Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Jiwa

Koordinator:
Ahmad Mumtaz Toba, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh :

Imas Siti Aisyah

4120303

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
A. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998). Halusinasi adalah persepsi atau
tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart &
Laraia, 2001). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

2. Etiologi
Etiologi, Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya.Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

3. Rentang respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang
respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi maladaptive.
Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut
tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu
hal mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang
dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang
diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut :

Respon adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Distorsi Pikiran Respon maladaptif


- Persepsi akurat. - Ilusi - Gangguan proses
- Emosi konsisten - Reaksi emosi pikir/delusi/waham
dengan berlebihan atau - Halusinasi
pengalaman. kurang - Sulit berespon
- Perilaku sesuai - Prilaku aneh emosi
- Berhubungan - Menarik diri - Perilaku
sosial. disorganisasi
- Isolasi sosial

4. Klasifikasi (jenis-jenis) Halusinasi


Menurut Stuart (2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

5. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi menurut (Stuart & Sudden, 1998) adalah
1. Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibir tanpa suara
3. Bicara sendiri
4. Pergerakan mata cepat
5. Diam
6. Asyik dengan pengalaman sensori
7. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
8. Rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit
9. Kesukaran berhubungan dengan orang lain
10. Tidak mampu merawat diri

6. Fase Halusinasi
Fase halusinasi menurut (Stuart dan Laraia, 2001) ada 4 yaitu :
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas.Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan.Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain
dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi.Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang.Kondisi klien sangat membahayakan.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan
lain, yaitu (Residen bagian Psikiatri UCLA, 1990) :
1. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti-
psikosis.
Nama Generik (dagang) Dosis
Kelas Kimia
Fenotiazin

Tioksanten

Butirofenon

Dibenzondiazepin

Dibenzokasazepin

Dihidroindolon

2. Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)


3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).

8. Phatway (Pohon Masalah) Halusinasi

Resiko perilaku mencederai diri sendiri


Akibat

Core Problem Halusinasi pendengaran dan penglihatan

Isolasi Sosial

Penyebab Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis

9. Masalah Keperawatan
1. Mengkaji Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70% halusinasi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau suara, 20% halusinasi
penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu, pengecap, perabaan, senestik dan kinestik.
Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi perilaku pasien dan
menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.
2. Mengkaji Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila halusinasi
yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan yang dilihat oleh
pasien, bila jenis halusinasinya adalah
halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila
halusinasi perabaan.
3. Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien.Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi.Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk pencegahan
terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus
Data Subjektif
a. Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya: mendengar suara-suara atau
melihat bayangan)
b. Mengeluh cemas dan khawatir
Data Objektif
a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti bicara
seolah-olah mendengar sesuatu
d. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
f. Gerakan mata yang cepat
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
komplek)

10. Diagnosa Keperawatan


1.Resiko mencedrai diri b.d halusinasi pendengaran,
2 Gangguan persepsi sensori b.d menarik diri
3. Isolasi social: menarik diri b.d harga diri rendah kronis

11. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP I : Halusinasi pada Pasien
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik
8. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP I : Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP II : Pasien
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP II : Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi
SP III : Pasien
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan
pasien).
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP III : Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
SP IV : Pasien
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat (prinsip 5 benar
minum obat).
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2.
Jakarta.EGC.
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby
Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.
B. Laporan Kasus (LK)
1. Identitas Klien
Initial : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Status : IRT
Tanggal pengkajian :29 September 2021
Informan : Mahasiswa (Imas Siti Aisyah)
2. Alasan Masuk RSKG Ny. R.A Habibie Bandung
klien merupakan pasien yang menjalani hemodialysis sejak 14 tahun yang lalu, pasien
melakukan hemodialysis 2x/ minggu. kurang lebih 4 bulan terakhir ini klien mengatakan
bahwa ditubuhnya serasa ada yang melata dan bergerak gerak sehingga mengakibatkan
gatal diseluruh tubuh dan itu terjadi terus menerus tiap hari tapi hilang timbul. Menurut
pengakuan klien, klien suka menemukan hewan kecil yang hinggap ditubuhnya.dan
begitupun pada saat diwawancara ia mengatakan bahwa banyak hewan kecil tungau
dikursi yang dia tempati saat menjalani proses hemodialysis tapi saya sebagai perawatnya
tidak melihat hewan kecil itu.dia terlihat histeris ketakutan sambil menunjukan bahwa
ada hewan kecil yang mendekatiinya,sementara perawat tidak melihatnya.
3. Faktor Predisposisi
Klien sebelumya tidak pernah mengalami hal ini, pasien tidak memiliki riwayat
keturunan gangguan mental dari keluarganya.
4. Masalah Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan peraba b.d menarik diri
b. Isolasi social menarik diri b.d harga diri rendah kronis
5. Fisik
Klien sudah lama menjalani Hemodialisis tampak banyak luka- luka dibadannya bekas
garukan, klien memiliki riwayat hipertensi
6. Genogram

Keterangan :

: Perempuan
: Laki – Laki

: Klien

7. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengeluh bahwa sebelum ada makhluk kecil yang sering
mendekati klien, dahulu tidak merasakan gatal-gatal yang mengakibatkan luka-luka
kalau digaruk,sekarang keliatan jiji banyak luka kaya yang tidak terawat yang
mengakibatkan pasien merasa malu dengan kulitnya yang sudah tidak bersih lagi
b. Identitas : Klien anak pertama dari 2 bersaudara, klien lulusan S2 perguruan, dan
pernah bekerja menjadi dosen dibanyak fakultas.
c. Peran : Klien berperan sebagai ayah ataupun ibu buat ke 3 anaknya,karena
suaminya sudah meninggal
d. Ideal diri : Klien menerima keadaan saat ini dan klien ingin segera sembuhdari rasa
gatal alergi yang dideritanya
e. Harga diri : klien merasa bersyukur masih diberi umur panjang walaupun dengan
kondisi saat ini yaitu menjalani proses hemodialysis 2x/ minggu
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori:halusinasi penglihatan dan
peraba .
8. Hubungan sosial
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam
hidupnya, klien tinggal bersama ke 3 anaknya karena suaminya sudah meninggal. Klien
sangat menyayangi anak- anaknya, klien jarang mengobrol berinteraksi dengan pasien
hd yang lain atau seperlunya,dan klien berhubungan baik dengan perawat-perawat di
rumah sakit.klien mengatakan kalau dirumah klien jarang keluar rumah hanya diam saja
dirumah jadi jarang berinteraksi dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi social menarik diri b.d harga diri rendah kronis
9. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Islam dan yakin dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : Klien ikut melakukan ibadah selama dirawat.
10. Status Mental
a. Penampilan Penjelasan : Klien rapi dan bersih hanya banyak luka-luka
dibadannya yang disebabkan bekas garukan, klien mandi 2x sehari menggunakan
shampo dan sabun dan menggosok gigi nya.
b. Pembicaraan Penjelasan : Klien saat diberikan pertanyaan menjawab spontan.
Dan pasien mengatakan sering melihat hewan kecil yg bergerak melata
dibadannya, dan itupun ia lakukan saat perawat melakukan pengkajian,tapi
perawat tidak melihat ada hewan apapun dibadannya. Masalah keperawatan :
Halusinasi penglihatan
c. Aktivitas Motorik
Penjelasan : Klien tampak menggaruk2 terus dan meraba- raba tangannya
dengan alas an ada yang bergerak didalam tybyhnya yang menyebabkan gatal.
Masalah keperawatan : halusinasi peraba
d. Alam perasaan
Penjelasan : Klien menerima atas penyakit yang dideritanya yaitu gagal ginjal
tapi pasien ingin segera cepet sembuh dengan gatal- gatalnya dan gada lagi
hewan-hewan kecil yang hinggap ketubuhnya.
e. Afek
Penjelasan : Afek klien datar sambil mengobrol dia sambil megangin garuk
garukin kulitnya. klien menjawab pertanyaan dari perawat
f. Interaksi selama wawancara
Penjelasan : Selama komunikasi, klien dapat berkomunikasi timbal balik
g. Persepsi
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan persepsi
h. Proses Pikir
Penjelasan : Klien selalu berfikir ketika meninggalkan sholat, berarti amalan
lain tidak diterima, klien menjawabnya tepat pada fokus pertanyaan dari
pembicaraan.
i. Isi pikir
Penjelasan : belum terkaji
j. Tingkat kesadaran
Penjelasan : klien sadar akan hal-hal yang belum dilakukan dan menyesal
dengan beberapa belum terwujud.
k. Memori
Penjelasan : Klien tidak ada gangguan daya ingat. Klien mampu mengingat
suatu hal.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi cukup baik dan klien mampu
berhitung.
m. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien mampu menilai mana yang lebih diutamakan dalam
mengambil keputusan.
n. Daya tilik diri
Penjelasan : klien sadar bahwa penyakitnya adalah ujian dari Alloh SWT, klien
sudah menerima ikhlas terhadap penyakit yang dideritanya.
11. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan, Minum, BAB/BAK Pasien dapat mengambil makan dan minum dan dapat
kekamar mandi untuk BAB/BAK.
b. Mandi, berpakaian/berhias Pasien mengatakan dapat mandi dan berpakaian secara
mandiri.
c. Istirahat dan tidur Tidur siang lama : 13.00 WIB s/d 14.00 WIB, tidur malam lama :
22.00 WIB s/d 04.00 WIB, kegiatan sebelum/sesudah : Beribadah. Klien gelisah
sebelum diberikan obat tidur.
12. Mekanisme Koping Klien mampu berbicara dengan orang lain dengan baik. Pada saat
diajak berbicara reaksi cepat tidak berlebih
13. Masalah Psikososial dan Lingkungan klien mengatakan pernah mengajar menjadi dosen
dibanyak universitas.
14. Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa : Klien tidak menyadari bahwa apa yang ia
rasakan belakangan ini seperti ada hewan yg melata ditubuhnya yang mengakibatkan
gatal-gatal seluruh tubuh hanyalah hayalan yang merupakan halusinasi yang merupakan
masalah gangguan jiwa.
15. Aspek Medik Diagnosa medis : Halusinasi penglihatan dan peraba
16. Analisa Data

No. Data Masalah Keperawatan


1. Subjektif : Gangguan persepsi Sensori
-Klien mengatakan bahwa ditubuhnya : halusinasi b.d menarik
serasa ada yang melata dan bergerak gerak diri
sehingga mengakibatkan gatal diseluruh
tubuh dan itu terjadi terus menerus tiap
hari tapi hilang timbul
-Klien terlihat histeris ketakutan sambil
menunjukan bahwa ada hewan kecil yang
mendekatiinya
Objektif :
- Selama komunikasi, klien dapat
berkomunikasi timbal balik.
- Perawat tidak melihat hewan yang
melata dibadannya sesuai yang ia
tunjukan
- Banyak terdapat luka-luka diseluruh
tubuhnya terutama tangan dan kaki

2. Subjektif : Isolasi social menarik diri


-Klien mengeluh bahwa dahulu kulit klien b.d harga diri rendah
terawat sekarang tidak terawat karena kronis.
seluruh badan suka gatal-gatal.
-Klien mengatakan jarang kemana-mana
hanya diam dirumah saja karena malu
banyak luka-luka bekas rasa gatal yang
digaruk
Objektif :
-Banyak luka-luka dibadan klien sehingga
banyak noda- noda hitam bekas luka
-Klien tampak kadang –kadang termenung
sambil menggaruk2 badan terutama
tangan dan kaki.

17. Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan persepsi Sensori : halusinasi b.d menarik diri
b. Isolasi social menarik diri b.d harga diri rendah kronis.
18. Pohon Masalah
Resiko tinggi menciderai diri sendiri

Perubahan isi pikir halusinasi :

Gangguan konsep diri ; Harga Diri Rendah


19. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Intervensi
Gangguan persepsi SP I: Pasien
Sensori : halusinasi b.d 1. Bina hubungan saling percaya pada
menarik diri pasien
2. Identifikasi jenis halusinasi pasien
3. Identifikasi isi halusinasi pasien
4. Identifikasi waktu halusinasi pasien
5. Identifikasi frekuensi halusinasi
pasien
6. Identifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
7. Identifikasi respons pasien terhadap
halusinasi
8. latih pasien cara kontrol halusinasi
dengan menghardik
1

Membimbing
SP I: Keluarga

1. Diskusikan masalah yang dirasakan


keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
halusinasi, dan jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya
3. Jelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi
SP II : Pasien
1. Validasi masalah dan latihan
sebelumnya.
2. Latih pasien cara kontrol halusinasi
dengan berbincang dengan orang
lain

SP II : Keluarga
1. Latih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan halusinasi
2. Latih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
halusinasi

SP III : Pasien
1. Anjurkan pasien untuk konsultasi
dengan dokter spesialis kejiwaan
SP III : Keluarga
1. Anjurkan keluarga untuk membawa
pasien untuk konsultasi dengan
dokter spesialis kejiwaan.

Isolasi social menarik SP 1


diri b.d harga diri a. Beri pujian pada penampilan dan
rendah kronis. kemampuan klien yang realistis
b. Diskusikan bersama klien
kemampuan pada waktu lalu dan saat
2 ini yang realistis
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan
kemudian anjurkan untuk melakukan
saat ini
d. Anjurkan klien selalu mengobrol
dengan keluarganya kalau dirumah,
luapkan apa yang sebenarnya
menjadi permasalahan..
SP 2

a. Observasi kebutuhan klien sehari-


hari
b. Diskusikan kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi baik selama di RS
dan di rumah
c. Tingkatkan aktivitas yang dapat
memenuhi kebutuhan klien dan
menentukan waktu dan tenaga.
SP 3

a. Berbicara dengan klien dengan


konteks realita
b. Berikan pujian pada setiap kegiatan
positif yang dilakukan oleh klien
SP 4

a. Anjurkan pasien untuk control kedr.


spesialis kejiwaan untuk
berkonsultasi dengan masalah yang
pasien hadapi sekarang.

20. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No TTD
.
IMPLEMENTASI Evaluasi
D
X
(TGL 2 Oktober 21 Jam 13.00) TGL 2 Oktober 21 Jam Imas
SP I: Pasien 13.45)
1. Membina hubungan saling percaya S:
dengan pasien -pasien masih merasakan dan
2. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien melihat ada hewan kecil yang
3. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien melata dibadannya yang
4. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien mengakibatkan seluruh badan
5. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi gatal.
pasien O:
6. Mengidentifikasi situasi yang - partisipan mampu membina
menimbulkan halusinasi hubungan saling percaya
7. Mengidentifikasi respons pasien dengan perawat.
terhadap halusinasi -Partisipan bersedia
8. Melatih pasien cara kontrol halusinasi menceritakan tentang masalah
dengan menghardik yang dialaminya mulai dari
1 penyebab, tanda dan gejala
mbimbing yang dirasakan
SP I: Keluarga -Partisipan dan keluargasudah
mengetahui dan mau
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
mendemonstrasikan cara
keluarga dalam merawat pasien
menghardik secara mandiri
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
- Partisipan sudah mau
halusinasi, dan jenis halusinasi yang
mengontrol halusinasinya
dialami pasien beserta proses terjadinya
dengan melakukan cara
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
bercakap-cakap dengan orang
halusinasi
disekitarnya secara mandiri
-Partisipan dan keluarga
SP II : Pasien
sudah mau berobat untuk
1. Memvalidasi masalah dan latihan
berkonsultasi dengan dokter
sebelumnya.
ahli kejiwaan untuk
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi
mendapatkan therapi
dengan berbincang dengan orang lain selanjutnya
A:
SP II : Keluarga Masalah teratasi sebagian
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara P:
merawat pasien dengan halusinasi -Anjurkan Pasien dan
2. Melatih keluarga melakukan cara keluarga Untuk meneruskan
merawat langsung kepada pasien hal- hal yang sudah diketahui
halusinasi untuk mengontrol halusinasi
yang dirasakan
SP III : Pasien -Menganjurkan partisipan
1. Menganjurkan pasien untuk konsultasi untuk secepatnya dibawa ke
dengan dokter spesialis kejiwaan RS atau dr spesialis ahli
kejiwaan untuk pemberian
SP III : Keluarga therapinya supaya
1. Menganjurkan keluarga untuk membawa halusinasinya cepat
pasien untuk konsultasi dengan dokter tertanggulangi dan pasien
spesialis kejiwaan. dinyatakan sembuh.

(2 0ktober 21 jam 14.00) TGL 2 Oktober 21 Jam Imas


SP 1 14.30)
1. Memberi pujian pada penampilan dan
S:
kemampuan klien yang realistis
2. Mendiskusikan bersama klien -Pasien mengatakan sudah
kemampuan pada waktu lalu dan saat ini tidak berdiam diri terus
2 yang realistis dirumah kadang sesekali
3. Menanyakan apa yang biasa dilakukan keluar
kemudian anjurkan untuk melakukan
saat ini -Klien mengatakan suka

4. Menganjurkan klien selalu mengobrol menyibukan diri dan

dengan keluarganya kalau dirumah, mengisi waktu kosongnya

luapkan apa yang sebenarnya menjadi mengobrol bercakap-cakap


permasalahan.. dengan anak-anak dan orang
SP 2 yang bantu-bantu dirumah

1. Mengbservasi kebutuhan klien sehari- - Partisipan dan keluarga


hari sudah mau berobat untuk
2. Mendiskusikan kebutuhan klien yang berkonsultasi dengan dokter
tidak terpenuhi baik selama di RS dan di ahli kejiwaan untuk
rumah mendapatkan therapi
3. Meningkatkan aktivitas yang dapat selanjutnya
memenuhi kebutuhan klien dan
A:Masalah teratasi sebagian
menentukan waktu dan tenaga.
SP 3 P:

1. Mengobrol dengan klien dengan -Anjurkan Pasien dan


konteks realita keluarga Untuk meneruskan
2. Memberikan pujian pada setiap kegiatan hal- hal yang sudah diketahui
positif yang dilakukan oleh klien untuk mengontrol halusinasi
SP 4 yang dirasakan
-Menganjurkan partisipan
1. menganjurkan pasien untuk control ke
untuk secepatnya dibawa ke
dr. spesialis kejiwaan untuk
RS atau dr spesialis ahli
berkonsultasi dengan masalah yang
kejiwaan untuk pemberian
pasien hadapi sekarang.
therapinya supaya
halusinasinya cepat
tertanggulangi dan pasien
dinyatakan sembuh.

Anda mungkin juga menyukai