Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Belakang Masalah


Anemia adalah suatu kondisi dimana sel-sel darah merah atau eritrosit dalam
jumlah yang rendah. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk
membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh.1, 2 Anemia terjadi akibat defisiensi zat
besi. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil meningkat sebanyak dua kali lipat akibat
peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan perkembangan janin, sehingga terjadinya anemia.1 Anemia terjadi
apabila kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua.2 Anemia pada kehamilan dapat
meningkatkan insiden berat bayi lahir rendah (BBLR) dikarenakan adanya gangguan
transfer hemoglobin ke janin melalui plasenta.3
Berat badan bayi lahir adalah hasil interaksi dari berbagai faktor melalui
proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Berat badan bayi baru
lahir ditentukan oleh faktor genetik. Status gizi janin dipengaruhi oleh status gizi ibu
selama masa konsepsi. Faktor yang mempengaruhi berat badan bayi lahir diantaranya
umur ibu, jarak kelahiran, paritas, usia kehamilan, kadar hemoglobin, status gizi ibu
hamil, komplikasi kehamilan, penyakit pada saat kehamilan, asupan zat gizi dan
tingkat sosial ekonomi ibu hamil.4
Prevalensi anemia di negara maju diperkirakan 9%, sedangkan di negara
berkembang diperkirakan 43%.5 Prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia sebesar
48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%, dan Eropa 25,1%.6 Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS), prevalensi anemia di Indonesia mencapai
37,1%.6 Prevalensi anemia defisiensi zat besi di Aceh sebanyak 59,6%.7
Proporsi berat badan bayi lahir yang kurang dari 2500 gram yang terdapat
pada anak umur 0–59 bulan di Indonesia mencapai 6,2%, di Aceh mencapai 6,4%,

1
terendah terdapat di daerah Jambi mencapai 2,6%, sedangkan yang tertinggi terdapat
di daerah sulawesi selatan mencapai 8,9 %.8
Anemia pada trimester ketiga memiliki hubungan dengan berat badan lahir
bayi. Ibu hamil dengan anemia akan melahirkan bayi dengan berat badan yang lebih
rendah daripada ibu hamil normal.3 Anemia pada ibu hamil akan memiliki risiko
melahirkan bayi dengan berat rendah. Ibu yang menderita anemia berat akibat
perdarahan sebelum dan pada saat persalinan dapat berisiko terjadinya kematian ibu
dan bayi.9 Berdasarkan beberapa jurnal peneliti yang telah dipaparkan, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “perbandingan luaran berat bayi
lahir rendah terhadap ibu anemia di RSUD Meuraxa tahun 2018”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran karakteristik luaran berat badan bayi lahir terhadap ibu
anemia ?
2. Apakah terdapat hubungan antara berat badan bayi lahir rendah terhadap ibu
anemia ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pengaruh antara berat badan lahir dengan ibu anemia, serta
karakteristik luaran bayi lahir pada ibu anemia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik luaran berat badan bayi lahir dengan ibu
anemia.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara berat badan bayi lahir dengan ibu
anemia.

2
1.4 Manfaat Penelitian

Memberi masukan bagi pengembangan ilmu kedokteran dan peneliti


selanjutnya tentang perbandingan luaran berat bayi lahir terhadap ibu anemia.

1.4.1 Manfaat bagi institusi Pendidikan kedokteran


Sebagai informasi tentang perbandingan luaran berat badan bayi lahir dengan
ibu anemia.
1.4.2 Manfaat bagi Mahasiswa kedokteran
1. Sebagai dasar pengetahuan tentang perbandingan luaran berat badan bayi lahir
dengan ibu anemia.
2. Dapat meningkatkan pemahaman akan pembelajaran profesional.
1.4.3 Manfaat bagi Peneliti
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbandingan luaran berat badan
bayi lahir dengan ibu anemia.
2. Menambah pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian.
3. Sebagai rujukan bagi peneliti maupun peneliti untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang perbandingan luaran berat badan bayi lahir dengan ibu anemia.

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Luaran Berat Bayi Lahir

2.1.1. Definisi BBLR


Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk
mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi
yang baru lahir dengan berat badan saat lahir <2500 gram tanpa melihat usia gestasi.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Pada bayi
BBLR, keadaan anemia fisiologis akibat supresi eritropoesis pasca lahir di perjelek
oleh simpanan besi janin yang lebih sedikit dan penambahan volume darah yang
lebih besar akibat pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan bayi
cukup bulan dan karenanya anemia terjadi lebih awal dan mencapai kadar akhir
yang lebih rendah.10, 11

2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Klasifikasi pengelompokan BBLR berdasarkan harapan hidup diantaranya
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat badan 1500-2499 g, Bayi Berat Lahir
Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat badan <1500 g, Bayi Berat Lahir Ekstrim
Rendah (BBLER) dengan berat badan <1000 g. Berdasarkan masa gestasi bayi
kurang bulan (Preterm) bayi dilahirkan dengan masa gestasi <37 minggu (kurang
dari 259 hari), bayi cukup bulan (Aterm) bayi dilahirkan dengan masa gestasi mulai
dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu (259 sampai 293 hari), bayi lebih
bulan (Post-term) bayi dilahirkan dengan masa gestasi 42 minggu atau lebih (294 hari
atau lebih).4, 12

4
2.1.3 Penyebab BBLR
Penyebab terjadinya BBLR salah satu diantaranya disebabkan oleh faktor
keluarga yang status ekonomi rendah, kasus-kasus gizi-gizi kurang, anemia dan
penyakit pada ibu, perawatan antenatal yang tidak adekuat, adiksi obat, dan riwayat
insufisiensi retroduktif ibu (infertilitas relatif,aborsi, lahir mati, bayi prematur atau
BBLR), meningkatkan insidensi BBLR. Faktor yang terkait lainnya seperti keluarga
dengan orang tua tunggal, kehamilan dimana ibu masih pada umur belasan tahun
,jarak kehamilan yang dekat, dan ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih
dari 4 anak juga sering ditemukan.13
Faktor risiko kejadian BBLR terdiri dari faktor ibu berupa KEK (Kekurangan
Energi Kronik), usia ibu <20 dan >35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat,
penyakit menahun seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah dan
pekerjaan yang terlalu berat. Faktor kehamilan berupa hamil dengan hidramnion,
hamil ganda, pendarahan antepartum, komplikasi kehamilan seperti
preeklamsi/eklamsi dan KPD (Ketuban Pecah Dini) dan faktor janin yang terdiri dari
cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. 4, 14, 15, 16
2.1.4 Karakteristik BBLR
Karakteristik BBLR diantaranya sebagai berikut
1. Berat lahir kurang <2500 gram, dapat ditimbang dengan menggunakan timbangan
bayi. Bayi ditimbang dalam posisi berbaring terlentang.
2. Panjang badan <45 cm, bayi dengan diukur dengan posisi tidur terlentang tanpa
menggunakan topi dan diatas tempat tidur yang keras.
3. Lingkar dada <30 cm, alat pengukuran lingkar dada yaitu pita dari metal yang
fleksibel. Umumnya diukur pada bayi yang kurang dari 2 tahun. Caranya dengan
meletakkan pita mengelilingi dada melalui puting susu dalam keadaan ekspirasi
maksimal. Dalam keadaan normal, lingkaran dada bayi baru lahir adalah 2 cm lebih
kecil daripada lingkaran kepala. Kemudian lingkaran kepala menjadi lebih besar dari
kepala karena dada tumbuh lebih cepat daripada kepala.
4. Lingkar kepala <33 cm , pada bayi kurang dari 2 tahun lingkaran kepala diukur
secara rutin. Pada anak yang lebih besar, lingkaran kepala baru diukur apabila
terdapat kecurigaan pada kepalanya. Alat pengukur yang dipakai adalah pita metal

5
fleksibel, karena pita yang terbuat dari kain mudah meregang sehingga dapat
memberikan nilai yang salah.
5. Umur kehamilan <37 minggu.
6. Kepala relatif lebih besar.
7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit berkurang.
8. Otot hipotonik lemah, pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
9. Ekstermita paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi sampai lurus.
10. Pernapasan sekitar 45-50 kali/menit, frekuensi napas yang terus meningkat atau
selalu diatas 60 x/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya penyakit
membran hialin (sindrom gangguan pernapasan idiopatik) atau gangguan
pernapasan.16

2.1.5 Diagnosis dan Gejala Klinik BBLR


Diagnosis dan gejala klinik dibagi dua yaitu pertama sebelum bayi lahir pada
anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Pergerakan janin yang
pertama terjadi lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut. Pertambahan
berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya, sering dijumpai
kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis
gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum.
Kedua setelah bayi lahir, bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.
Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah
tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada,
kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, abdomen cekung atau rata, jaringan
lemak bawah kulit sedikit, tali pusat sedikit, lembek dan berwarna kehijauan. Bayi
prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu Jaringan lemak bawah kulit
sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like),
abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit
tipis, merah dan transparan. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) Organ dalam tubuh

6
lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur, berat badan sama, karena itu
akan lebih mudah hidup diluar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan
hipotermi dibandingkan bayi prematur dan berat badan normal. Bayi prematur kurang
sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap
gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi.16

2.1.6 Komplikasi BBLR


Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR antaranya kerusakan bernapas yang
terjadi karena fungsi organ belum sempurna. pneumonia , aspirasi yang terjadi karena
refleks menelan dan batuk belum sempurna. Perdarahan intraventrikuler
menyebabkan perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan anoksia
menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran
darah sistemik.16

2.1.7 Permasalahan pada BBLR


Bayi dengan BBLR lebih mudah mengalami kematian atau mengalami masalah
kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa kehamilan menggambarkan risiko,
semakin kecil berat bayi dan semakin muda masa kehamilan maka semakin besar
risikonya. masalah- masalah BBLR antara lain yaitu
A. Asfiksia
BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses
adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. BBLR
membutuhkan kecepatan dan keterampilan dalam tindakan resusitasi.
B. gangguan pernapasan
Gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah penyakit
membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium.
BBLR yang mengalami gangguan napas harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan
yang tinggi.
C. hipotermi

7
Hipotermi terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan
suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metodo kanguru dengan kontak kulit
ibu dengan kulit bayi membantu bayi BBLR agar tetap hangat.
D. hipoglikemi
Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikitnya simpanan energi pada bayi baru
lahir dengan BBLR. bayi dengan BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah
lahir dan sering minum (setiap 2 jam ) pada minggu pertama.
E. Masalah pemberian ASI ( air susu ibu)
Masalah pada bayi BBLR yaitu ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang energi,
lemah, lambung kecil dan tidak dapat menghisap, sehingga menyebabkan bayi
dengan BBLR membutuhkan bantuan dalam mendapatkan ASI, pemberian ASI
dilakukan dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan >35
minggu dan berat badan lahir >2000 gr umumnya langsung menetek.
F. Infeksi
Infeksi terjadi karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Keluarga
dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan
infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.
G. Ikterus ( kadar bilirubin yang tinggi)
Ikterus terjadi karena fungsi hati belum matang. Bayi dengan BBLR menjadi
kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya.
H. Masalah perdarahan
Masalah perdarahan berhubungan dengan belum matangnya sistem
pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1 dengan dosis 1 mg
intramuskular segera sesudah lahir (dalam 6 minggu pertama). Untuk semua bayi
baru lahir dengan mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi dilakukan [ada bagian
paha kiri.11

2.1.8 Penatalaksanaan BBLR Saat Lahir

8
Seperti bayi baru lahir lainnya, bayi dengan BBLR perlu mendapatkan
perhatian dan tatalaksana yang baik pada saat lahir, yaitu harus mendapat pelayanan
neonatal esensial.
a. Tatalaksana bayi pada saat lahir yaitu persalinan yang bersih dan aman,
stabilisasi suhu, inisiasi pernapasan spontan, pemberian ASI dini ( inisiasi menyusui
dini/ IMD) dan ASI Eksklusif serta pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi.
b. Tatalaksana saat lahir mencakup, penilaian BBLR saat lahir dengan
menggunakan parameter yaitu bernapas spontan atau menangis dan air ketuban (
keruh atau tidak), dan asuhan bayi baru lahir.
c. Asuhan bayi baru lahir
1. BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria bayi lahir tanpa asfiksia.
Bayi tersebut dalam keadaan bernapas baik dan warna air ketuban jernih. Untuk
BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan asuhan asfiksia
sebagai berikut diantaranya adalah bersihkan lendir secukupnya bila perlu. Keringkan
dengan kain yang kering dan hangat. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu
dengan kulit bayi. Segera memberikan ASI dini dengan membelai. Memandikan bayi
dilakukan setelah 24 jam atau dari 24 jam jika bayi hipotermi <36C, suhu lingkungan
dingin. Profilaksis suntikan vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri
anterolateral. Salep mata antibiotic. Perawatan tali pusat, kering , bersih, tidak
dibubuhi apapun dan terbuka. Bila lahir >2000 gr dan tanpa masalah atau penyulit,
dapat diberikan vaksinasi hepatitis B pertama pada paha kanan.
2. BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukan ke dalam kategori lahir dengan
asfiksia dan harus segera dilakukan langkah awal resusitasi dan tahapan resusitasi
yang diperlukan diantaranya diputuskan berdasarkan penilaian keadaan bayi baru
lahir, yaitu bila air ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/ gawat janin) dan
bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan atau bernapas mengap-mengap,
langkah awal resusitasi yaitu jaga bayi dalam keadaan hangat, atur posisi kepala bayi
sedikit tengadah, isap lendir di mulut kemudian hidung , keringkan smbil dilakukan
rangsang taktil, reposisi kepala, nilai keadaan bayi dengan melihat parameter yaitu

9
usaha napas bila setelah dilakukan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas
spontan dan teratur.11, 17

2.2 Anemia dalam kehamilan

2.2.1 Definisi anemia


Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam darah di
bawah normal, diukur per mm kubik atau sebagai volume packed red cells per 100 ml
darah, terjadi ketika keseimbangan antar kehilangan darah (melalui perdarahan atau
perusakan) dan produksi darah terganggu.18
Anemia adalah penurunan daya angkut oksigen dari darah. Dapat timbul jika
konsentrasi hemoglobin (Hb) sel darah merah (sel darah merah) atau volume sel
dikemas RBCs (PCV) berada di bawah batas bawah interval referensi untuk usia,
jenis kelamin, lokasi geografis, dan status fisiologis.19

2.2.2. Etiologi anemia


Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu :
1) Didapatkan (acquired) , diantaranya ada anemia defisiensi besi, anemia karena
kehilangan darah secara akut, anemia karena inflamasi atau keganasan, anemia
megaloblastik, anemia hemolitik, anemia aplastik
2) Herediter, diantaranya ada thalasemia, hemoglobinopati, hemoglobinopati sickle
cell, dan anemia hemolitik herediter.16
Anemia yang disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu hemopoetik,
peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), atau kehilangan darah yaitu
hemoragik. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh. Anemia defisiensi zat besi ini diakibatkan oleh kurangnya zat besi, asam folat
dan vitamin B12, ketersediaan zat besi yang rendah dan ketidak adekuatan
kandungannya yang menjadi penyebab anemia zat defisiensi zat besi.20
Anemia akibat defisiensi besi dalam kehamilan merupakan faktor penting
yang terkait dengan peningkatan risiko ibu, janin, dan neonatal kematian. Hasil

10
kehamilan yang buruk seperti berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur;
gangguan perkembangan kognitif, berkurang kapasitas belajar, dan berkurangnya
kinerja sekolah di Indonesia anak-anak, dan penurunan produktivitas pada orang
dewasa.19

2.2.3 Faktor-faktor penyebab anemia


A. Asupan Fe yang tidak memadai
Hanya sekitar 25% WUS memenuhi kebutuhan Fe sesuai AKG (26 μg/hari).
Secara rata-rata, wanita mengkonsumsi 6,5 μg Fe per hari melalui diet makanan.
Ketidakcukupan Fe tidak hanya dipenuhi dari konsumsi makanan sumber Fe ( daging,
sapi, ayam, ikan, telur), tetapi dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Variasi ini
disebabkan oleh perubahan fisiologis tubuh seperti ibu hamil dan menyusui sehingga
meningkatkan kebutuhan Fe bagi tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi, dan faktor diet
yang mempercepat ( enhancer) dan menghambat (inhibitor) penyerapan Fe. Heme
iron dari Hb dan mioglobin hewan lebih mudah dicerna dan tidak dipengaruhi oleh
inhibitor Fe. Nonheme iron yang membentuk 90% Fe dari makanan non daging (
termasuk biji-bijian, sayuran, buah, telur) tidak mudah diserap oleh tubuh.21
B. Peningkatan kebutuhan fisiologi
Kebutuhan Fe meningkat selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan Fe
akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan
untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan absorpsi Fe
selama trimester II kehamilan membantu peningkatan kebutuhan. Beberapa studi
yang menggambarkan pengaruh antara suplementasi Fe selama kehamilan dan
peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan dapat meningkatkan berat
lahir bayi dan usia kehamilan.21
C. Malabsorpsi
Episode diare yang berulang akibat kebiasaan yang tidak higienis dapat
mengakibatkan malabsorpsi. Insiden diare yang cukup tinggi, terutama di negara
berkembang. Infestasi cacing, khususnya cacing tambang dan ascaris menyebabkan
kehilangan besi dan malabsorpsi besi. Di daerah endemik malaria, serangan malaria

11
yang berulang menimbulkan anemia defisiensi zat besi.21
D. simpanan zat besi yang buruk
Simpanan zat besi dalam tubuh orang Asia memiliki jumlah yang tidak besar, terbukti
dari rendahnya hemosiderin dalam sumsum tulang da rendahnya simpanan zat besi di
dalam hati. Jika bayi dilahirkan dengan simpanan zat besi yang buruk, maka
defisiensi akan semakin parah pada bayi yang hanya mendapatkan ASI saja dalam
periode waktu yang lama.21
E. kehilangan banyak darah
Kehilangan banyak darah terjadi melalui operasi, penyakit dan donor darah. Wanita
ynag kehilangan darah terjadi melalui menstruasi. Wanita hamil yang mengalami
perdarahan saat dan setelah melahirkan. Efek samping atau akibat kehilangan darah
tergantung pada jumlah darah yang keluar dan cadangan Fe dalam tubuh.21

2.2.4 Manifestasi klinis anemia


Gejala klinis dari anemia bervariasi, tergantung pada tingkat anemia yang
diderita.Berdasarkan gejala klinis anemia dapat dibagi menjadi anemia ringan, sedang
dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah :
a) Anemia ringan: adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu dan sesak.
b) Anemia sedang: adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak, edema kaki, dan
tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glositis, gingivitis, emesis atau
diare.
c) Anemia berat: adanya gejala klinis seperti anemia sedang dan ditambah dengan
tanda seperti demam, luka memar, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis,
thermogenesis yang terganggu, hepatomegali dan splenomegali bisa membawa
seorang dokter untuk mempertimbangkan kasus anemia yang lebih berat.3,6

2.2.5 Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan


Beberapa Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut etiologi yaitu
1. Anemia defisiensi besi (Fe)

12
Merupakan anemia tersering yang terjadi selama kehamilan dan masa nifas
akibat kekurangan besi dalam darah dan gangguan reabsorbsi duodenum. Masa
gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilan
mendekati 800mg, sekitar 500 mg, bila tersedia untuk ekspansi massa hemoglobin
ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini
1000 mg melebihi cadangan besi pada sebagian wanita. Gejala klinis cepat lelah,
nafsu makan kurang, berdebar-debar dan takikardi.22, 23
2. Anemia megaloblastik
Merupakan anemia yang terjadi akibat kekurangan asam folat, dengan gejala
klinis berupa mual muntah,kurang nafsu makan, cepat lelah, sering pusing dan
sinkop.
3. Anemia defisiensi vitamin B12
Merupakan anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12,
penyebab dari kekurangan vitamin B12 adalah gangguan reabsorbsi, ileus
gastrointestinal yang direseksi dan diare.24
4. Anemia karena penyakit kronis
Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronis dapat menyebabkan anemia,
seperti gagal ginjal kronis, kemoterapi, toksis karsinoma, pyelonephritis yang
menyebabkan gangguan pembentukan darah pada sumsum tulang.22 Anemia semakin
berat seiring dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah
merah. Gejala-gejala yang timbul seperti tubuh lemah, penurunan berat badan, dan
pucat.23
5. Anemia hemolitik
Merupakan anemia yang disebabkan oleh destruksi sel darah merah lebih
tinggi dari pembentukannya. Ini disebabkan oleh (a) faktor intrakorpuskuler dijumpai
pada anemia hemolitik herediter, thalasemia, anemia sel sickle (sabit), hemoglobin ,
C, D, G, H,I dan paroksismal nokturnal hemoglobinuria. (b) faktor ekstrakorpuskuler
disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat serta obat-obatan,
leukemia, penyakit hodgkin.23

13
Gejala dengan kelainan gambaran darah, kelelahan,kelemahan serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.24
6. Anemia aplasia-hipoplasia
Merupakan anemia akibat hipofungsi sumsum tulang untuk membentuk sel
darah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan diantaranya darah tepi
lengkap,pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan retikulasi.22

2.2.6 Diagnosa anemia


Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dibutuhkan anamnesis,
pada anamnesa akan didapatkan keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu,
sesak, berdebar-debar, muntah-muntah lebih hebat pada hamil muda.24
Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah ada infeksi, darah dalam
feses, limfadenopati dan splenomegali serta petekie yang mendasari penyakit-
penyakit tertentu penyebab anemia dan dilakukan pemeriksaan hematologi dasar
untuk menentukan ada tidaknya anemia yaitu penetapan kadar hemoglobin dan nilai
hematokrit.25, 22
Pemeriksaan penunjang dan pengawasannya dapat dilakukan dengan alat
sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Tidak anemia : Hb 11gr %
b. Anemia ringan : Hb 10 – 11 gr%
c. Anemia sedang : Hb 7 – 10 gr%
d. Anemia berat : Hb<7 gr%.
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,yaitu pada
trimester I dan trimester II.24

2.2.7 Penatalaksanaan anemia


A.Tatalaksana Umum
Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan
darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.Bila pemeriksaan apusan darah
tepi tidak tersedia, berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang saat ini

14
banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi
elemental dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat
diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian
tablet sampai 42 hari pasca salin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan
asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan yang
lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia.
Tabel dibawah ini adalah jumlah kandungan besi elemental yang terkandung
dalam jenis suplemen besi yang beredar yaitu

Jumlah sediaan Dosis sediaan Kandungan besi elemental

Sulfas ferosus 325 65

Fero fumarat 325 107

Ferro glukonat 325 39

Besi polisakarida 150 150

Tabel 2.2.6 Jumlah kandungan besi elemental

B. Tatalaksana Khusus
1. Defisiensi besi, lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila
ditemukan kadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg
besi elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan
TIBC.
2. Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan defisiensi asam
folat dan vitamin B12 berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x 250 – 1000
µg
3. Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi, apabila kadar
Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20 %, dan kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis

15
pusing, pandangan berkunang-kunang, atau takikardi (frekuensi nadi >100x per
menit)
4. Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau
pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa denyut
jantung janin secara berkala.25

2.2.8 Komplikasi
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit
dapat timbul akibat anemia seperti berikut :
1) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, seperti Abortus (keguguran), persalinan
prematur, gangguan pertumbuhan janin, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%),
mudah terjadi infeksi, hiperemesis gravidarum, perdarahan sebelum persalinan,
ketuban pecah dini.
2) Pengaruh Anemia terhadap Persalinan, seperti gangguan his, kala II dapat
berlangsung lama dan partus lama, kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan
kelemahan his.
3) Pengaruh Anemia pada saat Nifas, seperti terjadi subinvolusi uteri yang
menimbulkan perdarahan post partum, pengeluaran ASI berkurang, terjadinya
dekompensasi kordis.
4) Pengaruh Anemia terhadap Janin, seperti kematian janin dalam kandungan, berat
bayi lahir rendah , kelahiran dengan anemia, cacat bawaan, mudah terinfeksi hingga
kematian perinatal.14

2.2.9 Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan pada umumnya baik bagi
ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan banyak
atau adanya komplikasi lain. Anemia berat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
wanita hamil. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia

16
defisiensi besi tidak menunjukkan hemoglobin (Hb) yang rendah, namun cadangan
zat besinya kurang sehingga baru beberapa bulan kemudian akan tampak sebagai
anemia infantum.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik
tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan dengan asam
folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat
dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul
lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak, kebutuhan asam folat jauh
berkurang. Anemia megaloblastik berat dalam kehamilan yang tidak diobati
mempunyai prognosis buruk.12,26

2.3 Penelitian relevan


Hasil dari penelitian sebelumnya tentang perbandingan luaran berat badan
bayi lahir terhadap ibu anemia yang berbeda-beda setiap lokasinya yaitu
1. Menurut hasil penelitian Silvia Ari Agustina dan Liberty Baroqah (2018)
menyatakan status Hb ibu dengan anemia 39% melahirkan BBLR, sedang normal
hanya 32,8%.
2. Menurut hasil penelitian Aristyawati (2011) menyatakan kejadian BBLR 3,57
kali lebih besar pada ibu hamil yang menderita anemia dibandingkan dengan ibu
hamil yang tidak menderita anemia.

17
2.4 Kerangka teori

Faktor Penyebab BBLR

Faktor Internal Faktor Eksternal

Faktor Maternal Faktor janin Antenatal Care

Kehamilan
Usia ibu (<20 Pendapatan
ganda
dan >35 tahun)

Gangguan Status gizi


Jarak kehamilan pertumbuhan
intauterin
Jumlah paritas
Kehamilan
IMT sebelum genetik
hamil

Ketuban pecah
dini

Usia kehamilan
(<37 minggu)

BBLR
Komplikasi
kehamilan
18
Riwayat Anemia

Bagan 2.4 Kerangka Teori

Ket :
: Tidak di teliti
: di teliti

2.5 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

Ibu Anemia Luaran Berat Badan Bayi Lahir

Bagan 2.5 Kerangka Konsep

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional). Cross sectional adalah
suatu bentuk studi observasional (non eksperimental) dan pengukuran variabel
(independen dan dependen) dilakukan hanya satu kali pada satu waktu. Penelitian
ini menggunakan desain studi retrospektif yaitu mengevaluasi peristiwa yang sudah
berlangsung dan kejadian yang telah terjadi dikaitkan dengan penyebabnya.27
Peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan luaran berat
badan bayi lahir terhadap ibu anemia di RSUD Meuraxa.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil yang melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah yang tercatat dalam buku register pada tahun 2018 di
RSUD Meuraxa.
3.2.2. Sampel Penelitian

20
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
total sampling. Total sampling adalah pengambilan sampel yang sama dengan jumlah
populasi yang ada.
3.2.3. Kriteria Sampel
Kriteria inklusi dalam penelitian ini merupakan semua ibu anemia dan tidak
anemia yang melahirkan BBLR di RSUD Meuraxa, dan ibu hamil yang melahirkan di
RSUD Meuraxa memiliki data lengkap. Semua bayi yang lahir dengan cukup bulan
(>37 minggu).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini merupakan ibu hamil yang melahirkan
di RSUD Meuraxa dengan data rekam medis tidak lengkap , dengan adanya
komplikasi seperti, preeklamsia-eklamsia, perdarahan antepartum.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu faktor yang berkaitan satu sama lain
dalam variabel penelitian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini variabel
independen dan variabel dependen.
3.2.1 Variabel independen
Variabel independen adalah variabel bebas yang diduga sebagai faktor yang
berhubungan dengan variabel terikat (variabel dependen). Variabel independen dalam
penelitian ini yaitu ibu anemia.
3.2.2 Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas (independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah luaran
berat badan bayi lahir.

3.4 Definisi Operasional

N Variabel Defini Cara Alat Hasil Ukur Skala


o. Operasional Ukur Ukur Ukur

21
Independent

1. Ibu Kondisi ibu Analisi Data 1. Tidak ordinal


anemia hamil dengan data rekam anemia =
hb <11 gram. rekam medis Hb 11
medis gram%
2.
Anemia =
Hb <11
gram %
Dependent

2 Berat Bayi yang Analisis Data 1. BBL ordinal


. badan bayi mempunyai data rekam R <2500
lahir berat badan rekam medis gram
2500 – 4000 medis 2. Non
gram. BBLR
>2500 gram

Tabel 3.4 Definisi Operasional

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan catatan rekam medis


pasien yang melahirkan di RSUD Meuraxa yang diambil pada tahun 2018.
Rumah sakit

Data sekunder Ruang obgyn

Rekam medis

22
Sampel data

Ibu melahirkan di Rumah


Bagan 3.5 Instrumen Pengumpulan Data
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
3.6.1 Tempat
Tempat penelitian adalah suatu tempat/lokasi yang digunakan untuk
mengambil laporan kasus atau observasi.27 Penelitian ini akan dilakukan di ruang
bersalin rumah sakit ibu dan anak.
3.6.2 Waktu
Waktu penelitian adalah suatu waktu atau saat yang digunakan untuk
pelaksanaan penelitian atau observasi.27 Penelitian ini akan dilakukan pada bulan
Februari sampai Mei.

3.7 Rancangan Pengolahan Data

a. Mengedit (editing)
Mengedit yaitu memeriksa/meneliti setiap data yang lengkap untuk
mengoreksi data yang tidak jelas, sehingga kekurangan data dengan mudah terlihat
dan segera dapat dilakukan perbaikan.
b. Pengkodean (coding)
Setelah data terkumpul dan selesai diedit. Tahap selanjutnya adalah
mengkode data yaitu melakukan pemberian kode untuk setiap agar mudah dalam

23
pengolahan data. Pemberian kode pada tiap variabel disesuaikan pada pemberian skor
pada variabel independen dan dependen meliputi ibu anemia dan luaran berat badan
bayi lahir.
c. Tabulasi (tabulating)
Tabulasi yaitu pengelompokan data, kemudian ditampilkan secara
deskriptif dalam bentuk tabel sebagai bahan informasi. Data yang terkumpul
dimasukkan ke dalam tabel yang tersedia kemudian dihitung. Proses tabulasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah perhitungan manual dan
menggunakan program komputer.

3.2.8 Rancangan Analisis Data


3.8.1 Analisa Univariat ( analisis deskriptif)
Analisa univariat adalah analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara
deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti yaitu variabel independen maupun
variabel dependen.27 Semua variabel ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang terdiri dari nilai persentase, dengan rumus

F
P= x 100%
n

Keterangan :
P= persentase
n= Sampel
F= Frekuensi teramati

3.8.2 Analisa bivariat


Analisa bivariat digunakan untuk menganalisis terhadap 2 variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen.27 Untuk menguji hipotesis dilakukan

24
analisis statistika dengan Uji Chi square Test pada tingkat kemaknaan 95% (p<0,05).
Rumus chi square adalah

(0−𝐸)2
𝑥2 = ∑
𝐸

Keterangan :
χ2 = nilai chi square
0 = nilai hasil pengamatan ( observes)
E = nilai ekspektasi ( expected)
Nilai p (p-value) akan dibandingkan dengan nilai α = 0,05 :
1. Jika p value >0,05, maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan
pada α = 0,05.
2. Jika p value <0,05, maka hubungan kedua variabel adalah signifikan pada α =
0,05.

3.9 Etika Penelitian

1.Informed consent (lembar persetujuan)


Menjelaskan kepada responden mengenai penelitian yang akan dilakukan
sehingga tidak ada tuntutan dikemudian hari serta tidak ada yang merasa
dirugikan dua belah pihak baik penelitian maupun responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan maka peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data, cukup memberikan kode pada lembar
penelitian tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan ditanggung oleh peneliti dengan cara menjaga dan
memperhatikan dengan baik serta tidak akan membicarakan identitas dan
mempermasalahkan responden dengan orang lain, hanya kelompok data tertentu
akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian

25
26
DAFTAR PUSTAKA

1. Astriana W. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan Usia. J
Aisyah J Ilmu Kesehat. 2017;2(2):123-130. doi:10.30604/jika.v2i2.57
2. Youssry mohammed abdelaziz, Radwan ahmed mohamed, Gebreel
mohamed amin, Patel tabarak ahmed. Prevalence of Maternal Anemia in
Pregnancy : The Effect of Maternal Hemoglobin Level on Pregnancy and
Neonatal Outcome. 2018:676-687. doi:10.4236/ojog.2018.87072
3. Syifaurrahmah M, Yusrawati, Edward Z. Hubungan Anemia dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah pada Kehamilan Aterm di RSUD Achmad Darwis
Suliki. J Kesehat Andalas. 2016;5(2):470-474.
4. Nasution SM. Pengaruh Usia Kehamilan, Jarak Kehamilan, Komplikasi
Kehamilan, Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Di RSUD DR.Pirngadi Kota Medan Tahun 2017. 2017.
5. World Health Organization. Anaemia Policy Brief. Glob Nutr Targets 2025.
2014;(6):8. doi:WHO/NMH/NHD/14.4
6. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013:1-306. doi:1 Desember 2013
7. Rahmiyanti D, Darmawati. PREVALENSI ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
PADA IBU HAMIL. JIM FKE. 2018;III(3):93-100.
8. Kementrian Kesehatan RI. Hasil Utama Laporan Riskesdas 2018.

27
Kementeruian Kesehat embangan KesehatanRI Bahan Penelit dan Peng Dep
Kesehat Republik Indones. 2018:1-220. doi:1 Desember 2013
9. Agustina SA, Barokah L. Determinan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). J
kebidanan. 2018;8(November):143-148.
10. Kliegman RM. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 17. Volume 1.; 2012.
11. Sulistiani K. Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2014. 2014.
12. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetrics, 25 Th
Education.; 2018.
13. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi.
Edisi Kedua. Badan Penerbit IDAI.; 2014.
14. Manuaba dr. IAC, Munuaba dr. IBGF, Manuaba prof. dr. IBG. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2.;
2012.
15. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1.; 2012.
16. Manuaba I. Ilmu Kebidanan ,Kandungan Dan KB.; 2013.
17. Depkes RI. Kumpulan Buku Acuan Kesehatan Bayi Baru Lahir.; 2009.
18. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 31.; 2010.
19. Gebreweld A, Tsegaye A. Prevalence and Factors Associated with Anemia
among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic at St. Paul’s Hospital
Millennium Medical College, Addis Ababa, Ethiopia. Adv Hematol.
2018;2018:1-8. doi:10.1155/2018/3942301
20. Alleyne M, MD, Horne MK, MD, Miller JL, MD. Individualized Treatment
for Iron-deficiency Anemia in Adults. Am J Med. 2008;121(11):943-948.
doi:10.1016/j.amjmed.2008.07.012
21. Ekmawanti. Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur
Tahun 2015 hingga 2016. 2017.
22. Manuaba I. Pengantar Kuliah Obdstetrik.; 2012.
23. Roosleyn IPT. Strategi dalam penanggulangan pencegahan anemia pada

28
kehamilan. J Ilm Widya. 2016;3:1-9.
24. prof.Dr.dr.M.Farid Aziz S, Dr.andrijono S, Prof.dr.Abdul Saifuddin, SpOG(K)
M. Buku Ancuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi Pertama , Cetakan
Kedua.; 2010.
25. pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan.; 2013.
26. Benson RC, Pernoll ML. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9.; 2013.
27. prof.Dr.dr.Sudigdo Sastroasmoro S. (K), Prof.Dr.Sofyan Ismael SA (K).
Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ke 4.; 2011.

29

Anda mungkin juga menyukai