Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

NY. A UMUR 25 TAHUN G1P0A0 UK 34+5 MINGGU


DENGAN ANEMIA RINGAN
DI KLINIK WIDYA HUSADA SEMARANG

Disusun Oleh:
Nama : Andien Farkhatin Nisa
NIM : 1806001
Semester : 4

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG


PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN
2019-2020
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Anemia
1. Pengertian
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr%
pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2
(Prawiroharjo, 2010).
Anemia adalah keadaan dimana kadar haemoglobin, hematokrit
dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari
defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang
dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut. Menurut kemampuan
darah untuk mengikat oksigen yang dapat disebabkan oleh menurunnya
sel darah merah, berkurangnya konsentrasi hemoglobin atau kombinasi
keduanya dalam sirkulasi darah dengan kadar hemoglobin di bawah 11gr
% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5gr%
pada trimester II (Saifuddin, 2001).
Menurut Varney (2000) anemia yang secara umum dapat
diterima adalah turunnya kadar hemoglobin kurang dari 12,0gr/l00ml
darah pada wanita yang tidak hamil. Anemia yang terkait dengan
kehamilan adalah anemia defisiensi besi hampir 95% (Varney, 2000).

2. Etiologi
Menurut Marmi (2011) anemia umumnya disebabkan oleh:
a. Kurang gizi (malnutrisi),
b. Kurang zat besi dalam diet,
c. Malabsorbsi
d. Kehilangan darah yang banyak; pesalinan yang lalu, haid, dll
e. Penyakit-penyakit kronis; TBC, paru-paru, cacing usus, malaria, dll.
Dalam kehamilan jumlah darah bertambah (hiperemia /
hipervolumia) karena itu terjadi pengencaran darah karena sel-sel darah
tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan
pertambahan tersebut adalah:
1. Plasma darah bertambah : 30%
2. Sel-sel darah bertambah : 18%
3. Hemoglobin bertambah : 19%
Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu
meringankan kerja jantung (Marmi, 2011).
Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi
mencapai kurang lebih 95%. Terjadinya peningkatan volume darah
menyebabkan hemodilusi atau pengenceran darah sehingga kadar Hb
mengalami penurunan dan menyebabkan anemia (Varney, 2007).
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis
dalam kehamilan untuk meringankan beban jantung yang harus bekerja
lebih berat dalam massa hamil (Hudono, 2007).
Kebutuhan zat bezi ibu selama kehamilan ialah 800mg, diantaranya
300mg untuk janin plasenta dan 500mg untuk pertambahn eritrosit ibu.
Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3mg besi/hari.
Perlu diingat ada beberapa kondisi yang menyebabkan defisiensi kalori-
besi, misalnya infeksi kronik, penyakit hati dan thalasemia (Saifudin,
2009).
Menurut Varney (2007), terdapat sejumlah faktor yang menjadi
penyebab anemia seperti status ekonomi mempunyai efek, status ekonomi
yang lebih rendah menimbulkan angka nutrisi buruk yang lebih tinggi dan
sehingga mengakibatkan angka anemia defisiensi zat besi lebih tinggi. Ras
juga memainkan peranan sebagai contoh rata-rata orang kulit hitam kadar
hemoglobinnya lebih rendah daripada orang kulit putih tanpa
memperhatikan tingkat sosio-ekonomi.

3. Patofisiologi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah
(hypervolemia). Hypervolemia merupakan  hasil dari peningkatan volume
plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi
peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh
lebih besar sehingga memberi efek yaitu konsentrasi hemoglobin
berkurang dari 12 g/100 ml (Sarwono, 2009).
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi
dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah
18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk
membantu meringankan kerja jantung.
Hemodilusi (pengenceran darah) terjadi sejak kehamilan 10
minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila
hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya
hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan
menjadi 9,5-10 gr%.

4. Kategori Anemia
Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto,
2010) :
a. Kadar Hb 10 gr% - 8 gr% disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 8 gr% - 5 gr% disebut anemia sedang
c. Kadar Hb kurang dari 5 gr% disebut anemia berat
Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang
bersumber dari WHO adalah sebagai berikut:
a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat

Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2009) adalah


sebagai berikut:
a. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang
c. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat
d. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr %
5. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Winkjosastro
(2005), yaitu:
a. Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah
anemia akibat kekurangan zat besi, kekurangan ini dapat disebabkan
karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan karena gangguan
reabsorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya
besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
b. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folik (pteroyglutamic acid), jarang sekali karena
defisisensi vitamin B12.
c. Anemia hypoblastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum
tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia
hipoblastik dalam kehamilan.
d. Anemia hemolitik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat dari pembuatannya, wanita dengan anemia hemolitik sukar
menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemia biasanya menjadi lebih
berat.
Menurut Marmi (2011), klasifikasi anemia dalam kehamilan yaitu:
1. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau
pernisiosa. Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik,
jarang sekali akibat kekurangan vitamin B12. Biasanya karena
malnutrisi dan infeksi yang kronik.
2. Anemia Hipoplasti
Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang
membentuk sel-sel darah merah baru.
3. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya.

6. Tanda dan Gejala


Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya
(Soebroto, 2010):
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.
b. Wajah tampak pucat.
c. Mata berkunang-kunang.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
f. Sering sakit.
Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan sementar tekanan darah
masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik
dapat dilihat tubuh yang malnutrisi atau pucat (Saifuddin, 2009).
Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia
adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya
volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk
memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Warna kulit bukan
merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi
pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler.
Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta
konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat.
Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot
jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung
yang meningkat. Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran
cerna seperti anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri
pada lidah dan membran mukosa mulut), gejala-gejala umumnya
disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price,
2005).
Menurut Varney (2002) berkurangnya konsentrasi hemoglobin
selama masa kehamilan mengakibatkan suplay oksigen ke seluruh jaringan
tubuh berkurang sehingga menimbulkan tanda dan gejala anemia secara
umum, sebagai berikut: lemah, mengantuk, pusing, lelah, malaise, sakit
kepala, nafsu makan turun, mual dan muntah, konsentrasi hilang dan nafas
pendek   (pada anemia berat).

7. Diagnosis Anemia dalam Kehamilan


Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala
yang dikeluhkan pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang
dilakukan oleh petugas kesehatan. Petugas kesehatan memerlukan tes
laboratorium, uji laboratorium yang paling baik untuk mendiagnosis
anemia meliputi pengukuran hematokrit atau kadar hemoglobin (Hb).
Anemia dapat didiagnosis dengan pasti kalau kadar Hb lebih rendah dari
batas normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin (Soebroto,
2010).
Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan:
a. Anamnesa
Pada anamnesa sering didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang - kunang, nafsu makan berkurang dan
keluhan muntah - muntah lebih hebat pada kehamian muda (Manuaba,
2009).
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik diperoleh lemah, kulit pucat, mudah pingsan,
sementara tensi masih dalam batas normal, pucat pada membran
mukosa dan kunjungtiva oleh karena kurangnya sel darah merah pada
pembuluh darah kapiler dan pucat pada kuku dan jari tangan
(Saifuddin, 2002).
c. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan kadar Hb dan darah tepi. Pemeriksaan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan
melihat hasil anamnese dan pemeriksaan fisik maka diagnosa
dapat dipastikan dengan pemeriksaan kadar Hb (Safiuddin, 2002).
8. Pengaruh Anemia dalam Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas, yaitu:
- Keguguran
- Partus prematurus
- Inersia uteri, partus lama, ibu lemah
- Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
- Syok
- Afibrigenemia dan hipofibrinogenemia
- Infeksi intrapartum dan post partum,
- Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4gr%) terjadi payah jantung
yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa
fatal (Marmi, 2011).
Anemia juga mempengaruhi hasil konsepsi. Hasil konsepi (janin,
plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk
pembuatan butir-butir darah merah. Jumlah ini merupakan 1/10 dari
seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung
dari jumlah persediaan besi dalam hati, limfa, dan sum-sum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak turun
dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke5-6
kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi
anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
- Kematian mudigah (keguguran)
- Kematian janin dalam kandungan
- Kematian janin waktu lahir
- Kematian perinatal tinggi
- Prematuritas
- Dapat terjadi cacat bawaan
- Cadangan besi kurang (Marmi, 2011).
Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan
janin menurut Manuaba (2009):
1. Pengaruh anemia dalam kehamilan
a. Resiko terjadi abortus
b. Persalinan prematurus.
c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.
d. Mudah terjadi infeksi
e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb<6gr%)
f. Mengancam jiwa dengan kehidupan ibu.
2. Pengaruh anemia dalam persalinan
a. Gangguan kekuatan his yang mengakibatkan terjadinya partus
lama
b. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan atonia uteri
atau inertia dalam semua kala persalinan dan terjadinya
perdarahan post partum.
c. Dalam persalinan dapat mengakibatkan kematian ibu.
3. Pengaruh anemia dalam nifas.
a. Pedarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri
b. Memudahkan infeksi puerperium
c. Pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang
4. Pengaruh anemia terhadap janin:
a. Bayi berat lahir rendah
b. Cacat bawaan
c. Intelegensia rendah oleh karena kekurangan oksigen dan
nutrisi yang menghambat pertumbuhan janin.
d. Morbiditas dan mortalitas perinatal tinggi jika kadar Hb<6 gr%.

9. Pencegahan anemia dan penanganan anemia


a. Pencegahan anemia
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data
dasar kesehatan umum ibu tersebut, dalam pemeriksan kesehatan
disertai pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja
sehingga diketahui adanya infeksi parasit (Manuaba, 2009).
Untuk daerah dengan frekuensi anemia kehamilan yang tinggi
sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulphas ferrosus atau glukonat
ferrosus 1 tablet sehari. Selain itu, wanita dinasihati pula untuk
mengkonsumsi lebih banyak protein, mineral dan vitamin. Makanan
yang kaya zat besi antara lain kuning telur, ikan segar dan kering, hati,
daging, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Makanan yang kaya akan
asam folat yaitu daun singkong, bayam, sawi ijo, sedangkan makanan
yang mengandung vitamin C adalah jeruk, tomat, mangga, papaya dan
lain-lain (Wiknjosastro, 2005,).
Menurut Waryana (2010) pencegahan anemia adalah sebagai
berikut:
1. Istirahat yang cukup
2. Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe,
misalnya daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam, dan
susu.
3. Pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan kehamilannya
minimal 4 kali selama hamil untuk mendapatkan Tablet Besi (Fe)
dan vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan, serta makan-
makanan yang bergizi 3x1 hari, dengan porsi 2 kali lipat lebih
banyak.
b. penanganan pada anemia, yaitu sebagai berikut:
A. Anemia ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih dianggap ringan
sehingga hanya perlu diperlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan
500 mg asam folat per oral sekali sehari (Arisman, 2004).

B. Anemia sedang
Pengobatan dapat di mulai dengan preparat besi feros 600-1000
mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukonas ferosus (Wiknjosastro,
2005).
C. Anemia berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 ml) Intravena atau 2 x 10 ml intramuskuler
- transfusi darah pada kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun
sangat jarang diberikan karena transfusi darah dapat berisiko bagi
ibu dan janin (Wiknjosastro, 2005).
Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6
bulan selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah
melahirkan (Arisman, 2004).
Efek samping berupa gangguan perut pada pemberian zat
besi oral menurunkan kepatuhan pemakaian secara massal, teryata
rata-rata hanya 15 tablet yang dipakai oleh wanita hamil
(Saifuddin, 2009).
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Langkah-langkah asuhan kebianan menurut Varney (1997)

Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan


dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar yang berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi
langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan
kebutuhan klien.

Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
studi
2. Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah
atau diagnose dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di Interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.
3. Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose/masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
4. Langkah IV (empat) : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
6. Langkah VI (keenam) : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri,
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter,
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi.
7. Langkah VII (terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
BAB II

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

NY. A UMUR 25 TAHUN G1P0A0 UK 34+5 MINGGU

DENGAN ANEMIA RINGAN

DI KLINIK WIDYA HUSADA SEMARANG

Nomer Register :

Tanggal masuk / jam : 21 Juni 2020 / jam 08.40 WIB

I. PENGKAJIAN 21 Juni 2020 / jam 08.50 WIB


A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny A

Umur : 25 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Krapyak, Semarang Barat.

b. Identitas Penanggungjawab/Suami
Nama : Tn. W

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

Alamat : Krapyak, Semarang Barat

2. Anamnesa
a. Alasan Datang ke klinik
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan merasa sering mengantuk, cepat lelah dan pusing

c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun

Haid : Siklus : 28 hari

Lama : 6 hari, Teratur

Konsistensi : cair

Banyak : 2-3x ganti pembalut/ hari

Fluor Albus : tidak ada

Dismenorea : tidak ada

HPHT : 22-10-2019

HPL : 29-7-2020

Umur Kehamilan : Oktober : 1 minggu 2 hari

Nopember : 4 minggu 2 hari

Desember : 4 minggu 3 hari

Januari : 4 minggu 3 hari

Februari : 4 minggu 1 hari

Maret : 4 minggu 3 hari

April : 4 minggu 2 hari


Mei : 4 minggu 3 hari

Juni : 3 minggu

UK : 34 minggu 5 hari

d. Riwayat Perkawinan
 Nikah : 1 kali
 Umur : 24 tahun
 Dengan suami umur : 29 tahun
 Lama perkawinan : 1 tahun

e. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit
kronis seperti jantung.

2. Riwayat kesehatan sekarang


Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan
penyakit kronis seperti jantung.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit
menurun seperti DM, asma, ataupun penyakit kronis seperti
jantung, serta tidak ada riwayat keturunan kembar.
a. Pola kebutuhan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Frekuensi : 3x sehari

Macam : nasi, sayur, lauk,

Keluhan : nafsu makan berkurang

2. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 5-7x/hari
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada

3. Pola aktivitas pekerjaan


Ibu mengatakan aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu ibu rumah
tangga yaitu memasak, mencuci, menyapu, mengepel dan lain-
lain.
4. Pola istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 8 jam
Keluhan : tidak ada
5. Personal hygiene
Mandi : 2x sehari
Ganti celana dalam : 2x sehari

Gosok gigi : 2x sehari

Ganti pakaian : 1-2 kali sehari

6. Pola seksual
Ibu mengatakan baik dan tidak ada keluhan
b. Pola Psikososial, Spiritual, dan Ekonomi
1. Ibu dan keluarga senang atas kehamilannya
2. Ibu mengatakan tinggal bersama suami
3. Jika ada masalah dalam keluarga diselesaikan secara musyawarah
4. Ibu menunaikan ibadah sholat 5 waktu tanpa terganggu oleh
kehamilannya
5. Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

TTV :

TD : 110/80 mmHg N : 82x/m

R : 22x/m S : 36,20C

BB sebelum hamil : 45 kg

BB sekarang : 51 kg

TB : 150 cm

Lila : 23 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bersih, tidak ada odem, tidak ada luka
Muka : pucat, tidak ada odem

Mata : konjungtiva anemis, sklera putih

Hidung : bersih, tidak ada polip

Telinga : bersih, tidak ada serumen

Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada gigi karies, bibir pucat

Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis, kelenjar tiroid,


dan kelenjar limfe

Dada : pernapasan normal

Payudara : payudara simetris, puting susu menonjol, tidak ada


nyeri tekan

Ketiak : tidak ada pembengkakan


Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas operasi

Genetalia : tidak ada pembengkakan kelenjar bartolini tidak ada


odem ataupun varises

Ekstremitas : tidak ada odem dan varises

Reflek patella : Kanan positif kiri positif

Anus : tidak hemoroid

3. Status Obstetri
a. Inspeksi
Muka : pucat, tidak ada kloasma gravidarum

Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi

Abdomen : ada linea nigra, tidak ada striae gravidarum, tidak ada
luka bekas operasi

Genetalia : tidak ada cairan abnormal, tidak ada varises dan odem

b. Palpasi
Payudara : tidak ada benjolan abnormal, colostrum belum keluar

Abdomen :

Bentuk : pembesaran abdomen sesuai dengan UK

Bekas luka : tidak ada bekas luka operasi

TFU : 29 cm (pert.pusat & px)

Leopold I : teraba bulat, lunak, tidak melenting

Kesimpulan : bokong

Leopold II : sebelah kiri teraba keras dan panjang, sebelah


kanan teraba kecil-kecil janin

Kesimpulan : puki

Leopold III : teraba keras, bulat,melenting


Kesimpulan : kepala

Leopold IV : tangan pemeriksa bertemu (konvergen)

Kesimpulan : kepala belum masuk panggul

TBJ : (29-12)x155 = 2635 gr

c. Auskultasi
DJJ : 143 kali/menit

4. Pemeriksan penunjang
Hb (21 Juni 2020) : 8,4 gr%

II. INTEPRETASI DATA 21 Juni 2020 / jam 09.00 WIB


A. Diagnosa kebidanan
Ny.A umur 25 tahun G1P0A0 hamil 34 minggu 5 hari, janin tunggal,
hidup, intra uteri, puki, kepala belum masuk PAP/konvergen dengan
anemia ringan

Data dasar

DS :

- Ibu mengatakan umurnya 25 tahun


- Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama
- Ibu mengatakan gerakan janin dalam satu hari ini aktif sebanyak
8 kali
- Ibu mengatakan sering pusing lelah dan mudah mengantuk
DO :

KU : baik

Kesadaran : composmentis

BB/TB : 150 cm / 51 kg

TTV :
TD : 110/80mmHg

Nadi : 82x/menit

RR : 22x/menit

Suhu : 36, 20C

Muka : pucat

Mata : konjungtiva anemis

Mulut : bibir pucat

Hb : 8,4gr%

B. Masalah
Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya

C. Kebutuhan
Memberikan support dan dukungan kepada ibu

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Hemodilusi

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


Berikan terapi tablet Fe

V. PERENCANAAN 21 Juni 2020 / jam 09.05 WIB


1. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kepada ibu tentang keluhan ibu dan berikan dukungan
3. Jelaskan KIE tentang nutrisi untuk ibu hamil
4. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi aktifitas
5. Anjurkan ibu untuk rutin melakukan cek Hb
6. Berikan terapi vitamin sesuai advice bidan
7. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi
8. Dokumentasi
VI. PELAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu
dalam keadaan kurang baik, karena kadar Hb dalam darah ibu rendah
yaitu 8,4%, ibu mengalami anemia ringan sedangkan kondisi janin baik
ditandai dengan DJJ 142x/menit.
2. Menjelaskan tentang keluhan ibu yaitu ibu mengeluh sering merasa
pusing, cepat lelah dan cepat mengantuk, hal ini merupakan gejala dari
anemia atau kurang darah. Anemia bisa disebabkan karena asupan
nutrisi ibu kurang terutama asupan zat besi. Anemia pada kehamilan
bisa berlanjut sampai pada persalinan dan nifas dan dapat menyebabkan
perdarahan, sehingga ibu harus tetap menjaga asupan nutrisi ibu dan ibu
tidak perlu khawatir karena kondisi ibu bisa segera membaik.
3. Menjelaskan KIE tentang nutrisi untuk ibu hamil yaitu ibu harus
banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat
seperti nasi dan roti, selain itu ibu membutuhkan protein untuk
pertumbuhan janin dengan mengkonsumsi telur, tahu, tempe, ikan, dan
juga ibu membutuhkan tambahan vitamin dan mineral yang diperoleh
dari sayuran, buah, dan susu. Untuk ibu hamil dengan anemia, ibu harus
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti
kacang-kacangan, hati ayam, sayuran hijau seperti kangkung, pepaya,
dan bayam.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi aktifitasnya
agar kondisinya segera membaik.
5. Menganjurkan ibu untuk rutin melakukan cek Hb yaitu 1 bulan lagi
untuk mengetahui kondisi ibu apakah anemia atau tidak.
6. Memberikan terapi vitamin sesuai dengan advice bidan, yaitu :
Fe 60 mg : 1x1 tablet diminum dengan air putih
Vit.C 100 mg : 1x1 tablet diminum dengan air putih
Kalk 500 mg : 1x1 tablet diminum dengan air putih
Vit. C diminum pada pagi hari dan malam hari, sedangkan Kalk
diminum pada pagi hari dan Fe diminum pada malam hari.
7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi yaitu pada
tanggal 5 Juli 2020.
8. Melakukan dokumentasi.

VII. EVALUASI
1. Ibu paham dengan kondisinya saat ini.
2. Ibu mengerti tentang keluhannya.
3. Ibu paham tentang nutrisi untuk ibu hamil.
4. Ibu bersedia untuk istirahat cukup.
5. Ibu bersedia untuk rutin cek Hb.
6. Terapi obat telah diberikan.
7. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi.
8. Tindakan telah didokumentasikan.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam menyajikan asuhan kebidan yang diberikan, penulis menyajikan
dalam bentuk Varney, sesuai dengan teori Varney (1997) meliputi pengumpulan
data dasar yang terdiri dari data subyektif dan obyektif; interpretasi data yang
terdiri dari diagnose kebidanan, masalah serta kebutuhan; diagnosa potensial;
antispasi masalah; perencanaan; pelaksanaan dan evaluasi.
Sebelum melakukan asuh kebidanan kepada pasien, terlebih dahulu
melihat data subyektif dan obyektif. Data subyektif yaitu berdasarkan hasil
anamnesa kepada pasien seperti identitas, keluhan, riwayat menstruasi,
pernikahan, obstetrik, kontrasepsi, riwayat kesehatan, pola kebutuhan sehari-hari,
dll. Data subyektif membantu dalam menegakkan diagnosa yaitu keluhan utama
pasien, Ny. A mengeluh cepat lelah, pusing, mudah mengantuk, dan nafsu makan
berkurang. Menurut Manuaba (2009) penegakkan diagnosis juga dilakukan
dengan anamnesa yaitu pasien mengeluh cepat lelah, pusing, mudah mengantuk,
dan nafsu makan berkurang. Menurut Soebroto (2010) keluhan yang dialami oleh
pasien ini termasuk dalam anemia.
Dari data obyektif sendiri didapatkan hasil yaitu muka pucat, konjungtiva
anemis, bibir pucat, serta tekanan darah masih dalam batas normal. Ini merupkan
tanda dari anemia. Hal ini didukung oleh pendapat Price (2005) yang
mengemukakan bahwa tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah
pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah,
berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman
O2 ke organ-organ vital. Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa
mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat.
Pada pemeriksaan penunjang diperoleh kadar Hb Ny. A 8,4gr%.
Pemeriksaan kadar Hb sangat membantu dalam penegakan diagnosa anemia.
Pemeriksaan kadar Hb ini dilakukan pada saat trimester III. Hal ini sesuai
pendapat Saifuddin (2002) bahwa pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan melihat hasil
anamnese dan pemeriksaan fisik maka diagnosa dapat dipastikan dengan
pemeriksaan kadar Hb (Safiuddin, 2002).
Ny. A termasuk dalam kategori anemia ringan, ini didasarkan pada
pendapat Soebroto (2010) yaitu jika kadar Hb dalam darah antara 10 gr% sampai
8 gr% maka disebaut dengan anemia ringan
Patofisiologi dari anemia ini akan menyebabkan hemodilusi (pengenceran
darah), kemungkinan hemodilusi ini terjadi sampai pada Trimester III. Seperti
yang dijelaskan oleh Sarwono (2009) yaitu hemodilusi (pengenceran darah)
terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-
36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan
terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu
akan menjadi 9,5-10 gr%.
Selain pada saat kehamilan, anemia sendiri akan mempengaruhi pada saat
persalinan, nifas, dan berpengaruh pada janin. Pada saat kehamilan akan
menyebabkan terjadinya infeksi, persalinan prematurus. Saat persalinan, anemia
juga akan mempengaruhi kekuatan ataupun menyebabkan atonia uteri. Pengaruh
anemia dalam nifas yaitu perdarahan post partum, infeksi dan pengeluaran ASI
berkurang. Dan pada janin akan menyebabkan BBLR, cacat bawaan, serta
menghambat pertumbuhan janin (Manuaba, 2009).
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan tersebut, maka dilakukan
beberapa tindakan pada Ny. A. Menjelaskan KIE tentang nutrisi untuk ibu hamil
terutama pada ibu hamil dengan anemia ibu harus banyak mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung karbohidrat, protein dan tambahan vitamin
dan mineral. Untuk ibu hamil dengan anemia, ibu harus mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung zat besi seperti kacang-kacangan, hati ayam, sayuran
hijau seperti kangkung, daun pepaya, dan bayam, setra menganjurkan ibu untuk
istirahat cukup dan mengurangi aktifitasnya. Seperti yang dijelaskan oleh
Waryana (2010) bahwa Makan-makanan yang bergizi dan banyak mengandung
Fe, misalnya daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam, dan susu.
Perencanaan lain yaitu menganjurkan ibu untuk rutin melakukan cek Hb
untuk mengetahui kondisinya. Pendapat Saifuddin (2002) pemeriksaan kadar Hb
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester
III. Di Klinik widya husada, pemeriksaan Hb dilakukan pada Trimester I dan III,
namun pada ibu hamil dengan anemia pemeriksaan ini dilakukan secara rutin agar
antisipasi bisa dilakukan segara.
Selain itu, Ny. A juga diberikan terapi obat yaitu Fe 60 mg 1x1 tablet
diminum dengan air putih, Vit.C 100 mg 1x1 tablet diminum dengan air putih,
Kalk 500 mg 1x1 tablet diminum dengan air putih. Fe dan Vit. C diminum pada
pagi hari dan malam hari, sedangkan Kalk diminum pada pagi hari.
Fe digunakan untuk menambah kadar hemoglobin dalam tubuh ibu
sedangkan Vit. C berguna untuk membantu penyerapan Fe dalam makanan yang
dimakan ibu hamil, sehingga diharapkan kadar anemia dalam darah dapat segera
naik. Sedangkan kalk berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin. Jika
tubuh ibu hamil tidak memiliki persediaan yang cukup untuk kalsium, maka untuk
janin akan mengambil kalsium dari tulang ataupun gigi ibu. Untuk menghindari
hal tersebut, maka Ny. A diberikan terapi Kalk. Seperti pendapat dari Arisman
(2004) bahwa pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih dianggap ringan
sehingga diperlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat per
oral sekali sehari. Di dalam kemasan SF yang ada sudah ada kandungan asam
folatnya senilai 0,25 mg. Jadi, terapi yang diberikan di kombinasi dari 60 mg Fe
dan asam folat 0,25 mg, Kalk 500 mg, dan Vit. C 100 mg. Asam folat juga
diberikan pada saat Trimester I untuk pertumbuhan otak janin. Selain itu Waryana
(2010) juga berpendapat bahwa pada ibu hamil dengan rutin memeriksakan
kehamilannya minimal 4 kali selama hamil untuk mendapatkan Tablet Besi (Fe)
dan vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan.
Selanjutnya menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi untuk
mengetahui kondisi ibu. Dan yang tidak kalah penting adalah dokumentasi untuk
setiap tindakan dan hasil tindakan yang telah diberikan berfungsi untuk memantau
keadaan dan perkembangan pasien dan sebagai sarana evaluasi bagi tenaga
kesehatan untuk menentukan tindakan medis selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman MB, 2004, Gizi Daur Kehidupan Penerbit Buku Kedokteran EGG,
Jakarta

Marmi, dkk, 2011, Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Prawirohardjo, Sarwono, 2010, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirahardjo, Jakarta

Saifuddin, Abdula Bari, dkk, 2001, Buku Acuan Pelayanan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta

Saifudin, A.B, 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta

Varney, S, 2000, Buku Saku Bidan Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

Waryana, 2010, Gizi Reproduksi, Pustaka Rihama, Yogyakarta

Wiknjosastro Hanifa, 2000, llmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirahardjo, Jakarta

Wiknjosastro Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Putaka


Sarwono Prawirahardjo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai