TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kesehatan Dunia Organisasi (WHO) anemia dalam kehamilan adalah ketika tingkat
Hb adalah <11g / dl. Itu juga digolongkan anemia pada kehamilan sebagai ringan (10,0-10,9 g / dl),
sedang (7,0-9,9 g / dl), dan berat (lebih rendah dari 7,0 g / dl) berdasarkan pada tingkat konsentrasi
hemoglobin [5].
Selama kehamilan total volume darah meningkat sekitar 1,5 liter [3]. Volume plasma
meningkat lebih banyak dibandingkan dengan massa sel darah merah yang mengarah ke hemodilusi
dan mengurangi konsentrasi hemoglobin. Ini disebut anemia fisiologis kehamilan [3, 4].
Kehamilan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat keluarga bahagia.
Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami. Para calon ibu harus sehat
dan mempunyai gizi cukup (berat badan normal) sebelum hamil dan setelah hamil. Harus
mempunyai kebiasaan makan yang teratur dan bergizi, berolah raga teratur dan tidak merokok.
Jika ibu tidak mendapat gizi yang cukup selama kehamilan, maka bayi yang dikandungnya
akan menderita kekurangan gizi. Jadi meskipun sudah cukup bulan, bayi tersebut akan lahir
dengan berat badan dibawah 2500 gram atau bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.1.2. Etiologi
Etiologi dari anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi dalam tubuh. Anemia
defisiensi zat besi ini diakibatkan oleh kurangnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, dimana
ketersediaan zat besi yang rendah dan ketidakadekuatan kandungannya yang menjadi penyebab
anemia zat defisiensi zat besi(5).
Anemia akibat besi defisiensi dalam kehamilan merupakan faktor penting yang terkait
dengan peningkatan risiko ibu, janin, dan neonatal kematian; hasil kehamilan yang buruk seperti
berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur; gangguan perkembangan kognitif, berkurang
kapasitas belajar, dan berkurangnya kinerja sekolah di Indonesi anak-anak; dan penurunan
produktivitas pada orang dewasa.
Hanya hubungan usia kehamilan (trimester) dan suplementasi asam besi / folat memang
mencapai secara statistik level signifcance. Wanita hamil di urutan kedua dan ketiga trimester lebih
cenderung menjadi anemia bila dibandingkan untuk wanita hamil di trimester pertama. Ini mungkin
karena peningkatan volume plasma ibu yang lebih tinggi (40-50%) relatif terhadap massa sel darah
merah (20–30%) dan menyebabkan jatuhnya dalam konsentrasi hemoglobin [34].
Pada masa kehamilan terjadi perubahan sistem peredaran darah dimana volume plasma
darah mengalami peningkatan dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodulusi. Oleh karena itu kebutuhan oksigen
lebih tinggi dan merangsang peningkatan produksi eritroprotein dan inilah yang menyebabkan pada
masa kehamilan rentan terjadi anemia defisiensi zat besi(7).
Dampak anemia dalam kehamilan yang tidak segera ditangani adalah dapat menyebabkan
abortus, partus prematurus, inersia uteri, partus lama, atonia uteri dan perdarahan sampai syok.
Selain itu anemia dalam kehamilan ini juga berdampak pada janin yaitu janin dapat mengalami
keguguran, IUFD (Intra Uteri Fetal Distress), kematian janin waktu lahir, BBLR, kematian
perinatal, prematuritas, cacat konginetal, IQ tidak optimal, bayi mudah terinfeksi, dan menderita gizi
buruk (8). Kejadian anemia pada ibu hamil ini dipengaruhi oleh usia ibu hamil, pendidikan,
pekerjaan, jumlah paritas, jarak kehamilan, status gizi, dan frekuensi Antenatal Care (ANC).
Defisiensi pengangkutan
oksigen di dalam darah
Gejala Klinis Anemia
Gejala klinis dari anemia bervariasi, bergantung pada tingkat anemia yang
diderita.Berdasarkan gejala klinis anemia dapat dibagi menjadi anemia ringan, sedang dan
berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah :
a) Anemia ringan : adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu dan sesak.
b) Anemia sedang : adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak, edema kaki, dan tanda
malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis, ginggivitis, emesis atau diare.
c) Anemia berat: adanya gejala klinis seperti anemia sedang dan ditambah dengan tanda
seperti demam, luka memar, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis, thermogenesis yang
terganggu, hepatomegali dan splenomegali bisa membawa seorang dokter untuk
mempertimbangkan kasus anemia yang lebih berat.3,6
2.1.5 DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dibutuhkan anamnesis yang
akan diperoleh keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu, sesak, berdebar-debar,
muntah-muntah, diare. Selainitudaripemeriksaanfisisdapatditemukanedema kaki, tanda
malnutrisi seperti anoreksia, glossitis, ginggivitis, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis,
termogenesis yang terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan splenomegali
sesuaidenganderajat anemia yang diderita.1,3
Pemeriksaan penunjang dan pengawasannya dapat dilakukan dengan alat sahli.
HasilpemeriksaanHbdengansahlidapatdigolongkansebagaiberikut:
a) Anemia ringan : Hb 10 – 11 gr%
b) Anemia sedang : Hb 7 – 10 gr%
c) Anemia berat : Hb< 7 gr%. (1)
Pada pemeriksaan laboratorium berupa indeks sel darah merah membantu
menentukan adatidaknyakelainan abnormal padaseldarahmerah.Pemeriksaan hemoglobin
atau hematokrit harus diulang saat trimester ketiga (lebih kurang 28 sampai 32 minggu) dan
lebih sering jika diindikasikan.
Terapi zat besi oral terbukti efektif dalam memperbaiki anemia defisiensi besi pada
banyak kasus. Kemanjurannya mungkin, namun terbatas pada banyak pasien karena dosis
bergantung pada efek samping, kurangnya kepatuhan dan penyerapan zat besi yang tidak
cukup di duodenum. Juga harusdicatat bahwa meskipun adabukti yang mendukung perbaikan
parameter status hematologi dan besi dengan suplementasi besi oral, data pada peningkatan
berat lahir dan berkurangnya kelahiran premature masih kurang.2,3
Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu ke-28
kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat besi dan nonanemik (Hb <11g/dl dan ferritin
> 20 µg/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir rendah.12
Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai dengan
dosis dan cara yang ditentukan yaitu:
Dosis pencegahan
Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb. Dosisnya yaitu 1 tablet
(60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari
masa kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu memeriksa
kehamilannya.
Dosis Pengobatan
Diberikan pada sasaran (Hb < ambang batas) yaitu bila kadar Hb<11gr%
pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya.
Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejala-gejala
seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadang terjadi diare dan sulit buang air besar, pusing
bau logam. Selain itu setelah mengkonsumsi tablet tersebut, tinja akan berwarna hitam,
namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping tablet zat besi ini tergantung
pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada bentuk campurannya. Semakin tinggi dosis yang
diberikan maka kemungkinan efek samping semakin besar. Tablet zat besi yang diminum
dalam keadaan perut terisi akan mengurangi efek samping yang ditimbulkan tetapi hal ini
dapat menurunkan tingkat penyerapannya.
Terapi parenteral hanya diberikan apabila terdapat kontraindikasi dengan terapi oral.
Zat besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri secara intramuskular dapat disuntikkan
dekstran besi Imferon atau sorbitol besi. Hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita merasa
nyeri di tempat suntikan. Akhir-akhir ini Imferon banyak pula diberikan dengan infus dalam
dosis total antara 1000-2000 mg unsur zat besi sekaligus, dengan hasil yang sangat
memuaskan.9,10
Walaupun zat besi intravena dan dengan infus kadang-kadang menimbulkan efek
samping, namun apabila ada indikasi yang tepat, maka cara ini dapat dilakukan. Efek
sampingnya lebih kurang dibandingkan dengan transfusi darah. Transfusi darah sebagai
pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan walaupun hemoglobinnya
kurang dari 6gr/dL apabila tidak terjadi perdarahan. Darah secukupnya harus tersedia selama
persalinan, yang segera harus diberikan apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa,
walaupun tidak lebih dari 1000 ml. Makanan kaya zat besi yang dianjurkan untuk ibu hamil
seperti daging sapi (besi dalam hemoglobin dan mioglobin), daging ayam dan ikan (besi
dalam mioglobin), sayuran hijau dan kacang-kacangan (kaya zat besi dan asam folat).10
INDIKASI:
Preparat besi intravena diindikasikan untuk pengobatan defisiensi zat besi pada situasi
berikut ini:
Menunjukkan intoleransi penggunaan zat besi oral
Terjadi kebutuhan klinis untuk mengantarkan dengan cepat preparat besi untuk
mengisi cadangan besi
Penyakit radang usus aktif di mana penggunaan zat besi oral tidak dapat ditoleransi
atau dikontraindikasikan
Pasien yang tidak patuh dengan terapi zat besi oral.12
Zat besi oral tidak boleh diberikan bersamaan dengan penggunaan besi IV . Dapat
diberikan dengan jangka waktu 5 hari setelah terapi terakhir penggunaan preparat besi IV.12
KONTRAINDIKASI:
Anemia yang tidak disebabkan olehkekurangan zat besi
Iron Overload
Riwayat hipersensitivitas terhadap preparatbesi parenteral
Riwayatsirosis hati
Trimester pertama kehamilan
Gagal ginjal akut
Pasien dengan riwayat asma yang parah, eksim atau alergi atopik lainnya
1. IRON SUCROSE
Pada jalur metabolisme besi, kenaikan jumlah retikulosit akan terjadi selama
minggukedua dan setelah itu, tidak terja dikenaikan yang berlebihan, diharapkan terjadi
kenaikan hemoglobin sekitar 1.5g / minggu.12
Dosis Test penggunaan:
Tabel 2. PenggunaanDosisTestPadaVenofer12
Dosisselanjutnya:
Dosis berikutnya dapat diberikan 15menit ( 100mg ) atau 30 menit ( 200mg ).
Tabel 3.PenggunaanDosisLanjutan12
Terapipadatrisemester 2 dan 3:
3. FERRIC CARBOXYMALTOSE
Indikasi:
Memperbaiki anemia defisiensi besi ketika sediaan oral / IM tidak efektif atau tidak
dapat digunakan.
Mengisi / mempertahankan cadangan besi saat dilakukan terapi erythropoietin.
Mengurangi kebutuhan transfusi darah berulang.
Kontraindikasi:
• Riwayat hipersensitivitas terhadap Ferri Carboxymaltose.
• Di bawah usia 14 tahun
• Hamil pada trimester pertama
• Anemia bukan karena defisiensi zat besi
• Iron Overload atau gangguan dalam penggunaan zat besi dalam tubuh
• Septik
• Perhitungan dosis kumulatif pada trimester kedua atau ketiga kehamilan harus
didasarkan pada berat badan sebelum kehamilan.
• Dosis pemberian zat besi kumulatif lebih besar dari 1000mg harus dibagi menjadi dua
dosis, diberikan setidaknya dibagi per satu minggu.
- Dosis hingga 20mg besi / kg berat badan ( maksimum besi 1000mg ) dapat
diberikan sebagai dosis tunggal
- Maksimal 1000mg besi dapat diberikan per minggu
Efek Samping:
Mual ( 3.1 % )
Hipofosfatemia ( 1,9 % )
Reaksi pada tempat injeksi ( 1,6 % )
Sakit kepala ( 1.4 % )
hipertensi ( 1,3 % )
Pusing ( 1.2 % )
ANEMIA MEGALOBLASTIK
2.1.7 KOMPLIKASI
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat
timbul akibat anemia seperti :
1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematurus
c) Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb< 6 gr%)
e) Molahidatidosa
f) Mudah terjadi infeksi
g) Hiperemesis gravidarum
h) Perdarahan sebelum persalinan
2.1.8 PROGNOSIS
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak.
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan banyak atau komplikasi lain.
Anemia berat meningkatkan morbiditas dan mortalitas wanita hamil. Walaupun bayi yang
dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan hemoglobin
(Hb) yang rendah, namun cadangan zat besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian
tampak sebagai anemia infantum.10
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik tanpa
adanya infeksi sistemik, preeklampsia atau eklampsia. Pengobatan dengan asam folat hampir
selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa
pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan
karena dengan lahirnya anak kebutuhan asam folat jauh berkurang. Anemia megaloblastik
berat dalam kehamilan yang tidak diobati mempunyai prognosis buruk. Angka kematian bagi
ibu mendekati 50% dan bagi janin 90%.6,10
2.1.1 definisi
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) merupakan seluruh bayi dengan berat
badan saat lahir kurangdari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi.
Pada bayi BBLR, keadaan anemia fisiologis akibat supresi eritropoesis pascalahir
diperjelek oleh; simpanan besi janin yang lebih sedikit dan penambahan volume darah yang
lebih besar akibat pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan bayi cukup
birlan; karenanya anemia terjadi lebih awal dan mencapai kadar akhir yang lebih rendah.
Kehilangan darah janin atau neonatus memperkuat masalah ini. Simpanan besi, bahkan pada
neonatus BBLSR, biasanya cukup adekuat sampai berat badan lahir bayi berlipat dua kali atau
bayi diobati dengan eritropoetin (Bab 39.1). Lagipula. Penambahan besi di saat bayi berisiko
mengalami defisiensi vitamin E (kurang dari umur 34 minggu pascakonsepsi) dapat
memperbesar hemolisis dan mengurangi absorbsi vitamin E. Karenanya, penambahan vitamin E
dapat dihentikan bila berat badan lahir telah berlipat dua, pada saat tersebut penambahan
besi (2mglkgl24 jam) harus dimulai. Penambahan besi harus dimulai kapan saja bila bayi
mendapat eritropoetin.
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan beratbadan 1500 – 2499 g.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan beratbadan (<1500 g).
3. Bayi Berat Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan (<1000 g).
Menurut masa gestasi:
a. Bayi kurang bulan (Pre-term) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu (kurang
dari 259 hari).
b. Bayi cukup bulan (Term) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi mulai dari 37 minggu sampai
kurang dari 42 minggu (259 sampai 293 hari).
c. Bayi lebih bulan (Post-term) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi 42 minggu atau lebih (294 hari
atau lebih). (Kosim, 2014; Hasan,2000)
Menurut Prawirohardjo (2014); Saifuddin (2014), bayi dengan berat badan lahir rendah
dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kuranng dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai
masa kehamilan.
2. Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada kurva pertumbuhan intra uterin,
biasanya disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan.
BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena prematur dan BBLRkarena Intrauterine Growth
Retardation (IUGR).
1. Prematur
Prematur adalah istilah yang digunakan untuk mendefenisikan bayi yang lahir terlalu dini.
Kelahiran prematur merupakan satu dari situasi utama yang mengancam kesehatan manusia,
Prematur menjadi penyebab terbesar dari morbiditas dan mortalitas neonatus. American College of
Obstetricians and Ginecologist telah merekomendasikan kelahiran prematur sebagai kelahiran yang
terjadi sebelum 37 minggu gestasi. Riwayat persalinan prematur berkolerasi erat dengan
kemungkinan persalinan prematur selanjutnya. Tanda dan gejala persalinan prematur:
Intrauterine growth retardation adalah bayi yang lahir dengan berat badanlebih kecil dengan
usia kehmilannya, diperkirakan 3-10 % bayi mengalami hambatan pertumbuhan. dinegara maju,
sekitar ⅔ bayi berat lahir rendah disebabkan oleh prematuritas, sedangkan di negara sedang
berkembang BBLR terjadi disebabkan oleh pertumbuhan janin terhambat.
a. Faktor ibu, seperti: tekanan darah tinggi, penyakit ginjal kronik, riwayat diabetes melitus, penyakit
jantung dan perrnafasan, malnutrisi, anemi, infeksi, pecandu alkohol, merokok, berat badan
sebelum hamil (<40 kg), obat (steroid, propranalol, dilatin, heroin).
b. Faktor fetus, seperti: janin kembar, penyakit infeksi, kelainan kongenital, kelainan kromosom
(trisomi, 13, 18, 21), kelainan genetik.
c. Faktor uterus dan plasenta, seperti: penurunan aliran darah dari uterus ke plasenta, plasenta
previa.
Menurut Maryunani (2009), adapun tanda dan gejala yang terdapat pada bayi dengan bayi
berat lahir rendah (BBLR ) adalah :
a. Pada anamnese sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion,
hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan.
Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit
atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, abdomen cekung atau rata, jaringan
lemak bawah kulit sedikit, tali pusat sedikit, lembek dan berwarna kehijauan.
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu Jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang
tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like), abdomen buncit, tali pusat tebal
dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, merah dan transparan.
c. Bayi kecil untuk masa kehamilan (small for date) Organ dalam tubuh lebih berkembang
dibandingkan dengan bayi prematur, berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup diluar
rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dan berat
badan normal
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu sangat peka
terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi
2.1. Apgar Score
Skor Apgar merupakan metode praktis yang secara sistematis digunakan untuk menilai
bayi baru lahir segera sesudah lahir, untuk membantu mengidentifikasi bayi yang memerlukan
resusitasi akibat asidosis.
Skor yang rendah tidak selalu berarti janin mengalami hipoksiaasidosis; faktor-faktor
tambahan dapat mengurangi skor. Skor Apgar juga tidak meramalkan mortalitas neonatus atau
palsi serebral selanjutnya. Sebenarnya, kebanyakan penderita yang selanjutnya berkembang
menjadi palsi serebral, skor Apgarnya normal, sedangkan insidens palsi serebral sangat rendah
pada bayi yang skor Apgarnya 0-3 pada menit-5. Apgar skor menit-1 mengisyaratkan perlunya
tindakan resusitasi segera; dan skor menit-5, -10, -15, dan -20 menunjukkan kemungkinan
keberhasilan dalam melakukan resusitasi bayi. Skor Apgar 0-3 pada menit-20 meramalkan
tingginya mortalitas dan morbiditas.
Tanda 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada Dibawah 100 Di atas 100
Upaya pernapasan Tidak ada Lambar, tidak teratur Baik, menangis
Tonus otot Lemah Beberapa fleksi tungkai Gerakan aktif
Respon terhadap Tidak ada respon Menyeringai Batuk atau bersin
kteter dalam lubang
hidung (diuji sesudah
orofaring bersih )
Warna Biru , pucat Tubuh merah muda, Seluruhnya erah muda
tungkai biru
Positif –Palsu (tidak ada asidosis atau Hipoksia Negatif – Palsu (asidosis Apgar Normal)
janin ; Apgar Rendah
Maturitas Dari ibu yang asidosis
Analgetik, narkotik, sedatif: Kadar katekolamin janin tinggi Beberapa bayi
Magnesium sulfat cukup-bulan
Trauma serebral akut
Persalinan yang sangat cepat
Neuropati kongenital
Anomali SSP
Miopati kongenital
Trauma medula spinalis
Anomali paru (hernia diafragmarika)
Obstruksi jalan napas (atresia koana)
Pneumonia kongenital
Episode sebelum asfiksia janin (sembuh)
Interpretasi skor
Jumlah skor interpretasi Catatan
7-9 Normal
4-6 Asfiksia ringan Memerlukan tindakan mdis
segera seperti penyedotan
lendir yang menyumbat jalan
napas, atau pemberian oksigen
untuk membantu bernapas
0-3 Asfiksi berat Memerlukan tindakan medis
yang lebih intensif