Anda di halaman 1dari 14

SAK ANEMIA

Tiara Amalia Mentari


I 4051171030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
1. Konsep Dasar
a. Pengertian
1) Anemia

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit


sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer oleh penurunan kadar hemoglobin
(Bakta, 2001).
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit)
seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin yang
berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh (Budiyanto, 2002).

2) Anemia kehamilan
Anemia kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar
hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr%
pada trimester 2 (Wiknjosastro, 2009). Pada saat trimester kedua
kebutuhan zat pembentuk darah terutama besi meningkat tajam hingga dua
kali lipat dibandingkan saat tidak hamil. Keadaan ini disebabkan volume
darah ibu meningkat karena kebutuhan janin akan oksigen dan zat gizi yang
dibawa oleh sel darah merah (Soebroto, 2009).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr
% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2
(Cunningham. F, 2005).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr
% pada trimester I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester
II (Cunningham,, 2005). Anemia pada kehamilan adalah anemia karena
kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara
20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai
dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut
anemia sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena dalam
kehamilan keperluan akan zat - zat makanan bertambah dan terjadi pula
perubahan dalam darah dan sumsum tulang belakang. Sebagian besar
anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Soebroto, 2009).
Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat
makanan bertambah dan terjadi pula perubahan dalam darah dan sumsum
tulang. Dalam kehamilan darah bertambah banyak (hipervolemia), akan
tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. (Wikjosastro,
2010).
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa anemia kehamilan merupakan kadar hemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 gr% pada trimester 2 pada ibu hamil
yang disebabkan oleh defisiensi besi.

a. Etiologi
Anemia dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh kekurangan
besi (anemia defisisensi besi) yang dikarenakan kurangnya masukan unsur besi
dalam makanan, gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan, atau karena
terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan
(Wiknjosastro, 2006).
Menurut Soebroto (2009), Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh bermacam- macam penyebab. Selain disebabkan oleh defisiensi
besi, kemungkinan dasar penyebab anemia, diantaranya :
Penghancuran sel darah merah yang berlebihan dalam tubuh sebelum
waktunya (hemolisis), kehilangan darah / perdarahan kronik, produksi sel darah
merah yang tidak optimal, gizi yang buruk / gangguan penyerapan protein dan
zat besi oleh usus, gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
belakang.

b. Klasifikasi
Klasifikasi Anemia dalam kehamilan Menurut Manuaba (2001)
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
4)Hb < 7 gr% : Anemia berat (Manuaba, 2001)
Anemia dalam kehamilan dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1) Anemia defisiensi besi
Anemia dalm kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia
akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan
penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan ,
misalnya pada perdarahan. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi diantaranya
yaitu rambut rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, dan mudah patah, lidah
tampak pucat, licin, dan mengkilat, berwarna merah daging, pecah - pecah
disertai kemerahan disudut mulut. Pengobatannya biasanya dengan memenuhi
kebutuhan zat besi, misalnya dangan perbaikan pola makan dan pemberian
tablet besi.
2) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi
asam folat (pteroyglutamic acid). Jarang sekali karena defisiensi vitamin B12
(Cyano balamin ). Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
Gejala anemia megaloblastik yaitu diantaranya malnutrisi, glositis berat (lidah
meradang, nyeri), diare, kehilangan nafsu makan. Pengobatannya dapat
diberikan asam folik 15 - 30 mg per hari, vitamin B12 3x1 tablet per hari,
sulfat ferosus 3x1 tablet per hari.
3) Anemia hipoplastik

Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel - sel darah baru, di namakan anemia hipoplastik dalam
kehamilan. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum
diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen,
racun, atau obat – obat.
4) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik
sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasanya menjadi
berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis
hemolitik pada wanita yang sebelumya tidak menderita anemia.
5) Anemia – anemia lain
Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia
hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing
tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberculosis, sifilis, tumor
ganas, dan sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya
menjadi lebih berat dan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap ibu dalam
masa kehamilan, persalinan, nifas dan bagi anak dalam kandungannya.
Pengobatan ditunjukkan kepada sebab pokok anemianya, misalnya
antibiotika untuk infeksi, obat - obat anti malaria, anti sifilis, obat cacing dan
lain – lain (Soebroto, 2009).

c. Manifestasi Klinik
Gejala umum anemia, disebut juga sebagai mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus
anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7 g/dl).
Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging,
mata berkunang - kunang, kaki terasa dingin, dan sesak nafas. Pada
pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva,
mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah kuku ( Bakta, 2001).
Menurut Soebroto (2009), Gejala anemia pada ibu hamil di antaranya
cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu makan
turun, konsentraksi hilang, nafas pendek dan keluhan mual muntah lebih hebat
pada kehamilan muda.
Tanda - tanda anemia pada ibu hamil diantaranya yaitu peningkatan
kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak
ke jaringan, peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha
menyediakan lebih banyak oksigen kepada darah, pusing, akibat kurangnya
darah ke otak, terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ
termasuk otot jantung dan rangka, kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi,
mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat,
penurunan kualitas rambut dan kulit (Subroto, 2009).
d. Komplikasi
Wiknjosasto (2009) menjelaskan bahwa anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan
maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit akibat anemia
diantaranya terjadi abortus, partus prematurus, partus lama karena inersia uteri,
perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum, infeksi
postpartum, sedangkan anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100
ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
Sedangkan menurut Soebroto (2009), Anemia pada kehamilan juga
berhubungan dengan meningkatnya angka kesakitan ibu saat melahirkan.
Pengaruh anemia terhadap kehamilan, diantaranya dapat terjadi abortus,
kelainan congenital, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim, berat badan lahir rendah, mudah terkena infeksi. Adapun pengaruh
anemia terhadap persalinan diantaranya gangguan his (kekuatan mengejan),
persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah, retensio
plasenta. Anemia juga berpengaruh terhadap masa nifas yaitu perlukaan sukar
sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis, gangguan involusio uteri.
Pengaruh anemia terhadap kehamilan :
a) Abortus
b) Persalinan prematuritas
c) Hambatan tumbuh kembang janin
d) Mudah infeksi
e) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)
f) Heperemesis gravidarum
g) Perdarahan antepartum
h) Ketuban pecah dini
Akibat anemia terhadap kehamilan:
a) Abortus
b) Kematian intra uterine
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Cacat bawaan
g) Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegiensia rendah (Manuaba, 2010)

Bahaya anemia saat persalinan menurut Manuaba (2007) adalah sebagai berikut :
1) Gangguan his-kekuatan mengejan
2) Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
3) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan
4) Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum akibat
anemia
5) Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
e. Patofisiologi
Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan
biasanya terjadi secara bertahap. (Zulhaida Lubis, 2003).
 Stadium 1
Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh
terutama disumsum tulang.
 Stadium 2
Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan membentuk
sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.
 Stadium 3
Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.
 Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan
mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang
sangat kecil (Mikrositik).
 Stadium 5
Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul gejala -
gejala karena anemia semakin memburuk (Anonim, 2004). Ibu hamil
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan
membentuk sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan volume darah selama
kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi (Zulhaida Lubis,
2003).
f. Pathway (Terlampir)

Perdarahan masif Kurang bahan Penghancuran Terhentinya pembuatan


baku pembuat eritrosit yang sel darah oleh sum-sum
sel darah berlebihan tulang

Anemia

Resti Gg nutrisi
Anoreksia kurang dari Kadar HB
kebutuhan

Komparten sel
penghantar oksigen/ zat
Lemas
nutrisi ke sel <

Cepat lelah
Gg perfusi jaringan

Intoleransi
aktifitas
g. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Manuaba (2010) penegakan diagnosis anemia dapat dilakukan dengan
anamnesa, pemeriksaan umum, pemeriksaan inspeksi, dan pemeriksaan Hb.
Anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, dan mata
berkunang–kunang. Pemeriksaan umum didapatkan tekanan darah ibu rendah
karena jumlah plasma darah lebih banyak dari eritrosit sehingga darah ibu lebih
encer. Nadi ibu cepat karena kerja jantung lebih meningkat untuk membawa
makanan dan oksigen keseluruh tubuh serta transportasi ke dalam rahim.
Pemeriksaan inspeksi diperoleh data bahwa konjungtiva ibu pucat, telapak tangan
pucat, dan bagian pinggir bibir pucat karena darah ibu 10 tidak mencukupi sampai
kebagian-bagian ujung tubuh ibu. Ibu juga terlihat lemah, letih, lesu karena
kurangnya nutrisi untuk beraktivitas.

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Ibu Bersalin dengan Anemia Penatalaksanaan dan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan anemia menurut Robson (2012) meliputi:
1) Periksa golongan darah dan simpan sediaan serum ketika ibu memasuki masa
persalinan
2) Kaji faktor risiko kehilangan darah yang berlebihan
3) Rawat di unit yang dipimpin oleh spesialis
4) Persalinan kala tiga aktif-Syntometrine dan infus oksitosin per IV
5) Tunggu hasil pemeriksaan darah lengkap sebelum memberikan makanan dan
minuman saat proses persalinan
6) Pantau kemajuan persalinan secara cermat:
a) Segera rujuk ke dokter obstetrik jika perkembangan terjadi secara lambat
b) Hindari mengarahkan mengejan berlebihan jika memungkinkan
c) Jahit semua trauma perineum
i. Terapi Farmakolgi / Medikasi
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander
atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari.
Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan
infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

2. Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 2010) meliputi :
Data Subyektif :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler
dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus
pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat
badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung
jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

Data Obyektif
1. Keadaan umum:
Pucat, keletihan berat, kelemahan, nyeri kepala, demam, dipsnea, vertigo,
sensitive terhadap dingin, BB turun.
2. Kulit:
Pugat jaundice (anemia hemolitik), kulit kering, kuku rapuh, clubbing
3. Mata:
Penglihatan kabur, jaundice sclera dan perdarahan retina
4. Telinga:
Vertigo, tinnitus
5. Mulut:
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis

6. Paru- paru:
Dipsneu dan orthopnea
7. Kardiovaskuler:
Takikardia, palpitasi, mur – mur, angina, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung
8. Gastrointestinal:
Anoreksia dan menoragia, menurunya fertilisasi, hematuria (pada anemia
hemolitik)
9. Muskuloskletal;
Nyeri pinggang, sendi dan tenderness sternal
10. System persyarafan:
Nyeri kepala, binggung, neurupatu perifer, parastesia, mental depresi, cemas,
kesulitan koping.

 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia,meliputi:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pasien dengan anemia adalah :
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari) menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis,
misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam
rentang normal.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan ADL pasien. Mempengaruhi pilihanintervensi atau bantuan.
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
2. Kaji kehilangan atau gangguan Menunjukkan perubahan neurology karena
defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera
3. Observasi tanda-tanda vital Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
sebelum dan jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
4. Berikan lingkungan tenang, batasi Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.

2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase
purulen atau eritema, dan demam.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi
bacterial
2. Berikan perawatan kulit Menurunkan risiko kerusakan
kulit/jaringan dan infeksi
3. Pantau/batasi pengunjung. Berikan Membatasi pemajanan pada
isolasi bila memungkinkan bakteri/infeksi
4. Pantau suhu tubuh. Catat adanya Adanya proses inflamasi/infeksi
menggigil dan takikardia dengan membutuhkan evaluasi/pengobatan.
atau tanpa demam Sistemik (kolaborasi).
5. Berikan antiseptic topical ; antibiotic Mungkin digunakan secara propilaktik
untuk menurunkan kolonisasi atau
untuk pengobatan proses infeksi local.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :Menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan
dengan nilai laboratorium normal. tidak mengalami tanda mal
nutrisi. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. ) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan Mengidentifikasi defisiensi,
yang disukai. memudahkan intervensi pasien.
2. Observasi dan catat masukkan Mengawasi masukkan kalori atau
makanan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Timbang berat badan setiap hari. Mengawasi penurunan berat badan atau
efektivitas intervensi nutrisi

4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Tanda vital kaji pengisian kapiler, Memberikan informasi tentang
warna kulit/membrane mukosa, dasar derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
kuku membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi
3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi Dispnea, gemericik menununjukkan
bunyi napas perhatikan bunyi gangguan jantung karena regangan
adventisius. jantung lama/peningkatan kompensasi
curah jantung.

5. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah


interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan
penatalaksanaan penyakit. mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan informasi tentang anemia Memberikan dasar pengetahuan
sehingga pasien dapat membuat pilihan
yang tepat. Menurunkan ansietas dan
dapat meningkatkan kerjasama dalam
program terapi
2. Tinjau tujuan dan persiapan untuk Ansietas atau ketakutan tentang
pemeriksaan diagnostic ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban
jantung. Pengetahuan menurunkan
ansietas penyakitnya.
3. Kaji tingkat pengetahuan klien dan Megetahui seberapa jauh pengalaman
keluarga tentang penyakitnya dan dan pengetahuan klien dan keluarga
kondisinya sekarang tentang penyakitnya.
4. Berikan penjelasan pada klien tentang Dengan mengetahui penyakit dan
memperhatikan diet makanan nya kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.

 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1. Pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2. Infeksi tidak terjadi.
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4. Peningkatan perfusi jaringan.
5. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.

 Discarge Planing
1. Berikan instruksi pada orang tua tentang cara cara melindungi anak dari infeksi
a. Batasi kontak dengan agens terinfeksi
b. Identifikasi tanda dan gejala infeksi
2. Berikan instruksi pada orang tua untukmemantau tanda tanda komplikasi
3. Berikan instruksi pada orang tua tentang pemberian obat
a. pantau respon terapeutik anak
b. pantau adanya respon yang tidak menguntungkan
4. Berikan informasi tentang system penunjang masyarakat kepada anak dan
keluarga untuk adaptasi jangka panjang
a. masuk kembali ke sekolah
b. Kelompok orang tua
c. Kelompok anak dansaudara kandungnya
d. Nasehat keuangan
Daftar Pustaka

Bakta, I Made. 2001. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.


Budiyanto, 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang. UMM
Cunningham. F, 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Pasien. EGC : Jakarta
Manuaba, 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB . Jakarta : EGC
Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba, 2001. Aspek-Aspek Etik dalam Profesi Obgin dalam Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutine Obgin dan KB. Jakarta: EGC.
Wikjosastro, 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan. Neonatal, Edisi
1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka
Wiknjosastro, 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan Bina.
Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : Yayasan Bina.
Robson, 2012. Patologi Pada Kehamilan: Manajemen dan Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Soebroto, 2009. Cara mudah mengatasi problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit
Zulhaida Lubis, 2003. Status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayi yang
dilahirkan. dalam http://tumoutou.net/zulhaida_lubis.html

Anda mungkin juga menyukai