Anda di halaman 1dari 11

REFERAT PSIKIATRI

Gangguan Psikologis dan Perilaku yang


Berhubungan dengan Perkembangan dan
Orientasi Sexual

Disusun Oleh:
Andrew Sabastian Geraldyno Paago
Marleen – 07120110032
Anselma
Pembimbing: dr. Dharmady, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


UNIVERSITAS PELITA HARAPAN – SANATORIUM DHARMAWANGSA
8 FEBRUARI – 13 MARET 2016

1. Pendahuluan
Perilaku seksual bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi
faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas ditentukan oleh anatomi, fisiologi,
psikologi, kultur dimana orang tinggal, hubungan seseorang dengan orang lain,
dan mencerminkan perkembangan pengalaman seks selama siklus kehidupannya.
Ini termasuk persepsi sebagai laki-laki atau wanita dan semua pikiran, perasaan,
dan perilaku yang berhubungan dengan kepuasan dan reproduksi, termasuk
ketertarikan dari seseorang terhadap orang lain.(1)
Seksualitas seseorang dan kepribadian keseluruhan adalah sangat terjalin
sehingga tidak mungkin untuk membicarakan seksualitas sebagai bagian yang
terpisah. Dengan demikian istilah “psikoseksual” digunakan untuk mengesankan
perkembangan dan fungsi kepribadian sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh
seksualitas seseorang. “Psikoseksual” jelas bukan terbatas pada perasaan dan
perilaku seksual, demikian juga tidak sama dengan libido dalam pandangan Freud.
(1)

Seksualitas bergantung pada empat faktor yang saling berkaitan : identitas


seksual, identitas gender, orientasi seksual, dan perilaku seksual. Keempat faktor
ini mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi kepribadian.
Seksualitas adalah sesuatu yang lebih dari seks fisik, koitus, atau bukan koitus,
dan hanya perilaku yang diarahkan untuk memperoleh kesenangan.(2)

Sexualitas adalah perilaku keseluruhan seseorang yang menunjukkan ia


laki-laki atau wanita. Perilaku sexual yang normal adalah yang dapat
menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntunan masyarakat, tetapi juga dengan
kebutuhan diri sendiri dalam hal mencapai kebahagaiaan dan pertumbuhan. Juga
dapat mencapai perwujudan diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik.(3)

Pada referat ini, kita akan membahas gangguan psikologis dan perilaku yang
(1,2,3)
berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual. Gangguan
Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan Perkembangan dan Orientasi
Sexual ditandai dengan ketidakpuasan terhadap pola perangsangan seksual dan
biasanya berlaku pada pola perangsangan. (2)
2. Klasifikasi Gangguan Seksualitas
a. Disfungsi Seksual
1. Disfungsi Seksual Menurut Diagnostic And Statistical Manual Of Mental
Disorder Edisi Revisi IV (DSM-IV-TR) (5)
1. Gangguan hasrat seksual (Sexual desire disorder)
2. Gangguan rangsangan seksual (Sexual arousal disorder)
3. Gangguan orgasme (Orgasm disorder)
4. Gangguan sakit atau nyeri (Sexual pain disorder)
2. F52. Disfungsi Seksual Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III (PPDGJ III) (3,6)
F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual
F52.1 Penolakan dan kurangnya kenikmatan seksual
F52.2 Kegagalan dari respons genital
F52.3 Disfungsi orgasme
F52.4 Eyakulasi dini
F52.5 Vaginismus non-organik
F52.6 Disparanurea non-organik
F52.7 Dorongan sexual yang berlebihan
F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan oleh gangguan atau
penyakit organik
F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau
penyakit organik
b. Gangguan Identitas Jenis Kelamin
1. Gangguan Identitas Jenis Kelamin Menurut Diagnostic And Statistical
Manual Of Mental Disorder Edisi Revisi IV (DSM-IV-TR) (7)
1. Gangguan identitas jenis kelamin pada anak – anak
2. Gangguan identitas jenis kelamin pada masa remaja dan dewasa
3. Gangguan identitas jenis kelamin yang tidak ditentukan
2. F64. Gangguan Identitas Jenis Kelamin Menurut Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III (PPDGJ III) (3,6)
F64.0 Transeksualisme
F64.1 Transvetisme peran ganda
F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak
F64.8 Gangguan identitas jenis kelamin masa lainnya
F64.9 Gangguan identitas jenis kelamin masa YTT
c. Gangguan Preferensi Seksual (Parafilia)
1. Gangguan Preferensi Seksual Menurut Diagnostic And Statistical Manual
Of Mental Disorder Edisi Revisi IV (DSM-IV-TR) (1,2,3)
- Ekshibisionisme
- Fetishisme
- Froteurisme
- Pedofilia
- Masokisme Seksual
- Sadisme Seksual
- Voyeurisme
- Fetishisme Transvestik
- Parafilia Lain yang Tidak Ditentukan (NOS : Not Oherwise
Specified) – contoh: Zoofilia
2. F65. Gangguan Preferensi Seksual Menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III (PPDGJ III) (3,6)
- F65.0 Fetihisme
- F65.1 Tranvetisme Fetihistik
- F65.2 Ekshibisionisme
- F65.3 Voyeurisme
- F65.4 Pedofilia
- F65.5 Sadomasokisme
- F65.6 Gangguan Preeferensi Seksual Multipel
- F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainya
- F65.9 Gangguan Preferensi Seksual YTT
d. Gangguan Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Perkembangan dan Orientasi Sexual
1. F66. Gangguan Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Perkembangan dan Orientasi Sexual Menurut Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III (PPDGJ III) (3,6)
F66.0 Gangguan dan maturitas seksual
F66.1 Orientasi seksual egodistonik
F66.2 Gangguan jalinan seksual
F66.8 Gangguan perkembangan psikoseksual lainnya
F66.9 Gangguan perkembangan psikoseksual YTT
Dapat dipakai kode lima karakter :
F66.x0 Heteroseksualitas
F66.x1 Homoseksualitas
F66.x2 Biseksualitas
F66.x3 Lainnya, termasuk prapuberitas

3. Definisi, Manifestasi Klinis dan Pedoman Diagnosis


Gangguan Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Perkembangan dan Orientasi sexual
a. Gangguan dan maturitas seksual

Definisi : Gangguan kecemasan atau depresi yang berhubungan dengan ketidakpastian


akan identitas gender atau orientasi seksual. Seringnya gangguan ini terjadi pada
remaja pubertas yang tidak yakin apakah mereka homoseksual, heteroseksual, atau
biseksual pada orientasi seksualnya atau pada individu yang setelah periode tertentu
memiliki orientasi seksual yang stabil (seringnya juga memiliki hubungan yang baik)
menemukan bahwa orientasi seksualnya berubah.

Pubertas dan Pencapaian Maturasi Seksual pada Remaja

 Pubertas biasanya terjadi pada rentang umur 10-16 tahun dan bervariasi
antara laki-laki dan perempuan. Perempuan biasanya mengalami pubertas
lebih dulu dibanding laki-laki. Pada masa pubertas inilah maturasi seksual
terjadi. Banyak perubahan fisik yang terjadi pada masa ini. Anak
perempuan mulai bertumbuh buah dadanya, rambut pubis, dan mulai
mengalami haid. Pada anak laki-laki akan didapatkan pembesaran testes
dan penis, pertumbuhan rambut pubis, suara yang lebih berat, dan
perkembangan otot-otot tubuh. Beriringan dengan perkembangan fisik,
banyak pula perubahan mental yang terjadi. Pada saat remaja, laki-laki
dan perempuan mulai mengalami perkembangan pikiran mengenai
identitas seksual dan mulai mau mengeksplorasi dan bereksperimen
dengan perilaku seksual. Pada masa inilah maturitas seksual mulai terjadi
dan identitas gender seseorang serta orientasi seksualnya mengalami
perkembangan. Pada masa ini pula banyak anak muda yang kemungkinan
mengalami kebingungan dalam menjalani tahap pubertas ini. Perasaan
frustrasi, cemas, dan depresi dapat terjadi. Ini merupakan tanda-tanda
awal atas gangguan pada tahap maturasi seksual.

Identitas Gender dan Orientasi Seksual


 Identitas gender pada permukaannya akan terlihat mudah dijelaskan.
Kebanyakan orang di masyarakat lahir dengan alat kelamin laki-laki atau
perempuan yang membuat seorang individu mudah mengidentifikasi
dirinya laki-laki atau perempuan secara fisik. Kebingungan terjadi apabila
seseorang memiliki suatu jenis kelamin tertentu, namun secara emosional
dan mental merasa bahwa mereka berjenis kelamin sebaliknya. “Seorang
anak dengan seks biologisnya perempuan dapat memiliki identitas gender
dan peran sebagai laki-laki”. Hal ini dapat membuat situasi yang penuh
dengan stres. Masyarakat biasa menamakan ini transgender. “Gangguan
identitas gender dapat bermanifestasi dalam berbagai derajat keseriusan
dari masa kanak-kanak hingga seterusnya” (Korte, 2008). Anak-anak dan
remaja yang mengalami ini, biasanya menunjukkan karakteristik perilaku
yang bertentangan dengan jenis kelaminnya.

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III yaitu : Individu menderita karena


ketidak-pastian tentang identitas jenis kelaminnya atau orientasi seksualnya, yang
menimbulkan kecemasan atau depresi. Paling sering terjadi pada remaja yang
tidak tahu pasti apakah mereka homoseksual, heteroseksual, atau biseksual dalam
orientasi seksualnya, atau pada individu yang sesudah suatu periode orientasi
seksual yang tampak stabil, seringkali dalam jalinan hubungan yang telah
berlangsung lama, menemukan bahwa orientasi seksualnya berubah. (3,6)

b. Orientasi seksual egodistonik


Orang dengan gangguan ini tidak meragukan identitasnya jenis
kelamin atau prefensi sexualnya, tetapi ia mengharapkan orientasi lain.
Hal ini disebabkan oleh gangguan psikologis dan perilaku, dan ia
mencari pengobatan untuk mengubahnya. Termasuk disini gangguan
orientasi sexual atau homosexualitas yang egodistonik, yaitu keadaan
seseorang yang menunjukkan perilaku sexual terarah kepada orang-
orang dengan sex yang sama, ia merasa risi atau cemas dan mencari
pengobatan. Bila ia tidak terganggu karena keadaannya itu, maka
disebut gangguan orientasi sexual atau homosexualitas yang
egosintonik. Bila seseorng sudah berkali-kali menunjukkan perilaku
homoseksua, maka biasanya sudah terbentuk suatu pola homosexual,
biarpun, hal ini tidak dianggapnya sebagai pilihan utama. Istilah
homoseksualitas, biasanya dipakai untuk pria dan lesbianisme untuk
wanita. Bila disamping perilaku homoseksual orang itu juga
menunjukkan perilaku heterosexual, maka ia disebut bisexual. Daloam
hal demikian, maka orang itu mungkin lebih banyak homosexual atau
lebih banyak heterosexual . Bila seseorang transvestit atau seseorang
transsexual sering melakukan tindakan homosexual, itu bukan karena
mereka homosexual, tetapi sebagai akibat tranvestisme atau
transexualisme. (3)
Pedoman PPDGJ-III, orientasi seksual egodistonik kriterianya,
identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi
individu mengharapkan yang lain disebabkan oleh gangguan psikologis
dan perilaku, serta mencari pengobatan untuk mengubahnya. (6)
1. Gangguan jalinan seksual
Orang mengalami kesulitan dalam membentuk dan memelihara
jalinan atau relasi sexual karena ia mempuntai gangguan identitas jenis
kelamin atau gangguan preferensi sexual. (3)
Kriteria diagnosis menurut PPDGJ-III yaitu, kalainan dalam
identitas jenis kelamin atau preferensi seksual merupakan penyebab
kesulitan dalam membentuk atau memelihara jalinan (relationship)
dengan mitra sexual.
2. Gangguan perkembangan psikoseksual lainnya
3. Gangguan perkembangan psikoseksual YTT
Dapat dipakai kode lima karakter :
F66.x0 Heteroseksualitas
F66.x1 Homoseksualitas
F66.x2 Biseksualitas
F66.x3 Lainnya, termasuk prapuberitas
4. Penatalaksanaan Umum
i. Gangguan Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Perkembangan dan Orientasi Sexual
Terapi pada penderita orientasi sexual masih kontroversial. Satu studi
melaporkan minimum 350 jam terapi psikoanalitik, kira-kira sepertiga laki-
laki biseksual dan gay memperoleh orientasi heteroseksualnya pada
pengamatan lanjtan 5 tahun, tetapi studi ini masih perlu diuji. Terapi
perilaku dan teknik pembelajaran penghindaran juga telah digunakan, tetapi
dengan teknik ini, perilaku dapat berubah di lingkungan laboratorium
bukannya di luar. Faktor prognostik yang berperan dalam orientasi
heteroseksual untuk laki-laki mencakup berusia kurang dari 35 tahun,
memiliki beberapa pengalaman perangsangan hetero sexual, perasaan sangat
termotivasiuntuk reorientasi. (2)
Bentuk intervensi lainnya bertujuan membuat pasien dengan
penderitaan menetap dan nyata dengan homoseksualitas tanpa rasa malu,
rasa malu, rasa bersalah, ansietas, atau depresi. Pusat konseling gay terlibat
dengan pasien didalam program ini. Saat ini, studi dari pusat tersebut belum
dilaporkan dengan rinci. (2)
Untuk terapi perempuan dengan penderitaan menetap dan nyata
terhadap orientasi seksualnya, hanya sedikit data yang tersedia, dan data ini
terutama merupakan studi satu kasus dengan hasil beragam. (2)
b. Prognosis
i. Gangguan Psikologis dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Perkembangan dan Orientasi Sexual
Prognosis baik bila pada permulaan terapi sudah menyatakan keinginan
untuk mengubah perilakunya, makin kuat keinginan, makin buruk.

Daftar Pustaka
1. Ronawulan, E. Bahan ajar mata kuliah kedokteran Jiwa gangguan
psikoseksual. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.
2006. Hal. 200-11
2. Sadock BJ, Sadock VA. Seksualitas Manusia. Muttaqin H, Sihombing
RNE, Editor. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 02th ed.
Jakarta : EGC; 2010. Hal. 298-22
3. Maramis FM, Maramis AA. Sexualitas Normal dan Abnormal Edisi 2.
Surabaya : Airlangga University Press. 2009. Hal. 343-65
4. Watson JP, Davies T. Masalah Psikoseksual. In: Davies, T. Craig, TKJ.
Editor. ABC Kesehatan Mental. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2009. Hal. 106-16
5. Anonim. Gangguan Identitas Gender, Parafilia, dan Gangguan Seksual.
Scrib [ serial on the internet] 2013 [cited 2013 juni 10] hal.1-25 Available
from : http://id.scribd.com/doc/106593948/MAKALAH-GANGGUAN-
SEKSUAL
6. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan Ringkas PPDGJ-III. Edisi
1. Jakarta : PT. Nuh Jaya. 2001. Hal. 96-97; 111-15.
7. Anonim. Gangguan Identitas dan Jenis Kelamin.Scrib [serial on the
internet] 2013. [cited 2013 juni 10] Hal. 1-14 . Available from :
http://id.scribd.com/search?query=Gangguan+Identitas+Jenis+Kelamin
8. Anonim. Fetishism. Scrib. [serial on the internet] 2013. [cited 2013 juni10]
hal 1-10. Available from http://mentaldisorder.com.
9. Marwin T, Fiona, Boyke S, Emelia W. Referat Gangguan Preferensi
Seksual. FK-Universitas Tarumanegara. RS. Khusus Jiwa Dharma Graha.
BSD. Tangerang [ serial on the internet] 2012. [cited 2013 Juni 10] Hal. 1-
25 Available from :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195607221
985031-SUNARYO/Gangguan_seksualitas.pdf
10. Levey , R. Sexual and Gender Identity Disorders. Scrib [serial on internet]
2013 [ cited 2013 juni 10]. Hal. 234-38. Available from :
http://www.emedicine.com
11. Anonim. Parafilia. Scrib [serial on internet] 2013 [ cited 2013 juni 10].
Hal. 56-90. Available from: http://www.medicastore.com
12. Anonim. Pedofilia. Scrib [serial on internet] 2013 [ cited 2013 juni 10].
Hal. 1-5 . Available from :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pedofilia#cite_note-L iddell.2C_H.G._1959-4.
13. Bannon GE, Carroll K.S. Paraphilias 2008 . Scrib [serial on internet] 2013
[ cited 2013 juni 10]. Hal. 1-5 Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/291419-clinical.

Anda mungkin juga menyukai