Oleh:
IMAS SITI AISYAH
Kelas E
Profesi Ners
A. DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan.Batas normal dari
kadar Hb dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut : Batas normal kadar Hb menurut
unsur dan jenis kelamin
B. Etiologi
Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah
saat persalinan yang lalu, dan penyakit kronik. Dalam kehamilan penurunan kadar
haemoglobin dijumpai disebabkan oleh karena, dalam kehamilan keperluan zat makanan
bertambah dan terjadinya perubahan- perubahan dalam darah. Penambahan volume
plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa haemoglobin dan volume
sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
hidremia atau hipervolemia.Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.Di
mana pertambahan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30,0%, sel darah 18,0%, dan
haemoglobin 19,0%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara
fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini
meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena
sebagai akibat hipervolemia tersebut, cardiac output juga meningkat. Kerja jantung ini
lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula sehingga
tekanan darah tidak naik.
Selama hamil volume darah meningkat 50,0 % dari 4 ke 6 L, volume plasma
meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit.
Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan
volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta.
Ketidakseimbangan antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke
dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada trimester kedua.
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat mencapai
keseimbangan gizi maka setiap orang harus mengkonsumsi minimal 1 jenis bahan
makanan dari tiap golongan bahan makan yaitu karbohidrat, protein hewani dan nabati,
sayuran, buah dan susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat yang menghambat penyerapan zat besi seperti kopi dan kalsium.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin
menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama
setelah lahir.
C. Faktor Resiko
1. Faktor umur
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur
seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan pada usia < 20 tahun dan diatas
35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan usia < 20 tahun secara
biologis belum optimal emosinya dan cenderung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama
kehamilannya. Sedangkan pada usia> 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa pada usia ini.
Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh
terhadap kajadian anemia.
2. Konsumsi tablet Fe
Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2,429
kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe.
Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari.
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah dan mengulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi
besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang
sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.14Konsumsi tablet besi
sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan
pendukung bagi ibu hamil untuk patuh mengkonsumsi tablet Fe dengan baik. Tingkat
kepatuhan yang kurang sangat dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran ibu hamil dalam
mengkonsumsi tablet besi, inipun besar kemungkinan mendapat pengaruh melalui
tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan. Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi
tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu
bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping seperti mual dan konstipasi.
3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati.Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami
anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi.
Karena selama hamil zat – zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
dikandungnya. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai risiko 1,454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang
paritas rendah.
4. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia.Hal ini
dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum
optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung. Jarak kelahiran
mempunyai risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia.
D. PATOFISIOLOGI
Keluhan biasa yang dialami oleh ibu hamil pada waktu kehamilan adalah badan
terasa lemah, muka pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal,
perlu dicurigai anemia defesiensi besi. Apabila terjadi anemia kerja jantung akan
menjadi lebih cepat untuk menyampaikan oksigen ke semua organ tubuh, akibatnya
penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain yang dapat dilihat adalah
lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang- kunang dan kuku kelihatan pucat. Penderita
juga boleh mengalami gangguan pencernaan dan kehilangan nafsu makan. Palpitasi,
dispnea, pusing, dan pada kasus yang berat juga boleh menyebabkan gagal jantung
kongestif.
F. Diagnosis
Pengambilan anamnesis yang baik dan pemeriksaan yang baik adalah penting
untuk identifikasi sebab anemia. Tetapi sesungguhnya pasien yang kronik harus diobati
dengan segera untuk mencegah kematian. Aturan utama adalah untuk menentukan
penyebab anemia sebelum memulai pengobatan.
a) Anamnesis
Pengambilan anamnesis yang baik termasuk diet, ginekologi, kebidanan, obat dan latar
belakang sosial harus diambil.Anemia gizi adalah umum di negara berkembang,
penyelidikan yang rinci ke orang tersebut dan diet dan kebiasaan makan harus dilakukan.
Pengetahuan tentang kebiasaan makan dan makanan akan diperlukan untuk merencanakan
cara untuk mencegah terjadinya kembali anemia kembali setelah orang yang
bertanggungjawab untuk menjaga kondisi pasien tersebut. Hal ini juga penting untuk
menanyakan secara rinci tentang durasi dan gejala anemia (jika ada), gejala dekompensasi
dan kemungkinan faktor predisposisi. Gejala spesifik lain seperti lidah yang menyakitkan,
perubahan pada warna kuku dan parasthesias juga boleh dijumpai. Riwayat perdarahan
postpartum, aborsi, dan konsumsi obat harus dicari.
Seringkali, durasi anemia dapat dibentuk dengan mendapatkan riwayat pemeriksaan darah
sebelumnya dan, jika perlu menayakan catatan dan rekodnya. Demikian pula, penolakan
sebagai donor darah atau resep sebelumnya hematinik memberikan petunjuk bahawa
anemia telah terdeteksi sebelum ini.
Mendapatkan riwayat keluarga pasien tidak hanya untuk penyakit anemia tetapi juga
untuk choleithiasis, ikterus, spenektomi, gangguan perdarahan dan Hb yang abnormal.
Mendokumentasikan pekerjaan pasien, hobi, perawatan medis sebelum, obat dan
pendedahan kepada agent yang berpotensi bahaya di rumah. Pasien juga perlu ditanya
riwayat kehilangan darah seperti aborsi dan kehilangan menstruasi. Perkiraan kehilangan
menstruasi tidak akurat jika permintaan rutin tidak dibuat. Perubahan kebiasaan buang air
besar dapat berguna dalam mengungkap neoplasma usus besar, menyulitkan penghitungan
kehilangan darah hemoroid. Mengambil latar belakang tentang GI yang mungkin
menyarankan gastritis, tukang lambung, hernia hiatus atau diverticula. Warna urin yang
abnormal dapat terjadi pada penyakit ginjal dan hati pada anemia hemolitik.
Sebuah riwayat diet menyeluruh penting untuk pasien yang mengalami anemia.Sebuah
deskripsi makanan setiap sajian sepanjang hari. Anggota keluarga dekat harus berpatisipasi
kerana pasien tidak akanberkata benar pada dokter karena malu mengenai keanehan diet
atau pembatasan keuangnya. Pasien dengan defisiensi besi sering mengunyah atau
menghisap es (pagophagia) akan mengeluh disfagia, kuku rapuh, impotensi relatif,
kelelahan, dan kram di betis sewaktu menaiki tangga.
Kekurangan vitamin B-12 menyebabkan rambut beruban cepat, sensasi terbakar di lidah,
proprioception yang umum.Parasthesia atau sensasi yang abnormal yang digambarkan
sebagai nyeri juga terjadi pada anemia pernisiosa.Jika terdapat riwayat demam, karena
infeksi, neoplasma dan penyakit pembuluh darah kolagen dapat menyebabkan anemia.
Demikian pula, terjadinya purpura, ekimosis dan petechiae menyarankan terjadinya baik
trombositopenia atau gangguan perdarahan lain. Ini mungkin merupakan indikasi baik
bahwa lebih dari satu tulang sum-sum sulalat terlibat atau yang koagulopati merupakan
penyebab anemia karena perdarahan.Mencari ada atau tidak adanya gejala yang
menunjukkan penyakit yang mendasari seperti jantung, hati dan penyakit ginjal. Secara
ringkas anamnesis harus merangkum dari semua aspek yang mungkin menjadi penyebab
anemia dan komplikasinya.
b) Pemeriksaan
Pemeriksaan fundus optik dengan berhati-hati tetapi tidak dengan melepaskan konjungtiva
dan sklera, yang menunjukkan pucat, ikterus, perdarahan sempalan dan petechiae.Tanda-
tanda koma di pembuluh konjungtiva, atau telangiectasia yang dapat membantu dalam
pemeriksaan selanjutnya.Melakukan pemeriksaan sistematis untuk pembesaran teraba
kelenjar getah bening untuk bukti infeksi atau neoplasia.Edema bilateral berguna dalam
mengungkapkan jantung yang mendasarinya, ginjal atau penyakit hati, sedangkan edema
unilateral mungkin menandakan obstruksi limfatif akibat keganasan yang tidak dapat
diamati atau teraba.Secara hati-hati mencari hepatomegali dan splenomegali, tidaknya
mereka adalah penting seperti ukuran, kelembutan, ketegasan dan kehadiran atau tidak
adanya nodul.Pada pasien dengan gangguan kronis organ-organ ini tegas, tidak nyeri
tekan, dan nonnodular.Pada pasien dengan karsinoma, mereka mungkin sulit dan
nodular.Pasien dengan infeksi akut biasanya memiliki organ lembut dengan jelas lebih
lembut. Pemeriksaan dubur dan panggul tidak dapat diabaikan, karena tumor atau infeksi
organ-organ ini dapat menjadi penyebab anemia.19 Pemeriksaan neurologis harus meliputi
tes sensasi posisi dan rasa getaran, pemeriksaan saraf kranial, dan pengujian untuk reflex
tendon. Jantung tidak boleh diabaikan, karena pembesaran dapat memberikan bukti durasi
dan tingkat keparahan anemia, dan murmur mungkin bukti pertama dari endocarditis
bakteri yang boleh menjelaskan sebab anemia.Investigasi untuk anemia yang umum dan
khusus. Sebuah penghitungan darah lengkap diperlukan sebagai bagian dari penyelidikan
umum dan termasuk kadar hemoglobin, volume sel yang dipadat, sel darah putih dan
trombosit. Indeks sel darah merah termasuk rata-rata volume corpuscular (MCV),
corpuscular hemoglobin (MCH) dan konsentrasi hemoglobin corpuscular (MCHC).
Indeks ini akan mengklasifikasikan anemia dalam mikrosik (MCV <80fL),
makrostik (MCV > 100fL) dan normositik (MCV80-100fL), hipokromik atau
normokromik (MCH dan MCHC). Pap darah perifer dan jumlah retikulosit memberikan
informasi tentang morfologi sel merah, variasi, ukuran, bentuk, dan jumlah retikulosit
memberikan informasi tentang respon sumsum. Di hadapan anemia retikulosit yang
menghitung kurang dari 2-3 kali yang normal menunjukkan tidak memadai respon sumsum
tulang. Jumlah neutrophil tinggi dapat menyarankan infeksi pap perifer dan yang
mengungkapkan pansitopenia adalah sugestif dari kegagalan sumsum.Kotoran juga harus
diperiksa untuk warna, konsistensi, darah samar, ova dan parasite. Test spesefik biasanya
dilakukan oleh pasien yang disuspek anemia. Biasanya di tropika biasanya dijumpai
malaria dan juga merupakan penyebab anemia pada kehamilan.
G. Penatalaksanaan
H. Pencegahan
I. Komplikasi
Anemia defisiensi besipada wanita hamil sangat berkaitan dengan angka kematian
ibu. Anemia pada wanita hamil patut berjaga-jaga. Komplikasi yang dialami wanita
yang sedang hamil boleh berakibat fatal, baik pada ibu maupun janinnya. Anemia pada
wanita hamil boleh mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terhambat, kelahiran bayi
secara prematur, bayi menjadi lebih senang terserang infeksi sewaktu lahir dan bayi
boleh mati dalam kandungan jika anemianya parah.
J. Prognosis
Prognosis anemia kekurangan besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan
anak jika persalinan berlaku seperti normal tanpa banyak perdarahan atau komplikasi
lain. Morbiditas dan mortalitas wanita hamil meningkat dalam anemia berat. Penampakan
anemia infantum pada beberapa bulan kemudian berlaku dengan cadangan besi kurang,
walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak
mempaparkan haemoglobin (Hb) yang rendah.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengakajian
a) identitas Klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
agama, Tanggal Pengkajian.
b) Keluhan Utama biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing dan mata
berkunang-kunang.
c) Riwayat kesehatan
Pada pengkajian ini ditemukan riwayat kehamilan yang berdekatan, dan riwayat penyakit-
penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat memungkinkan terjadinya anemia.
2) . Riwayat kehamilan dan persalinan Biasanya ditemukan kehamilan pada usia muda, dan
kehamilan yang berdekatan.
1). Pola makan ditemukan ibu kurang mengkonsumsi makanan yang kaya
2). Pola aktivitas/istirahat biasanya pada ibu hamil yang menderita anemia
1) Kadaan Umum : Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun,
5). Abdomen:
6). Ekstremitas CRT>2 detik, terdapat varises dikaki, tidak ada oedema, dan akral biasanya
dingin.
3. Perencanaan Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Risiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan Pencegahan perdarahan :
. berhubungan dengan keperawatan selama
a.Monitor tanda dan gejalah
kurang pengetahuan ……..diharapkan , pasien mampu
perdarahan.
tentang kewaspadaan mengatasi resiko kehilangan darah
perdarahan. dengan criteria hasil: b.Lindungi pasiendari trauma yang
dapat menyebabkan perdarahan.
a. Tidak ada kehilangan darah
yang terlihat. c.Hindari mengangkat benda berat.
kering.
b.Lakukan pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht )
4 Mual berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen mual :
. dengan rasa keperawatan selama…, pasien
a.Dorong pasien untuk memantau
makan/minuman yang mampu mengontrol
pengalaman diri terhadap mual.
tidak enak
mual & muntah dengan kriterian
b. Dorong pasien untuk belajar
hasil:
strategi mengatasi mual sendiri.c.
a.Mampu mengenali onset
c.Kurangi atau hilangkan faktor-
muntah.
faktor yang bersifat personal yang
b. Mampu mengenali pencetus memicu atau meningkatkan mual
stimulus (muntah (kecemasan, takut, kelelahan, dan
kurangnya pengetahuan).
c.Mampu menghindari bau yang
tidak menyenangkan. d. Lakukan penilaian lengkap
terhadap mual, termasuk
d. Melaporkan mual, muntah-
frekuensi, durasi, tingkat
muntah, dan muntah yang
keparahan, dan faktor-faktor
terkontrol.
pencetus.
terganggu. kembali).
-Manajemen Nutrisi:
c.Monitor kecendrungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan.
6 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi :
berhubungan dengan keperawatan selama…., pasien
a.Cuci tangan setiap sebelum dan
penurunan hemoglobin mampu mengontrol infeksi ,
sesudah tindakan keperawatan.
dengan kriteria hasil :
b.Tingkatkan intake nutrisi .
a.Mampu mengidentifikasi
faktor risiko infeksi . c.Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
b. Mengetahui konsekuensi
terkait infeksi. d.Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
c. Mampu mengidentifikasi
panas, drainase.
tanda dan gejalah infeksi.
e.Monitor adanya luka.
d. Mempu menunjukan mencuci
tangan untuk pencegahan f. Dorong masukan cairan.
infeksi. g. Dorong istirahat.
menyenang.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang kontinyu karena setiap intervensi dikaji efektifitasnya
dan intervensi alternative digunakan sesuai kebutuhan setiap ada perubahan pada kondisi
atau kelihan pasien, rencana asuhan keperawatan perlu disesuaikan kembali, hasil akhir
yang diharapkan untuk ibu, pasangan atau janin dievaliasi atau janin dievaluasi secara
kontinyu menurut kriteria yang dapat diukur.
DAFTAR PUSTAKA
Tarwono, 2007. Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil. Jakarta : Trans Info media