harian. Dengan kata lain, asupan
harian bayi dengan gizi kurang cenderung lebih sedikit dan tidak mampu mencukupi kebutuhan
tubuhnya. Berdasarkan Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak, bayi
termasuk dalam kelompok gizi kurang saat pengukuran berat badan menurut tinggi badannya
berada di bawah normal. Pengukuran berat badan dan tinggi badan bayi memiliki satuan bernama
standar deviasi (SD). Normalnya, bayi dikatakan memiliki gizi baik saat berat badan berdasarkan
tinggi badannya berada di rentang -2 SD sampai dengan 2 SD. Sementara jika si kecil mengalami
gizi kurang, pengukurannya berada di rentang -3 SD sampai kurang dari -2 SD.
WHO menjelaskan lebih lanjut bahwa masalah kurang gizi pada bayi dapat mencakup stunting,
wasting, berat badan rendah, hingga kekurangan vitamin dan mineral. Padahal, mineral dan
vitamin untuk bayi termasuk sebagian kecil zat gizi yang asupannya tidak boleh kurang. Masalah
gizi kurang pada bayi bukan terjadi secara tiba-tiba, melainkan telah terbentuk akibat kekurangan
gizi dalam waktu yang cukup lama. Bayi yang mengalami gizi kurang bisa saja telah mengalami
ketidakcukupan nutrisi sejak dalam kandungan maupun sejak dilahirkan. Kondisi ini bisa saja
disebabkan oleh asupan gizi bayi yang kurang maupun karena bayi susah makan.
Tindakan penanganannya
 Bayi yang mengalami gizi kurang sangat dianjurkan untuk mendapatkan ASI eksklusif selama
enam bulan penuh. Namun, penanganan tersebut hanya berlaku untuk bayi yang masih berusia
di bawah enam bulan.
 Sementara untuk bayi di atas enam bulan dengan kondisi gizi kurang bisa diatasi dengan cara
pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang lengkap. Lengkap di sini berarti dapat
memenuhi semua kebutuhan nutrisi si kecil. Selain itu, kita dianjurkan untuk tidak melewatkan
makanan selingan atau camilan bayi di sela-sela waktu makan utamanya. Jika perlu, bayi bisa
diberikan MPASI yang telah difortifikasi atau ditambahkan aneka zat gizi guna melengkapi
kebutuhan hariannya.
2. Jelaskan mengapa anak usia 6-9 tahun (usia sekolah) butuh pengaturan gizi : Anak sekolah mengalami
pertumbuhan fisik, kecerdasan, mental, dan emosional yang sangat cepat. Makanan yang mengandung
unsur gizi sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang. Dengan mengonsumsi makanan yang
cukup gizi secara teratur, anak akan tumbuh sehat sehingga mampu mencapai prestasi belajar yang
tinggi.
3. Jelaskan salah satu masalah gizi perempuan usia remaja & dewasa :
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia
di masyarakat dikenal juga dengan sebutan kurang darah. Anemia berbeda dengan tekanan darah
rendah.
Batas anaemia, apabila Hb:
 Anak usia sekolah < 12 gram persen
 Wanita dewasa < 12 gram persen
 Laki-laki dewasa < 13 gram persen Ibu hamil < 11 gram persen
 Ibu menyusui < 12 gram persen
Penyebab anemia Penyebab anemia pada dasarnya adalah ketidakseimbangan antara konsumsi bahan
makanan sumber zat besi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat besi.
Selain asupan zat besi yang kurang dari kebutuhan, anemia juga dapat disebabkan oleh faktor risiko
tertentu, misalnya:
 Ibu hamil
 Masa tumbuh kembang remaja
 Akibat penyakit kronis seperti TBC
 Infeksi dan lain-lain
Gejala anemia
Gejala anemia pada remaja dapat dikenali dengan 5 L, yakni letih, lemah, lesu, lelah, dan lalai. Selain itu,
sering juga disertai dengan keluhan pusing dan mata berkunang-kunang. Jika dibiarkan tanpa
penanganan, anemia pada remaja dapat mengakibatkan sejumlah masalah, seperti:
 Menurunnya kemampuan tubuh Menurunnya konsentrasi belajar
 Menurunnya kebugaran tubuh
 Menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit
 Menghambat tumbuh kembang
Cara mengatasi anemia
Karena penyebab anemia pada remaja sebagian besar karena kekurangan konsumsi zat besi dalam
makanan sehari-hari, maka yang perlu dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan menambah asupan
nutrisi tersebut. Anemia gizi dalam jangka pendek dapat ditanggulangi dengan pemberian tablet tambah
darah (TTD) sesuai jumlah dan takarannya. Sedangkan penanganan anemia gizi jangka panjang, remaja
dianjurkan untuk mengonsumsi bahan makanan sehari-hari yang mengandung zat besi tinggi.
4. Jelaskan tentang Stunting
Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi
badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang
masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya
dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi
kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka
memasuki usia dua tahun. Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa Anda kenali, misalnya:
 Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
 Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
 Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
 Pubertas yang lambat
 Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak
mata dengan orang sekitarnya
 Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya
Pihak Kementrian Kesehatan menegaskan bahwa stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas
masyarakat Indonesia. Bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik, anak-anak juga mengalami
gangguan perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi mereka. Selain itu,
anak yang menderita stunting akan memiliki riwayat kesehatan buruk karena daya tahan tubuh yang
juga buruk. Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak ditangani dengan serius. 
5. Sebutkan minimal 3 penyebab stunting
 Kurang Gizi dalam Waktu Lama
Tanpa disadari, penyebab stunting pada dasarnya sudah bisa terjadi sejak anak berada di dalam
kandungan. Sebab, sejak di dalam kandungan, anak bisa jadi mengalami masalah kurang gizi.
Penyebabnya, adalah karena sang ibu tidak memiliki akses terhadap makanan sehat dan bergizi
seperti makanan berprotein tinggi, sehingga menyebabkan buah hatinya turut kekurangan nutrisi.
Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut memengaruhi
kondisi malnutrisi janin. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan inilah yang juga bisa menjadi
penyebab terbesar kondisi stunting pada anak.
 Pola Asuh Kurang Efektif
Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini
berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak
memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang
masa remaja dan kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat
memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.
 Pola Makan
Rendahnya akses terhadap makanan dengan nilai gizi tinggi serta menu makanan yang tidak
seimbang dapat memengaruhi pertumbuhan anak dan meningkatkan risiko stunting. Hal ini
dikarenakan ibu kurang mengerti tentang konsep gizi sebelum, saat, dan setelah melahirkan.
 Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan
Setelah bayi lahir, sebaiknya ibu dan bayi menerima perawatan pasca melahirkan. Sangat dianjurkan
juga bagi bayi untuk langsung menerima asupan ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya.
Perawatan pasca melahirkan dianggap perlu untuk mendeteksi gangguan yang mungkin dialami ibu
dan anak pasca persalinan.
 Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu
Pola asuh yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola asuh di sini
berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak. Bila orang tua tidak
memberikan asupan gizi yang baik, maka anak bisa mengalami stunting. Selain itu, faktor ibu yang
masa remaja dan kehamilannya kurang nutrisi serta masa laktasi yang kurang baik juga dapat
memengaruhi pertumbuhan dan otak anak.
 Sakit Infeksi yang Berulang
Sakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang tidak bekerja
secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis
gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi. Karena stunting adalah penyakit yang
rentan menyerang anak, ada baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga
terhindar dari infeksi.
 Faktor Sanitasi
Sanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan mempertinggi risiko  stunting pada
anak. Bila anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak, hal ini dapat
memengaruhi pertumbuhannya. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan
salah satu faktor penyebab stunting. 

Anda mungkin juga menyukai