Anda di halaman 1dari 21

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang definisi, etiologi ,


patofisiologi,manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, pemenuhan kebutuhan
dasar, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan dari anemia pada ibu hamil.

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentrasi hemoglobin menurun. Sebagai akibat,ada penurunan
trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan,
anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi,
sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang
tidak adekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah
11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena
kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada
wanita yang tidak hamil atau kurang dari 11 g/dl pada wanita hamil (
Kemenkes RI,2000)

6
7

2. Etiologi
Fisiologi anemia dalam kehamilan
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami
hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 %
yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah
peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 %
(Manuaba, 2010).
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi
(Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada
umumnya adalah sebagai berikut:
a. Kurang gizi (malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diit
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-
lain
e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain.

Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah
sebagai berikut:
a. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak
hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
1) Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero
sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat
60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan.
8

Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi


dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Saifuddin, 2002).
2) Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan
akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan,
penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10
ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu
2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat
dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat
digolongkan sebagai berikut:
o Hb 11 gr% : Tidak anemia
o Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
o Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
o Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata
mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg
diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin
dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3
kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg
9

zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288


hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg
sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita
hamil (Manuaba, 2001).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang
sekali karena kekurangan vitamin B12, Pengobatannya:
1) Asam folik 15 – 30 mg per hari
2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan transfusi darah.
c. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk
sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-
pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan
pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
d. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah
anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-
organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik
sertapenyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya
diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga
transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
10

3. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-
sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi
tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada
kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam
fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting,.

4. Gejala
a. Ibu mengeluh cepat lelah
b.Sering pusing
c. Mata berkunang-kunang
d.Malaise
e. Lidah luka
11

f. Nafsu makan turun (anoreksia)


g.Konsentrasi hilang
h.Nafas pendek (pada anemia parah); dan
i. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

5. Komplikasi
Pengaruh anemia terhadap kehamilan :

a. Abortus
b. Persalinan prematuritas
c. Hambatan tumbuh kembang janin
d. Mudah infeksi
e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %)
f. Perdarahan antepartum
g. Ketuban pecah dini

Akibat anemia terhadap kehamilan:


a. Abortus
b. Kematian intra uterine
c. Persalinan prematuritas tinggi
d. Berat badan lahir rendah
e. Kelahiran dengan anemia
f. Cacat bawaan
g. Bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal
h. Intelegiensia rendah (Manuaba, 2010)
12

6. Penatalaksanaan
Tindakan umum :
a. Transpalasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan
e. oksigen
f. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
g. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :


a. Anemia defisiensi zat besi: mengatur makanan yang mengandung zat
besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur
dan sayur, pemberian preparat fe, perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral
sehabis makan,peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
b. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
c. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
d. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
13

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem
reproduksi sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya
komplikasi pada penderita. Pengkajian keperawatan anemia meliputi
anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan
pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :
1) Nama
2) Umur
3) Pekerjaan
4) agama
5) Suku bangsa
6) Status perkawinan
7) Alamat
8) Golongan darah

b. Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan
berkunang-kunang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi. (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
14

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia.
Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan
terjadinya anemia. tulang
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang
cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
f. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995)
g. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi
terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia,
tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat,
dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
15

3) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
4) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit :
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
6) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
7) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
16

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati


umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
8) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau
amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
h. Pemeriksaan Fisik
Gambaran Umum
a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
b) BB sebelum sakit
c) BB saat ini
d) BB ideal
e) Status gizi
f) Status Hidrasi
Tanda-tanda vital: TD,Nadi, Suhu, RR
i. Pemeriksaan head toe toe
1) KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
2) Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
3) MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
4) MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan)
5) TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
6) Hidung tak ada pernafasan cuping hidung.
7) Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
17

8) ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.


9) Paru
Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
10) Jantung
Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi ;Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
11) Abdomen
Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi ; Peristaltik usus normal  20 kali/menit.
12) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe,
tak ada kesulitan BAB.
13) Ekstremitas
j. Pemeriksaan Diagnostik
1) Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai
untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih
rendah daripada normal.
2) Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah
mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam
kasus besi kekurangan anemia.
18

3) Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat


kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada
ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
4) Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah
feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan
membantu mendeteksi besi kekurangan anemia.
5) Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel
darah merah (RDW).
6) Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi
RBC tingkat normal.
7) Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika
anemia jika karena kekurangan vitamin ini.
8) Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak
seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah.
Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi
kekurangan anemia.

2. Analis Data
No Pengelompokan data Masalah Etiologi
1 DS; Intoleransi
Klien mengatakan sesak nafas Aktifitas
saat beraktifitas.
Klien mengatakan lemah dan
lesu.
DO;
- TD kurang dari 120/80 mmhg
- tampak eritema
2 DS; Nutrisi
Pasien mengatakan tidak ada
nafsu makan
DO;
19

-Tampak kurang minat terhadap


makanan
- membran mukosa pucat
- bising usus

3 DS; Resiko infeksi


Pasien mengatakan.
DO;

4 DS; Ketidaefektifan
Klien mengatakan perfusi jaringan
DO; perifer
-tampak warna kulit membiru
- tampak kuku tumbuh lambat
-ekstremitas dingin
-TD menurun
-Nadai lemah tidak teraba

3. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, anoreksia
c. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamas19i)
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi
Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
20

4. Perencanaan Keperawatan
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk
aktivitas sehari-hari.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas normal.
b.Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
c. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
d.Berikan lingkungan tenang
e. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
f. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
Rasional:
a. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
b.Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
c. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
d.Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
e. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
f. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan
kegagalan.
Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan
stabil dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi:
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
21

b.Observasi dan catat masukan makanan pasien.


c. Timbang berat badan tiap hari.
d.Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu
makan.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang
berhubungan.
f. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.
g.Kolaborasi :
▪ Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral,
seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam
askorbat (vitamin C),
▪ Besi dextran (IM/IV.)
Rasional:
a. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b.Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
c. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
d.Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster.
e. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
f. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
g.Kolaborasi :
▪ Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia
dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi
yag diidentifikasi.
22

▪ Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan


disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi
besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk
penggantian oral menjadi efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
Intervensi:
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
b. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
c. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
d. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam
e. Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
Rasional:
a. Mencegah kontaminasi silang.
b. Menurunkan resiko infeksi bakteri.
c. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh.
d. Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
e. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau
untuk pengobatan proses infeksi local.
Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi
Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:
Intervensi:
a. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul.
23

b. Monitor adanya paretase


c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
d. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
e. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
f. Kolaborasi pemberian analgetik

5. Pelaksanaan Keperawatan
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk
aktivitas sehari-hari.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Mengkaji kemampuan pasien untuk
1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
melakukan untuk melakukan tugas/AKS
2. Menunjukkan perubahan neurologi
normal. karena defesiensi vitamin B12
2. Mengkaji kehilangan/gangguan mempengaruhi keamanan pasien/resiko
keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot. cedera.
3. Mengawasi tekanan darah, nadi, pernapasan
3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
selama dan sesudah aktivitas. jantung dan paru untuk membawa jumlah
4. Memberikan lingkungan tenang oksigen adekuat ke jaringan.
5. Mengubah posisi pasien dengan perlahan dan
4. Meningkatkan istirahat untuk
pantau terhadap pusing. menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
6. Menganjurkan pasien untuk menghentikan menurunkan regangan jantung dan paru.
aktivitas bila palpitasi. 5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral
dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat menimbulkan
kegagalan.
24

Dx2: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan
stabil dengan nilai laboratorium normal.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan
1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga
yang disukai. kemungkinan intervensi.
2. Mengobservasi dan catat masukan makanan
2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas
pasien. kekurangan konsumsi makanan.
3. Menimbang berat badan tiap hari. 3. Mengawasi penurunan berat badan atau
4. Memberikan makan sedikit dan frekuensi efektivitas intervensi nutrisi.
sering dan/atau makan diantara waktu makan.4. Makan sedikit dapat menurunkan
5. Mengobservasi dan catat kejadian kelemahan dan meningkatkan pemasukan
mual/muntah, flatus dan gejala lain yang juga mencegah distensi gaster.
berhubungan. 5. Gejala GI dapat menunjukkan efek
6. Memberikan dan bantu hygiene mulut yang anemia (hipoksia) pada organ.
baik sebelum dan sesudah makan, gunakan
6. Meningkatkan nafsu makan dan
sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan
Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila bakteri, meminimalkan kemungkinan
mukosa oral luka. infeksi. Teknik perawatan mulut khusus
7. Kolaborasi : mungkin diperlukan bila jaringan
a. Memberikan obat sesuai indikasi, rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti
7. Kolaborasi :
sianokobalamin (vitamin B12), asam folat
a. Kebutuhan penggantian tergantung pada
(Flovite); asam askorbat (vitamin C), tipe anemia dan/atau adanya masukan oral
b. Besi dextran (IM/IV.) yang buruk dan defisiensi yag
diidentifikasi.
b. Diberikan sampai defisit diperkirakan
teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila
kehilangan darah terlalu cepat untuk
penggantian oral menjadi efektif.
25

Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Meningkatkan cuci tangan yang baik oleh
1. Mencegah kontaminasi silang.
oemberi perawatan dan pasien. 2. Menurunkan resiko infeksi bakteri.
2. Memoertahankan teknik aseptic ketat pada
3. Membantu dalam pengenceran secret
prosedur/ perawatan luka. pernafasan untuk mempermudah
3. Meningkatkan masukan cairan adekuat. pengeluaran dan mencegah statis cairan
4. Memantau suhu, catat adanya menggigil dan tubuh.
takikardia dengan atau tanpa demam 4. Adnya proses inflamasi/infeksi
5. Kolaborasi: Memberikan antiseptic topical, membutuhkan evaluasi/pengobatan.
antibiotic sistemik. 5. Mungkin digunakan secara propilaktik
untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.

Dx4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi


Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
Tujuan/Kriteria hasil:
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Adanya daerah tertentu yang hanya peka
terhadap panas, dingin, tajam, tumpul.
2. Memonitor adanya paretase
3. Menginstruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
4. Menggunakan sarung tangan untuk proteksi
5. Membatasi gerakan pada kepala, leher dan
punggung
6. Kolaborasi pemberian analgetik
26

6. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien
dugunakan komponen SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:
S : data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan
O : data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
A : analisis
Interpretasi dari data sunyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah
atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien
yang telah teridentifikasi datanya dalam data subyektif dan obyektif.
P : planing
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai