Anda di halaman 1dari 46

TELAAH JURNAL (LITERATUR REVIEW)

TERAPI MUSIK DALAM MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA

Disusun sebagai tugas stase Keperawatan Gerontik

Koordinator : Lucia Aryanthi, S.Kep., Ners. M.HKes


Pembimbing :M. Iqbal Sutisna, S. Kep., Ners

Disusun Oleh :
ADAM CINDY EKA PRIATNA
CHAIRA SYAHIDA
IMAS SITI AISYAH
INA SUSILOWATI
NUR RATNA WULANDARI
YUNANENGSIH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
ABSTRAK

Latar belakang: Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam yang terjadi
setelah mengalami suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan. Depresi merupakan penyakit
yang umum di seluruh dunia dan lebih dari 300 juta orang terkena dampaknya. Gangguan
depresi pada lansia merupakan perhatian yang paling penting bagi para ahli geriatric. Depresi
pada lansia memerlukan suatu keterampilan dan pengalaman, karena manifestasi gejala-
gejala depresi klasik sering tidak muncul. Seiring dengan berkembang dan majunya
teknologi, metode tatalaksana pada Depresi telah diteliti dan diuji keberhasilannya di dunia.
Salah satu tatalaksana non farmakologi yang telah di uji keberhasilannya adalah dengan
menggunakan terapi musik.Tujuan: Untuk mereview literature tentang efektifitas terapi
music terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia. Metode Penelitian: Metode yang
digunakan dalam penulisan literatur riview ini adalah dengan mencari literatur – literatur
yang dilakukan dengan menggunakan database yaitu Google Scholar dengan menggunakan
keywords: “terapi musik, Depresi, dan Lansia” dengan rentang tahun terbit dari 2016-2021.
Kriteria inklusi yang digunakan untuk pemilihan studi untuk literatur riview ini adalah artikel
penelitian yang menggunakan intervensi metode terapi musik dan menganilisis penurunan
tingkat depresi pada lansia. Kriteria eksklusi yang digunakan untuk pemilihan studi literatur
riview ini adalah artikel penelitian yang tidak dapat diakses penuh teks (hanya abstrak).
Metode analisa yang digunakan dalm studi literature ini adalah analisis isi (Content Analisis)
untuk mengidentifikasi dan membedakan tema-tema dari penelitian/jurnal yang telah
diperoleh sehingga dapat memberikan wawasan yang berguna untuk membuka jalan
penelitian selanjutnya mengenai terapi music. Hasil: Literature review ini menunjukan
bahwa metode terapi music mempunyai peranan penting dalam tatalaksana non-farmakologi.
Terapi music ini menunjukkan sebagai salah satu metode yang efektif dalam menurunkan
gejala depresi pada lansia. Simpulan: Literature review ini mendapatkan hasil bahwa
pemberian terapi music Sangat efektif dfalam menurunkan tingkat depresi pada Lansia.

Kata kunci: Depresi, Terapi music, Lansia

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya
Telaah Jurnal (Literatur Review) Terapi Musik Dalam Menurunkan Tingkat Depresi Pada
Lansia telah selesai tepat waktu, penyusunan Literatur review ini diajukan sebagai salah satu
untuk menyelesaikan Tugas stase Keperawatan Gerontik di Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusuna Literatur review ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak,
sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan
ini kami ingin mengucapkan terimakasih dengan tulus kepada:

1. Ibu Lucia Aryanthi, S.Kep., Ners. M.H Kes selaku Koordinator keperawatan
Gerontik Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
2. Bapak M. Iqbal Sutisna, S. Kep., Ners selaku Pembimbing keperawatan Gerontik
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
3. Semua Mahasiswa Profesi Ners Institut Kesehatan Rajawali Bandung kelas E
angkatan tahun 2021 yang telah memberikan motivasi dan kebersamaan dalam
perjuangan ini.

Kami menyadari bahwa laporan Literatur review ini masih jauh dari sempurna.
Kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak sebagai pembelajaran untuk dapat menjadi
lebih baik lagi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
memberikan saran dan pengetahuannya. Terakhir, Kami menantikan tegur dan sapa dari para
pembaca, dengan harapan semoga Literatur ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Juli 2021

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i


ABSTRAK ............................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat Teoritis
1.3.2 Manfaat Praktik

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Depresi merupakan penyakit yang umum di seluruh dunia dan lebih dari 300
juta orang terkena dampaknya. Depresi berbeda dari fluktuasi suasana hati yang biasa
dan respons emosional jangka pendek terhadap tantangan dalam kehidupan sehari-
hari. Terutama dengan intensitas sedang atau berat, depresi dapat menjadi kondisi
kesehatan yang serius. Hal ini dapat menyebabkan orang yang terkena sangat
menderita dan dapat menimbulkan hal yang buruk di tempat kerja, di sekolah dan di
keluarga. Kejadian yang terburuk depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Hampir
800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun (WHO, 2018). World Health
Organization (WHO) telah memperkirakan bahwa pada tahun 2020 depresi akan naik
dari urutan keempat menjadi urutan kedua di bawah penyakit jantung iskemik sebagai
penyebab disabilitas dan beban kesehatan serta menjadi urutan pertama pada tahun
2030. Prevalensi depresi pada lansia di dunia sekitar 8-15%.
Gangguan depresi pada lansia merupakan perhatian yang paling penting bagi
para ahli geriatri. Mengenali depresi pada lansia memerlukan suatu keterampilan dan
pengalaman, karena manifestasi gejala-gejala depresi klasik sering tidak muncul.
Seiring dengan berkembang dan majunya teknologi, metode tatalaksana pada Depresi
telah diteliti dan diuji keberhasilannya di dunia. Salah satu tatalaksana non
farmakologi yang telah di uji keberhasilannya adalah dengan menggunakan terapi
musik.
Musik merupakan salah satu terapi komplementer yang digunakan dalam
pengobatan berbagai penyakit. Terapi musik adalah tipe khusus dari psikoterapi
dalam bentuk interaksi musik dan komunikasi yang digunakan bersama komunikasi
verbal. Terapi musik untuk lansia dapat didefinisikan sebagai kerja sama antara klien
dan terapis dalam mendukung sumber daya fisiologis, mental dan sosial klien dengan
menggunakan musik dan diarahkan pada tujuan, pengetahuan, serta pendekatan
partisipatif (Wosch, 2011). Musik juga merupakan sarana utama yang mampu
membantu mengekspresikan diri secara verbal, merangsang fungsi intelektual
sehingga diharapkan dapat memberikan hal yang positif pada pasien (Guetin 2007).

v
Studi literature ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai berbagai
hasil penelitian tentang terapi musik, kemudian mengevaluasi publikasi ilmiah
sehingga dapat dijadikan bukti/evidence base pactice untuk menentukan tindakan
terbaik bagi pasien.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Mengevaluasi efek sinergis dari kemungkinan musik pada gejala depresi
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menilai efek dari mendengarkan musik yang disukai terhadap depresi
2. Mengeksplorasi efek terapi musik pada depresi dan parameter fisiologis
3. Menilai efektivitas terapi musik pada tingkat depresi kalangan lansia

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Teoritis


Bagi program studi pendidikan profesi Ners, diharapkan literatur ini dapat
dijadikan sebagai perkembangan teori yang dapat diterapkan dalam teori tambahan,
aplikasi dalam asuhan keperawatan dasar, sebagai pengetahuan dan wawasan dalam
upaya menurunkan depresi pada lansia.

1.3.2 Manfaat Praktis


Literatur review ini diharapkan dapat dijadikan sebagai teori yang bisa
dikembangkan luas bagi perawat dalam memodifikasi aplikasi asuhan keperawatan
pada lansia dengan teknik-teknik baru sebagai upaya, menurunkan depresi pada
lansia.

vi
BAB II
METODOLOGI

2.1 Jenis Penelitian


Jenis penulisan yang digunakan adalah literature review. Literature Review
merupakan uraian analisa kritis mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian lainnya
yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dalam
menyusun kerangka pikir yang jelas dari perumusan masalah yang akan diteliti.

2.2 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan literature review ini adalah dengan
mencari literatur – literatur yang dilakukan dengan menggunakan database yaitu
Google Scholar dengan menggunakan keywords: “terapi musik, Depresi, dan Lansia”
dengan rentang tahun terbit dari 2016-2021. Kriteria inklusi yang digunakan untuk
pemilihan studi literature review ini adalah artikel penelitian yang menggunakan
intervensi metode terapi musik dan menganilisis penurunan tingkat depresi pada
lansia. Kriteria eksklusi yang digunakan untuk pemilihan studi literature review ini
adalah artikel penelitian yang tidak dapat diakses penuh teks (hanya abstrak). Metode
analisa yang digunakan dalm studi literature ini adalah analisis isi (Content Analisis)
untuk mengidentifikasi dan membedakan tema-tema dari penelitian/jurnal yang telah
diperoleh sehingga dapat memberikan wawasan yang berguna untuk membuka jalan
penelitian selanjutnya mengenai terapi music.

2.3 Lokasi Waktu


Lokasi yang digunakan untuk melakukan literature review bertempat di
Institut Kesehatan Rajawali. Adapun waktu yang digunakan selama 7 hari, dimulai
dari tanggal 12 Juli sampai dengan 19 Juli 2021.

2.4 Etika Literature Review


Dalam melakukan penulisan ini, struktur penulisan yang harus diperhatikan
meliputi: formulasi permasalahan, pencarian literatur, evaluasi data, analisis dan
interpretasi.

2.4.1 Formulasikan Permasalahan


vii
Merumuskan atau menyusun sesuai topik yang akan diambil dalam bentuk
yang tepat. Dalam pemformulasian masalah yang dibahas, ditulis dalam bentuk
tinjauan pustaka yang mengacu pada jurnal atau hasil studi pustaka. Penulisan
dilakukan secara kronologis dari penelitian–penelitian sebelumnya.

2.4.2 Pencarian Literatur


Proses ini berawal dari pengumpulan jurnal yang berjumlah 5 jurnal. Literatur
dari jurnal yang dikumpulkan harus relevan dengan topik. Screenning dilakukan
untuk memudahkan proses codding yang bertujuan untuk mengevaluasi data yang
muncul sebagai kelolaan sub topik.

2.4.3 Evaluasi Data


Proses ini lebih mengarahkan penulis kepada pengelompokan sub-sub topik
yang dikontribusikan dari hasil codding. Data yang didapatkan dari journal codding
dapat berupa data kualitatif, data kuantitatif maupun data yang berasal dari kombinasi
keduanya. Data yang telah dikelompokan akan dilihat kembali compare (kesamaan)
dan contrast (ketidaksamaan) baik dari segi kelebihan dan kelemahan untuk
mengidentifikasi level of significance yang terdiri dari literatur utama (significant
literature) dan literature penunjang (collateral literature).

2.4.4 Analisis dan Interpretasi


Proses akhir dari penulisan literature review adalah menganalisis dan
menginterpretasikan data dalam sub topik. Pandangan yang kritis diperlukan untuk
memparafrasekan isi sub topik (literature of journal).

2.4.5 Metode Pencarian


Literature Review ini menggunakan 4 (empat) media atau metode pencarian
jurnal, yaitu sebagai berikut:
• www.google.com
• Proquest.com
• Sciencedirect.com

BAB III
viii
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL
Berdasarkan hasil pencarian dari database, diperoleh 1630 buah jurnal dengan
keyword terapi musik, depresi, lansia. Kemudian jurnal diseleksi dengan memasukkan
rentang waktu 2016-2021 didapatkan hasil 750 jurnal. Kemudian jurnal diseleksi
sesuai dengan deskriptor dan masalah yang akan dibahas, yaitu Pengaruh Terapi
Musik Terhadap Penurunan Depresi pada Lansia diperoleh sebanyak 5 jurnal.
Sehingga dalam literatur review ini akan membahas tentang ke 5 jurnal tersebut.

3.1.1 Pengaruh Terapi Musik dan Terapi Dzikir Terhadap Tingkat Depresi
Pada Lansia TNI-AL Pulungan
Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan pendekatan one
group pra-post test design, menggunakan populasi 30 responden dengan besar
sampel 28 lansia yang berusia 60-74 tahun, menggunakan probability sampling
dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah DASS 42
(Depression Anxiety Stress Scale)dan diberikan kepada responden lanisa, dan
dianalisis menggunakan uji Wilcoxon sign test.
Hasil penelitian menunjukkan dari 28 responden sebelum diberikan terapi
musik dzikir sebagian besar (57,1%) mengalami depresi berat dan setelah diberikan
terapi musik dzikir didapatkan setengah dari responden (50,0%) mengalami depresi
ringan. Hasil analisis ρ=0,000 dimana ρ<0,05 TNI-AL Pulungan.

3.1.2 Perbedaan Efektivitas Terapi Musik dan Terapi Dzikir terhadap Depresi
pada Lansia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri
Samarinda
Penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperimen dengan rancangan
Pre and post test Non-Equivalent Control Group Design. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 28
responden yang terdiri 14 orang kelompok terapi musik dan 14 orang kelompok
terapi dzikir. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuisioner Geriatri
Depression Scale. Pengolahan dan analisa data menggunakan analisa univariate
dengan distribusi frekuensi dan analisa bivariate dengan Paired T-Test dan
Independent T-Test
ix
Dari hasil uji bivariate menggunakan Paired t-test menunjukan ada perbedaan
sebelum dan setelah di berikan intervensi, pada kelompok terapi musik diperoleh
hasil 0.000 (p-veleu<0.05), pada kelompok terapi dzikir diperoleh hasil 0.00 (p-
valleu<0.05). Dan hasil uji Independent t-test menunjukan hasil tidak ada perbedaan
yang signifkan antara terapi musik dan terapi dzikir terhadap depresi pada lansia di
UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda, dengan hasil 0.146 (p-
valeu>0.05). Akan tetapi jika dilihat dari selisih rata-rata sebelum dan setelah
diberikan intervensi terapi music lebih efektif dibandingkan terapi dzikir.

3.1.3 Terapi Musik Gamelan Madura Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia
Di Desa Talango
Desain penelitian ini pra eksperimental one- group pra-post test. Populasinya
adalah lansia di desa Talango kecamatan Talango kabupaten sumenep sebanyak 661
orang lansia. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang mengalami
depresi dengan teknik pengambilan sampel Simple Random sebanyak 36 Sampel.
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon tes.
Hasil penelitian tingkat depresi pada lansia di desa Talango sebagian besar
mengalami depresi ringan dan sedang sebelum di berikan terapi musik sebanyak 41,7
%, Tingkat depresi lansia sesudah perlakuan sebagian besar tidak mengalami depresi
(normal) Sebanyak 47.2% dan ada pengaruh terapi musik gamelan madura terhadap
tingkat depresi pada lansia di desa talango. Musik gamelan madura memiliki manfaat
bagi lanjut usia, aspek dari kehidupan lansia yang mendapatkan manfaat dari musik
baik secara fisik maupun psikologis.

3.1.4 Penurunan Tingkat Depresi Lansia Melalui Terapi Musik Instrumental


Penelitian ini adalah pra-eksperimen menggunakan desain pretest-
posttest.Jumlah sampel yang digunakan adalah 25 lansia dengan masalah depresi.
Sampel dalam penelitian inidiambil dengan menggunakan teknik consecutive
sampling yang dianalisis menggunakan uji Wilcoxon.
Analisis menunjukkan bahwa nilai p = 0,014 (nilai p <0,05), yang berarti
bahwa ada pengaruh terapi musik instrumental terhadap tingkat depresi lansia di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

x
3.1.5 Penerapan Terapi Musik Dalam Mengatasi Masalah Depresi Ringan-
Sedang Pada Lansia Dan Keluarga Lansia Di Kota Depok
Metode yang digunakan yaitu metode studi kasus dengan pendekatan praktik
keperawatan berbasis fakta (evidence based nursing practice) pada 10 keluarga lansia
dengan depresi di kota Depok. Instrumen yang digunakan dalam mengukur tingkat
depresi yakni Geriatric Depression Scale (GDS).
Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan tingkat kemandirian
keluarga dan peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan keluarga dalam
mengelola kesehatan anggota keluarga dengan depresi. Selain itu, terapi musik
mampu menurunkan nilai depresi yang dirasakan lansia dengan depresi setelah
dilakukan terapi musik. Terapi musik dapat dijadikan sebagai pilihan intervensi yang
efektif pada area pelayanan keluarga khususnya dengan masalah lansia dengan
depresi.

3.2 Teori yang Terkait dengan Jurnal


3.2.1 Konsep Depresi
3.2.1.1 Pengertian Depresi
Depresi menurut the World Health Organization (2012) merupakan suatu
gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan
atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur,
kurang energi, dan konsentrasi yang rendah. Depresi secara umum didefinisikan
sebagai perasaan sedih dan tidak tertarik pada kehidupan sehari-hari, dan dapat
berkisar dari yang ringan sampai yang parah (Mehmet dan Roizen, 2015). Depresi
adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam yang terjadi setelah mengalami
suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan, misalnya kehilangan seseorang yang
disayangi. Seseorang bisa jatuh dalam kondisi depresi jika ia terus – menerus
memikirkan kejadian pahit, menyakitkan, keterpurukan dan peristiwa sedih yang
menimpa dalam waktu lama melebihi waktu normal bagi kebanyakan orang (Junaidi,
2012). Depresi pada lansia sering tidak terdeteksi, dalam populasi lansia depresi
bervariasi sekitar 19-94%, tergantung kemampuan diagnosis dokter. Klasifikasi dan
diagnosis gangguan depresi pada lansia berdasarkan diagnosis depresi pada populasi
umum dan lebih difokuskan pada kriteria yang sesuai dengan populasi lansia.
Hawari (2007), depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan yaitu afektif dan mood, yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
xi
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan sebagainya. Secara
lengkap gambaran depresi adalah sebagai berikut:
1) Afek disfortik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak ada
semangat, merasa tidak berdaya.
2) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.
3) Nafsu makan berkurang.
4) Berat badan menurun.
5) Ganggaun tidur seperti insomnia (sulit/tidak dapat tidur) atau sebaliknya
hiperinsomnia (terlalu banyak tidur).
6) Konsentrasi dan daya ingat menurun.
7) Agitasi psikomotor (gelisah atau lemah tidak berdaya).
8) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi,
kreatifitas menurun, dan produktifitas menurun.
9) Gangguan seksual (libido menurun)
10) Pikiran pikiran tentang kematian dan bunuh diri.

3.2.1.2 Penyebab Depresi


Azhim (2008) mengemukakan faktor penyebab depresi bisa bersifat internal
maupun eksternal. Adapun faktor-faktor penyebab depresi tersebut adalah :
Sebab-sebab eksternal (dari luar diri manusia) :
1) Lingkungan
Penyebabnya adalah kejadian-kejadian yang terjadi di dunia. Misalnya,
kehilangan sesuatu yang terjadi di dunia, kehilangan sesuaitu yang berharga, baik
orang tercinta maupun kedudukan social.
2) Obat-obatan
Beberapa penelitian membuktikan bahwa sebagian obat-obatan dapat
mengakibatkan perubahan kimiawi dalam otak, yang bisa mengakibatkan efek
samping berupa depresi.
3) Narkotika
Berhenti dari mengkonsumsi obat-obatan psikotoprika, sebagaimana
minuman alkohol, dapat menyebabkan timbulnya depresi. Bahkan, itu terkadang
sampai berkaitan dengan upaya bunuh diri. Begitu juga halnya dengan obat-obat-
obatan yang mempunyai fungsi agar tubuh bisa selalu terjaga dari rasa kantuk yang
biasa digunakan oleh para remaja atau sopir-sopir mobil angkutan untuk membuat
xii
mereka selalu terjaga disepanjang jalan. Obat-obatan ini memiliki bahan amfetamin.
Jika orang berhenti mengonsumsi amfetamin, bisa timbul depresi, sehingga ia akan
mengonsumsi lagi untuk menghilangkan rasa depresi tersebut. Begitu seterusnya,
hingga orang yang kecanduan ini akan selamanya tidak dapat keluar dari
ketergantungan terhadap obat-obatan.
Sebab-sebab internal (yang berkaitan dengan faktor keturunan atau susunan
sel otak, atau juga penyakit- penyakit organik) :
a) Faktor keturunan
Studi medis menetapkan bahwa sebagian manusia berpotensi menderita
depresi.
b) Penyakit-penyakit organik
Misalnya kekurangan hormone kelenjar gondok. Hal ini mengakibatkan
timbulnya penyakit depresi.
c) Sebab-sebab yang tidak diketahui
Terkadang manusia menderita kesedihan tanpa diketahui penyebab yang
jelas. Kebanyakan penyakit ini tidak hanya timbul lantaran pengaruh dari
satu penyebab saja, tetapi juga lantaran reaksi dari beberapa sebab
keseluruhan, yaitu yang bersifat eksternal maupun internal.

3.2.1.3 Macam dan Bentuk Depresi


Menurut Junaidi (2012) Depresi dapat muncul dalam beberapa bentuk, antara
lain :
1) Depresi Situasional
Depresi Situasional adalah depresi yang teradi Setelah mengalami peristiwa sedih
yang berat atau traumatik, seperti kematian orang yang dicintai, mengalami
pemutusan hubungan kerja, kehilangan mata pencaharian secara mendadak,
mengalami kebangrutan dan lain sebaginya
2) Holiday Blues
Holiday Blues adalah depresi yang terjadi ketika seseorang sedang berlibur atau
merayakan suatu moment yang sedih atau mengenang kembali masa lalu yang
pahit, lalu timbul depresi. Depresi jenis ini bersifat sementara, begitu moment
perasaan khususnya selesai, ia akan kembali pulih.
3) Depresi Endogeneus

xiii
Depresi Endogeneus adalah depresi tanpa penyebab yang pasti, tiba-tiba saja
muncul tanpa diketahui faktor pencetusnya.
4) Depresi Vegetatif
Depresi Vegetatif adalah membuat penderita cenderung menarik diri dari
pergaulan, jarang berbicara, tidak mau makan, dan tidak mau tidur, yang
dilakukan hanya melamun dan bingung.
5) Depresi Agitatif
Depresi Agitatif adalah dikatuhui penderitanya yang tampak sangat gelisah,
cemas dengan meremas-remas tangannya serta banyak berbicara, hiperaktif dan
tidak bisa diam.
6) Depresi Distermik
Depresi Distermik adalah depresi yang terjadi karena berhubungan dengan
kepribadian yang nyata. Penderita tampak lusuh, muram, pesimis, tidak suka
becanda, tidak mampu menikmati kesenangan. Penderitanya berlaku pasif,
menarik diri (introvert) , curiga, suka mengkritik, dan seing menyesali dirinya
sendiri. Pikiran penderita dipenuhindengan kekurangan, kegagalan, kecurigaan
dan negatif bahkan menikmati kegagalannya.
7) Depresi Psikotik
Depresi yang sekitar 15% penderitanya mengalami depresi berat yang mengalami
delusi (keyakinan yang salah terhadap sesuatu) atau halusinasi (gangguan pola
pikir seperti melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata). Mereka yakin
telah melakukan dosa atau kejahatan besar yang tidak bisa diampuni atau
mendengar suara-suara yang menuduh mereka telah melakukan kegiatan asusila
yang tidak senonoh atau suara yang mengutuk mereka supaya mati.
8) Gejala Depresi
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR)
(American Psychiatric Association, 2000 dalam Njoto, 2014), seseorang
menderita gangguan depresi jika : lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada
selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa
seseorang sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau ; (2)
kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
1) Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir
setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa)
atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
xiv
2) Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan
sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan
subjektif atau pengamatan orang lain).
3) Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih
dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan).
4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5) Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh
orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).
6) Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
wajar(bisa merupakan delusi), dan mengganggap bahwa sumber dari setiap
masalah adalah dirinya.
8) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat
keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan
orang lain).
9) Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-
kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh
diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.

3.2.1.4 Tingkatan Depresi


Menurut Muslichah (2010), depresi memiliki tiga kriteria yaitu :
1) Depresi ringan ditandai dengan kehilangan minat, kesenangan dan mudah
menjadi lelah
2) Depresi sedang ditandai dengan mengalami kesulitan untuk meneruskan
kegiatan sosial dan pekerjaan
3) Depresi berat ditandai dengan gelisah, tegang kehilangan harga diri,
mengalami gangguan tidur atau insomnia.

3.2.1.5 Penatalaksanaan Depresi


Muslichah (2010), mengungkapkan depresi pada pasien geriatri dapat lebih
efektif diobati dengan kombinasi dari psikoterapi dan farmakoterapi yaitu:
1) Psikoanalitik Psikoterapi

xv
Fokus pada konflik yang baru terjadi dan dinamika pada pasien, menganalisis
problem dengan orang lain atau diri sendiri.
a) Psikotik yang berorientasi insight
Insight merupakan pemahaman pesan terhadap fungsi psikologis dan
kepribadiannya. Pasien diajak memahami kondisi maladaptifnya dengan mengubah
perasaan, respons, perilaku dan hubungan interpersonal menjadi lebih adaptif.
b) Psikotik suportif
Dukungan oleh figure autority (terapis) dg bersikap hangat, bersahabat,
membimbing, memuaskan kebutuhan dependensi pesan, mendukung kemampuan
independensi, mengembangkan hobi dan kesenangan yang positif, dan memberi
nasehat.
1) Psikoterapi kelompok
Klien membuat sebuah kelompok yang terdiri dari 1 kelompok minimal 3
orang, maksimal 15 orang, rata-rata 8–10 orang. Pasien menyampaikan kemampuan
adaptasi dan mekanisme defensi pada kelompok yang kemudian akan dibahas dan
pasien bisa introspeksi kemudian bisa mengubah kondisi maladaptif. Disini terapis
tidak boleh intervensi dalam dinamika kelompok, hanya memfasilitasi terjadinya
interaksi.
2) Latihan relaksasi
Banyak digunakan pada kasus keluhan fisik dengan frekuensi denyut jantung
menurun, tekanan darah menurun, neuromuskular stabil seperti yoga, hipnosis,
relaksasi dengan bimbingan suara (langsung, tape). Mental imagery pasien diajak
relaksasi dengan membayangkan dirinya pada suatu tempat yang menyenangkan.
3) Terapi perilaku
Terapi perilaku ditujukan untuk mengubah perilaku maladaptif dengan
jenjang-jenjang terapi untuk mengatasi depresi dengan menentukan pola tingkah laku
maladaptif (misalnya kecenderungan memandang diri selalu kalah), memperhatikan
dan mengenali perilaku maladaptif pendalaman / meningkatkan daya obyektivitas
terhadap perilaku maladaptif, menetralkan pikiran depresi dengan menyatakan bahwa
pikiran itu khayalan atau palsu.

3.2.1.6 Instrumen penilaian tingkat depresi


Pengukuran tingkat depresi pada lanjut usia digunakan instrument skala
Geriatri Depresion Scale (GDS) yang dikemukakan oleh Brink dan Yesavage (1982)
xvi
dan telah diadopsi dan dibakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Njoto, 2014). Geriatric Depression Scale merupakan instrument untuk menilai
tingkat depresi pada lansia yang dikemukakan oleh Brink dan Yasavage (1982) dan
telah dibakukan oleh Dep Kes RI (2000).
Geriatri Depresion Scale (GDS) yang telah dikemukakan oleh Brink dan
Yasavage (1982) dan telah di bakukan oleh Dep Kes RI (2000) ini terdiri dari 15
pertanyaan dan untuk setiap pertanyaan yang benar diberi skor 1 untuk kemudian
setiap skor yang terkumpul dijumlahkan untuk mengetahui adanya depresi pada lanjut
usia. GDS-15 mempunyai tingkat sensitivitas 80,5% dan spesifitas 75% pada titik
potong 5/6, dengan Structure Clinical Interview for DSM-IV sebagai perbandingan
Menurut Njoto, (2014) Skor yang didapatkan kemudian digunakan untuk mengetahui
tingkat depresi yang dibedakan menjadi empat :
1) Nilai Skor 0-4 = tidak ada gejala depresi
2) Nilai Skor 5-7 = depresi ringan
3) Nilai Skor 8-13 = depresi sedang
4) Nilai Skor 14-15 = depresi berat

3.2.2 Konsep Lansia


3.2.2.1 Pengertian Lansia
Menurut pengertian dari gerontologi, lanjut usia adalah suatu tahapan dalam
hidup manusia yang dimulai dari fase bayi, anak-anak, remaja, tua dan lanjut usia.
Lansia bukanlah suatu penyakit melaikan suatu proses alami yang terjadi dikehidupan
manusia yang tidak bisa dihindari, tidak ada batasan yang pasti mengenai umur lansia
(Nugroho, 2008). Lanjut usia dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua
orang dapat mencapai usia tersebut, pertambahan usia yang terjadi pada lansia dapat
menimbulkan perubahan struktur dan fisiologis dari sel, jaringan organ dan sistem
yang ada di dalam tubuh manusia (Mubarak,Cahyatin, Santoso, 2012)
Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan BAB I pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas (Nugroho, 2008). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan
lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45
sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah kelompok usia 60 sampai 74 tahun,
lanjut usia tua (old) adalah kelompok usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua

xvii
(very old) yaitu kelompok usia di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Departemen
Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
1) Kelompok usia menjelang usia lanjut yaitu 45-54 tahun, disebut sebagai masa
vibrilitas.
2) Kelompok usia lanjut yaitu 55-64 tahun, disebut masa presenium.
3) Kelompok usia lanjut yaitu lebih dari 65 tahun, disebut masa senium
(Mubarak,Cahyatin, Santoso., 2012).

3.2.2.2 Karakteristik Lansia


Menurut Keliat (1999, dalam Maryam, 2008) Lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut : berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 dengan Undang-
Undang nomer 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia), kebutuhan dan masalah
yang bervariasi dari rentang sehat, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,
serta dari kondisi adaptif sampai kondisi maladaptif, dan lingkungan tempat tinggal
yang bervariasi. Selain itu, dijabarkan pula karakteristik lansia berdasarkan demografi
yaitu sebagai berikut :
1) Umur
Komposisi penduduk menurut umur merupakan cermin proses demografi
masa lalu sekaligus juga memberikan gambaran perkemangan penduduk masa depan
sebagai akibat dari proses kelahiran dan kematian. Kelompok sasaran yang saat ini
menjadi perhatian pemerintah adalah usia 60 tahun keatas atau penduduk lanjut usia
(Lansia).
Jenis Kelamin
Menurut jenis kelamin, jumlah lansia perempuan sebesar 10,44 juta orang
atau 54,03% dari seluruh penduduk lansia, dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan
dengan laki-laki yang hanya 8,88 juta orang atau 45,97% dari seluruh penduduk
lansia (KomNas lansia,2010)
1. Tingkat Pendidikan
Pelayanan pendidikan merupakan salah satu upaya meningkatkan
kesejahteraan sosial lanjut usia (Lansia). Hal ini diatur dalam Undang-Undang No.13
tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Sebagai implementasinya dituangkan
dalam peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa upaya pelayanan pendidikan
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan,
dan pengalaman lansia potensial sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Upaya
xviii
meningkatkan kesejahteraan sosial lansia ini diselenggarakan oleh pemerintah dan
masyarakat secara besama-sama. Hasil Susenas tahun 2009 memperlihatkan
pendidikan penduduk lansia yang relatif masih rendah, yaitu tidak/belum pernah
sekolah dan tidak tamat SD. Penduduk lansia yang tamat SD hanya sebesar (23,01%),
lansia yang tamat SMP sebesar (5,85%), SMA sebesar (6,83%) dan perguruan tinggi
(PT) sebesar (2,51%).

3.2.2.3 Tugas Perkembangan pada Lansia


Menurut Erickson (1999, dalam Maryam, 2008) kesiapan lansia untuk
beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan lansia dipengaruhi
oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap
tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik
serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya maka pada usia
lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap
perkembangan selanjutnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai
berikut:
1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang mulai menurun
2) Mempersiapkan diri untuk pension
3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4) Mempersiapkan kehidupan baru
5) Melakukan penyesuaian kehidupan masyarakat dengan santai
6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan pasangannya.

3.2.2.4 Jenis penyakit pada lansia


Menurut Maryam (2008), masalah penyakit kesehatan pada lansia tentu saja
berbeda sesuai dengan jenjang umur yang lainnya karena penyakit penyakit pada
lansia juga merupakan penggabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat dari
penyakit dan proses dari menua seperti proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti sel serta
mempertahankan struktur dan fungsinya secara normal. Karakteristik dari penyakit
yang di alami oleh lansia di Indonesia, adalah :
1) Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis,
osteoarthritis.
xix
2) Penyakit kardiovaskuler, misalnya hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigleserida tinggi, anemia, penyakit jantung coroner
3) Penyakit pencernaan, yaitu gastritis, ulkus peptikum.
4) Penyakit urogenital, seperti infeksi saluran kemih (ISK), gagal ginjal
akut/kronis, benigna prostat hiperplasia.
5) Penyakit metabolik/endokrin, misalnya diabetes militus, obesitas.
6) Penyakit pernafasan, misalnya asma, TB paru.
7) Penyakit keganasan, misalnya carsinoma/kanker
8) Penyakit lainnya, seperti sinilis, pikun, dimensia, alzeimer, parkinson, dsb.

3.2.2.5 Masalah-masalah kesehatan yang bisa muncul pada lansia


1) Immobility (kurang bergerak) dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor
lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan
penyakit jantung.
2) Instability (tidak stabil/mudah jatuh, dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang
berkaitan dengan tubuh penderita), baik karena proses menua,penyakit maupun
eksterinsik (yang berasalo dari luar tubuh) seperti obat- obatan tertentu dan faktor
lingkungan yang berakibat pada timbulnya rasa sakit, cidera, patah tulang yang
dapat membatasi pergerakan lansia. Keadaan ini juga akan menyebabkan
timbulnya gangguan psikologik yang berupa hilangnya harga diri dan perasaan
takut.
3) Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni yang tidak disadari oleh lansia
dan ferkuensinya pun sering. Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi
sebenarnya tidak di kehendaki oleh lansia dan keluarganya, hal inilah yang
membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan sering buang air
tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan.
4) Intellectual impairment (gangguan intelektual/dimensia), merupakan kumpulan
gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup
berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari lansia.
5) Infection (Infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada
lansia, karena sering juga dijumpai dengan gejala-gejala yang tidak khas yang
dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.

xx
6) Impairment of vision and hearing, taste, smell, comunication, convalencnce, skin
integrity (gangguan pada indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit),
merupakan akibat dari proses menua dimana semua panca indera mengalami
pengurangan fungsi, demikian juga yangterjadi di saraf, otak dan otot-otot yang
digunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi kering, rapuh dan mudah
rusak dengan trauma yang minimal.
7) Impaction (konstipasi/sulit buang air besar) sebagai akibat dari kurangnya
pergerakan lansia, makanan yang dimakan kurang mengandung serat, kurang
minum dan lain sebaginya.
8) Isolation (depresi), sebagai akibat dari perubahan sosial, bertambahnya jenis
penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul
adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik
saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan
pecernaan, dan lain-lain.
9) Kurang gizi, dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makan
yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena
kemiskinan, gangguan panca indera, sedangkan yang dari faktor kesehatan adalah
berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan dan lainnya.
10) Tidak punya uang, semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan akan semakin berkurang, sehingga yang tidak
dapat bekerja maka tidak akan memiliki penghasilan.
11) Latrogenesis (penyakit yang diakibatkan oleh obat- obatan), sering dijumpai pada
lansia-lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan
dalam jangka waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan
menyebabkan timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh obat-obatan.
12) Insomnia (gangguan tidur), sering dialami oleh lansia, dimana mereka sulit untuk
bisa memulai tidur , tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan
banyak mimpi, jika terbangun susah untuk tidur kembali, terbangun di dini hari
serta lesu setelah bangun di pagi hari.
13) Immune deficiency (menurunnya daya tahan tubuh), merupakan salah satu akibat
dari proses menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari proses
penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.Impotence (Impotensi), merupakan
ketidakamampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup
xxi
untuk melakukan senggama yang memuaskan yang bisa terjadi paling sedikit 3
(tiga) bulan, hal ini disebabkan kerena terjadi hambatan aliran darah ke dalmalat
kelamin sebagai adanya ke kakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena
proses menua ataupun penyakit.

3.2.2.6 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


Menurut Stanley & Beare (2007) ada 2 perubahan yang dapat terjadi pada lansia
yaitu :
1) Penuaan pada sistem kardiovaskular, dengan meningkatnya usia, jantung dan
pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional.
Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat
dan dengan awitan yang tidak disadari. Biasanya, ukuran jantung seseorang
tetap proporsional dengan berat badan. Ketebalan dinding ventrikel kiri
cenderung sedikit meningkat dengan penuaan karena adanya peningkatan
densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat-serat elastis. Sistem aorta dan arteri
perifer juga menjadi kaku dan tidak lurus akibat peningkatan serat kolagen dan
hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Peningkatan kekakuan dan
ketebalan dinding pembuluh darah akibat penuaan ini disebut aterosklerosis
(Stanley & Beare, 2007).
2) Penuaan pada sistem neurologis, sistem neurologis terutama otak, adalah suatu
faktor utama dalam penuaan yang adaptif. Neuron-neuron menjadi lebih
kompleks dan tumbuh seiring pertambahan usia, tetapi neuron-neuron tersebut
tidak dapat mengalami regenerasi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
walaupun neuron mengalami kematian, hubungan di antara sel yang tersisa
meningkat dan mengisi kekosongan tersebut. Keadaan ini mendukung
kemampuan lansia untuk terus terlibat dalam tugas-tugas kognitifnya seperti
yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, walaupun secara perlahan-lahan
(Stanley & Beare, 2007).

3.2.2.7 Tipe-tipe lansia


Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tingal bersama anaknya, tipel-tipe lansia menurut Nugroho (2012) yaitu :
1) Tipe Arif Bijaksana : yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, dan menjadi panutan.
xxii
2) Tipe Mandiri : yaitu tipe yang bersifat selektif terhadap pekerjaan, dan
mempunyai kegiatan.
3) Tipe Tidak Puas : yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan
dan kehilangan jabatan.
4) Tipe Pasrah : yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5) Tipe Bingung : yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.

3.2.3 Konsep Terapi Musik


3.2.3.1 Pengertian Terapi Musik
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata “terapi”
berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong
orang lain. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik atau
mental. Kata “musik” dalam terapi musik digunakan untuk menjelaskan media yang
digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Terapi Musik adalah suatu usaha
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan
suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni bemtuk dan juga gaya yang diolah
hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental
(Musbikin,2009).
Musik adalah terapi yang bersifat nonverbal. Dengan bantuan musik pikiran
klien dibiarkan mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang membahagiakan,
membayangkan ketakutanketakutan yang dirasakan, mengangankan hal-hal yang
diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung mencoba menguraikan permasalahan
yang dihadapi. Seorang terapis musik akan menggunakan musik dan aktivitas musik
untuk memfasilitasi proses terapi dalam membantu kliennya (Djohan, 2006).

3.2.3.2 Macam-Macam jenis Musik


Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi juga semakin
meningkatkan jenis musik seperti musik rock, country, jazz, musik klasik, R&B dan
lain sebaginya. Sebagian dari musik ini dapat digunakan untuk merangsang
kecerdasan, walau demikian bukan berarti musik lain tidak berepenauh sama sekali
(Satiadarma, 2004). Jenis musiknya seperti :
1) Klasik
xxiii
Musik klasik adalah musik yang indah yang intelektual yang selalu dinikmati
(Hampir dari semua zaman) . Musik klasik ini berasal dari daerah eropa yang ada
pada tahun 1750 - 1825. Dalam Jurnal Oleh Marzuki (2014) Yang Berjudul
“Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia di Unit
Rehabilitas Sosial Wening Wardoyo Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang”
menunjukan ada pengaruh yang artinya musik klasik dapat digunakan sebagai musik
untuk mengurangi kejadian depresi.
2) Jazz
Musik Jazz adalah jenis musik yang tumbuh dari penggabungan blues,
ragtime, dan musik Eropa, terutama musik band. Seperti yang sudah dikatakan tadi
akan ada beberapa genre dalam sebuah lagu yang pada akhirnya akan didefinisikan
menjadi sebuah genre. Dalam musik jazz alat musik yang biasanya sering ada adalah
gitar, trombon, piano, trompet, dan saksofon . nada nada dari musik jazz memiliki ciri
khas yang unik dalam permainanya, terkadang tidak semua orang yang bisa
menikmati musik musik jazz.
3) Blues
Blues adalah sebuah aliran musik vokal dan instrumental yang berasal dari
Amerika Serikat (AS). Musik blues berangkat dari musik-musik spiritual dan pujian
yang muncul dari komunitas mantan budak-budak Afrika di AS. Penggunaan blue
note dan penerapan pola call-and-response (di mana dua kalimat
diucapkan/dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dan kalimat keduanya bisa
dianggap sebagai “jawaban” bagi kalimat pertama) dalam musik dan lirik lagu-lagu
blues adalah bukti asal usulnya yang berpangkal di Afrika Barat.
4) Country
Genre Country adalah campuran dari unsur-unsur musik Amerika yang berasal
dari Amerika Serikat Bagian Selatan dan Pegunungan Appalachia. Musik ini berakar
dari lagu rakyat Amerika Utara, musik kelt, musik gospel, dan berkembang sejak
tahun 1920-an.
5) Techno
Genre Techno adalah aliran Musik yang menggunakan tema futuristik. Musik
Techno juga dipakai di Club-Club malam dan biasanya Musik ini dimainkan oleh
seorang DJ. Musik ini tidak dimainkan dengan alat musik tradisional seperti Gendang,
Gitar, Sasando, dll. Dia menggunakan alat musik Digital seperti Dj Maker yang biasa

xxiv
dipakai untuk me-remix musik yang sudah ada menjadi musik yang bertema
Futuristik.
6) Reggae
Reggae merupakan irama musik yang berkembang di Jamaika. Reggae
mungkin jadi bekas di perasaan lebar ke menunjuk ke sebagian terbesar musik
Jamaika, termasuk Ska, rocksteady, dub, dancehall, dan ragga. Barangkali istilah pula
berada dalam membeda-bedakan gaya teliti begitu berasal dari akhir 1960-an. Reggae
berdiri di bawah gaya irama yang berkarakter mulut prajurit tunggakan pukulan,
dikenal sebagai “skank”, bermain oleh irama gitar, dan pemukul drum bass di atas tiga
pukulan masing-masing ukuran, dikenal dengan sebutan “sekali mengeluarkan”.
Karakteristik, ini memukul lambat dari reggae pendahuluan, ska dan rocksteady.
7) R&B
R&B adalah genre musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan
blues, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika-Amerika. Pada tahun
1948, perusahaan rekaman RCA Victor memasarkan musik kaum kulit hitam yang
disebut Blues and Rhythm. Pada tahun yang sama, Louis Jordan mendominasi lima
besar tangga lagu R&B dengan tiga lagu, dan dua dari lagunya berdasar pada ritme
boogie-woogie yang terkenal pada tahun 1940-an.

8) Rap
Rap adalah salah satu unsur musik hip-hop. Rap merupakan teknik vokal yang
berkata-kata dengan cepat, sementara pelakunya disebut rapper. Biasanya, rap diiringi
oleh DJ maupun sebuah band.
9) Death metal
Death metal adalah sebuah sub-genre dari musik heavy metal yang
berkembang dari thrash metal pada awal 1980-an. Beberapa ciri khasnya adalah lirik
lagu yang bertemakan kekerasan atau kematian, ritme gitar rendah (downtuned
rhythm guitars), perkusi yang cepat, dan intensitas dinamis. Vokal biasanya
dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt) atau geraman maut (death growl). Teknik
menyanyi seperti ini juga sering disebut “Cookie Monster vocals”.
10) Dangdut
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di
Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam
evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik
xxv
India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi).
Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya
pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga
bentuk pemasarannya.
11) Funk
Funk yaitu suatu aliran musik yang memiliki kandungan unsur musik tarian
Afrika-Amerika. Biasanya musik funk bisa dikenali melalui ritme yang kerap
terpotong singkat, bunyi gitar ritme yang tajam, perkusi yang menguasai, dampak jazz
yang kuat, irama-irama yang di pengaruhi musik Afrika, dan kesan senang yang
dijumpai waktu mendengarnya.
12) Rock
Rock, dalam artian yang paling luas, mencakup nyaris seluruhnya musik pop
mulai sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal, rock and roll, yaitu kombinasi
dari beragam genre diakhir 1940-an, Hal semacam ini lalu didengar oleh orang di
semua dunia, serta pada pertengahan 1960-an sebagian group musik Inggris,
umpamanya The Beatles, mulai mengikuti serta jadi popular. Musik rock lalu
berkembang jadi psychedelic rock, lalu jadi progressive rock.

13) Pop
Musik pop adalah genre penting namun batas-batasnya sering kabur, karena
banyak musisi pop dimasukkan juga ke kategori rock, hip hop, country, dsb.
14) Instrumental
Instrumental adalah komposisi atau rekaman musiktanpa lirik atau musik
vokal dalam bentuk apapun semua musik dihasilkan melalui alat musik.

3.2.2.3 Manfaat terapi musik


Muttaqin (2008), manfaat musik adalah sebagai berikut :
1) Musik sebagai hiburan
Musik dapat mempengaruhi hidup sesorang, hanya dengan musik suasana
ruang hati seseorang dapat dipengaruhi. Entah apakah suasana bahagia ataupun seih,
tergantung pendengar itu sendiri. Musik dapat memberi semangat pada jiwa yang
lelah, resah dan lesu. Apalagi jika seseorang sedang jatuh cinta, musik seakan-akan
menjadi kekuatan untuk menyemangati perjalanan cinta seseorang.
2) Musik sebagai terapi kesehatan
xxvi
Musik dapat menjadi alat alternatif terapi kesehatan, ketika seseorang
mendengarkan musik gelombang listrik yang ada diotaknya dapat diperlambat atau
dipercepat dan pada saat yang sama kinerja system tubuh pun mengalami perubahan.
Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stres atau
depresi seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan
memiliki kaitan erat dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik
kesukaannya seseorang akan mampu terbawa dalam suasana hati yang baik dalam
waktu sigkat.
3) Musik mempengaruhi kecerdasan
Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia. salah
satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan seuah musik yang memiliki
kemampuan untuk meningkatkan intelegensia. Seorang bu hamil terbuai seakan
terbuai oleh alunan musik yang ia dengarkan diperutnya. Hal ini dimaksudkan agar
kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan pada musik. Dengan cara tertentu,
otak pun akan menstimulasi untuk belajar segala sesuatu lewat nada-nada musik.
Selain itu musik- musik berirama klasik yang dianjurkan banyak pakar buat ibu hamil
dan si bayi, yaitu bisa mencerdaskan bayi dan juga bisa memberi ketenangan buat si
ibu yang sedang hamil.
4) Musik dan kepribadian
Musik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang. Bagi orang yang
gemar berolahraga musik dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan olahraga
yang lebih baik. Untuk selanjutnya pada saat berolahraga musik dapat membantu
olahragawan meningkatkan daya tahan tubuh dan menngkatkan mood dan
mengalihkan olahragawan dari setiap pengalaman yang tidak menyenangkan selama
berolahraga. Jenis musik ini terbaik adalah musik denga tempo tinggi seperti : hip
hopatau musik dansa (Mutaqin, 2008).

3.2.2.4 Waktu yang dibutuhkan dalam pemberian Terapi Musik


Sebuah musik dapat saja terdengar lembut dan tenang walaupun
diperpanjang selama berjam-jam dan tidak dibuat macam-macam, sebenarnya sebuah
nada dengan sendirinya telah membawa aliran gelombang yang mempengaruhi
pikiran dan tubuh dalam berbagai tingkatan (Djohan, 2006). Idealnya peneliti dapat
melakukan terapi musik selama kurang lebih 30 menit hingga satu jam setiap hari,
xxvii
namun jika tidak memiliki cukup waktu maka terapi ini dapat dilakukan 10-15 menit,
karena selama waktu 10-15 menit telah membantu pikiran responden beristirahat
(Wijayanti, 2012).

3.2.2.5 Hal yang perlu diperhatikan dalam terapi musik


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam terapi musik yaitu hindari intrupsi
yang diakibatkan cahaya remang-remang dan hindari menutup gorden atau pintu,
usahakan klien untuk tidak menganalisa musik dengan prinsip nikmati musik
kemanapun musik membawa dan gunakan jenis musik sesuai dengan kesukaan klien.
Upayakan untuk tidak menggunakan jenis musik rock and roll, disco, metal dan
sejenisnya. Karena jenis musik tersebt memiliki karakter yang berlawanan dengan
irama jantung manusia (Wijayanti, 2012).

3.3 PEMBAHASAN
Hasil studi literature yang akan diuraikan meliputi terapi musik, depresi pada
lansia, pentingnya terapi musik untuk lansia, dampak depresi pada lansia, efek terapi
musik untuk menurunkan depresi pada lansia.
3.3.1 Pengaruh Terapi Musik Dzikir Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia
TNI-AL Pulungan
Proses penuaan merupakan alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis, maupun psikologis. Salah satu masalah proses psikologis yang terjadi pada
tahap tua adalah depresi. Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam
yang terjadi setelah mengalami suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan, misalnya
kehilangan seseorang yang disayangi. Seseorang bisa jatuh dalam kondisi depresi jika
ia terus – menerus memikirkan kejadian pahit, menyakitkan, keterpurukan dan
peristiwa sedih yang menimpa dalam waktu lama melebihi waktu normal bagi
kebanyakan orang (Junaidi, 2012). Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah
konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan
pelayanan kesehatan (Nugroho, 2008).

xxviii
Adapun upaya penanganan secara farmakologis dapat diatasi dengan
menggunakan obat-obatan analgesic. Sedangkan penatalaksanaan non farmakologis
terhadap depresi dapat dilakukan dengan berbagai cara, meliputi pendekatan
psikodinamik, psiko internal, terapi perilaku, terapi humanistic- eksistensial, terapi
kognitif Beck dan terapi music dzikir. Terapi music dzikir digunakan sebagai salah
satu terapi pengobatan. Music dzikir dapat mendatangkan ketenangan bisa jadi terapi
yang di dapat diartikan sebagai pengobatan. Music dzikir memiliki aspek terapeutik,
sehingga dzikir digunakan untuk penyembuhan, menenangkan, dan memperbaiki
kondisi fisik dan fisiologis lansia. Hal ini dikarenakan doa dan dzikir mengandung
unsur spiritual yang membangkitkan harapan (hope) dan rasa percaya diri (self
confidence) pada diri seseorang yangs edang sakit sehingga kekebalan tubuh serta
proses penyembuhan dapat meningkat.
Tingkat depresi pada lansia diRT 3 RW 2 Rumah Dinas TNI-AL Pulungan
sebelum diberikan terapi musik dzikir, bahwa dari 28 responden sebagian besar
dariresponden 16 (57,1%) responden mengalami depresi berat. Hal ini dikarenakan
kondisi psikis seorang lansia yang lebih banyak beridam diri dirumah, jarang
bersosiali sesama tetangga, mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan
keluarga ataupun lansia yang bercerai atau berpisah akan lebih merasakan khawatir
jika memikirkan masalah, dan seringkali mencemaskan terhadap suatu hal karena
tidak mempunyai sesorang untuk bertukar pikiran atau sekedar untuk bererita tentang
masalah yang sedang dihadapi.
Tingkat depresi pada lansia di RT 3 RW 2 Rumah Dinas TNI-AL Pulungan
sesudah diberikan terapi musik dzikir, bahwa dari 28 responden setengah dari
responden 14 responden (50,0%) mengalami depresi ringan. Hal ini dikarenakan doa
dan dzikir mengandung unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan dan rasa
percaya diri pada seseorang yang sedang sakit sehingga kekebalan tubuh serta proses
penyembuhan dapat meningkatdan memberikan dampak positif bagi tubuh.
Berdasarkan kajian terhadap artikel,penulis menyimpulkan didapatkan bahwa
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik dzikir menunjukkan hampir seluruh
responden responden 82% mengalami penurunan tingkat kecemasan, sebagian kecil
dari responden 18% menunjukkan tidak ada perubahan tingkat depresi sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik dzikir dan tidak ada satupun responden (0%) yang
mengalami peningkatan tingkat depresi setelah diberikan terapi musik dzikir. Hal ini

xxix
dikerenakan respon positif yang diterima dan mengalir keseluruh tubuh yang akan
membuat kekebalan imun pada tubuh meningkat.
Hasil: bahwa terapi music dzikir mampu menurunkan tingkat depresi pada
lansia, ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah angka depresi sebelum diberikan
terapi music. Dzzikir awalnya mengalami depresi berat berjumlah 57,1 % ( 28
responden), dan setelah diberikan terapi music dzikir mengalami penurunan menjadi
50 % menjadi depresi ringan.

3.3.2 Perbedaan Efektivitas Terapi Musik dan Terapi Dzikir Terhadap Depresi
Pada Lansia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda
Pada tahap lanjut usia akan semakin tinggi resiko terjadinya masalah
kesehatan. Masalah yang umum terjadi seperti penurunan fungsi fisik, penurunan
berat badan secara drastic, kehilangan pasangan hidup, sehingga berdampak stress
kronis sehingga dapat menyebabkan depresi. Depresi merupakan gangguan emosional
yang sifatnya berupa perasaan tertekan, tidak merasa bahagia, sedih, merasa tidak
berharga dan tidak mempunyai semangat. Pengobatan non farmakologi dapat
digunakan untuk depresi yaitu dengan menggunakan terapi komplementer seperti
terapi music dan dzikir.
Terapi dzikir merupakan salah satu bentuk psikoterapi dari terapi spiritual
yang dapat membantu memberikan rasa tenang, mengurangi depresi. Dzikir dapat
dilakukan oleh hati dan juga lisan yang berupa tasbih kepada Allah SWT,
mensucikan, memuji, menyanjung dan menyifatiNya dengan segalan keagungan,
kesempurnaan serta keindahan (Sabriq, 2009).
Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu dari total 28 responden
yang terbagi menjadi 2 kelompok , yaitu kelompok terapi musik dan kelompok terapi
dzikir. Kelompok terapi musik jumlah respondennya sebanyak 14 lansia. Rata-rata
usia responden pada kelompok terapi musik adalah 70 tahun, , usia responden
termuda adalah 64 tahun dan usia responden tertua adalah 74 tahun. Jumlah
responden perempuan adalah 9 orang (64%) dan responden laki-laki adalah 5 orang
(36%). Sedangkan kelompok terapi dzikir jumlah respondennya sebanyak 14 lansia.
Rata-rata usia responden pada kelompok terapi dzikir adalah 69 tahun, usia responden
termuda adalah 63 tahun dan usia responden tertua adalah 74 tahun. Jumlah
responden perempuan adalah 7 orang (50%) dan responden laki-laki adalah 7 orang
(50%).
xxx
Rata-rata depresi Kelompok terapi musik sebelum diberikan terapi adalah
10.71, dimana skor depresi terendah adalah 8 dan skor depresi tertinggi adalah 13.
Sedangkan rata-rata depresi kelompok terapi musik setelah diberikan terapi adalah
6.64, dimana skor depresi terendah adalah 4 dan skor depresi tertinggi adalah 9.
Rata-rata depresi pada kelompok terapi dzikir sebelum diberikan terapi adalah
9.00, dimana skor depresi terendah adalah 6 dan skor depresi tertinggi adalah 13.
Sedangkan rata-rata depresi kelompok terapi dzikir setelah diberikan terapi adalah
5.71, dimana skor depresi terendah adalah 4 dan skor depresi tertinggi adalah 9
Rata-rata skor depresi lansia sebelum diberikan terapi pada kelompok terapi
musik adalah 10.71 dan rata-rata skor depresi lansia setelah diberikan terapi musik
adalah 6.64 dengan T 14.216. Hasil uji statistic didapatkan hasil p- value = 0.000
(p<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-
rata depresi sebelum dan setelah diberikan terapi pada kelompok terapi musik yang
berarti Ho ditolak. Serta diyakini 95% skor depresi pada lansia sebelum diberikan
terapi berada antara 3.453 sampai dengan 4.690.
Rata-rata skor depresi lansia sebelum diberikan terapi pada kelompok terapi
dzikir adalah 9.00 dan rata-rata skor depresi pada lansia setelah diberikan terapi
adalah 5.71 dengan T 10.796. Hasil uji statistic didapatkan hasil p- value = 0.000
(p<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-
rata depresi sebelum dan setelah diberikan terapi pada kelompok terapi dzikir yang
berarti Ho ditolak. Serta diyakini 95% skor depresi pada lansia sebelum diberikan
terapi berada antara 2.628 sampai dengan 3.943.
Dari hasil uji statistic didapatkan hasil selisih rata-rata depresi pada kelompok
terapi musik adalah 4.07. Sedangkan hasil selisih rata-rata pada kelompok terapi
dzikir adalah 3.50. Hasil p- valeu .146 (p>0.05), maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ho diterima sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara terapi musik dan kelompok terapi dzikir terhadap depresi pada lansia.
Berdasarkan hasil statistic terdapat perbedaan rata-rata depresi pada kelompok terapi
musik, sebelum diberikan terapi mean 10.71 dan setelah diberikan terapi mean 6.64 ,
dapat diketahui selisih rata-rata depresi lansia sebelum dan setelah diberikan terapi
sebesar 4.07. Sedangkan perbedaan rata-rata depresi pada kelompok terapi dzikir,
sebelum diberikan terapi mean 9.00 dan setelah diberikan terapi mean 5.71, dapat
diketahui selisih rata-rata depresi lansia sebelum dan setelah diberikan terapi sebesar

xxxi
3.50. Maka dapat dikatakan bahwa terapi musik lebih efektif daripada terapi dzikir
terhadap depresi lansia.

3.3.3 Terapi Musik Gamelan Madura Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di
Desa Talango
WHO (World Health Organization) menyatakan depresi merupakan suatu
gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, berkurangnya minat,
perasaan selalu bersalah atau merasa harga diri rendah, nafsu makan berkurang,
terjadi gangguan tidur, lemas, serta konsentrasi berkurang. Depresi dapat
menyebabkan bunuh diri. 80% lansia depresi yang menjalani pengobatan dapat
sembuh kembali dan dapat menjalani hidup dengan baik, namun 90% lansia yang
mengalami depresi mengabaikan bentuk pengobatan tersebut. Depresi terjadi pada
usia lebih tua serta rendahnya dukungan keluarga. Terjadinya depresi pada lansia
cukup tinggi, terajdi pada angka 12-36% lansia menjalani rawat jalan yang disebbakan
karena terjadi depresi.
Terapi music merupakan sekumpulan bunyi yang dimainkan diantaranya
melodi, ritme, harmoni, warna, bentuk, dan gaya ketika music diaplikasikan menjadi
sebuah terapi, dimana music dapat memulihkan, memelihara kesehatan
bio,psiko,sosio, dan kultur bagi individu. Gamelan Madura merupakan pungutan alat
music dari Gamelan Jawa yang diciptakan kaum bangsawan keratin yang identic
dengan adat jawa.
Setelah dikaji oleh penulis, jurnal ini Desain penelitian ini pra eksperimental
one- group pra-post test. Populasinya adalah lansia di desa Talango kecamatan
Talango kabupaten sumenep sebanyak 661 orang lansia. Sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian lansia yang mengalami depresi dengan teknik pengambilan sampel.
Simple Random sebanyak 36 Sampel.
Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa, tingkat depresi pada lansia
yang belum di lakukan perlakuan terapi musik gamelan madura antara depresi ringan
dan depresi sedang memiliki persentase yang sama yaitu 41,7 % atau sebanyak 15
orang, persentase sebesar 16,7% adalah jumlah dari persentase depresi berat Hasil ini
menunjukkan adanya kebutuhan yang tidak di rasakan untuk menetapkan tingkat
psikologis identifikasi lansia dengan tingkat depresi, tampa menuntuk pemeliharaan
kesehatan pada kondisi penyakitnya. Lansia rentan mengalami depresi karena secara

xxxii
fisiologis lansia mengalami penurunan kemampuan dalam mempertahankan hidup,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta fungsi biologis menurun.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat depresi setelah di
berikan terapi musik gamelan madura sesudah dilakukan perlakuan mengalami
perubahan dengan persentase tertinggi 47.2 % atau 17 orang tidak mengalami depresi
(normal) dan 44.3 atau 16 orang mengalami depresi ringan dan 8.3% atau 3 orang
mengalami depresi sedang. Setelah dilakukan terapi music gamelan madura pada
lansia menyatakan bahwa lansia merasa kondisinya lebih tenang dengan hidupnya,
merasakan hidup yang berarti serta berharga, karena masih banyak orang yang
nasibnya tidak lebih baik dari mereka, hal ini menunjukkan bahwa manfaat terapi
musik klasik dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia.
Dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi musik
gamelan madura terhadap tingkat depresi pada lansia di desa talango menunjukan
hasil yang signifikan dari semua lansia yang di berikan terapi music gamelan madura
berhasil menurunkan tingkat depresinya. Sebelum dan sesudah (pre dan post)
diperlakukan terapi musik gamelan. Sebelum diperlakukan terapi musik gamelan
tingkat depresi ringan dan berat sama banyak sebanyak 15 orang (41,7%) dan sesudah
diperlakukan terapi musik gamelan sebagian besar responden tingkat depresinya
menjadi normal sebanyak 17 orang (47,7%). Hal tersebut menggambarkan
keberhasilan terapi musik gamelan terhadap tingkat depresi pada lansia di Desa
Talango Kecamatan Talango.
Kesimpulan: Tingkat depresi pada lansia di desa Talango sebagian nesar
mengalami depresi rringan dan sedang. Sebelum diberikan terapi music sebanyak 41,7
% tingkat depresi lansia sesudah perlakuan sebagian besar tidak mengalami depresi
(normal)sebanyak 47,2% di nada pengaruh terapi music gamelan Madura terhadap
tingkat depresi pada lansia di desa Talango. Music gamelan memiliki manfaat bagi
usia lanjut, aspek kehidupan lansia yang mendapatkan manfaat dari music baik secara
fisisk maupun psikologis.

3.3.4 Penurunan Tingkat Depresi Lansia Melalui Terapi Musik Instrumental


Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki usia 60
tahun keatas dans ebagai tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok usia
ini akan terjadi suatu proses prkembangan normal yang akan dialami oleh setiap

xxxiii
individu yang mencapai usia lanjut. Hal ini tersebut merupakan suatu kenyataan yang
tidak dapat dihindari oleh setiap manusia (Notoatmodjo, 2014).
Depresi adalah gangguan mental serius yang ditandai dengan perasaan sedih
dan cemas. Depresi tidak sering terdeteksi pada lansia karena dianggap sebagai akibat
dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami lansia. . Jika tidak diobati, itu
bisa menjadi kondisi yang fatal, salah satunya adalah upaya bunuh diri. Banyak terapi
yang digunakan untuk mengobati depresi pada lansia, seperti terapi music
instrumental.
Setelah dikaji oleh penulis, jurnal penelitian ini pra-eksperimen menggunakan
desain pretest-posttest.Jumlah sampel yang digunakan adalah 25 lansia dengan
masalah depresi. Tingkat depresi pada lansia di Ruang Sahadewa RSJ Provinsi Bali
sebelum diberikan terapi musik instrumental (pretest) sebagian besar berada pada
kategori sedang, yaitu sebanyak 16 orang (64%). Sisanya, sebanyak enam orang
(24%) berada pada kategori ringan dan tiga orang (12%) berada pada kategori berat.
Tingkat depresi pada lansia di Ruang Sahadewa RSJ Provinsi Bali setelah diberikan
terapi musik instrumental (postest) sebagian besar berada pada kategori ringan
sebanyak 12 orang (48%) dan kategori sedang juga sebanyak 12 orang (48%).
Sisanya, sebanyak satu orang (4%) berada pada kategori berat. Hal ini membuktikan
bahwa terjadi peningkatan nilai fungsi kognitif pada responden setelah diberikan
perlakuan.
Hasil dari analisa bivariat menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada
variable penelitian sebesar 0,005 lebih kecil dari nilai α (0,05) berarti bahwa ada
pengaruh pemberian terapi musik instrumental terhadap tingkat depresi pada lansia di
RSJ Provinsi Bali. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marzuki
(2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian musik klasik terhadap
penurunan tingkat depresi pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian terapi musik instrumental efektif dalam menurunkan tingkat depresi pada
Kesimpulan: ahwa ada pengaruh terapi music instrumental terhadap tingkat
depresi lansia di RSJ Provinsi Bali. Ini terlihat dari penurunan tingkat depresi lansia
yang sebelum diberikan intervensi sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu
16 orang (64%), 6 orang (24%) berada pada kategori ringan dan 3 orang (12%) berada
pada kategori berat. tapi setelah diberikan intervensi mengalami penurunan yaitu 12

xxxiv
orang (48%) kategori ringam, 12 orang (48%) kategori sedang dan sisanya 1 orang
(4%) berada pada kategori depresi berat.

3.3.5 Penerapan Terapi Musik Dalam Mengatasi Depresi Ringan-Sedang pada


Lansia Dan Keluarga Lansia di Kota Depok
Lansia merupakan kelompok berisiko yang jumlahnya terus mengalami
peningkatan dan berpotensi mengalami masalah psikososial. Salah satu masalah
psikosial yang sering dialami yakni depresi. Depresi merupakan masalah psikologis
serius yang mempengaruhi kesehatan lansia
Beberapa fakta hasil studi ditemukan bahwa music memiliki manfaat
khusunya pada aspek psikososial lansia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
penurunan kecemasan akan kematian dan peningkatan koping diri berkaitan erat
dengan lansia yang sering mendengarkan jenis music religious (Bradsaw, Ellison,
Fang, & Mueller, 2015). Selain itu, music mampu menstimulasi lansia untuk
terhubung dengan pengalaman hidup dan berinteraksi dengan orang lain (Lee, Chan,
& Mok, 2010). Efek dari proses terapeutik mendengarkan music yaitu peningkatan
mood dan pengaturan emosi diri, ketrampilan sosial, dan peningkatan fungsi
kesehatan lansia. Selain itu mendengarkan music menimbulkan perubahan
neurofisiologis dan neurokimia sehingga tubuh menghasilkan hormone endorphin dan
mengaktifasi amygdala serta hipotalamus. Hal tersebut mampu tubuh menjadi lebih
rileks dan menstimulasi mood. (Dunphy et. Al, 2019). Selain itu, beberapa penelitian
sebelumnya telah menggunakan terapi music dalam menangani depresi lansia.
Setelah dilakukan kajian terhadap jurnal ini didapatkan bahwa Asuhan
keperawatan telah diimplementasikan pada 10 keluarga lansia dengan depresi dengan
memberikan intervensi keperawatan secara langsung. Diagnosa ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan didapatkan pada 7 keluarga, diagnosa lain yakni distress
spiritual didapatkan pada 3 keluarga.
Evaluasi pada tingkat kemandirian keluarga didapatkan bahwa terjadi
peningkatan kemandirian keluarga pada 10 keluarga yang dibina selama 8 bulan.
Perubahan tingkat kemandirian didapatkan bervariasi yakni perubahan kemandirian
dari tingkat I menjadi II sebanyak 1 keluarga, tingkat I menjadi III sebanyak 3
keluarga, tingkat I menjadi IV sebanyak 2 keluarga, tingkat II menjadi IV sebanyak 4
keluarga. Intervensi keperawatan yang diberikan menunjukkan bahwa tidak semua
xxxv
keluarga mampu mencapai tingkat kemandirian keluarga IV. Keluarga yang mampu
mencapai tingkat kemandirian keluarga IV hanya sebanyak 6 keluarga. Penulis
menganalisis adanya perbedaan perubahan antara keluarga Ibu R dan Ibu M (tingkat I
menjadi IV) dan Ibu R (I menjadi II). Perubahan drastis tingkat kemandirian keluarga
Ibu R dan Ibu M disebabkan oleh faktor pendidikan yang tinggi dan ketersediaan
waktu keluarga untuk memberikan dukungan emosional dan partisipasi aktif anggota
keluarga lain selama terapi musik diberikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang menyatakan dukungan positif dari orang terdekat seperti pasangan hidup mampu
mengurangi depresi pada lansia dengan multi kondisi kronik (Ahn, Kim, & Zhang,
2016). Senada dengan pendapat dari Abbott et al (2003 menyatakan bahwa resiko
terjadinya depresi lansia dipengaruhi oleh rendahnya dukungan emosional keluarga.
Dukungan sosial yang diberikan kepada lansia berpengaruh pada kesehatan pada
lansia dengan penyakit kronik (Karantzas & Gillath, 2017). Selain itu, Tingkat
pendidikan dan kelas sosial mempengaruhi tingkat kerentanan depresi pada lansia
(Stanhope & Lancester, 2016).).
Tingkat kemandirian pada keluarga ibu R didapatkan mengalami peningkatan
yang tidak signifikan dari tingkat kemandirian I menjadi II. Menurut analisis penulis,
hal tersebut terjadi disebabkan oleh faktor ekonomi. Karakteristik status ekonomi
dengan pendapatan di bawah UMR mempengaruhi usaha perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit. Selain itu, keluarga ibu R belum mempunyai jaminan kesehatan
sehingga hal ini menjadi faktor penghambat bagi keluarga. Faktor lain yakni
pendidikan yang rendah dan tinggal di daerah padat penduduk dengan karakteristik
miskin perkotaan sehingga faktor risiko tersebut menyebabkan peningkatan
kemandirian tidak berubah secara signifikan. Stanhope & Lancester (2016)
menyatakan bahwa status sosioekonomi, kondisi tempat tinggal, kelas sosial, faktor
lingkungan, lokasi geografis, pendidikan mempengaruhi kerentanan depresi pada
lansia. Lingkungan tempat tinggal yang tidak aman dan kejadian buruk serta hidup di
daerah miskin perkotaan meningkatkan resiko terjadinya depresi pada lansia (Joshi et
al., 2017). Hasil penelitian lain yang menguatkan yaitu status sosioekonomi yang
rendah berhubungan dengan kejadian depresi pada lansia (Noma et al., 2016).
Edukasi manajemen depresi dilakukan pada 10 keluarga ditemukan
peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam mengelola
kesehatan anggota keluarga dengan depresi. Adapun pengetahuan di dapatkan
peningkatan dari 40% menjadi 70%, sikap dari 30% menjadi 50% dan keterampilan
xxxvi
dari 40% menjadi 60% sehingga dvidapatkan peningkatan masing-masing sebesar
30%, 20% dan 20%. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian dari Kugbey,
Meyer-weitz, & Oppong, (2018) edukasi kesehatan dan literasi memiliki efek yang
signifikan pada depresi lansia yang mempengaruhi kualitas hidup lansia dengan
depresi ditunjukkan dengan perubahan sikap dan keterampilan. Penelitian lain
menemukan edukasi kesehatan berhubungan erat dengan pengetahuan tentang depresi
(Thakur, Recober, Turvey, & Lilian, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa terapi musik
mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam
mengelola kesehatan anggota keluarga dengan depresi.
Pengukuran tingkat depresi dilakukan pada 10 keluarga menggunakan GDS
(Geriatric Depression Scale). Pengukuran tingkat depresi menunjukkan terjadi
penurunan nilai depresi yang dirasakan lansia dengan depresi setelah dilakukan terapi
musik dengan rata-rata mean tingkat depresi sebelum intervensi yakni 6,70 sedangkan
rata-rata mean tingkat depresi setelah intervensi yakni 0,70. Selain itu, hasil uji
statistik pada KIAS ini menunjukkan bahwa intervensi keluarga melalui terapi musik
signifikan dalam menurunkan nilai stres (p=0,000). Hal ini memperlihatkan bahwa
praktek berbasis fakta dengan menggunakan terapi mampu mengurangi tingkat
depresi lansia pada konteks praktek keperawatan keluarga. Selain itu, keluarga
mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengelola
kesehatan anggota keluarga dengan depresi. Hal tersebut menjadi indikator bahwa
terapi musik dapat digunakan sebagai intervensi yang mampu menurunkan depresi
dan meningkatkan semangat atau spiritual lansia.
Hasil: menjelaskan bahwa adanya perubahan tingkat kemandirian keluarga
dan peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan keluarga dalam mengelola
kesehatan anggota keluarga dengan depresi. Selain itu, terapi music mamppu
menurunkan nilai depresi yang dirasakan lansia dengan depresi setelah dilakukan
teapi music.

xxxvii
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Literature review ini menunjukkan bahwa metode terapi music mempunyai
peranan yang sangan penting dalam tatalaksana non-farmakologi sebagai terapi
komplementer. Terapi music ini menunjukkan sebagai salah satu metode yang efektif
dalam menurunkan gejala depresi pada lansia.

4.2 Saran
4.2.1. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan litrev jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan bacaan
tentang asuhan keperawatan pada gerontik.
4.2.2. Bagi Perawat
Diharapkan literature jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam memberikan asuhan keparawatan pada gerontik.
4.2.3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan literature jurnal ini dapat menjadi masukan bagi sarana pelayanan
kesehatan dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada gerontik.
4.2.4. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil karya literature review ini sebagai
bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya, dengan konteks yang
xxxviii
sama namun dengan objek berbeda. Atau dapat membandingkan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Farida Umamah, S. Kep., Ns., M. Kep., dkk. (2018) Pengaruh Terapi Musik Dzikir
Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia TNI-AL Pulungan. Jurnal Ilmu
Kesehatan Vol. 7 No. 1
Emildawati. (2018). Jurnal Perbedaan Efektivitas Terapi Musik Dan Terapi Dzikir
Terhadap Depresi pada lansia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha
Nirwana Pura . Samarinda
Syaifurrahman Hidayat.( 2018). Jurnal Terapi Musik Gamelan Madura TerhadapTingkat
depresi Pada Lansia Didesa Talango. Jurnal ilmu kesehatan Vol. 3 No. 1
Ida Ayu Nyoman Candra Dewi, dkk. (2020) Penurunan Tingkat Depresi Lansia Melalui
Terapi Musik Instrumental. Jurnal Keperawatan Vo73-4l. 12 No. 2 Hal
473-480
Bahtiar Bahtiar, dkk. (2020). Penerapan Terapi Musik Dalam Mengatasi Masalah Depresi
Ringan-Sedang Pada Lansia Dan Keluarga Lansia Di Kota Depok.
Indonesian Journal of Nursing Health Science Vol. 5, No. 2

xxxix
LAMPIRAN

xl
xli
Literatur Review
Keaslian Penulisan

Jumlah / Cara Teknik


N Pertanyaan
Judul Volume / Penulis Variable Pengukuran Pengambilan Analisis Hasil
o. Peneliti
Tahun Variable sample
1. Pengaruh Terapi Vol. 7 Farida Adakah Indevenden Instrumen Penelitian ini Analisis Hasil penelitian
Musik Dzikir No. 1 Umamah, terapi Terapi yang menggunakan menggunakan menunjukkan dari 28
Terhadap November Annisa musik musik digunakan desain pre- uji Wilcoxon responden sebelum
Tingkat Depresi 2018 Fabiyanti dzikir Dzikir adalah DASS eksperimental sign test. H diberikan terapi
Pada Lansia terhadap Devenden : 42 dengan musik dzikir
TNI-AL tingkat Depresi (Depression pendekatan sebagian besar
Pulungan depresi Anxiety one group pra- (57,1%) mengalami
pada lansia Stress post test depresi berat dan
TNI-AL Scale)dan design, setelah diberikan
Pulungan diberikan menggunakan terapi musik dzikir
kepada populasi 30 didapatkan setengah
responden responden dari responden
lanisa dengan besar (50,0%) mengalami
sampel 28 depresi ringan. Hasil
lansia yang analisis ρ=0,000
berusia 60-74 dimana ρ<0,05.
tahun, Terapi musik dzikir
menggunakan mampu menurunkan
probability tingkat depresi pada
sampling lansia
dengan teknik
simple random
sampling
2. Perbedaan Agustus Emildawati Adakah Indevenden Instrumen Penelitian ini analisa data Dari hasil uji
Efektivitas 2018 , perbedaan : Terapi penelitian menggunakan menggunakan bivariate
Terapi Musik Mukhripah efektivitas musik dan dengan metode Quasy analisa menggunakan Paired
dan Terapi Damaiyanti terapi terai dzikir menggunaka Eksperimen univariate t-test menunjukan
Dzikir terhadap musik dan Devenden : n kuisioner dengan dengan ada perbedaan
Depresi pada terapi depresi Geriatri rancangan Pre distribusi sebelum dan setelah
Lansia di UPTD dzikir Depression and post test frekuensi dan di berikan intervensi,
Panti Sosial terhadap Scale. Non- analisa pada kelompok terapi
Tresna Werdha depresi Equivalent bivariate musik diperoleh hasil
Nirwana Puri pada lansia Control Group dengan Paired 0.000 (p-veleu0.05).
Samarinda di UPTD Design. T-Test dan pada kelompok terapi
Panti Sosial Pengambilan Independent dzikir diperoleh hasil
Tresna sampel T-Test 0.00 (p-valleu<0.05).
Werdha menggunakan Dan hasil uji
Nirwana teknik Independent t-test
Puri purposive menunjukan hasil
Samarinda sampling tidak ada perbedaan
dengan jumlah yang signifkan antara
sampel terapi musik dan
sebanyak 28 terapi dzikir terhadap
responden depresi pada lansia di
yang terdiri 14 UPTD Panti Sosial
orang Tresna Werdha
kelompok Nirwana Puri
terapi musik Samarinda, dengan
dan 14 orang hasil 0.146 (p-
kelompok valeu>0.05).
terapi dzikir.
3. Terapi Musik Vol. 3 No. Syaifurrah Adakah Indevenden Dalam jurnal Desain Analisa data Hasil penelitian
Gamelan 1 Mei man pengaruh : Terapi ini jenis penelitian ini dalam tingkat depresi pada
Madura 2018 Hidayat, terapi musik Instrumen pra penelitian ini lansia di desa
Terhadap Sugesti musik tidak eksperimental menggunakan Talango sebagian
Devenden :
Tingkat Depresi Aliftitah, gamelan one- group uji wilcoxon besar mengalami
Pada Lansia Di Moh Nur madura Depresi dicantumkan pra-post test. tes. depresi ringan dan
Desa Talango Fadilla terhadap Populasinya sedang sebelum di
tingkat adalah lansia berikan terapi musik
depresi di desa sebanyak 41,7 %,
pada lansia Talango Tingkat depresi
di Desa kecamatan lansia sesudah
Talango Talango perlakuan sebagian
kabupaten besar tidak
sumenep mengalami depresi
sebanyak 661 (normal) Sebanyak
orang lansia. 47.2% dan ada
Sampel dalam pengaruh terapi
penelitian ini musik gamelan
adalah madura terhadap
sebagian lansia tingkat depresi pada
yang lansia di desa
mengalami talango.
depresi dengan
teknik
pengambilan
sampel Simple
Random
sebanyak 36
Sampel.
4. Penurunan Vol. 12 Ida Ayu Adakah Indevenden Instrumen pra- Analisis Hasil analisis
Tingkat Depresi Nyoman pengauh Terapi yang eksperimen menggunakan menunjukkan bahwa
No. 3
Lansia Melalui Candra terapi Musik digunakan menggunakan uji Wilcoxon. nilai p = 0,014 (nilai
Terapi Musik September Dewi, musik Instrumenta untuk desain pretest- p<0,05), yang berarti
Instrumental 2020 Komang instrumenta l mendapatkan posttest. bahwa ada pengaruh
Yogi l terhadap Devenden : data pada Jumlah sampel terapi musik
Triana, tingkat Depresi penelitian ini yang instrumental terhadap
Claudia depresi menggunaka digunakan tingkat depresi lansia
Wuri n Geriatric adalah 25 di Rumah Sakit Jiwa
Prihandini Depression lansia dengan Provinsi Bali.
Scale (GDS) masalah
versi pendek depresi.
yang terdiri Sampel dalam
dari 15 butir penelitian ini
pertanyaan. diambil
dengan
menggunakan
teknik
consecutive
sampling
5. Penerapan Vol. 5, Bahtiar Apakah Independen Instrumen Sampel pada Analisis Hasil penelitian
Terapi Musik No. 2, Bahtiar, Penerapan : Terapi yang penelitian ini berdasarkan menunjukkan
Dalam September Junaiti Terapi Musik digunakan yakni 10 konsep FCN adanya perubahan
Mengatasi 2020 Sahar, Musik Dependen: dalam kluerga lansia (Family Center tingkat
Widyatuti Dapat Depresi dengan depresi Nursing) yaitu
Masalah mengukur kemandirian
Widyatuti Mengatasi/ ringan- sosial budaya
Depresi tingkat keluarga dan
Menururnk sedangyang keluarga,
Ringan- an Depresi depresi diberkan lingkungan peningkatan
Sedang Pada Ringan- yakni asuhan tempat tinggal pengetahuan, sikap,
Lansia Dan Sedang Geriatric keperawatan keluarga, keterampilan
Keluarga Pada Depression keluarga struktur keluarga dalam
Lansia Di Kota Lansia Dan Scale dilaksanakan keluarga, mengelola
Depok Keluarga (GDS) dua tahapan. fungsi kesehatan anggota
Lansia ? keluarga, dan keluarga dengan
stress depresi. Selain itu,
keluarga. terapi musik
mampu
menurunkan nilai
depresi yang
dirasakan lansia
dengan depresi
setelah
dilakukan terapi
musik

Anda mungkin juga menyukai