Disusun Oleh :
ADAM CINDY EKA PRIATNA
CHAIRA SYAHIDA
IMAS SITI AISYAH
INA SUSILOWATI
NUR RATNA WULANDARI
YUNANENGSIH
Latar belakang: Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam yang terjadi
setelah mengalami suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan. Depresi merupakan penyakit
yang umum di seluruh dunia dan lebih dari 300 juta orang terkena dampaknya. Gangguan
depresi pada lansia merupakan perhatian yang paling penting bagi para ahli geriatric. Depresi
pada lansia memerlukan suatu keterampilan dan pengalaman, karena manifestasi gejala-
gejala depresi klasik sering tidak muncul. Seiring dengan berkembang dan majunya
teknologi, metode tatalaksana pada Depresi telah diteliti dan diuji keberhasilannya di dunia.
Salah satu tatalaksana non farmakologi yang telah di uji keberhasilannya adalah dengan
menggunakan terapi musik.Tujuan: Untuk mereview literature tentang efektifitas terapi
music terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia. Metode Penelitian: Metode yang
digunakan dalam penulisan literatur riview ini adalah dengan mencari literatur – literatur
yang dilakukan dengan menggunakan database yaitu Google Scholar dengan menggunakan
keywords: “terapi musik, Depresi, dan Lansia” dengan rentang tahun terbit dari 2016-2021.
Kriteria inklusi yang digunakan untuk pemilihan studi untuk literatur riview ini adalah artikel
penelitian yang menggunakan intervensi metode terapi musik dan menganilisis penurunan
tingkat depresi pada lansia. Kriteria eksklusi yang digunakan untuk pemilihan studi literatur
riview ini adalah artikel penelitian yang tidak dapat diakses penuh teks (hanya abstrak).
Metode analisa yang digunakan dalm studi literature ini adalah analisis isi (Content Analisis)
untuk mengidentifikasi dan membedakan tema-tema dari penelitian/jurnal yang telah
diperoleh sehingga dapat memberikan wawasan yang berguna untuk membuka jalan
penelitian selanjutnya mengenai terapi music. Hasil: Literature review ini menunjukan
bahwa metode terapi music mempunyai peranan penting dalam tatalaksana non-farmakologi.
Terapi music ini menunjukkan sebagai salah satu metode yang efektif dalam menurunkan
gejala depresi pada lansia. Simpulan: Literature review ini mendapatkan hasil bahwa
pemberian terapi music Sangat efektif dfalam menurunkan tingkat depresi pada Lansia.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya
Telaah Jurnal (Literatur Review) Terapi Musik Dalam Menurunkan Tingkat Depresi Pada
Lansia telah selesai tepat waktu, penyusunan Literatur review ini diajukan sebagai salah satu
untuk menyelesaikan Tugas stase Keperawatan Gerontik di Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusuna Literatur review ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak,
sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan
ini kami ingin mengucapkan terimakasih dengan tulus kepada:
1. Ibu Lucia Aryanthi, S.Kep., Ners. M.H Kes selaku Koordinator keperawatan
Gerontik Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
2. Bapak M. Iqbal Sutisna, S. Kep., Ners selaku Pembimbing keperawatan Gerontik
Institut Kesehatan Rajawali Bandung.
3. Semua Mahasiswa Profesi Ners Institut Kesehatan Rajawali Bandung kelas E
angkatan tahun 2021 yang telah memberikan motivasi dan kebersamaan dalam
perjuangan ini.
Kami menyadari bahwa laporan Literatur review ini masih jauh dari sempurna.
Kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak sebagai pembelajaran untuk dapat menjadi
lebih baik lagi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
memberikan saran dan pengetahuannya. Terakhir, Kami menantikan tegur dan sapa dari para
pembaca, dengan harapan semoga Literatur ini bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 1
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
v
Studi literature ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai berbagai
hasil penelitian tentang terapi musik, kemudian mengevaluasi publikasi ilmiah
sehingga dapat dijadikan bukti/evidence base pactice untuk menentukan tindakan
terbaik bagi pasien.
vi
BAB II
METODOLOGI
BAB III
viii
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
Berdasarkan hasil pencarian dari database, diperoleh 1630 buah jurnal dengan
keyword terapi musik, depresi, lansia. Kemudian jurnal diseleksi dengan memasukkan
rentang waktu 2016-2021 didapatkan hasil 750 jurnal. Kemudian jurnal diseleksi
sesuai dengan deskriptor dan masalah yang akan dibahas, yaitu Pengaruh Terapi
Musik Terhadap Penurunan Depresi pada Lansia diperoleh sebanyak 5 jurnal.
Sehingga dalam literatur review ini akan membahas tentang ke 5 jurnal tersebut.
3.1.1 Pengaruh Terapi Musik dan Terapi Dzikir Terhadap Tingkat Depresi
Pada Lansia TNI-AL Pulungan
Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan pendekatan one
group pra-post test design, menggunakan populasi 30 responden dengan besar
sampel 28 lansia yang berusia 60-74 tahun, menggunakan probability sampling
dengan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah DASS 42
(Depression Anxiety Stress Scale)dan diberikan kepada responden lanisa, dan
dianalisis menggunakan uji Wilcoxon sign test.
Hasil penelitian menunjukkan dari 28 responden sebelum diberikan terapi
musik dzikir sebagian besar (57,1%) mengalami depresi berat dan setelah diberikan
terapi musik dzikir didapatkan setengah dari responden (50,0%) mengalami depresi
ringan. Hasil analisis ρ=0,000 dimana ρ<0,05 TNI-AL Pulungan.
3.1.2 Perbedaan Efektivitas Terapi Musik dan Terapi Dzikir terhadap Depresi
pada Lansia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri
Samarinda
Penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperimen dengan rancangan
Pre and post test Non-Equivalent Control Group Design. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 28
responden yang terdiri 14 orang kelompok terapi musik dan 14 orang kelompok
terapi dzikir. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuisioner Geriatri
Depression Scale. Pengolahan dan analisa data menggunakan analisa univariate
dengan distribusi frekuensi dan analisa bivariate dengan Paired T-Test dan
Independent T-Test
ix
Dari hasil uji bivariate menggunakan Paired t-test menunjukan ada perbedaan
sebelum dan setelah di berikan intervensi, pada kelompok terapi musik diperoleh
hasil 0.000 (p-veleu<0.05), pada kelompok terapi dzikir diperoleh hasil 0.00 (p-
valleu<0.05). Dan hasil uji Independent t-test menunjukan hasil tidak ada perbedaan
yang signifkan antara terapi musik dan terapi dzikir terhadap depresi pada lansia di
UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda, dengan hasil 0.146 (p-
valeu>0.05). Akan tetapi jika dilihat dari selisih rata-rata sebelum dan setelah
diberikan intervensi terapi music lebih efektif dibandingkan terapi dzikir.
3.1.3 Terapi Musik Gamelan Madura Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia
Di Desa Talango
Desain penelitian ini pra eksperimental one- group pra-post test. Populasinya
adalah lansia di desa Talango kecamatan Talango kabupaten sumenep sebanyak 661
orang lansia. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang mengalami
depresi dengan teknik pengambilan sampel Simple Random sebanyak 36 Sampel.
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon tes.
Hasil penelitian tingkat depresi pada lansia di desa Talango sebagian besar
mengalami depresi ringan dan sedang sebelum di berikan terapi musik sebanyak 41,7
%, Tingkat depresi lansia sesudah perlakuan sebagian besar tidak mengalami depresi
(normal) Sebanyak 47.2% dan ada pengaruh terapi musik gamelan madura terhadap
tingkat depresi pada lansia di desa talango. Musik gamelan madura memiliki manfaat
bagi lanjut usia, aspek dari kehidupan lansia yang mendapatkan manfaat dari musik
baik secara fisik maupun psikologis.
x
3.1.5 Penerapan Terapi Musik Dalam Mengatasi Masalah Depresi Ringan-
Sedang Pada Lansia Dan Keluarga Lansia Di Kota Depok
Metode yang digunakan yaitu metode studi kasus dengan pendekatan praktik
keperawatan berbasis fakta (evidence based nursing practice) pada 10 keluarga lansia
dengan depresi di kota Depok. Instrumen yang digunakan dalam mengukur tingkat
depresi yakni Geriatric Depression Scale (GDS).
Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan tingkat kemandirian
keluarga dan peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan keluarga dalam
mengelola kesehatan anggota keluarga dengan depresi. Selain itu, terapi musik
mampu menurunkan nilai depresi yang dirasakan lansia dengan depresi setelah
dilakukan terapi musik. Terapi musik dapat dijadikan sebagai pilihan intervensi yang
efektif pada area pelayanan keluarga khususnya dengan masalah lansia dengan
depresi.
xiii
Depresi Endogeneus adalah depresi tanpa penyebab yang pasti, tiba-tiba saja
muncul tanpa diketahui faktor pencetusnya.
4) Depresi Vegetatif
Depresi Vegetatif adalah membuat penderita cenderung menarik diri dari
pergaulan, jarang berbicara, tidak mau makan, dan tidak mau tidur, yang
dilakukan hanya melamun dan bingung.
5) Depresi Agitatif
Depresi Agitatif adalah dikatuhui penderitanya yang tampak sangat gelisah,
cemas dengan meremas-remas tangannya serta banyak berbicara, hiperaktif dan
tidak bisa diam.
6) Depresi Distermik
Depresi Distermik adalah depresi yang terjadi karena berhubungan dengan
kepribadian yang nyata. Penderita tampak lusuh, muram, pesimis, tidak suka
becanda, tidak mampu menikmati kesenangan. Penderitanya berlaku pasif,
menarik diri (introvert) , curiga, suka mengkritik, dan seing menyesali dirinya
sendiri. Pikiran penderita dipenuhindengan kekurangan, kegagalan, kecurigaan
dan negatif bahkan menikmati kegagalannya.
7) Depresi Psikotik
Depresi yang sekitar 15% penderitanya mengalami depresi berat yang mengalami
delusi (keyakinan yang salah terhadap sesuatu) atau halusinasi (gangguan pola
pikir seperti melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata). Mereka yakin
telah melakukan dosa atau kejahatan besar yang tidak bisa diampuni atau
mendengar suara-suara yang menuduh mereka telah melakukan kegiatan asusila
yang tidak senonoh atau suara yang mengutuk mereka supaya mati.
8) Gejala Depresi
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR)
(American Psychiatric Association, 2000 dalam Njoto, 2014), seseorang
menderita gangguan depresi jika : lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada
selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa
seseorang sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau ; (2)
kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
1) Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir
setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa)
atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
xiv
2) Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan
sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan
subjektif atau pengamatan orang lain).
3) Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih
dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan).
4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5) Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh
orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).
6) Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak
wajar(bisa merupakan delusi), dan mengganggap bahwa sumber dari setiap
masalah adalah dirinya.
8) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat
keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan
orang lain).
9) Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-
kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh
diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
xv
Fokus pada konflik yang baru terjadi dan dinamika pada pasien, menganalisis
problem dengan orang lain atau diri sendiri.
a) Psikotik yang berorientasi insight
Insight merupakan pemahaman pesan terhadap fungsi psikologis dan
kepribadiannya. Pasien diajak memahami kondisi maladaptifnya dengan mengubah
perasaan, respons, perilaku dan hubungan interpersonal menjadi lebih adaptif.
b) Psikotik suportif
Dukungan oleh figure autority (terapis) dg bersikap hangat, bersahabat,
membimbing, memuaskan kebutuhan dependensi pesan, mendukung kemampuan
independensi, mengembangkan hobi dan kesenangan yang positif, dan memberi
nasehat.
1) Psikoterapi kelompok
Klien membuat sebuah kelompok yang terdiri dari 1 kelompok minimal 3
orang, maksimal 15 orang, rata-rata 8–10 orang. Pasien menyampaikan kemampuan
adaptasi dan mekanisme defensi pada kelompok yang kemudian akan dibahas dan
pasien bisa introspeksi kemudian bisa mengubah kondisi maladaptif. Disini terapis
tidak boleh intervensi dalam dinamika kelompok, hanya memfasilitasi terjadinya
interaksi.
2) Latihan relaksasi
Banyak digunakan pada kasus keluhan fisik dengan frekuensi denyut jantung
menurun, tekanan darah menurun, neuromuskular stabil seperti yoga, hipnosis,
relaksasi dengan bimbingan suara (langsung, tape). Mental imagery pasien diajak
relaksasi dengan membayangkan dirinya pada suatu tempat yang menyenangkan.
3) Terapi perilaku
Terapi perilaku ditujukan untuk mengubah perilaku maladaptif dengan
jenjang-jenjang terapi untuk mengatasi depresi dengan menentukan pola tingkah laku
maladaptif (misalnya kecenderungan memandang diri selalu kalah), memperhatikan
dan mengenali perilaku maladaptif pendalaman / meningkatkan daya obyektivitas
terhadap perilaku maladaptif, menetralkan pikiran depresi dengan menyatakan bahwa
pikiran itu khayalan atau palsu.
xvii
(very old) yaitu kelompok usia di atas 90 tahun (Nugroho, 2008). Departemen
Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
1) Kelompok usia menjelang usia lanjut yaitu 45-54 tahun, disebut sebagai masa
vibrilitas.
2) Kelompok usia lanjut yaitu 55-64 tahun, disebut masa presenium.
3) Kelompok usia lanjut yaitu lebih dari 65 tahun, disebut masa senium
(Mubarak,Cahyatin, Santoso., 2012).
xx
6) Impairment of vision and hearing, taste, smell, comunication, convalencnce, skin
integrity (gangguan pada indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit),
merupakan akibat dari proses menua dimana semua panca indera mengalami
pengurangan fungsi, demikian juga yangterjadi di saraf, otak dan otot-otot yang
digunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi kering, rapuh dan mudah
rusak dengan trauma yang minimal.
7) Impaction (konstipasi/sulit buang air besar) sebagai akibat dari kurangnya
pergerakan lansia, makanan yang dimakan kurang mengandung serat, kurang
minum dan lain sebaginya.
8) Isolation (depresi), sebagai akibat dari perubahan sosial, bertambahnya jenis
penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul
adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya gangguan fisik
saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan
pecernaan, dan lain-lain.
9) Kurang gizi, dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makan
yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena
kemiskinan, gangguan panca indera, sedangkan yang dari faktor kesehatan adalah
berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan dan lainnya.
10) Tidak punya uang, semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan akan semakin berkurang, sehingga yang tidak
dapat bekerja maka tidak akan memiliki penghasilan.
11) Latrogenesis (penyakit yang diakibatkan oleh obat- obatan), sering dijumpai pada
lansia-lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan
dalam jangka waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan
menyebabkan timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh obat-obatan.
12) Insomnia (gangguan tidur), sering dialami oleh lansia, dimana mereka sulit untuk
bisa memulai tidur , tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan
banyak mimpi, jika terbangun susah untuk tidur kembali, terbangun di dini hari
serta lesu setelah bangun di pagi hari.
13) Immune deficiency (menurunnya daya tahan tubuh), merupakan salah satu akibat
dari proses menua, meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari proses
penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.Impotence (Impotensi), merupakan
ketidakamampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup
xxi
untuk melakukan senggama yang memuaskan yang bisa terjadi paling sedikit 3
(tiga) bulan, hal ini disebabkan kerena terjadi hambatan aliran darah ke dalmalat
kelamin sebagai adanya ke kakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena
proses menua ataupun penyakit.
xxiv
dipakai untuk me-remix musik yang sudah ada menjadi musik yang bertema
Futuristik.
6) Reggae
Reggae merupakan irama musik yang berkembang di Jamaika. Reggae
mungkin jadi bekas di perasaan lebar ke menunjuk ke sebagian terbesar musik
Jamaika, termasuk Ska, rocksteady, dub, dancehall, dan ragga. Barangkali istilah pula
berada dalam membeda-bedakan gaya teliti begitu berasal dari akhir 1960-an. Reggae
berdiri di bawah gaya irama yang berkarakter mulut prajurit tunggakan pukulan,
dikenal sebagai “skank”, bermain oleh irama gitar, dan pemukul drum bass di atas tiga
pukulan masing-masing ukuran, dikenal dengan sebutan “sekali mengeluarkan”.
Karakteristik, ini memukul lambat dari reggae pendahuluan, ska dan rocksteady.
7) R&B
R&B adalah genre musik populer yang menggabungkan jazz, gospel, dan
blues, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemusik Afrika-Amerika. Pada tahun
1948, perusahaan rekaman RCA Victor memasarkan musik kaum kulit hitam yang
disebut Blues and Rhythm. Pada tahun yang sama, Louis Jordan mendominasi lima
besar tangga lagu R&B dengan tiga lagu, dan dua dari lagunya berdasar pada ritme
boogie-woogie yang terkenal pada tahun 1940-an.
8) Rap
Rap adalah salah satu unsur musik hip-hop. Rap merupakan teknik vokal yang
berkata-kata dengan cepat, sementara pelakunya disebut rapper. Biasanya, rap diiringi
oleh DJ maupun sebuah band.
9) Death metal
Death metal adalah sebuah sub-genre dari musik heavy metal yang
berkembang dari thrash metal pada awal 1980-an. Beberapa ciri khasnya adalah lirik
lagu yang bertemakan kekerasan atau kematian, ritme gitar rendah (downtuned
rhythm guitars), perkusi yang cepat, dan intensitas dinamis. Vokal biasanya
dinyanyikan dengan gerutuan (death grunt) atau geraman maut (death growl). Teknik
menyanyi seperti ini juga sering disebut “Cookie Monster vocals”.
10) Dangdut
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di
Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam
evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik
xxv
India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi).
Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya
pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga
bentuk pemasarannya.
11) Funk
Funk yaitu suatu aliran musik yang memiliki kandungan unsur musik tarian
Afrika-Amerika. Biasanya musik funk bisa dikenali melalui ritme yang kerap
terpotong singkat, bunyi gitar ritme yang tajam, perkusi yang menguasai, dampak jazz
yang kuat, irama-irama yang di pengaruhi musik Afrika, dan kesan senang yang
dijumpai waktu mendengarnya.
12) Rock
Rock, dalam artian yang paling luas, mencakup nyaris seluruhnya musik pop
mulai sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal, rock and roll, yaitu kombinasi
dari beragam genre diakhir 1940-an, Hal semacam ini lalu didengar oleh orang di
semua dunia, serta pada pertengahan 1960-an sebagian group musik Inggris,
umpamanya The Beatles, mulai mengikuti serta jadi popular. Musik rock lalu
berkembang jadi psychedelic rock, lalu jadi progressive rock.
13) Pop
Musik pop adalah genre penting namun batas-batasnya sering kabur, karena
banyak musisi pop dimasukkan juga ke kategori rock, hip hop, country, dsb.
14) Instrumental
Instrumental adalah komposisi atau rekaman musiktanpa lirik atau musik
vokal dalam bentuk apapun semua musik dihasilkan melalui alat musik.
3.3 PEMBAHASAN
Hasil studi literature yang akan diuraikan meliputi terapi musik, depresi pada
lansia, pentingnya terapi musik untuk lansia, dampak depresi pada lansia, efek terapi
musik untuk menurunkan depresi pada lansia.
3.3.1 Pengaruh Terapi Musik Dzikir Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia
TNI-AL Pulungan
Proses penuaan merupakan alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis, maupun psikologis. Salah satu masalah proses psikologis yang terjadi pada
tahap tua adalah depresi. Depresi adalah suatu perasaan sedih yang sangat mendalam
yang terjadi setelah mengalami suatu peristiwa dramatis atau menyedihkan, misalnya
kehilangan seseorang yang disayangi. Seseorang bisa jatuh dalam kondisi depresi jika
ia terus – menerus memikirkan kejadian pahit, menyakitkan, keterpurukan dan
peristiwa sedih yang menimpa dalam waktu lama melebihi waktu normal bagi
kebanyakan orang (Junaidi, 2012). Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah
konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan
pelayanan kesehatan (Nugroho, 2008).
xxviii
Adapun upaya penanganan secara farmakologis dapat diatasi dengan
menggunakan obat-obatan analgesic. Sedangkan penatalaksanaan non farmakologis
terhadap depresi dapat dilakukan dengan berbagai cara, meliputi pendekatan
psikodinamik, psiko internal, terapi perilaku, terapi humanistic- eksistensial, terapi
kognitif Beck dan terapi music dzikir. Terapi music dzikir digunakan sebagai salah
satu terapi pengobatan. Music dzikir dapat mendatangkan ketenangan bisa jadi terapi
yang di dapat diartikan sebagai pengobatan. Music dzikir memiliki aspek terapeutik,
sehingga dzikir digunakan untuk penyembuhan, menenangkan, dan memperbaiki
kondisi fisik dan fisiologis lansia. Hal ini dikarenakan doa dan dzikir mengandung
unsur spiritual yang membangkitkan harapan (hope) dan rasa percaya diri (self
confidence) pada diri seseorang yangs edang sakit sehingga kekebalan tubuh serta
proses penyembuhan dapat meningkat.
Tingkat depresi pada lansia diRT 3 RW 2 Rumah Dinas TNI-AL Pulungan
sebelum diberikan terapi musik dzikir, bahwa dari 28 responden sebagian besar
dariresponden 16 (57,1%) responden mengalami depresi berat. Hal ini dikarenakan
kondisi psikis seorang lansia yang lebih banyak beridam diri dirumah, jarang
bersosiali sesama tetangga, mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan
keluarga ataupun lansia yang bercerai atau berpisah akan lebih merasakan khawatir
jika memikirkan masalah, dan seringkali mencemaskan terhadap suatu hal karena
tidak mempunyai sesorang untuk bertukar pikiran atau sekedar untuk bererita tentang
masalah yang sedang dihadapi.
Tingkat depresi pada lansia di RT 3 RW 2 Rumah Dinas TNI-AL Pulungan
sesudah diberikan terapi musik dzikir, bahwa dari 28 responden setengah dari
responden 14 responden (50,0%) mengalami depresi ringan. Hal ini dikarenakan doa
dan dzikir mengandung unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan dan rasa
percaya diri pada seseorang yang sedang sakit sehingga kekebalan tubuh serta proses
penyembuhan dapat meningkatdan memberikan dampak positif bagi tubuh.
Berdasarkan kajian terhadap artikel,penulis menyimpulkan didapatkan bahwa
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik dzikir menunjukkan hampir seluruh
responden responden 82% mengalami penurunan tingkat kecemasan, sebagian kecil
dari responden 18% menunjukkan tidak ada perubahan tingkat depresi sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik dzikir dan tidak ada satupun responden (0%) yang
mengalami peningkatan tingkat depresi setelah diberikan terapi musik dzikir. Hal ini
xxix
dikerenakan respon positif yang diterima dan mengalir keseluruh tubuh yang akan
membuat kekebalan imun pada tubuh meningkat.
Hasil: bahwa terapi music dzikir mampu menurunkan tingkat depresi pada
lansia, ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah angka depresi sebelum diberikan
terapi music. Dzzikir awalnya mengalami depresi berat berjumlah 57,1 % ( 28
responden), dan setelah diberikan terapi music dzikir mengalami penurunan menjadi
50 % menjadi depresi ringan.
3.3.2 Perbedaan Efektivitas Terapi Musik dan Terapi Dzikir Terhadap Depresi
Pada Lansia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda
Pada tahap lanjut usia akan semakin tinggi resiko terjadinya masalah
kesehatan. Masalah yang umum terjadi seperti penurunan fungsi fisik, penurunan
berat badan secara drastic, kehilangan pasangan hidup, sehingga berdampak stress
kronis sehingga dapat menyebabkan depresi. Depresi merupakan gangguan emosional
yang sifatnya berupa perasaan tertekan, tidak merasa bahagia, sedih, merasa tidak
berharga dan tidak mempunyai semangat. Pengobatan non farmakologi dapat
digunakan untuk depresi yaitu dengan menggunakan terapi komplementer seperti
terapi music dan dzikir.
Terapi dzikir merupakan salah satu bentuk psikoterapi dari terapi spiritual
yang dapat membantu memberikan rasa tenang, mengurangi depresi. Dzikir dapat
dilakukan oleh hati dan juga lisan yang berupa tasbih kepada Allah SWT,
mensucikan, memuji, menyanjung dan menyifatiNya dengan segalan keagungan,
kesempurnaan serta keindahan (Sabriq, 2009).
Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu dari total 28 responden
yang terbagi menjadi 2 kelompok , yaitu kelompok terapi musik dan kelompok terapi
dzikir. Kelompok terapi musik jumlah respondennya sebanyak 14 lansia. Rata-rata
usia responden pada kelompok terapi musik adalah 70 tahun, , usia responden
termuda adalah 64 tahun dan usia responden tertua adalah 74 tahun. Jumlah
responden perempuan adalah 9 orang (64%) dan responden laki-laki adalah 5 orang
(36%). Sedangkan kelompok terapi dzikir jumlah respondennya sebanyak 14 lansia.
Rata-rata usia responden pada kelompok terapi dzikir adalah 69 tahun, usia responden
termuda adalah 63 tahun dan usia responden tertua adalah 74 tahun. Jumlah
responden perempuan adalah 7 orang (50%) dan responden laki-laki adalah 7 orang
(50%).
xxx
Rata-rata depresi Kelompok terapi musik sebelum diberikan terapi adalah
10.71, dimana skor depresi terendah adalah 8 dan skor depresi tertinggi adalah 13.
Sedangkan rata-rata depresi kelompok terapi musik setelah diberikan terapi adalah
6.64, dimana skor depresi terendah adalah 4 dan skor depresi tertinggi adalah 9.
Rata-rata depresi pada kelompok terapi dzikir sebelum diberikan terapi adalah
9.00, dimana skor depresi terendah adalah 6 dan skor depresi tertinggi adalah 13.
Sedangkan rata-rata depresi kelompok terapi dzikir setelah diberikan terapi adalah
5.71, dimana skor depresi terendah adalah 4 dan skor depresi tertinggi adalah 9
Rata-rata skor depresi lansia sebelum diberikan terapi pada kelompok terapi
musik adalah 10.71 dan rata-rata skor depresi lansia setelah diberikan terapi musik
adalah 6.64 dengan T 14.216. Hasil uji statistic didapatkan hasil p- value = 0.000
(p<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-
rata depresi sebelum dan setelah diberikan terapi pada kelompok terapi musik yang
berarti Ho ditolak. Serta diyakini 95% skor depresi pada lansia sebelum diberikan
terapi berada antara 3.453 sampai dengan 4.690.
Rata-rata skor depresi lansia sebelum diberikan terapi pada kelompok terapi
dzikir adalah 9.00 dan rata-rata skor depresi pada lansia setelah diberikan terapi
adalah 5.71 dengan T 10.796. Hasil uji statistic didapatkan hasil p- value = 0.000
(p<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-
rata depresi sebelum dan setelah diberikan terapi pada kelompok terapi dzikir yang
berarti Ho ditolak. Serta diyakini 95% skor depresi pada lansia sebelum diberikan
terapi berada antara 2.628 sampai dengan 3.943.
Dari hasil uji statistic didapatkan hasil selisih rata-rata depresi pada kelompok
terapi musik adalah 4.07. Sedangkan hasil selisih rata-rata pada kelompok terapi
dzikir adalah 3.50. Hasil p- valeu .146 (p>0.05), maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ho diterima sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara terapi musik dan kelompok terapi dzikir terhadap depresi pada lansia.
Berdasarkan hasil statistic terdapat perbedaan rata-rata depresi pada kelompok terapi
musik, sebelum diberikan terapi mean 10.71 dan setelah diberikan terapi mean 6.64 ,
dapat diketahui selisih rata-rata depresi lansia sebelum dan setelah diberikan terapi
sebesar 4.07. Sedangkan perbedaan rata-rata depresi pada kelompok terapi dzikir,
sebelum diberikan terapi mean 9.00 dan setelah diberikan terapi mean 5.71, dapat
diketahui selisih rata-rata depresi lansia sebelum dan setelah diberikan terapi sebesar
xxxi
3.50. Maka dapat dikatakan bahwa terapi musik lebih efektif daripada terapi dzikir
terhadap depresi lansia.
3.3.3 Terapi Musik Gamelan Madura Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di
Desa Talango
WHO (World Health Organization) menyatakan depresi merupakan suatu
gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, berkurangnya minat,
perasaan selalu bersalah atau merasa harga diri rendah, nafsu makan berkurang,
terjadi gangguan tidur, lemas, serta konsentrasi berkurang. Depresi dapat
menyebabkan bunuh diri. 80% lansia depresi yang menjalani pengobatan dapat
sembuh kembali dan dapat menjalani hidup dengan baik, namun 90% lansia yang
mengalami depresi mengabaikan bentuk pengobatan tersebut. Depresi terjadi pada
usia lebih tua serta rendahnya dukungan keluarga. Terjadinya depresi pada lansia
cukup tinggi, terajdi pada angka 12-36% lansia menjalani rawat jalan yang disebbakan
karena terjadi depresi.
Terapi music merupakan sekumpulan bunyi yang dimainkan diantaranya
melodi, ritme, harmoni, warna, bentuk, dan gaya ketika music diaplikasikan menjadi
sebuah terapi, dimana music dapat memulihkan, memelihara kesehatan
bio,psiko,sosio, dan kultur bagi individu. Gamelan Madura merupakan pungutan alat
music dari Gamelan Jawa yang diciptakan kaum bangsawan keratin yang identic
dengan adat jawa.
Setelah dikaji oleh penulis, jurnal ini Desain penelitian ini pra eksperimental
one- group pra-post test. Populasinya adalah lansia di desa Talango kecamatan
Talango kabupaten sumenep sebanyak 661 orang lansia. Sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian lansia yang mengalami depresi dengan teknik pengambilan sampel.
Simple Random sebanyak 36 Sampel.
Berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa, tingkat depresi pada lansia
yang belum di lakukan perlakuan terapi musik gamelan madura antara depresi ringan
dan depresi sedang memiliki persentase yang sama yaitu 41,7 % atau sebanyak 15
orang, persentase sebesar 16,7% adalah jumlah dari persentase depresi berat Hasil ini
menunjukkan adanya kebutuhan yang tidak di rasakan untuk menetapkan tingkat
psikologis identifikasi lansia dengan tingkat depresi, tampa menuntuk pemeliharaan
kesehatan pada kondisi penyakitnya. Lansia rentan mengalami depresi karena secara
xxxii
fisiologis lansia mengalami penurunan kemampuan dalam mempertahankan hidup,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta fungsi biologis menurun.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat depresi setelah di
berikan terapi musik gamelan madura sesudah dilakukan perlakuan mengalami
perubahan dengan persentase tertinggi 47.2 % atau 17 orang tidak mengalami depresi
(normal) dan 44.3 atau 16 orang mengalami depresi ringan dan 8.3% atau 3 orang
mengalami depresi sedang. Setelah dilakukan terapi music gamelan madura pada
lansia menyatakan bahwa lansia merasa kondisinya lebih tenang dengan hidupnya,
merasakan hidup yang berarti serta berharga, karena masih banyak orang yang
nasibnya tidak lebih baik dari mereka, hal ini menunjukkan bahwa manfaat terapi
musik klasik dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia.
Dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi musik
gamelan madura terhadap tingkat depresi pada lansia di desa talango menunjukan
hasil yang signifikan dari semua lansia yang di berikan terapi music gamelan madura
berhasil menurunkan tingkat depresinya. Sebelum dan sesudah (pre dan post)
diperlakukan terapi musik gamelan. Sebelum diperlakukan terapi musik gamelan
tingkat depresi ringan dan berat sama banyak sebanyak 15 orang (41,7%) dan sesudah
diperlakukan terapi musik gamelan sebagian besar responden tingkat depresinya
menjadi normal sebanyak 17 orang (47,7%). Hal tersebut menggambarkan
keberhasilan terapi musik gamelan terhadap tingkat depresi pada lansia di Desa
Talango Kecamatan Talango.
Kesimpulan: Tingkat depresi pada lansia di desa Talango sebagian nesar
mengalami depresi rringan dan sedang. Sebelum diberikan terapi music sebanyak 41,7
% tingkat depresi lansia sesudah perlakuan sebagian besar tidak mengalami depresi
(normal)sebanyak 47,2% di nada pengaruh terapi music gamelan Madura terhadap
tingkat depresi pada lansia di desa Talango. Music gamelan memiliki manfaat bagi
usia lanjut, aspek kehidupan lansia yang mendapatkan manfaat dari music baik secara
fisisk maupun psikologis.
xxxiii
individu yang mencapai usia lanjut. Hal ini tersebut merupakan suatu kenyataan yang
tidak dapat dihindari oleh setiap manusia (Notoatmodjo, 2014).
Depresi adalah gangguan mental serius yang ditandai dengan perasaan sedih
dan cemas. Depresi tidak sering terdeteksi pada lansia karena dianggap sebagai akibat
dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami lansia. . Jika tidak diobati, itu
bisa menjadi kondisi yang fatal, salah satunya adalah upaya bunuh diri. Banyak terapi
yang digunakan untuk mengobati depresi pada lansia, seperti terapi music
instrumental.
Setelah dikaji oleh penulis, jurnal penelitian ini pra-eksperimen menggunakan
desain pretest-posttest.Jumlah sampel yang digunakan adalah 25 lansia dengan
masalah depresi. Tingkat depresi pada lansia di Ruang Sahadewa RSJ Provinsi Bali
sebelum diberikan terapi musik instrumental (pretest) sebagian besar berada pada
kategori sedang, yaitu sebanyak 16 orang (64%). Sisanya, sebanyak enam orang
(24%) berada pada kategori ringan dan tiga orang (12%) berada pada kategori berat.
Tingkat depresi pada lansia di Ruang Sahadewa RSJ Provinsi Bali setelah diberikan
terapi musik instrumental (postest) sebagian besar berada pada kategori ringan
sebanyak 12 orang (48%) dan kategori sedang juga sebanyak 12 orang (48%).
Sisanya, sebanyak satu orang (4%) berada pada kategori berat. Hal ini membuktikan
bahwa terjadi peningkatan nilai fungsi kognitif pada responden setelah diberikan
perlakuan.
Hasil dari analisa bivariat menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada
variable penelitian sebesar 0,005 lebih kecil dari nilai α (0,05) berarti bahwa ada
pengaruh pemberian terapi musik instrumental terhadap tingkat depresi pada lansia di
RSJ Provinsi Bali. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Marzuki
(2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian musik klasik terhadap
penurunan tingkat depresi pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian terapi musik instrumental efektif dalam menurunkan tingkat depresi pada
Kesimpulan: ahwa ada pengaruh terapi music instrumental terhadap tingkat
depresi lansia di RSJ Provinsi Bali. Ini terlihat dari penurunan tingkat depresi lansia
yang sebelum diberikan intervensi sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu
16 orang (64%), 6 orang (24%) berada pada kategori ringan dan 3 orang (12%) berada
pada kategori berat. tapi setelah diberikan intervensi mengalami penurunan yaitu 12
xxxiv
orang (48%) kategori ringam, 12 orang (48%) kategori sedang dan sisanya 1 orang
(4%) berada pada kategori depresi berat.
xxxvii
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Literature review ini menunjukkan bahwa metode terapi music mempunyai
peranan yang sangan penting dalam tatalaksana non-farmakologi sebagai terapi
komplementer. Terapi music ini menunjukkan sebagai salah satu metode yang efektif
dalam menurunkan gejala depresi pada lansia.
4.2 Saran
4.2.1. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan litrev jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan bacaan
tentang asuhan keperawatan pada gerontik.
4.2.2. Bagi Perawat
Diharapkan literature jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam memberikan asuhan keparawatan pada gerontik.
4.2.3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan literature jurnal ini dapat menjadi masukan bagi sarana pelayanan
kesehatan dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada gerontik.
4.2.4. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil karya literature review ini sebagai
bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya, dengan konteks yang
xxxviii
sama namun dengan objek berbeda. Atau dapat membandingkan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Farida Umamah, S. Kep., Ns., M. Kep., dkk. (2018) Pengaruh Terapi Musik Dzikir
Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia TNI-AL Pulungan. Jurnal Ilmu
Kesehatan Vol. 7 No. 1
Emildawati. (2018). Jurnal Perbedaan Efektivitas Terapi Musik Dan Terapi Dzikir
Terhadap Depresi pada lansia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha
Nirwana Pura . Samarinda
Syaifurrahman Hidayat.( 2018). Jurnal Terapi Musik Gamelan Madura TerhadapTingkat
depresi Pada Lansia Didesa Talango. Jurnal ilmu kesehatan Vol. 3 No. 1
Ida Ayu Nyoman Candra Dewi, dkk. (2020) Penurunan Tingkat Depresi Lansia Melalui
Terapi Musik Instrumental. Jurnal Keperawatan Vo73-4l. 12 No. 2 Hal
473-480
Bahtiar Bahtiar, dkk. (2020). Penerapan Terapi Musik Dalam Mengatasi Masalah Depresi
Ringan-Sedang Pada Lansia Dan Keluarga Lansia Di Kota Depok.
Indonesian Journal of Nursing Health Science Vol. 5, No. 2
xxxix
LAMPIRAN
xl
xli
Literatur Review
Keaslian Penulisan