Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN JIWA

“ kolaborasi interdisiplin dan kesehatan jiwa”

Disusun Oleh Kelompok V

Regina Awawata

Norita Rometna

Selfonsina Larwuy

Priska P. De fretes

Nofalya Huwae

Rosalina Layan

Sintha Ferdinandus

Viana Soulissa

Suryana Wutabisu

Tania N. Monaten

Restinisky Resdul

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021
Kata pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyususn dan menyelesaikan makalah dengan mata
kuliah keperawatan jiwa terkait dengan “Interdisiplin kolaborasi”

Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca dan
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa. Namun terlepas dari itu, penulis memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapakan
kritik serta saran yang membangun, demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Ambon, 27 Februari 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………………………….

PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...................

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................................

1.1. latar belakang ………………………………………………………………………

1.2 Tujuan Penulisan …………………………………………………………………..

1.3 Manfaat Penulisan …………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………….

2.1 Peran tenaga kesehatan jiwa ………………………………………………………

A. Peran psikiatri kesehatan…………………………………………………………………….

B. Peran Psikolog dalam Menangani Masalah Kesehatan Mental……………………………...

C Peran keperawatan jiwa professional ………………………………………….....................

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………...........

3.1 Riview terkait interdisiplin kolaborasi ……………………………………………………


A. Jenis kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan ………………………….......................

B. Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif ....................................................


C. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa………..............

D. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa………

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………

B. Saran …………………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem pelayanan kesehatan dimasa depan ter-gantung pada bagaimana tenaga


profesional kesehatan merumuskan kembali cara untuk bekerjasama. Model multidisiplin
tidak lagi dapat mendukung kebutuhan pasien akan pelayanan kesehatan yang semakin
kompleks, karena tidak satupun profesi kesehatan yang mempunyai semua pengetahuan yang
dibutuhkan oleh pasien secara utuh. Praktik interdisiplin atau kolaborasi interprofesional
merupakan kerjasama kemitraan dalam tim kesehatan yang melibatkan profesi kesehatan dan
pasien, melalui koordinasi dan kolaborasi untuk pengambilan keputusan sosialisasi. Model
praktik kolaborasi interprofesional pelayanan kesehatan di rumah sakit bersama seputar
masalah-masalah kesehatan. Pendekatan interdisiplin sangat bermanfaat untuk menjembatani
tumpang tindihnya peran para praktisi kesehatan dalam menyelesaikan masalah pasien.

Tim pelayanan interdisiplin diperlukan untuk menyelesaikan masalah pasien yang


kompleks, meningkatkan efi-siensi dan kontinuitas asuhan pasien. Proses kerja sama
interdisiplin dapat mengurangi duplikasi dan meningkatkan kualitas asuhan pasien, melalui
tugas dan tanggung jawab serta ketrampilan secara komplementer. Literature
mengidentifikasi 70 –80% kesalahan (error) dalam pelayanan kesehatan disebabkan oleh
buruknya komunikasi dan pemahaman didalam tim, kerjasama tim yang baik dapat
membantu mengurangi masalah patient safety.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2017) menyatakan bahwa depresi dan kecemasan
merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling tinggi. Lebih dari 200 juta orang
di seluruh dunia (3,6% dari populasi) menderita kecemasan. Sementara itu jumlah penderita
depresi sebanyak 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi) dan hampir separuhnya
berasal dari wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Depresi merupakan kontributor utama
kematian akibat bunuh diri, yang mendekati 800.000 kejadian bunuh diri setiap tahunnya.
Menurut catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2018), prevalensi gangguan emosional pada penduduk berusia 15 tahun ke atas,
meningkat dari 6% di tahun 2013 menjadi 9,8% di tahun 2018.
Prevalensi penderita depresi di tahun 2018 sebesar 6,1%. Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi bunuh diri pada penduduk berusia 15 tahun ke
atas (N=722.329) sebesar 0,8% pada perempuan dan 0,6% pada laki-laki. Sementara itu
prevalensi gangguan jiwa berat, skizofrenia meningkat dari 1,7% di tahun 2013 menjadi 7%
di tahun 2018. Melalui pemantauan Aplikasi Keluarga Sehat pada tahun 2015, sebanyak
15,8% keluarga mempunyai penderita gangguan jiwa berat (Juniman, 2028). Jumlah tersebut
belum diperhitungkan dari keseluruhan penduduk Indonesia karena pada tahun 2018 baru
tercatat 13 juta keluarga. Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2019)
menunjukkan bahwa depresi dan kecemasan menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar
1 trilyun USD setiap tahunnya akibat hilangnya produktivitas sumber daya manusia.

1.2 Tujuan penulis :


-untuk menjelaskan review terkait interdisiplin kolaborasi diantaranya ialah jenis, elemen.
Manfaat, dan hambatan kolaborasi

1.3 Manfaat penulis


-agar kami mahasiswa dapat mengetahui interdisiplin kolaborasi serta menerapkannya dalam
studi kita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran tenaga kesehatan jiwa

1. Psikiatri Komunitas(CommunityPsychiatry) :

Psikiatri komunitas adalah penyediaan pelayanan kesehatan jiwa untuk masyarakat setempat
yang meliputi prinsip-prinsip dan kebutuhan Penyelenggaraan mencakup

1) menyediakan terapi dan perawatan berbasis kebutuhan dasar masyarakat

2) menyediakan sistem jaringan pelayanan dari berbagai sumber yang mencukupi dan
terjangkau,serta

3) menyelenggarakan pelayanan yang berbasis fakta(evidence-based)

Bagi semua penderita gangguan jiwa.Dalam Psikiatri Komunitas pelayanan kesehatan


jiwa diselenggarakan secara komperhensif dan terintegrasi yang melibatkan tim kerja
multidisiplin dengan menekankan deteksidini,pengobatan sedini mungkin,perawatan
lanjutan,dukungan sosial,serta adanya kerjasama yang era tantara pelayanan medis dan
pelayanan masyarakat terutama ditingkat pelayanan primer(Tansela,1986).Pelayanan ini juga
menawarkan perawatan lanjutan,akomodasi,dukungan sosial dan pekerjaan secara bersama-
sama rnenolonq orang dengan gangguan jiwa dan orang yang mempunyai masalah kesehatan
jiwa sehingga dapat berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat(StrathdeeandTansela,1997).

Psikiatri Sosial (SocialPsychiatry) :

Psikiatri Sosial adalah bidang psikiatri yang berkonsentrasi pada faktor-faktor


lingkungan sosial yang mempengaruhi terjadinya masalah-masalah kesehatan jiwa yang
terdapat dimasyarakat(Leff,1993).Fokus psikiatri sosial adalah pada mekanisme hubungan
antara faktor lingkungan sosial dengan penyebab dan kejadian:Jangguan jiwa,termasuk
kebutuhan untuk penyediaan pelayanan kesehatan jiwa bagi
masyarakat(Bebington,1990;BhrugadanLeff,1990).
2. Peran Psikolog dalam Menangani Masalah Kesehatan Mental

Seorang psikolog dapat bekerja sama dengan psikiater atau dokter untuk menangani
sebuah masalah kesehatan mental. Namun, seorang psikolog memiliki peran yang cukup
mendalam untuk melakukan pencegahan, mendiagnosis, dan mengetahui penyebab seseorang
mengalami gangguan pada kesehatan mental.

Tidak hanya itu, seorang psikolog juga memiliki peran lain untuk mencari solusi
mengenai permasalah atau penyebab seseorang mengalami masalah kesehatan mental. Ada
beberapa kondisi yang dapat diatasi oleh seorang psikolog, seperti gangguan kecemasan,
adanya perasaan depresi atau gangguan pada perubahan suasana hati.  Kecanduan jenis obat
tertentu, gangguan kepribadian, fobia, gangguan hubungan dengan keluarga atau orang
terdekat dan gangguan psikologis terkait kondisi traumatis bisa diatasi dengan bantuan
seorang psikolog.

Ada beberapa tindakan yang dilakukan seorang psikolog dalam membantu pasien
mengatasi masalah gangguan kesehatan mental, seperti:

1. Wawancara Psikologis dan Psikotes

Tindakan ini bertujuan untuk memeriksa dan menilai kemampuan intelektual


pengidap gangguan kesehatan mental. 

2. Psikoterapi atau Konseling

Psikoterapi atau konseling adalah tindakan yang bisa dilakukan oleh seorang psikolog
untuk menangani masalah kesehatan mental seseorang. Ada beberapa jenis psikoterapi yang
dilakukan seperti terapi kognitif, interpersonal atau humanistik. Tindakan psikoterapi atau
konseling dapat dilakukan secara individual maupun berkelompok.

3. Program Terapi

Psikolog juga dapat membuat program terapi yang menunjang kesehatan mental
seseorang. Biasanya, program yang dibuat dapat membantu pasien untuk mengontrol dan
memperbaiki masalah yang dihadapi.
4. Terapi Hipnotis : Terapi hipnotis atau hipnoterapi adalah tindakan yang dapat
dilakukan seorang psikolog untuk menangani atau mengatasi masalah kesehatan mental untuk
mengontrol masalah kecemasan, fobia atau masalah suasana hati.

3. Peran keperawatan jiwa profesional

Saat ini sudah berkebang secara kompleks dari elemen historisnya, adapun peran

perawat kesehatan jiwa masyarakat saat ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan perawat jiwa dalam pencegahan primer

a. Melaksanakan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa

b. Memaksimalkan perubahan dalam kondisi kehidupan

c. Memberikan pendidikan kesehatan jiwa dalam keadaan normal,

pertumbuhan dan pekembangan serta pendidikan seks.

d. Melakukan perujukan sebelum terjadi gangguan jiwa.

2. Peranan perawat jiwa dalam pencegahan sekunder.

a. Melakukan sskrining dan evaluasi kesehatan jiwa

b. Mengunjungi rumah atau pelayanan penanganan dirumah

c. Melaksanakan pelayanan kedaruratan psikiatri dirumah sakit umum

d. Mewujudkan lingkungan terapeutik

e. Melakukan kontroling klien yang mendapatkan pengobatan

f. Memberi konsultasi

3. Peranan perawat jiwa dalam pencegahan tertier

a. Membuat pelatihan vokasional serta rehabilitasi

b. Mengelompokan pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari

rumah sakit

c. Menawarkan pilihan therapi pada klien


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Riview terkait interdisiplin kolaborasi


Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional
kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005). 

A. Jenis kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan

Kolaborasi hubungan kerja diantara : tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada
pasien atau klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam
asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung
jawab pada pekerjaannya.

B. Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif


Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengankompak dalam
mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasiinterdisiplin yang efektif meliputi
kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,komunikasi, kewenangan dan kordinasi seperti skema di bawah
ini.Kewenangan KomunikasiTanggungjawabTujuan Umum Kerjasama KolaborasiInterdisiplin
Efektif Pemberian pertolongan Koordinasi

 kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain danbersedia untuk memeriksa beberapa
alternatif pendapat danperubahan kepercayaan
 Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukungpendapat mereka dengan keyakinan.
Tindakan asertif menjaminbahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus
untukdicapai
 Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusanyang diperoleh dari hasil konsensus dan
harus terlibat dalampelaksanaannya.
 Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi
penting mengenai perawatanpasien sakit jiwa dan issu yang relevan untuk membuat
keputusanklinis
 pertolongan artinya masing-masing anggotadapat memberikan tindakan pertolongan namun
tetap mengacupada aturan-aturan yang telah disepakati.
 Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya
 Koordinasi adalah efisiensi organisasi yang di butuhkan dalam perawatan pasie sakit jiwa,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan
 Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang di lalukan memiliki tujuan untuk
kesehatan pasien sakit jiwa

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika:

 Semua profesi mempunyai visi dan missi yang sama


 Masing-masing profesi mengetahui batas- batas dari pekerjaannya
 Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
 Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam tim

C. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa

Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplindalam pelayanan keperawatan jiwa antara lain :

 Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan


menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa.
 Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.
 Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas. 4. Meningkatnya
kohesifitas antar profesional.
 Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional.
 Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.

D. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa

Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah. Ada banyak
hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :

 Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim.


 Struktur organisasi yang konvensional.
 Konflik peran dan tujuan. 4. Kompetisi interpersonal.
 Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan dimasa depan ter-gantung pada bagaimana tenaga
profesional kesehatan merumuskan kembali cara untuk bekerjasama, kolaborasi
hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada
pasien atau klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama
dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya, seorang psikolog juga memiliki peran lain
untuk mencari solusi mengenai permasalah atau penyebab seseorang mengalami
masalah kesehatan mental. Ada beberapa kondisi yang dapat diatasi oleh seorang
psikolog, seperti gangguan kecemasan, adanya perasaan depresi atau gangguan pada
perubahan suasana hati. 
Model praktik kolaborasi interprofesional pelayanan kesehatan di rumah sakit
bersama seputar masalah-masalah kesehatan. Pendekatan interdisiplin sangat
bermanfaat untuk menjembatani tumpang tindihnya peran para praktisi kesehatan
dalam menyelesaikan masalah pasien.
B. Saran
Demikian makalah kolaborasi interdisiplin ini kami buat. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan dari segi
materi yang kami buat. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi untuk memperbaiki makalah selanjutnya.
Bagi para mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memahami dan
mengimplementasikan materi ini dalam prakteknya saat merawat pasien dengan
gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating forOptimal


Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA

Dalami E, 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info: Media

Erlinafsiah. 2010.Modal Perawat dalam Praktik Kepeawatan Jiwa.Jakarta: TransInfo Media

Febriani, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara. SumateraUtara.

Hawari , 2009. Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara. SumateraUtara.

Ade, Susana; 2011; Terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa; Penerbit buku
KedokteranEGC ; Jakarta.

Ali, Zaidin.2002. Dasar- dasar keperawatan profesional. jakarta: Widya Medika

Anna; Pajaitan; Helena. 2005. Proses keperawatan kesehatan jiwa..Ed.2. Jakarta: EGC

Dalami, ernawati. 2010. REFERENSI

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating forOptimal


Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA

Dalami E, 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media

Erlinafsiah. 2010.Modal Perawat dalam Praktik Kepeawatan Jiwa.Jakarta: TransInfo Media

Febriani, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara. SumateraUtara.

Hawari , 2009. Ajar Keperawatan Jiwa. Universitas Sumatera Utara. SumateraUtara.

Romayani, Eva. (2019). INTERPROFESIONAL COLABORATION SANGAT PENTING


UNTUK MEWUJUDKAN KESELAMATAN PASIEN.
https://osf.io/preprints/inarxiv/e9tvd/download. (Diakses pada tanggal 25 Februari 2021)

Maulana, I. (2020). Seri Sumbangan Pemikiran Psikologi untuk Bangsa Ke-5 Kesehatan
Jiwa dan Resolusi Pasca pandemi di Indonesia. https://himpsi.or.id/web/content/2735?
access_token=57dc083f-8525-414f-bde8-1bb4de7ee12f&unique=false&download=true.
(Diakses pada tanggal 25 Februari 2021)

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for


Optimal Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA
Rumanti, E. 2009. Analisis Pengaruh Pengetahuan Perawat Tentang Indikator Kolaborasi
Terhadap Praktek Kolaborasi Perawat Dokter Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr Amino Gondohutomo Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.

Meeth, L. R. 2012. Interdisciplinary Studies : A Matter of Definition. Change: The Magazine


of Higher Learning. December 2012

Anda mungkin juga menyukai