Anemia adalah suatu kondisi atau keadaan ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Kadar Hb dan sel darah sangat bervariasi tergantung pada
usia, jenis kelamin, ketinggian suatu tempat, serta keadaan fisiologi tertentu (Sudoyo, 2013).
Menurut Depkes (2009) anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau<10,5 gr% pada trimester II. Anemia pada umumnya
terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang, pada kelompok sosial ekonomi rendah,
meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Pada kelompok dewasa terjadi pada wanita usia
reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita menyusui karena banyak mengalami defisiensi Fe.
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,jenis anemia yang
pengobatannya relatifmudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional
karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat
besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut “potential danger to mother
and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada ini terdepan. Menurut WHO
kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 87% dengan menetapkan Hb 11gr% sebagai
dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi, Hoo
SwieTjiong menemukan angka
anemia kehamilan 13,6% pada trimester II. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi zat besi, dan perdaraahan akut, bahkan jarak keduanya saling
berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara
berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan
karena anemia di 2 Asia diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya pravelensinya anemia pada ibu hamil
merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Yuliandani,Dewi& Ratry,2017)
Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh asupan makanan sumber zat besi yang tidak
adekuat. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis ibu seperti keluhan mual dan muntah pada
trimester I serta interaksi zat gizi dari makanan yang di konsumsi ibu yang dapat menyebabkan
gangguan penyerapan zat besi seperti teh dan kopi. Anemia adalah kekurangan sel darah merah
yang dapat disebabkan oleh kehilangan darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya
produksi sel darah merah .Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau keduanya . Anemia secara fungsional
dapat didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen carrying capacity) (Putri &Bunga,2015).
Kehamilan merupakan kondisi alamiah tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai
perubahan anatomik serta fisiologis dalam tubuh ibu. Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi
adalah perubahan hemodinamika. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel-sel darah
berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan trombosis jika
kurang 1.000 mg atau rata-rata 6 - 7 mg/hari. Volume darah ini akan kembali seperti sediakala pada
2-6 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2013). Selama kehamilan jumlah leukosit juga akan
meningkat yakni berkisar antara 5.000-12.000/ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan
masa nifas berkisar 14.000 -16.000/ul.Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama
juga diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat (Prawirohardjo, 2013).
Selama kehamilan juga sirkumferensia torak akan bertambah lebih kurang 6 cm, tetapi tidak
mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh
diagfragma yang naik lebihkurang 4 cm selamakehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami
sedikit perubahan selama kehamilan, perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37
dan akan kembali hamper seperti sediakala dalam minggu ke 24 minggu
setelah persali (Prawirohardjo, 2013).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan
yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Disebabkan karena :
e.Hemoglobinuaria
1.Tanda-tanda
a.Pucat
b.Takikardia
c.Tekanan nadi yang melebar dengan pulsasi kapiler
e.Perdarahan
f.Penonjolan retina
g.Demam ringan
2.Gejala
a.Mudah lelah,dispnea
b.Palpitasi,angina
f.Hilangnya lipidos
3. Gejala umum anemia adalah rasa lemah, lesu, cepat lelah,telinga mendenging (tinitus), mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia, serta konjungtiva anemis.
a.Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku
sendok(koilonychia).
Anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus prematurus, partus lama, retensio
plasenta, perdarahan postpartum karena atonia uteri,syok, infeksi intrapartum maupun
postpartum.Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Akibat anemia terhadap janin dapat menyebabkan terjadinya kematian janin
intrauterin, kelahiran dengan anemia, 14 dapat terjadi cacat
bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal. Ibu hamil dengan kadar
hemoglobin (Hb)<8 g/dL dikaitkan dengan peningkatan risiko berat lahir rendah dan bayi kecil untuk
usia kehamilan.Anemia defisiensi besi selama kehamilan diketahui menjadi faktor risiko kelahiran
premature.meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum dan kematian perinatal. Pada
wanita hamil, anemia meningkatkan risiko kematian ibu dan anak dan memiliki konsekuensi negatif
pada kognitif dan fisik pengembangan anak-anak dan produktivitas kerja.Anemia pada kehamilan
dikaitkan dengan hasil kehamilan yang merugikan.Manifestasi klinisnya meliputi pembatasan
pertumbuhan janin,persalinan prematur,berat lahir rendah, gangguan laktasi, interaksi yang buruk
ibu atau bayi,depresi post partum, dan meningkatkan kematian janin dan neonatal (Desia, 2018).
1.Tidak anemia
:>11 Hb(g/dl)
4. Anemia berat
:<7 Hb(g/dl)
(sumber:Irianto K,2014)
G.PATOFISIOLOGI
Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi mencapai kurang lebih 95%.Wanita
hamil sangat rentan terjadi anemia defisiensi besi karena pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih
tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin.Akibatnya, volume plasma bertambah
dan sel darah merah(eritrosit) meningkat.Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb)
akibat hemodilusi.Cadangan zat besi pada wanita yang hamil dapat rendah karena menstruasi dan
diet yang buruk.Kehamilan dapat meningkatkan kebutuhan zat besi sebanyak dua atau tiga kali
lipat.Zat besi diperlukan untuk produksi sel darah merah ekstra, untuk enzim tertentu yang
dibutuhkan untuk jaringan, janin dan plasenta, dan untuk mengganti peningkatan kehilangan harian
yang normal. Kebutuhan zat besi janin yang paling besar terjadi selama empat minggu terakhir
dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan
terpenuhi dengan mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan tercukupi
sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi peningkatan absorbsi besi dari
diet oleh mukosa usus walaupun juga bergantung hanya pada cadangan besi ibu.Zat besi yang
terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi kurang dari 10%, dan diet biasa tidak dapat mencukupi
kebutuhan zat besi ibu. hamil.Kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat
menimbulkan konsekuensi anemia defisiensi besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada
ibu maupun janin, hal ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan.
Ibu hamil berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh pengobatan yang
aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb
yang normal dan mencegah pelaksanaan tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui
tranfusi darah telah ditentang selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi beresiko
menimbulkan masalah yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri (Pratami, 2016).
WHO merekomendasikan pemberian suplemen zat besi tambahan sekitar 2-3 mg/hari kepada ibu
hamil sehingga tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin
melalui plasenta (Kemenkes RI, 2015). Program pemerintah dalam upaya penanggulangan anemia
pada ibu hamil dengan pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Sulistiyanti,
2015).Tablet Fe mulai dikonsumsi oleh ibu hamil pada trimester II, karena pada trimester ini
peningkatan volume plasma darah yang signifikan. Selain itu, jika diberikan mulai pada trimester I,
maka akan membuat ibu hamil semakin mual dan muntah, melihat dampak dari tablet Fe yang
membuat ibu hamil mual. Tablet sebaiknya diminum dengan air putih atau air
jeruk yang mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan zat besi.Teh, susu, dan kopi
tidak boleh diminum bersamaan dengan tablet Fe, karena merupakan faktor penghambat
penyerapan zat besi. Sebaiknya tablet Fe diminum pada malam hari sebelum tidur, karena
mengurangi efek mual yang akan timbul setelah ibu meminumnya(Ani,L.S,2013).
Mengatasi penyebab pendarahan kronik misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang
sesuai. Pemberian preparat Fe:
a. Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan peruț kosong, dapạt dimulai dengan dosis yanġ
rendåh dan dinaikkan bertahap padå pasien yang tidak kuat dapat diberikan bersamamakanan.19
b.Fero Glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian
preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan
secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB). Untuk tiap gram % penurun kadarHb
dibawah normal.
c. Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/1, diberikan secara intra muskular mula-mula 50 mg,
kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan
dapat pula dibẹrikan intravena, mulamula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit
menimbulkan reaksi boleh diberikan 250-500 mg.
2. Perawatan di Rumah
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan mengonsumsi nutrisi
yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil, makan makanan yang tinggi
kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah,sereal,telur,dan kacang tanah)
yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk
berfungsi dengan baik. Selain itu pemberian vitamin adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa
tubuh memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat
besi setiap hari, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi
(Proverawati,2011).
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Pengkajian identitas ibu hamil dengan anemia meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis. wanita usia <20 tahun atau >35 tahun
merupakan faktor predisposisi terjadinya anemia selama kehamilan (Wagiyo dan Putrono, 2016).
b.Keluhan Utama
Keluhan utama ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing, dan
mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, konsentrasi hilang,
nafas pendek (pada anemia parah), mual dan muntah pada hamil muda,dan palpitasi (Wagiyo dan
Putrono, 2016).
c. Riwayat Kesehatan
Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan mudah lelah, lesu, dan sesak napas saat beraktivitas
maupun istirahat, permukaan kulit dan wajah pucat,dan mudah pusing (Lutfiatus, 2016).
Riwayat kesehatan dahulu pada ibu hamil dengan anemia biasanya riwayat
kehamilan yang berdekatan, dan riwayat penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi seperti TB, cacing
usus, dan malaria yang dapat memungkinkan terjadinya anemia (Pratami, 2016).
Anggota keluarga biasanya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama. Biasanya anggota
keluarga cenderung menganggap gejala yang ada pada ibu hamil dengan anemia merupakan hal
yang biasa terjadi pada ibu hamil. Hal ini merupakan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
resiko anemia pada ibu hamil. Sehingga, biasanya anggota keluarga kurang memperhatikan gizi
Ibu hamil dengan anemia dapat ditemukan kehamilan pada usia muda dan
1) Pola makan
Ibu hamil dengan anemia biasanya kurang mengkonsumsi makanan yang kaya
nutrisi seperti sayuran berdaun hijau, daging merah dan tidak mengkonsumsi tablet Fe(Wagiyo dan
Putrono, 2016).
2) Pola aktivitas/istirahat
Ibu hamil dengan anemia mudah kelelahan, keletihan, malaise, sehingga kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak (Wagiyo dan Putrono, 2016).
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Ibu hamil dengan anemia akan terlihat lemah, lesu, dan pucat (Wagiyo dan Putrono,2016).
b)Head to Toe
Menurut Wagiyo dan Putrono (2016), pemeriksaan head to toe pada ibu hamil dengan anemia,
didapatkan:
1)Kepala:
2)Wajah:
Pada wajah ibu hamil biasanya terdapat chloasma gravidarum karena terjadi hiperpigmentasi.
3)Mata:
Ibu hamil dengan anemia ditemukan konjungtiva anemis dan skelera tidak ikterik.
4)Mulut:
Bibir ibu hamill dengan anemia ditemukan pucat dan membran mukosa kering.
5)Payudara
Inspeksi:
Pada areola mammae dan puting susu ibu hamil akan menghitam. Biasanya
Palpasi:
Apabila di pijat, biasanya pada kehamilan 16 minggu cairan yang dikeluarkan jernih, kehamilan 16
minggu sampai 32 minggu warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer, dan dari
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan
banyak mengandung lemak atau disebut kolostrum.
6) Abdomen
Inspeksi:
Hingga kehamilan empat bulan, pembesaran perut belum kelihatan.Setelah kehamilan lima bulan,
perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat meninjol keluar.
Timbul linia alba atau nigra dan strie gravidarum
Palpasi:
Leopold 1:
(a) apabila kepala janin dibagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bundar, dan melenting.
(b) apabila bokong janin teraba dibagian fundus, yang terasa adalah lunak, kurang bundar, dan
kurang melenting.
(c) apabila posisi janin melintang pada reahim, maka pada fundus teraba kosong.
Leopold II:
(a) bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan.
(b) bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) : akan teraba kecil, bentuk atau
posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
Leopold III:
(a) bagian keras, bulat, dan hampir homogeny adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan
kurang simetris adalah bokong.
(b) apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang sudah
tidak bisa.
Leopold IV:
(a) apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen), berarti bagian terendah janin
belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa membentuk jarak
atau tidak bertemu
Auskultrasi:
7) Ekstremitas:
Pada ekstremitas ibu hamil biasanya timbul varisespada sebelah atau kedua belah tungkai.Pada
hamil tua, sering trejadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang
membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
8) Genitalia:
9) Sistem Integumen:
Ibu hamil dengan anemia ditemukan menngalami gejala seperti pucat, joundice (pada anemia
hemolitik), kulit kering, kuku rapuh, clubbing finger.
10)Sistem pernapasan :
Ibu hamil dengan anemia akan mengalami nafas pendek saat istirahat maupun beraktivitas karena
desakan diafragma oleh janin.
11)Sistem Pencernaan:
Biasanya alat pencernaan lebih kendur, peristaltic kurang baik, terjadi hipersekresi kelenjar dalam
alat pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual, muntah, hipersalivasi, dan lain-lain. Peristaltik
yang kurang baik dapat menimbulkan konstipasi atau obstipasi.
Pada ibu hamil dengan anemia ditemukan takikardia, palpitasi, murmur, angina, hipotensi,
kardiomegali, dan gagal jantung.
Ibu hamil dengan anemia akan mengeluh nyeri pinggang, nyeri sendi, tenderness sterna
14)Sistem persarafan:
Ibu hamil dengan anemia akan mengeluh nyeri kepala, bingung, dan cemas.
e. Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium Menurut Wagiyo
dan Putrono (2016), hasil pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil yang biasanya didapatkan,
yaitu :
a) Pemeriksaan Hb : kadar Hb <11g/dl pada trimester I dan II atau <10.5 g/dl pada trimester II
c. D.0111 Defisit Pengetahuan tentang Kehamilan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
f. D.0056 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakeimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen