Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul
ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit
atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran
cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada
kondisi ini dibahas dalam bagian berikut.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang
setiap daerah mempunyai variasi berbeda.
Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi
sekurang kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang
lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung
berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung
kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan
transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi
besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan
berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan
talasemia.


BAB II
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi
hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke
jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi
besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang
dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,
jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak
hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain



C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-
fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan.
Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat
untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2
gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan
mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri
dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat
usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 810 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 2025 mg zat besi
perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba,
2001).
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi
darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat
dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,
kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh
infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat
membantu penderita ini.





D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
Ibu mengeluh cepat lelah,
Sering pusing,
Mata berkunang-kunang,
Malaise,
Lidah luka,
Nafsu makan turun (anoreksia),
Konsentrasi hilang,
Nafas pendek (pada anemia parah); dan
Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. GAMBARAN KLINIS
A. Riwayat
1. Mentruasi berlebihan
2. Kehilangan darah kronik
3. Riwayat keluarga
4. Diet yang tidak adekuat
5. Jarak kehamilan yang terlalu dekat
6. Anemia pada kehamilan sebelumnya
7. Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan )
B. Tanda dan Gejala
1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk
2. Pusing atau kelemahan
3. Sakit kepala
4. Lesi pada mulut dan lidah
5. Aneroksia,mual, atau muntah
6. Kulit pucat
7. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat
8. Dasar kuku pucat
9. Takikardi

F. TES LABORATORIUM
Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka anemia selama
kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada 10 atau 11 gr/100 ml dan
hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% .
Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan
perkiraan keadekutan trombosit.

G. DIAGNOSA BANDING
Anemia hipokrom mikrositik: produksi eritrosit norma,tetapi sintesis hemoglobin
terganggu. Defiesiensi besi dipengaruhi oleh sintesis hemetalasemia lemah dalam mensientesis
globulin. Sel-sel kecil, dengan penurunan dengan konsentrasi hemoglobin. Nilai besi serum
(serum iron) membantu mambedakan dua kelaianan : besi serum menurun pada defisiensi besi
dan normal ( atau meningkat ) pada talasemia.
Anemia megaloblastik makrositik disebabkan oleh gangguan apa pun yang
mempengaruhi sintesis DNA sel, tetepi membiarkan hemoglibinasi normal .
Anemia normokrom normositik disertai dengan perdarahan berlebihan atu gagalnya
aktivitas sumsum tulang.

H. PENATALAKSANAAN
A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat
dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2. Kaji riwayat keluarga
B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
1. Morfologi
a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia.
Waspada dehidrasi dan preklamsi
b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.
c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah, namun masih
normal.
d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe
setiap hari
e. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
f. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan di
atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
(b) Kadar kosentrasizat besi serum
(c) Kapasitas pegikat zat besi
(d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f) Hitung trombosit
(g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-
Amerika.
(3) Konsultasikan dengan dokter
(4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan
dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).
2. Konsultasikan ke dokter bila:
a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan
kesalahan labotaturium).
c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

I. AKIBAT LANJUTAN
Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:
1. Keguguran.
2. Lahir sebelum waktunya.
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
5. Dapat menimbulkan kematian.


ANEMIA: DEFISIENSI ZAT BESI
I. Definisi dan Etiologi
A. Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling umum saat kehamilan, sekitar 95%
anemia terkait kehamilan tergolong anemia defisiensi zat besi.
B. Morfologi terdiri dari SDM hipokrom mikrositik.
C. Zat besi serum menurun dan kapasitas pengikat zat besi meningkat.
II. Gambaran Klinis
A. Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia
2. Kadar Ht < 30%
B. Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik
2. Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan selama satu minggu.
III. Penatalaksaan
A. Skrining rutin
1. Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah
sebelumnya.
2. Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
3. Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
4. Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
B. Terapi anemia:
1. Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
2. Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
a. Berikan konseling gizi.
(1) Tinjau diet pasien.
(2) Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
(3) Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
(4) Rujuk ke ahli gizi.
b. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat
kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
(1) Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap sediaan garam
zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
(2) Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
(3) Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum makan atau
2 jam sesudahnya.
(4) Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin C atau
tablet vitamin C.
(5) Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi.
(6) Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak mengkonsumsi
sama sekali.
3. Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini menurut
panduan terapi anemia.
4. Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht 27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian cairan IV
atau heparin lock saat persalinan.
5. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek samping
pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan
dengan ferosulfat.
6. Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50g asam folat untuk profilaksis
anemia.
7. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena
atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian
parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan
kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat
diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
ANEMIA: MEGALOBLASTIK
I. Definisi dan Etiologi
A. Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah SDM (sel darah
merah) dan hipokrom makrositik.
B. Umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi. Jarang dijumpai kasus anemia
megaloblastik saja.
C. Anemia megaloblastik berhubungan dengan kurangnya sayuran segar atau protein hewani dalam
diet.
II. Gambaran klinis
A. Gejala
1. Mual dan muntah
2. Anoreksia
B. Morfologi
1. SDM hipokrom makrositik
2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi
C. Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau keduanya.
III. Penatalaksanaan
A. Suplemen
1. Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
2. Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat.
3. Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi tanpa
anemia defisiensi zat besi.
B. Konseling gizi
1. Kaji diet pasien
2. Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
3. Rujuk ke ahli gizi
C. Hitung darah lengkap
1. Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
2. Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan sedikit
peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
ANEMIA: HEMOLITIK DIDAPAT (ACQUI RED HEMOLYTIC ANEMI A)
I. Definisi. Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai dengan
ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis
penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan
Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania.
II. Insidens. Dua persen dari semu wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
III. Etiologi. Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu
hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
IV. Penatalaksanaan
A. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap mengalami
infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.
B. Terapi
1. Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
2. Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
3. Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine bulanan.
4. Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami anemia berat.
C. Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut:
1. Aldomet
2. Asam askorbat (dosis besar)
3. Asam nalidiksik
4. Asam para-aminosalisilat
5. Aspirin
6. Diafenilsulfon
7. Fenasetin
8. Isoniazid
9. Kloramfenikol
10. Kuinakrin (atabrine)
11. Kuinidin
12. Kuinin
13. Kuinosid
14. Methylene blue
ANEMIA: PERNISIOSA
I. Defisiensi dan Etologi
A. Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang diperlukan
untuk absorbsi vitamin B
12
dari makanan . karena B
12
tidak dapat diabsorbsi, SDM tidak matang
dengan normal.
B. Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.
II. Gambaran Klinis
A. Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga normokrom atau hipekrom.
B. SDM

pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat.
C. Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM menjadi normositik,
meskipun penyakit ini masih ada.
III. Diagnosis
A. Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM menjadi normal,
namun hematokrit tdak meningkat.
B. Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000 mg vitamin
B
12
per parenteral selama 3 bulan.
IV. Penatalaksanaan
A. Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber vitamin
B
12
berikan konseling gizi.
B. Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B
12
parenteral per IM setiap bulan.
C. Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
D. Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
1. Kondisinya membaik bila:
a. Morfologi normal
b. Kadar Ht meningkat
2. Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.
ANEMIA: SEL SABIT
I. Definisi dan Etiologi
A. Jenis
1. Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak kecuali
pada keadaan deprivasi oksigen berat.
2. Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka
morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
B. Insidens
1. Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit.
2. Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
II. Penatalaksanaan
A. Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:
1. Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
2. Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
a. Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
b. Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal selama
kehamilan dan persalinan.
B. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK selama
kehamilan.
C. Beri konseling kepada pasien:
1. Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.
2. Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan bayinya
menderita penyakit ini.
3. Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)
kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap
dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,
sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional
1. Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen.

Melaporkan
peningkatan toleransi
aktivitas(termasuk
aktivitas sehari-hari.
1. Kaji kemampuan
pasien untuk
melakukan untuk
melakukan
tugas/AKS
normal.
2. Kaji
kehilangan/ganggu
an keseimbangan
gaya jalan,
kelemahan otot.
3. Awasi tekanan
darah, nadi,
pernapasan selama
dan sesudah
1. Mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan
2. Menunjukkan
perubahan neurologi
karena defesiensi
vitamin B12
mempengaruhi
keamanan
pasien/resiko cedera.
3. Manifestasi
kardiopulmonal dari
upaya jantung dan
paru untuk membawa
jumlah oksigen

aktivitas.
4. Berikan
lingkungan tenang.
5. Ubah posisi pasien
dengan perlahan
dan pantau
terhadap pusing.
6. Anjurkan pasien
untuk
menghentikan
aktivitas bila
palpitasi.
adekuat ke jaringan.
4. Meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
tubuh dan
menurunkan
regangan jantung dan
paru.
5. Hipotensi postural
atau hipoksia serebral
dapat menyebabkan
pusing, berdenyut
dan peningkatan
resiko cedera.
6. Regangan/stres
kardiopulmonal
berlebihan/stres
dapat menimbulkan
kegagalan.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan.

Menunjukkan
peningkatan berat
badan atau berat badan
stabil dengan nilai
laboratorium normal.
1. Kaji riwayat
nutrisi, termasuk
makanan yang
disukai.
2. Observasi dan
catat masukan
makanan pasien.
3. Timbang berat
badan tiap hari.
4. Berikan makan
sedikit dan
frekuensi sering
dan/atau makan
diantara waktu
makan.
5. Observasi dan
catat kejadian
mual/muntah,
flatus dan gejala
lain yang
berhubungan.
6. Berikan dan bantu
hygiene mulut
yang baik sebelum
dan sesudah
makan, gunakan
1. Mengidentifikasi
defisiensi, menduga
kemungkinan
intervensi.
2. Mengawasi masukan
kalori atau kualitas
kekurangan
konsumsi makanan.
3. Mengawasi
penurunan berat
badan atau efektivitas
intervensi nutrisi.
4. Makan sedikit dapat
menurunkan
kelemahan dan
meningkatkan
pemasukan juga
mencegah distensi
gaster.
5. Gejala GI dapat
menunjukkan efek
anemia (hipoksia)
pada organ.
6. Meningkatkan nafsu
makan dan
pemasukan oral,

sikat gigi halus
untuk penyikatan
yang lembut.
Berikan pencuci
mulut yang
diencerkan bila
mukosa oral luka.
7. Kolaborasi :
1.Berikan obat
sesuai indikasi,
mis.Vitamin dan
suplemen mineral,
seperti
sianokobalamin
(vitamin B12),
asam folat
(Flovite); asam
askorbat (vitamin
C),
2.Besi dextran
(IM/IV.)


menurunkan
pertumbuhan bakteri,
meminimalkan
kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan
mulut khusus
mungkin diperlukan
bila jaringan
rapuh/luka/perdaraha
n dan nyeri berat.
7. Kolaborasi :
1. Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan/atau
adanya masukan oral
yang buruk dan
defisiensi yag
diidentifikasi.
2. Diberikan sampai
defisit diperkirakan
teratasi dan disimpan
untuk yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi
besi oral, atau bila
kehilangan darah
terlalu cepat untuk
penggantian oral
menjadi efektif.

3. Resiko infeksi
berhubungan
dengan pertahanan
tubuh sekunder
yang tidak adekuat
(mis: penurunan
hemoglobin,
eukopenia,
supresi/penurunan
respon inflamasi).

Mngidentifikasi
perilaku untuk
mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
1. Tingkatkan cuci
tangan yang baik
oleh oemberi
perawatan dan
pasien.
2. Pertahankan
teknik aseptic
ketat pada
prosedur/
perawatan luka.
3. Tingkatkan
masukan cairan
adekuat.
4. Pantau suhu, catat
adanya menggigil
dan takikardia
1. Mencegah kontaminasi
silang.
2. Menurunkan resiko
infeksi bakteri.
3. Membantu dalam
pengenceran secret
pernafasan untuk
mempermudah
pengeluaran dan
mencegah statis cairan
tubuh.
4. Adnya proses
inflamasi/infeksi
membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin digunakan
dengan atau tanpa
demam
5. Kolaborasi:
berikan antiseptic
topical, antibiotic
sistemik.
secara propilaktik untuk
menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan
proses infeksi local.
4. Konstipasi
berhubungan
dengan perubahan
pada pola makan.

Membuat/kembali pola
normal dari fungsi
usus.
1. Observasi warna
feses, konsistensi,
frekuensi, dan
jumlah.
2. Auskultas bunyi
usus
3. Awasi masukan
dan haluaran
dengan perhatian
khusus pada
makanan/cairan.
4. Kaji kondisi kulit
perianal dengan
sering.
5. Kolaborasi:
berikan obat anti
diare, misalnya:
difenoxsilat
hidroklorida.
1. Membantu
mengidentifikasi
penyebab/ factor
pemberat dan intervensi
yang tepat.
2. Bunyi usus secara umum
meningkat pada diare
dan menurun pada
konstipasi.
3. Dapat mengidentifikasi
dehidrasi, kehilangan
berlebihan atau alat
dalam mengidentifikasi
defisiensi diet.
4. Mencegah ekskoriasi
kulit dan kerusakan
kulit.
5. Menurunkan multilitas
usus bila diare terjadi.

D. EVALUASI
1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih
dalamrentang normal pasien.
2. A. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi.
B. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4. Fungsi usus mulai kembali normal.

DAFTAR PUSTAKA

Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta:EGC
http://heldaupik.blogspot.com/2012/02/askep-anemia-diagnosa-nanda-2011.html
BAB IPENDAHULUANA.

Latar BelakangDarah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yangmengandung
elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran antara sel yangterfiksasi dalam tubuh dan
lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadaporganisme dan khususnya terhadap darah sendiri.
(Sylvia A. Price, dkk. 2002)Kelainan hematologi/darah yang sering terjadi adalah adanya penurunan
sirkulasi jumlah sel darah merah. Kondisi ini dinamakan anemia, dapat terjadi akibat produksidarah
merah dari sumsum tulang berkurang atau tingginya penghacuran sel darahmerah dalam sirkulasi.
Berkurang sel darah merah dapat disebabkan oleh kekurangankofaktor untuk eritropoesis, seperti asam
folat, vitamin B12, dan besi. (Brunner &Suddarth. 2002)Anemia juga sering terjadi pada ibu hamil.
Dikatakan anemia pada ibu apabilakondisi ibu dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr%(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengankadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002).Angka anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat
mengalami penurunan dari 50,9% menjadi40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia
semakin tinggidikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai
sebelumkehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan
pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008),namun cakupan
pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun2007) menjadi 48,14% (tahun 2008)
(Depkes, 2008).Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).Menurut Mochtar (1998)
penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:1. Kurang gizi (malnutrisi)2. Kurang zat besi
dalam diit3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain5. Penyakit-penyakit
kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lainPenyusun merasa tertarik untuk mengambil kasus anemia pada
ibu hamil ini,karena mengingat masih tingginya angka anemia pada ibu hamil di Indonesia, dandengan
mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia ini diharapkandapat meningkatkan profesionalisme dari
profesi keperawatan.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAA.

Konsep Medis1.

PengertianAnemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasihemoglobin yang kurang
dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selamakehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih
rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm,kadar
hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih.
Atas alasan tersebut, Centers for disease control(1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester kedua (Suheimi, 2007).Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai
dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer,kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh
transferin menurun, kapasitasikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan
besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemiadefisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi
dan protein darimakanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis,dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa
penyembuhan dari penyakit.2.

EtiologiSementara itu menurut Mochtar( 1998) penyebab anemia pada umunyaadalah :a.

Perdarahan b.

Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.c.

Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis,empiema, dll.d.

Kelainan darahe.

Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. Penyebab anemia pada kehamilan :a.

Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin b.

Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil c.

Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan d.

Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) e.

Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi. Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamila.

Umur < 20 tahun atau > 35 tahun b.

Perdarahan akutc.

Pekerja beratd.

Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi3.

PatofisiologiPerubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai padatrimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9
danmeningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem sertakembali normal 3 bulan
setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang
menyebabkan peningkatan sekresialdesteron.4.

KlasifikasiAnemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :a.

Anemia defisiensi besi (62,3%)Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemiaakibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangmasuknya unsur besi dengan
makanan, karena gangguan resorpsi,gangguan penggunaan, atau karena terlapau banyaknya besi ke luar
dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan , terutama
pada trisemester terakhir. Apabila masuknya besitidak bertambah dan kehamilan, maka mudah terjadi
anemia defisiensi besi, lebih lebih pada kehamilan kembar. b.

Anemia megaloblastik ( 29,0%)Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensiasam
folat ( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitaminB12( cynocobalamin).c.

Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguansumsum tulang
kurang mampu membuat sel sel darah baru, dinamakananemia hipoplastik dalam kehamilan. Darah
tepi menunjukan gambaranormositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri ciri defisiensi besi,asam
folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia hipoplastik karenakehamilan hingga kini belum diketahui
dengan pasti, kecuali yangdisebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racunatau obat obatan.d.

Anemia hemolitik Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemiahemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil
maka anemianya akanmenjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilanmenyebabkan
krisis henolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Secara umum anemia hemolitik
dapat dibagi dalam 2golongan besar, yakni :1)

Golongan yang disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler, seperti pada sferositosis, eliptositosis, anemia
hemolitik herediter ,thalasemia, anemia sel sabit, hemoglobinopatia C, D, G, H, I,dan paraxysmal
noctural haemoglobinuria.2)

Golongan yang disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskular ,seperti pada infeksi ( malaria, sepsis, dsb),
keracunanarsenikum , neoarsphenamin, timah, sulfonamid, kinin, paraquin, pimaquin, nitrofuratoin (
Furadantin), racun ular pada defisiensi G6PD , antagonismus rhesus atau ABO, leukemia, penyakin
Hodgkin, limfasarkoma, penyakit hati, dll.
( Ilmu Kebidanan, 451-457)
5.

Gejala Klinis
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang
kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek ( pada
anemia parah), dankeluhan mual muntah pada hamil muda, palpitasi.6.

P
emeriksaan Fisik
Inspeksi : konjungtiva, wajah pucat.Palpasi : turgor kulit, capillary refill, pembesaran kelenjar limfa,
tinggi fundusuteri, Kontraksi uterusAuskultasi : auskultasi DJJ dan denyut jantung ibu7.

P
emeriksaan Diagnostik.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :a.

Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/% b.

Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )c.

Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )d.

Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepie.

Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak 8.

P
enatalaksanaan
a.

Therapy pengobatan1)

Therapy oralPengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi.Sebagian besar tablet
zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonatatau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan
maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1tablet/hari, kadang
diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian
zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akanmenyebabkan gangguan
pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini
adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisiyang mengandung
zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamildaripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi
meningkat 2 kalilipat daripada wanita normal.Pengobatan yang lain:a)

Asam folik 15 30 mg per hari b)

Vitamin B12 3 X 1 tablet per haric)

Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per harid)

Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lambansehingga dapat diberikan transfusi darah.2)

Therapi parenteralDiberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral adagangguan penyerapan
oenyakit saluran pencernaan atau apabilakehamilannya sudah tua. Therapy parenteral ini diberikan
dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi (imferon) atausorbitol besi
(Jectofer) b.

P
encegahan
1)

Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.2)

Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan zat besi.3)
Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakitinfeksi dan penyakit cacingan.4)
Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapatmenghambat penyerapan zat besi.9.
Komplikasi
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harusselalu diwaspadai.a.
Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapatmengakibatkan : abortus, missed abortus dan
kelainan kongenital.
b.Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalamrahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR,
gestosis dan mudahterkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
c.Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir
dengan anemia, dan persalinandengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post
partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah
terjadi febris puerpuralis dan gangguaninvolusio uteri.

Anda mungkin juga menyukai