Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

PSIKOTERAPI

DISUSUN OLEH:

Inas Fakhira Assagaf

1102017108

PEMBIMBING:

dr. Roswinar, Sp. KJ, M. Kes

PEMBELAJARAN JARAK JAUH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 26 JULI – 8 AGUSTUS 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Psikoterapi”. Referat ini disusun untuk
memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa.

Penyusunan referat ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Roswinar, Sp. KJ, M. Kes atas bimbingannya
selama penulis menyelesaikan referat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman
sejawat atas dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan penulis. Semoga tinjauan pustaka ini dapat
berguna bagi kita semua, khususnya pembaca dan rekan-rekan sejawat.

Jakarta, 10 Agustus 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3

BAB I ................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4

BAB II.................................................................................................................................. 6

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 6

2.1 Definisi Psikoterapi ......................................................................................................... 6

2.2 Tujuan Psikoterapi........................................................................................................... 6

2.3 Tahap Psikoterapi ............................................................................................................ 7

2.4 Penggolongan Psikoterapi ............................................................................................... 9

2.5 Klasifikasi Psikoterapi ..................................................................................................... 11

2.6 Efektivitas Psikoterapi ..................................................................................................... 24

2.7 Hasil Terapeutik .............................................................................................................. 24

BAB III ................................................................................................................................ 25

KESIMPULAN ..................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam perspektif bahasa, psikoterapi berasal dari kata psyche dan therapy. Kata psyche
berarti jiwa, sedangkan therapy yang berarti penyembuhan. Jika digabungkan psikoterapi
mempunyai arti penyembuhan jiwa. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang
terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik.
Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip dan beberapa kaidah yang ada dalam
psikoterapi ternyata juga digunakan, antara lain dalam konseling, pendidikan dan pengajaran,
atau pun pemasaran.

Seiring meningkatnya problematika kehidupan, saat ini semakin banyak orang memiliki
masalah atau gangguan tidak hanya pada fisik namun juga pada mental. Kini tuntutan jaman
yang semakin tinggi baik dari pendidikan, gaya hidup, lingkungan membuat orang lebih mudah
terserang stress yang dapat berdampak pada hubungan intrapersonal maupun interpersonal
dengan orang-orang disekitarnya. Data dari WHO, di tahun 2010 terjadi hampir 150 kematian
setiap harinya di Indonesia akibat bunuh diri yang disebabkan masalah kejiwaan. Masalah
kejiwaan yang sering kali terjadi yaitu gangguan depresi, gangguan cemas, serangan panik dan
trauma di masa lalu. Keluhan yang seringkali muncul dapat diakibatkan adanya gangguan fisik,
tapi dapat juga berkaitan langsung dengan problem emosional ataupun keduanya dalam waktu
bersamaan. Sekitar 25-30% pasien datang berobat ke dokter umum dengan problem emosional.
Di samping itu, faktor emosional merupakan faktor penting yang mempengaruhi kondisi
penyakit terutama apabila pasien memiliki semangat dan pengharapan yang tinggi maka proses
penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat, namun bila pasien merasa sedih, tidak didukung
oleh keluarga dan putus asa, proses penyembuhan dapat berjalan lambat.

Hal-hal tersebut mempengaruhi mekanisme daya tahan mental yang dapat menyebabkan
terjadinya neurosis, yaitu suatu gangguan jiwa yang secara struktural tanpa kerusakan organik
dan dapat mempengaruhi kepribadian pasien. Adanya konflik sering bermanifestasi dalam
bentuk fenomena tertentu. Semua gangguan mekanisme daya tahan mental bersifat selalu
melawan atau menentang usaha-usaha terapeutik yang bertujuan untuk mengubah atau
meniadakan gangguan tersebut. Hal ini memunculkan peranan dari terapi alternatif salah satunya
adalah psikoterapi.

Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi kebanyakan dari
mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan untuk masalah-masalah yang
sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi
itu tidak mampu memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat
untuk membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Psikoterapi merupakan salah
satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping
psikofarmaka dan terapi fisik. Dalam psikoterapi difokuskan pada proses-proses yang tidak sadar

4
dalam diri pasien dan pengubahan struktur pribadi pasien. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah
dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama masalah
kesehatan jiwa. Dalam psikoterapi, keberhasilan sangat ditentukan oleh kerja sama yang baik
antara pasien dan terapis, karena peran terapis sangat penting dalam membantu, mengarahkan
dan membimbing pasien serta menganalisa masalah dan merencanakan terapi-terapi yang akan
diberikan. Dengan hubungan yang dilandasi kepercayaan maka terapi akan berlangsung dengan
efektif.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Psikoterapi

Psikoterapi adalah proses terapi untuk mengatasi masalah psikologis dengan cara: cara
membangun hubungan antara profesional terlatih dan individu. Modalitas pengobatan ini
ditetapkan melalui terapi komunikasi, baik verbal maupun nonverbal, berusaha untuk
meringankan gangguan emosional, membalikkan atau mengubah pola perilaku maladaptif, dan
mendorong pertumbuhan dan perkembangan kepribadian. Hal ini dibedakan dari bentuk lain dari
pengobatan psikiatri seperti terapi somatik (misalnya, psikofarmakologi dan terapi kejang)
(Sadock, 2019).

Psikoterapi adalah suatu proses formal yang melibatkan interaksi 2 orang atau
lebih. Dalam interaksi ini ada yang disebut penolong (terapis) dan ada yang disebut
yang ditolong (klien). Tujuan interaksi antara terapi dengan klien dalam psikoterapi adalah
mengupayakan perubahan atau penyembuhan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan
dalam pikiran, perasaan, dan perilaku, Ada suatu kebiasaan, akibat dari tindakan profesional
yang dilakukan oleh penolong dengan latar belakang ilmu perilaku dan teknik-teknik yang
dikembangkannya (Susilawati, et.al, 2017).

Psikoterapi adalah suatu intervensi interpersonal, relational yang digunakan oleh


psikoterapis untuk membantu pasien atau klien dalam menghadapi problem-problem
kehidupannya. Biasanya hal ini meliputi peningkatan perasaan sejahtera individual dan
mengurangi pengalaman subjektif yang tidak nyaman. Psikoterapis memakai suatu batasan
tehnik-tehnik yang berdasarkan pengalamannya membangun hubungan, perubahan dialog,
komunikasi dan perilaku dan dirancang untuk memperbaiki kesehatan mental pasien atau klien,
atau memperbaiki hubungan kelompok (seperti dalam keluarga) (Sadock, 2015).

2.2 Tujuan Psikoterapi

Menurut Lewis R. Wolberg (1977), psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan


alat-alat psikologik terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana
seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan
(Guilfoyle, 2005) :

 Menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.


 Memperantarai perbaikan pola tingkah laku yang terganggu.
 Meningkatkan pertumbuhan serta mengembangkan kepribadian yang positif.

Tujuan psikoterapi antara lain (Guilfoyle, 2005) :

 Perawatan akut (intervensi klinis dan stabilisasi).

6
 Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat).
 Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk jangka panjang).
 Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus pada pasien).

2.3 Tahap Psikoterapi

Dalam psikoterapi, ada beberapa tahapan umum yang harus dilakukan, yaitu (Susilawati,
et.al, 2017) :

1) Wawancara awal
Dalam tahap ini, terapis membangun jalinan hubungan (rapport) dengan klien. Proses
yang dilakukan adalah penggalian masalah klien. Perlu adanya penjelasan tentang aturan-
aturan dan pentingnya membangun komitmen dengan klien.
2) Proses terapi
Proses terapi sangat tergantung aliran dari terapis yang melakukan terapi.
3) Pengertian ke tindakan
Sebelum proses terapi berakhir, penting untuk menjelaskan kepada klien arah tindakan
yang dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya. Terjadi proses kesimpulan dan
kesepakatan tindakan dari klien dari pertemuan yang dilakukan.
4) Mengakhiri terapi
Sebelum sesi terapi berakhir, perlu disampaikan sejak beberapa waktu sebelum berakhir
agar klien dapat bersiap-siap.

Dalam psikoterapi, begitu banyak variabel yang berperan sehingga kita dapat kehilangan
arah dan terhalang oleh faktor-faktor yang mempengaruhi proses, baik dari sisi pasien, dokter
maupun sifat hubungan antara dokter-pasien. Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi
proses, antara lain adanya motivasi, fenomena transferensi, resistensi, mekanisme defensi, dsb.
Transferensi adalah suatu distorsi persepsi pada pasien, yang secara nirsadar menganggap
seorang terapis sebagai figur yang bermakna pada masa lalunya. Bila hal ini diketahui/disadari
oleh terapis, justru dapat digunakan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan psikoterapi.
Resistensi (berbeda dengan definisi menurut ilmu kedokteran umum - yang berarti daya tahan
organisme terhadap penyakit) yaitu perlawanan pasien terhadap usaha-usaha untuk mengubah
pola perilakunya, memberikan suatu tilikan, membuat unsur nirsadar menjadi sadar. Mekanisme
defensi, yaitu mekanisme nirsadar untuk mengelakkan pengetahuan sadar tentang konflik dan
ansietas yang berkaitan dengan hal itu (Gerald, 2009).

Dari pihak dokter atau terapis, hal yang sama dapat pula dialami, yaitu kontra-
transferensi (salah persepsi terapis terhadap pasiennya), resistensi, dsb., disertai teknik dan
ketrampilan yang dimiliki oleh sang terapis, turut mempengaruhi proses terapi. Secara garis
besar, untuk psikoterapi yang terstruktur, terdapat kerangka umum yang terencana, sehingga
seseorang dapat lebih terarah dan mantap dalam usaha untuk mencapai tujuan terapeutik yang
bermakna. Kerangka kerja umum tersebut hendaknya cukup luwes dan luas (holistik), yang dapat

7
mencakup berbagai orientasi dan disiplin. Adapun kerangka proses psikoterapi tersebut (Gerald,
2009) :

a. Fase Awal

Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik :


 Memotivasi pasien untuk menerima terapi,
 Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian mengenai terapi (bila ada),
 Meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti penderitaannya dan bahwa terapis mampu
membantunya,
 Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi.

Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk :

 Tidak ada motivasi terapi dan tidak dapat menerima fakta bahwa ia dapat dibantu,
 Penolakan terhadap arti dan situasi terapi,
 Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi, dependensi yang mendalam,
 Berbagai resistensi lain yang menghambat terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat.

Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain :

 Tidak mampu bersimpati, berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal balik,
 Timbul iritabilitas terhadap penolakan pasien untuk terapi dan terhadap terapis,
 Tidak mampu memberi kehangatan kepada pasien,
 Tidak dapat menunjukkan penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan masalahnya.

b. Fase Pertengahan

Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang dialami pasien,
menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan langkah korektif. Tugas
terapeutik :

 Mengeksplorasi berbagai frustrasi terhadap lingkungan dan hubungan interpersonal yang


menimbulkan ansietas. Bila melakukan psikoterapi dinamik, gunakan asosiasi, analsisi
karakter, analisis transferensi, interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-
faktor yang perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan.
 Membantu pasien dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem kehidupan.

Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk :

 Rasa bersalah terhadap pernyataan dan pengakuan adanya gangguan dan kesulitan dalam
hubungan interpersonal dengan lingkungan,

8
 Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah), menghadapi dan mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan konflik, keinginan dan ketakutan

Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa :

 Terapis mengelak dari problem pasien yang menimbulkan ansietas dalam diri terapis,
 Ingin menyelidiki terlalu dalam dan cepat pada fase permulaan,
 Merasa jengkel terhadap resistensi pasien.

c. Fase akhir

Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain :

 Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis – pasien,


 Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien membuat keputusan,
menentukan nilai dan cita-cita sendiri,
 Membantu pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-tingginya.

Resistensi pada pasien dapat berupa :

 Penolakan untuk melepaskan dependensi,


 Ketakutan untuk mandiri dan asertif.

Masalah kontratransferensi pada terapis :

 Kecenderungan untuk mendominasi dan terlalu melindungi pasien,


 Tidak mampu mengambil sikap/peran yang non direktif sebagai terapis.

2.4 Penggolongan Psikoterapi

Macam-macam penggolongan psikoterapi sebagai berikut (Marasmis, 2009) :

 Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai

Wolberg menjelaskan terdapat tiga tingkatan psikoterapi berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai, tiga tingkatan yaitu:

1) Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)

Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan keseimbangan pasien


secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah neurotik yang ada. Terapi suportif dilakukan
pada pasien yang sebenarnya memiliki penyesuaian diri yang baik, namun memiliki masalah
akibat tekanan lingkungan yang terlalu berlebihan dan tidak mampu mengatasi kecemasan serta
kurang memiliki motivasi atau intelegensia. Terapi ini dapat memperkuat mekanisme defense
dan mekanisme pengendalian menjadi baru dan lebih baik sehingga menuju kearah perbaikan

9
pada keadaan keseimbangan yang lebih adaptif. Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance,
katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi
kelompok.

2) Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)

Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien mencapai
insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah insight, menunjukkan derajat
pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali selama proses terapi, yang bisa berupa
pemahaman mengenai hubungan di dalam proses terapi, keberfungsian individu diluar terapi,
atau aspek-aspek dinamika dan perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga
akan meningkat selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring dengan
peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama proses terapi menunjukkan
penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan. Terapi diharapkan dapat
mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok,
terapi keluarga, psikodrama, dll.

3) Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)

Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan tercapainya kesadaran
atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya dengan mekanisme pertahanan tertentu.
Tujuan utamanya adalah merasakan emosional yang berawal dari pemahaman total melalui
rekonstruksi kepribadian. Diharapkan dengan usaha mencapai perubahan luas struktur
kepribadian seseorang maka dapat diperoleh pemahaman total dan mencapai tilikan (insight)
akan konflik-konflik nirsadar. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian
(Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik.

 Menurut “dalamnya“, psikoterapi terdiri atas:

1) Superfisial yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada “permukaan”, yang tidak
menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yang direpresi.
2) Mendalam (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar
atau materi yang direpresi.

 Menurut teknik yang terutama digunakan (teknik perubahan), antara lain:

Psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning, modeling, asosiasi


bebas, interpretatif, dll.

 Konsep teoritis mengenai motivasi dan perilaku

10
- Psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila
deviasi perilaku telah dikoreksi).
- Psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan kognitif automatis
yang “keliru”).
- Psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan, dorongan, ketakutan,
dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran).

Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan psikoterapi
dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik Freud dan pasca-Freud.

 Menurut setting anggota terapi: psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual dan kelompok
(terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, kelompok).

1) Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara pasangan, misalnya
komunikasi, persepsi,dll.
2) Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan
mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan
mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga
diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi.
3) Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam atau delapan
orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif
dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas
pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya
gangguan makan, penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan
dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang
dihadapi.

 Teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya narkoterapi,


hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan peragaan (play therapy),
psikoterapi religius, dan latihan meditasi.

2.5 Klasifikasi Psikoterapi

Berdasarkan teori Sigmund Freud tentang ketidaksadaran dan konflik psikologis yang
dinamis, psikoterapi dapat dibagi menjadi dua yaitu psikoanalisis dan psikoanalitik psikoterapi
(Sadock, 2019).

 Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat


manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga

11
aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di
tahun 1881 Anna O, seorang wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik
yang multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne,
Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia mengekspresikannya secara
verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer menggunakan teknik secara bersama, mereka
mendorong pasiennya untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang
berhubungan dengan gejala mereka. Metode konsentrasi tersebut akhirnya menjadi teknik
asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk mengatakan apa saja yang datang ke
dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang
dan merupakan salah satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada
dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar (Sadock, 2015).

Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model topografik dan pikiran
yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar (preconscious), dan alam bawah dasar
(unconscious). Pikiran sadar dianggap sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan
mudah masuk ke kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari
tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi pikiran nonverbal
dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset), dan gejala psikologis. Psikoanalisis
menekankan konflik antara dorongan bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien
terhadap impuls mereka. Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap
sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi diungkapkan kembali
dan dengan demikian berperan dalam penyembuhan (Sadock, 2015).

a. Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis


 Struktur kepribadian
1) Id
2) Ego
3) Super ego
 Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,
mekanistik dan reduksionistik.
 Kesadaran & ketidaksadaran (Sadock, 2015).

b. Tujuan psikoanalisis

12
Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individual
dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien. Proses terapeutik
difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman
masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi
kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan
ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi
perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting lagi
(Sadock, 2015).

c. Lama Terapi

Pasien dan ahli psikoanalisis harus siap untuk terlibat dalam proses untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan. Psikoanalisis mernbutuhkan waktu antara tiga dan enam tahun, kadang-
kadang lebih lama. Sesi biasanya dilakukan empat atau lebih dalarn seminggu masing-masingnya
selama 45 sampai 50 menit. Beberapa analisis dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang dan
dengan sesion yang bervaniasi dan 20 sampai 30 menit (Sadock, 2015).

d. MetodaTerapi

Aturan dasar psikoanalisis adalah bahwa pasien setuju untuk jujur sepenuhnya terhadap
ahli analisis dan menceritakan segala sesuatu tanpa pilih-pilih. Freud memaparkan teknik yang
memungkinkan kejujuran tersebut sebagai asosiasi bebas (Sadock, 2015).

- Asosiasi bebas. Dalam asosiasi bebas, pasien harus membersihkan pikirannya dari
pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan
segala sesuatu yang datang ke dalam pikirannya tanpa adanya penyensoran, terlepas dan
apakah mereka rasakan pikiran tersebut tidak dapat diterima atau memalukan, itu tidak
penting. 3Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman
masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkautan dengan situasi-situasi traumatik
masa lampau. Asosiasi dipimpin oleh tiga jenis tenaga bawah sadar: konflik patogenik
neurosis, keinginan untuk sembuh, dan keinginan untuk menyenangkan ahli analisis. Peranan
antara faktor-faktor tersebut menjadi kompleks.
- Perhatian mengalir bebas (free-floating attention). Jawaban ahli analisis terhadap asosiasi
bebas pasien adalah cara mendengarkan yang khusus, yang dinamakan perhatian mengalir
bebas. Ahli analisis membiarkan asosiasi pasien menstimulasi asosiasi mereka sendiri dan
dengan demikian mampu untuk melihat tema dalam asosiasi bebas pasien yang mungkin
dicerminkan kembali kepada pasien kemudian atau pada beberapa waktu kemudian.
Perhatian ahli analisis yang cermat kepada pengalaman subjektifnya sendini adalah bagian
yang tidak dapat diterima dari analisis.
- Aturan abstinensi. Dengan mengikuti aturan abstinensi, pasien mampu menunda pemuasan
tiap keinginan instinktual seperti membicarakannya dalam terapi. Ketegangan yang
ditimbulkan menghasilkan asosiasi relevan yang digunakan oleh ahil analisis untuk

13
meningkatkan kesadaran pasien. Aturan tersebut tidak dimaksudkan abstinensi seksual,
tetapi, dengan tidak mengijinkan lingkungan terapi memuaskan harapan infantil pasien akan
cinta dan kasih sayang.

e. Indikasi Terapi

Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung lama yang telah
menimbulkan gejala atau gangguan yang signifikan sehingga pasien termotivasi secara waktu
dan finansial untuk menjalani terapi. Sebelum menjalani terapi pasien harus mengerti bahwa
terapi yang akan dijalani adalah suatu proses agar pasien lebih memahami. Pasien juga harus
mempunyai pengertian bahwa terapi ini bertujuan agar mereka lebih mengerti diri mereka sendiri
sehingga proses terapi ini bukan merupakan suatu usaha yang terburu-buru untuk mencapai
kesembuhan (Sadock, 2015).

f. Kontraindikasi Terapi

Berbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masing-masingnya harus


dipertimbangkan sebelum melakukan terapi (Sadock, 2015).

- Usia. Biasanya, banyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang dewasa yang
berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup untuk perubahan. Tetapi
yang lebih penting dari usia adalah kapasitas pasien individual untuk introspeksi secara
bijaksana dan keinginan untuk berubah. Calon ideal ádalah biasanya dewasa muda, anak –
anak tidak mampu mengikuti aturan asosiasi bebas.
- Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja sama dalam
proses.
- Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan kepribadian anti sosial adalah
prediktor paling negatif dari respon psikoterapi.
- Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan terapi lain.
- Psikoanalisis pada pasien psikotik tidak disarankan karena pasien-pasien psikotik sulit
membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting dalam transferensi. Selain pada pasien
psikotik, pasien dengan ketergantungan obat juga sulit dilakukan karena mereka dianggap
tidak mampu menoleransi frustasi dan kebutuhan emosional dari psikoanalisis.
- Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di kontraindikasikan karena
mengganggu transferensi dan objektifitas ahli analisis.

g. Hasil Terapi

Analisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan membantu menemukan cara yang
dapat diterima untuk menghadapi impuls yang tidak dapat diturunkan. Tujuan akhir adalah
menghilangkan gejala, dengan demikian meningkatkan kemampuan pasien untuk bekerja,

14
bersenang-senang dan mengerti diri sendiri. Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa
keadaan untuk banyak gangguan (Sadock, 2015).

 Psikoterapi Psikoanalitik

Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan psikoanalitik yang
telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Psikoterapi psikoanalitik adalah terapi yang
berorientasi pada tilikan pasien. Tidak seperti psikoanalisis, yang sebagian permasalahan
akhirnya mengungkapkan dan bekerja selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam
neurosis transferensi, psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien
sekarang dan pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan
dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya menggunakan
asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai dengan teknik
wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti
psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan
suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain (Sadock, 2015).

a. Teknik Terapi

Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling bertatap-tatapan satu
sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan bukan merupakan kumpulan khayaian
yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat
lebih sering digunakan bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis.
Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal, memusatkan pada
masalah yang sekarang dan menekan, sampai terapi selama bertahun-tahun, dengan satu sampai
tiga wawancara dalam seminggu dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis,
psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi
(Sadock, 2015).

b. Tipe

1) Psikoterapi berorientasi tilikan (psikoterapi ekspresif)


Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan kepribadiannya. Untuk
mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman
di mana pasien berada, Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga
disebut terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di mana
pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku
sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Psikoterapi ekspresif
ini bertujuan agar dapat meningkatkan kesadaran diri pasien untuk mencapai pemahaman
yang berfokus pada masalah yang dihadapi pasien dari kejadian-kejadian interpersonal
melalui proses eksplorasi dan dari persepsi pasien itu sendiri. Dari terapi diharapkan pasien

15
dapat menghadapi konflik yang sedang dihadapi baik pada alam sadar maupun semi-sadar.
Inilah perbedaan dari terapi psikoanalisis yang menekankan usaha untuk mengungkap motif
pada masa lalu pasien (Sadock, 2015).
Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang dikembangkan atau
digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada factor-faktor tertentu seperti
pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki batas-batas,
identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak
memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih-pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan
dilakukan pasien. Kadang-kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah
dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat mencoba
untuk mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas yang realistik
untuk perilaku maladaptif pasien (Sadock, 2015).

2) Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini memiliki tujuan
untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang
telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi
pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan
dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk
dihadapi. Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau
kombinasi, termasuk (Sadock, 2015) :
- Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah
- Pemuasan kebutuhan tergantungan
- Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya
- Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai contohnya, hobi)
- Istirahat dan penghiburan yang adekuat
- Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan jika mungkin
- Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan
- Medikasi untuk menghilangkan gejala
- Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini rnenggunakan
teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima, terlindungi, terdorong dan tidak
merasa cemas.
Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini dapat dipilih
jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap didasarkan
pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk
perbaikan (Sadock, 2015).
Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis : katarsis,
persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling). Oleh karena
itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini (Sadock, 2015) :

16
 Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya.
Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang,
karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu
oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan
terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah
kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.
 Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang
timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya.
Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-
impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain
dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat
menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang. Hal
ini dibantu dokter dengan sikap membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu
serta membebaskan dari impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati
nurani. Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya
akan hilang.
 Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau
membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter sendiri
harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan
empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya
terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia
mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti
akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang
dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.
 Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang juga
menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena pasien
menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan
reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang
berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa
pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan
gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-
gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab
gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi
karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak
logis.
 Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau sambil
lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat
(cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan
menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien.

17
 Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang
berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup
mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara
berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.
 Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu
pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah
lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah
pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi.
 Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses
bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada seorang
pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya ialah pada
masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada gangguan
dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar
kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada tingkat
realistik (nyata).
 Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa
latihan kerja tertentu agar ia terampil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari
nafkah kelak.

Tabel 1. Lingkup praktik Psikoanalitik: Suatu Rangkaian Klinik

Komponen Psikoanalisis Psikoterapi Psikoanalitik

Ekspresif Suportif

Frekuensi Teratur 4 – 5 kali seminggu; 50 menit Teratur 1 – 3 kali seminggu; 0,5 – 1 Fleksibel ≤ 1 kali seminggu;
jam atau sesuai kebutuhan, 0,5 –
1 jam

Durasi Jangka panjang; biasanya 3 - >5tahun Jangka pendek / panjang; beberapa Jangka pendek/panjang
sesi – beberapa bulan/tahun intermiten; sesi tunggal
seumur hidup

Lingkungan Pasien terutama berada pada dipan Pasien dan ahli terapi berhadap- Pasien dan ahli terapi
dengan ahli analis di luar pandangan hadapan; kadang menggunakan berhadap-hadapan; dipan
pasien dipan dikontraindikasikan

Modus Analisis sistematik semua transferensi Analisis parsial tentang dinamika Pembentukan ikatan
operandi (positif dan negatif) dan resistensi; dan pertahanan; pusatkan pada terapeutik dan hubungan
fokus primer pada ahli analis dan kejadian interpersonal sekarang dan objek yang nyata; analisis
kejadian dalam sesi; transferensi transferensi kepada orang lain di transferensi
neurosis dipermudah; regresi luar sesi; analisis transferensi dikontraindikasikan dengan

18
didorong negatif; transferensi positif sedikit kekecualian; pusat
dibiarkan tidak digali kecuali akan pada kejadian eksternal yang
berkembang; mendorong regresi disadari; regresi dihalangi
terbatas

Peranan ahli Netralitas absolut; frustrasi pasien; Netralitas yang dimodifikasi; Netralitas didukung;
analis-ahli peranan reflektor-cermin pemuasan pasien secara lengkap pemuasan eksplisit teratas,
terapi dan aktivitas besar pengarahan, dan
pengungkapan

Agen Tilikan menguasai dalam lingkungan Tilikan dalam lingkungan empatik; Ego pelengkap atau wali
perubahan yang relatif terputus identifikasi dengan objek kebajikan sebagai pengganti
mutative sementara; mempertahankan
lingkungan; tilikan kepada
tingkat mungkin

Populasi Neurosis; karakter psikopatologi Neurosis; karakter psikopatologi Gangguan karakter berat;
pasien ringan ringan – sedang, terutama gangguan psikosis laten atau manifes;
kepribadian narsistik dan ambang krisis akut; penyakit fisik

Persyaratan Motivasi tinggi; kesadaran psikologis; Motivasi tinggi – sedang dan Suatu tingkat motivasi dan
pasien hubungan objek sebelumnya yang kesadaran psikologis; kemampuan kemampuan untuk
baik; kemampuan mempertahankan membentuk ikatan terapeutik; membentuk ikatan terapeutik
transferensi neurosis; toleransi toleransi frustasi rendah
frustasi yang baik

Tujuan dasar Reorganisasi struktural kepribadian; Reorganisasi parsial kepribadian Reintegrasi diri dan
resolusi konflik bawah sadar; tilikan dan pertahanan; resolusi konflik kemampuan untuk
ke dalam kejadian intrapsikis; prasadar dan sadar; tilikan ke dalam mengatasi masalah;
peredaran gejala adalah hasil tidak kejadian interpersonal sekarang; stabilisasi atau restorasi
langsung memperbaiki hubungan objek; keseimbangan sebelumnya;
peredaan gejala adalah tujuan atau memperkuat pertahanan;
mendahului penggalian lebih jauh penyesuaian/penerimaan
yang lebih baik terhadap
patologi; peredaran gejala
dan restruktur lingkungan
sebagai tujuan utama

Teknik utama Metode asosiasi bebas menonjol; Asosiasi bebas yang terbatas; Metode asosiasi bebas
interpretasi dinamika lengkap konfrontasi, penjelasan, dan dikontraindikasikan; sugesti
(termasuk konfrontasi, penjelasan, interpretasi parsial yang menonjol, (nasehat) menonjol; abreaksi
dan melakukan) dengan penekanan dengan penekanan interpretasi di berguna; konfrontasi,
sini dan sekarang dan interpretasi penjelasan, dan interpretasi

19
pada rekonstruksi genetik genetik terbatas di sini dan sekarang adalah
sekunder; interpretasi
genetik adalah
dikontraindikasikan

Terapi Terutama dihindari; jika digunakan, Mungkin diperlukan (misalnya, Sering diperlukan (misalnya,
pelengkap semua arti dan makna negatif dan obat psikotropik sebagai tindakan obat psikotropik, terapi
positif dianalisis lengkap sementara); jika diberikan, arti keluarga, terapi rehabilitatif,
negatif digali dan dihilangkan atau hospitalisasi); jika
digunakan; arti positif
ditekankan

Sumber : Sadock, B. J., dan Sadock, V. A. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10th
ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

 Psikoterapi Singkat (Brief Psychodynamic Psychotherapy)

Terapi jangka pendek ini menggunakan konsep dasar psikoanalisis dengan kriteria pasien
tertentu serta teknik yang dilakukan berdasarkan masalah yang ada. Diperkenalkan oleh Franz
Alexander dan Thomas French yang mendesign sebuah terapi yang menempatkan pasien pada
ketenangan, manipulasi transferensi dan menggunakan uji coba interpretasi yang fleksibel.
Faktor penentu keberhasilan adalah motivasi pasien, diharapkan pasien dapat menghadapi
konsep psikologis sehingga dapat berespon terhadap interpretasi, kemudian memusatkan
perhatian pada pemecahan konflik di sekitarnya dan hal yang mendasari masalah tersebut
(Sadock, 2019).

1) Psikoterapi Fokal Singkat (Tavistock-Malan)

Tujuan yaitu menjelaskan sifat pertahanan, kecemasan dan impuls pasien serta
menghubungkan masa kini, masa lalu dan transferensi segera kemudian menginterpretasikan dan
menghubungkan dengan relasi pasien dengan orang disekitarnya. Sesi dilakukan 20-40 kali,
dalam waktu + 1tahun. Pemilihan kriteria pasien diutamakan dalam teknik ini. Pasien dengan
motivasi tinggi cenderung lebih berhasil dalam terapi. Kontraindikasi terapi ini adalah usaha
bunuh diri serius, penyalahgunaan alcohol kronis, ketergantungan zat, tindakan destruktif pada
diri sendiri dan sekitar, gejala obsesif kronis yang menimbulkan hendaya (Sadock, 2019).

2) Psikoterapi Terbatas Waktu (Boston University—Mann)

Tujuan terapi mengurangi/menghilangkan nyeri baik akut maupun kronis dan citra diri
negative pada pasien. Terapi ini memusatkan perhatian pada masalah sentral yang spesifik.
Terapi ini tidak memiliki kriteria pasien yang jelas, yang terpenting adalah menentukan konflik
sentral pasien dan khususnya krisis maturasial dengan keluhan psikologis dan somatic pada
remaja. Kontraindikasi terapi ini pasien dengan gangguan depresi berat yang mengganggu

20
persetujuan terapi, pasien dalam kondisi psikosis akut, serta pasien dengan gangguan kepribadian
ambang (Sadock, 2019).

3) Psikoterapi Dinamik Jangka Pendek (McGill University—Davanloo)

Teknik ini dilakukan pada pasien dengan konflik psikologis lebih dari satu, masalah
neurotic kronis dan parah (obsesif kompulsif, fobia). Kriteria mirip dengan teknik Malan, yang
mengutamakan respon pasisn terhadap interpretasi. Teknik fleksibel sesuai kebutuhan pasien.
Diusahakan jangan sampai terjadi regresi atau ketergantungan pasien pada terapis. Penyulit pada
terapi ini adalah jika pada pasien terjadi proyeksi, distorsi dan denial. Sementara pendukung
keberhasilan terapi adalah motivasi tinggi. Terapis bertugas untuk menegakkan fokus
psikoteraputik dan merumuskan psikodinamika masalah pasien. Lama terapi berkisar antara 5-40
sesi dan tidak ada waktu pengakhiran tertentu (Sadock, 2019).

4) Psikoterapi Jangka Pendek yang mencetuskan anxietas (Harvard University—Sifneos)

Disini pasien harus memilih satu masalah sebagai prioritas utama. Terapi dibagi menjadi
4 fase: pertemuan, terapi awal, terapi luas dan bukti perubahan di akhir psikoterapi (Sadock,
2019).

 Terapi Kognitif

Menurut pencetusnya, Aaron Beck, terapi kognitif didasarkan pada rasional teoritis yang
mendasari bahwa afek dan perilaku seseorang sebagian besar ditentukan oleh cara ia
“menstruktur dunia”. Penstrukturan seseorang terhadap dunia didasarkan pada kognisi (gagasan
verbal atau brgambar yang terdapat pada kesadaran), yang berdasarkan anggapan (skema yang
dikembangkan dari pengalaman sebelumnya). Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka
pendek yang menggunakan kerjasama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan
terapetik. Terapi ini berorientasi terhadap masalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya
dilakukan atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi juga dapat
digunakan bersama-sama dengan obat (Sadock, 2015).

 Terapi Perilaku

Terapi perilaku berfokus pada perilaku dan penggunaan yang nyata dan dapat diamati
berbagai teknik pengkondisian yang diturunkan dari teori belajar ke memodifikasi perilaku
pasien. Terapi ini ditujukan secara eksklusif untuk perbaikan gejala, tanpa mengatasi penyebab
psikodinamik. Terapi perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip teori belajar, termasuk:
pengkondisian operan dan klasik. Pengkondisian operan didasarkan pada premis bahwa perilaku
dibentuk oleh konsekuensinya; jika perilaku adalah diperkuat secara positif, itu akan meningkat;
jika dihukum, itu akan berkurang; dan jika tidak menimbulkan respons, itu akan padam.
Pengkondisian klasik adalah berdasarkan premis bahwa perilaku dibentuk dengan digabungkan
atau terlepas dari rangsangan yang memicu kecemasan. Terapi perilaku diyakini paling efektif

21
untuk menggambarkan, perilaku maladaptif terbatas (misalnya, fobia, kompulsi, makan
berlebihan, merokok, gagap, dan disfungsi seksual). Dalam pengobatan kondisi yang dapat
sangat dipengaruhi oleh psikologis faktor (misalnya, hipertensi, asma, nyeri, dan insomnia),
perilaku teknik dapat digunakan untuk menginduksi relaksasi dan mengurangi kejengkelan
tegangan (Sadock, 2019).

Ada beberapa teknik terapi perilaku sebagai berikut (Sadock, 2019) :

1) Token ekonomi.
2) Terapi keengganan.
3) Desensitisasi sistematis.
4) Paparan tingkat terapeutik.
5) Flooding.
6) Latihan ketegasan.
7) Desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR).
8) Pemodelan peserta.
9) Paparan rangsangan yang disajikan dalam realitas virtual.
10) Pelatihan keterampilan sosial.

 Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Terapi ini didasarkan pada teori bahwa perilaku ditentukan oleh cara di mana orang
berpikir tentang diri mereka sendiri dan peran mereka di dunia. Perilaku maladaptif adalah
sekunder dari pikiran stereotip yang mendarah daging, yang dapat menyebabkan distorsi kognitif
atau kesalahan dalam berpikir. Teorinya adalah ditujukan untuk mengoreksi distorsi kognitif dan
perilaku yang merugikan diri sendiri yang dihasilkan dari mereka. Terapi dilakukan dalam
jangka pendek, umumnya berlangsung selama 15 sampai 20 sesi selama periode 12 minggu.
Pasien disadarkan kognisi mereka sendiri yang terdistorsi dan asumsi yang menjadi dasar
mereka. Pekerjaan rumah ditugaskan; pasien diminta untuk mencatat apa yang mereka pikirkan
dalam situasi stres tertentu (mis., “Saya tidak baik” atau “Tidak ada yang peduli saya") dan untuk
memastikan yang mendasari, seringkali relatif tidak sadar, asumsi yang memicu kognisi negatif.
Proses ini telah disebut sebagai "mengenali dan mengoreksi pikiran otomatis." Terapi kognitif
telah berhasil diterapkan untuk pengobatan depresi nonpsikotik ringan sampai sedang. Ini juga
telah efektif sebagai pengobatan tambahan dalam penyalahgunaan zat dan dalam meningkatkan
kepatuhan terhadap pengobatan. Telah digunakan baru-baru ini untuk mengobati skizofrenia
(Sadock, 2019).

 Psikoterapi Keluarga

Terapi keluarga didasarkan pada teori bahwa keluarga adalah sistem yang berusaha untuk
mempertahankan homeostasis, terlepas dari seberapa maladaptif sistem tersebut. Teori ini telah
disebut sebagai "orientasi sistem keluarga," dan teknik termasuk berfokus pada keluarga

22
daripada pada yang diidentifikasi pasien. Oleh karena itu, keluarga menjadi pasien, bukan
individu anggota keluarga yang telah diidentifikasi sakit. Salah satu tujuan utama dari terapis
keluarga adalah untuk menentukan apa peran homeostatik, bagaimanapun patologis, pasien yang
diidentifikasi melayani dalam sistem keluarga tertentu. Sebuah keluarga tujuan terapis adalah
untuk membantu keluarga memahami bahwa pasien yang diidentifikasi gejala sebenarnya
melayani fungsi penting untuk mempertahankan keluarga homeostatis. Salah satu contohnya
adalah anak yang ditriangulasi yaitu anak yang diidentifikasi oleh keluarga sebagai pasien yang
benar-benar melayani untuk mempertahankan sistem keluarga dengan terlibat dalam konflik
perkawinan sebagai kambing hitam, wasit, atau bahkan pasangan pengganti. Tugas terapis adalah
membantu keluarga memahami proses triangulasi dan mengatasi konflik yang lebih dalam yang
mendasari perilaku anak yang mengganggu. Teknik termasuk pembingkaian ulang dan konotasi
positif (pelabelan ulang dari semua yang diekspresikan secara negatif perasaan atau perilaku
sebagai positif); misalnya, "Anak ini tidak mungkin" menjadi “Anak ini berusaha mati-matian
untuk mengalihkan perhatian dan melindungi Anda dari apa yang dia rasakan adalah pernikahan
yang tidak bahagia.” Tujuan lain dari terapi keluarga termasuk mengubah aturan maladaptif yang

mengatur keluarga, meningkatkan kesadaran akan dinamika lintas generasi, menyeimbangkan


individuasi dan kekompakan, meningkatkan satu-satu langsung komunikasi, dan mengurangi
menyalahkan dan mengkambinghitamkan. Merangkum prinsip-prinsip di mana sejarah keluarga
diperiksa dalam upaya untuk memahami bagaimana sejarah itu memberi tahu keluarga interaksi
saat ini (Sadock, 2019).

 Psikoterapi Interpersonal

Terapi ini merupakan terapi jangka pendek spesifik yang biasa digunakan pada gangguan
depresi. Jangka waktu terapi yaitu selama 3-4 bulan yang terdiri dari sesi selama 45-50 menit
setiap minggu. Dikatakan bahwa penyebab depresi sekaligus metode penyembuhannya adalah
perilaku interpersonal, sehingga pasien diajak untuk melihat secara realistis bagaimana interaksi
mereka dengan orang lain. Hal ini dilakukan agar mereka dapat menyadari bahwa tindakan diri
sendiri dengan mengisolasi diri adalah hal yang menyebabkan dan memperberat kondisi depresi.
Dengan nasihat yang diberikan selama terapi maka terapis dapat membantu pasien untuk
memperjelas area konflik serta membantu dalam mengambil keputusan. Di sini sangat
diperlukan sikap yang penuh empati, fleksibel dan suportif dari terapis (Sadock, 2015).

 Psikoterapi Kelompok

Terapi kelompok didasarkan pada teori sebanyak terapi individu. Kelompok berkisar dari
mereka yang menekankan dukungan dan peningkatan sosial keterampilan, untuk mereka yang
menekankan bantuan gejala tertentu, untuk mereka yang bekerja melalui konflik intrapsikis yang
belum terselesaikan. Dibandingkan dengan individu terapi, dua kekuatan utama terapi kelompok
adalah kesempatan untuk umpan balik langsung dari rekan-rekan pasien dan kesempatan untuk
kedua pasien dan terapis untuk mengamati kondisi psikologis, emosional, dan tanggapan

23
perilaku terhadap berbagai orang, yang menimbulkan berbagai transferensi. Masalah individu
dan interpersonal dapat diselesaikan. Kelompok cenderung bertemu satu sampai dua kali
seminggu, biasanya selama 1 jam. Mereka mungkin homogen atau heterogen, tergantung pada
diagnosis. Contoh kelompok homogen termasuk untuk pasien yang mencoba menurunkan berat
badan atau berhenti merokok, dan kelompok yang anggotanya berbagi hal yang sama masalah
medis atau kejiwaan (misalnya, AIDS, gangguan stres pasca trauma, gangguan penggunaan zat).
Jenis pasien tertentu tidak berhasil dalam beberapa hal jenis kelompok. Pasien psikotik, yang
membutuhkan struktur dan kejelasan arah, tidak melakukannya dengan baik dalam kelompok
berorientasi wawasan. pasien paranoid, kepribadian antisosial, dan penyalahguna zat dapat
mengambil manfaat dari kelompok terapi tetapi tidak berhasil dalam heterogen, kelompok
berorientasi wawasan. Di dalam umum, pasien psikotik akut atau bunuh diri tidak melakukannya
dengan baik dalam kelompok (Sadock, 2019).

2.6 Efektivitas Psikoterapi

Dari berbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian banyak
bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain.
Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor (Gerald, 2009) :

 Tujuan yang ingin dicapai


 Motivasi pasien
 Kepribadian dan ketrampilan terapis
 Teknik yang digunakan

2.7 Hasil Terapeutik

Hasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa (Gerald, 2009) :

 Bebas penyakit : Penyakit – sakit – Bebas penyakit.


 Sejahtera bahagia : Penderitaan – Menderita – Sejahtera – Bahagia.

24
BAB III

KESIMPULAN

Psikoterapi adalah cara cara atau pendekatan yang menggunakan teknik psikologik untuk
menghadapi ketidakserasian atau gangguan mental. Psikoterapi menggarap hal-hal yang dasar
dan rasional atau irasional. Gejala gejala yang tampak secara klinis pada pasien, menggambarkan
perilakunya menghadapi problematika hidup. Apabila ingin menyembuhkan jiwa atau mencari
jalan untuk kesembuhan jiwa, kita harus memahami hal-hal yang mempengaruhi seseorang sejak
masa dini hingga kini.

Dalam melakukan psikoterapi, hendaknya kita mengoptimalkan fungsi mendengar


dengan seksama (theraupeutic or empathic listening) dan mengoptimalkan hubungan terapeutik
(theraupetic alliance). Kita jangan berpreokupasi pada tujuan yang ingin dicapai (misanya harus
memberikan saran apa bagi pasien). Semakin kita mendengar, kian jelas apa yang harus kita
lakukan.

Komunikasi antara dokter-pasien sangatlah penting. Ketika berhadapan dengan pasien,


kita harus senantiasa membina hubungan interpersonal dengan optimal, mengerti dan sadar apa
yang kita bicarakan, bagaimana cara penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita
menyampaikan pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan kita yang tentunya harus bersifat
profesional dan tidak terkait dari respon emosional yang subyektif.

Di sini hubungan perasaan dokter - pasien bersifat empati (simpati netral), tanpa perasaan
sentimental atau simpati berlebihan. Maka penting seorang dokter memiliki kemampuan dalam
memberikan empati, yaitu dengan merasakan dengan penuh pengertian emosi dan pengertian
perilaku orang lain. Hal ini harus terlihat dari segala gerak-gerak, ucapan-ucapan dan ajuk
(mimik) dari seorang dokter.

Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam mendengarkan dengan


cermat (empathic listening), disertai observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan yang
memadai tentang psikologi, psikopatologi dan proses-proses kejiwaan, kita akan mendapat
gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien.

25
DAFTAR PUSTAKA

Gerald, C. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama.

Maramis,W.F. 2009. Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7. Airlangga University.

Susilawati, L. K. P. A., Widiasavitri, P. N., Budisetyani, P. W., et.al, 2017. Bahan Ajar Materi
Kuliah Psikoterapi I. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Sadock, B. J., and Sadock, V. A. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10th ed.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Sadock, B. J., Sadock,V. A., and Ruiz, P. 2015. Kaplan & Sadock’s Synopsisi of Psychiatry:
Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. Ed 11. Philadelphia : Wolters Kluwer Health.

Sadock, B. J., Ahmad, S., and Sadock, V. A. 2019. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of
Clinical Psychiatry Sixth Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer Health.

26

Anda mungkin juga menyukai