DISUSUN OLEH :
1814401071
TINGKAT II REGULER II
A. DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar
atau konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan
trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan,
anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder
terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang
dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin,
2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,
jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada
wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum
tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah..
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV
(molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata)
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan
(AP). Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik)
9. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsI
10. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
11. TBC serum : meningkat (DB)
12. Feritin serum : meningkat (DB)
13. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
14. LDH serum : menurun (DB)
15. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
16. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
17. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
18. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).
19. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999).
F. PENATALAKSANAAN
Do :
Do :
- TD
4. Risiko cidera terhadap janin berhubungan dengan penurunan suplai
nutrisi ke janin.
Ds :
- klien tampak kurang mina
Do :
- Membran mukosa pucat
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasanpengetahuan
mengenai anemia.
Ds :
Do :
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan
mual, muntah.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
jaringan.
3. Intoleransi berhubungan dengan keletihan atau kelemahan.
4. Risiko cidera terhadap janin berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi ke
janin.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasanpengetahuan mengenai
anemia.
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi:
DAFTAR PUSTAKA
Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC.
Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan
Ginekologi.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal
dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC
https://www.academia.edu/8075960/LP_kehamilan_dengan_anemia_PKM_harapan_
raya