Mata Kuliah
Keperawatan Holistik 2
Dosen Pembimbing
Disusun oleh :
Kelompok 10 - A19.2
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Holistik 2
dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam kami curahkan kepada Rasulullah SAW
yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah yang bertema “Terapi Musik” ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Holistik 2. Pada proses penulisan
dan penysusunan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung. Maka, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi musik merupakan salah satu intervensi yang sedang berkembang
belakangan ini sebagai suatu intervensi sistematis dengan terapis yang membantu klien
untuk meningkatkan kesehatan menggunakan pengalaman musik dan hubungan yang
berkembang diantaranya sebagai kekuatan dinamis perubahan (Bruscia, 2014). Musik
yang digunakan dalam terapi musik biasanya merupakan musik yang lembut dan teratur
seperti instrumental dan musik klasik (Dillman Carpentier & Potter, 2007).
Perkembangan terapi musik dalam lingkup kesehatan, tidak lepas dari berbagai
perdebatan yang masih mempertanyakan efektivitas, standar prosedur operasional, efek
samping musik yang digunakan dan berbagai hal lain yang menjadi detail dalam terapi.
Namun penggunaan terapi musik semakin maju dari masa ke masa. Jika dahulu terapi
musik banyak dilakukan oleh masyarakat-masyarakat Barat, di masa sekarang
Indonesia sudah mulai mempertimbangkan untuk menggunakan terapi musik meskipun
penggunaannya masih eksklusif dan terbatas (Rahardjo, 2016). Dalam praktik terapi
musik ini biasanya menjadi alternatif terapi untuk mengatasi permasalahan kesehatan.
Sehingga pada uraian ini penulis mencoba untuk membahas terkait dengan terapi
musik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan filosofi keperawatan terhadap terapi musik?
2. Apakah definisi dari terapi musik?
3. Apakah jenis musik dalam terapi musik?
4. Metode apa saja yang dapat diterapkan dalam terapi musik?
5. Apakah efektivitas yang didapatkan dari terapi musik?
6. Apakah efek samping dari terapi musik?
7. Bagaimana standar operasional prosedur melaksanakan terapi musik?
8. Bagaimana penerapan dari terapi musik untuk mengurangi kecemasan?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran secara umum mengenai terapi musik dan standar prosedur
serta penerapannya untuk mengurangi kecemasan.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui definisi dari terapi musik
b. Mengetahui jenis musik dalam terapi musik
c. Mengetahui efektivitas dan efek samping dari terapi musik
d. Mengetahui metode-metode dalam terapi musik
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah pembaca dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai terapi musik dan standar prosedur serta
penerapannya untuk mengurangi kecemasan, efektivitas dan efek samping dari terapi
musik yang dilakukan. Pembaca juga dapat menerapkan dan melakukan terapi musik
sendiri karena terapi ini sangat mudah dan dapat dilakukan dimana saja.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
World Federation of Music Therapy mengungkapkan bahwa terapi musik
sebagai intervensi profesional dari musik dan elemennya sebagai salah satu intervensi
dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan sehari-hari dengan individu,
kelompok, keluarga, atau komunitas yang mencoba untuk melakukan optimalisasi
kualitas hidupnya dan meningkatkan kesehatan fisik, sosial, komunikatif, emosional,
intelektual, spiritualnya serta kondisi well-being dirinya (Edwards, 2017).
4
D. Sejarah Terapi Musik
Musik selalu berkembang sejalan dengan perkembangan aktif di
masyarakat. Pada zaman dahulu, musik dipakai sebagai katalis untuk menstimulasi
emosi dan membawa individu pada kondisi istriahat dan relaksasi hingga kemudian
orang-orang Yunani pada abad kelima sebelum masehi memakai jenis musik tertentu
untuk mengatasi orang-orang yang mempunyai masalah. Musik yang dipakai sebaai
sarana penyembuhan pada perkembangannya menginspirasi terbentuknya terapi
musik. Musik menangkap dan membantu memelihara perhatian. Alasan umum dari
musik inilah yang melandaskan berbagai penelitian untuk memakai musik sebagai
media utama terapi, seperti penelitian yang dilakukan oleh Havlat yang memanfaatkan
musik sebagai sarana terapi terhadap pengembangan kemampuan komunikasi verbal
dan non-verbal anak autis. Penelitian ini memanfaatkan terapi musik karena
beranggapan musik sebagai aspek universal pengganti bahasa yang dapat diberikan
untuk membentuk komunikasi bersama anak autis.
Kemudian, pada masa Kekhalifahan Abbasiyah seni budaya di masa ini terus
berkembang pesat pada periode pertama (750-847 M). Menurut (Karim, 2012:167)
pengaruh Persia sangat penting di bidang seni, ilmu filsafat, dan sastra. Selanjutnya
banyak musisi ternama yang yang bermunculan pada masa Dinasti Abbasiyah, yaitu
Sa’ib Khathir (wafat 683 M), Tuwais (wafat 710 M), Ibnu Mijjah (wafat 714 M), Ishaq
Al-Mausili (767-850), AlKindi (800-877 M), dan Al Farabi (872- 950 M). Peradaban
Islam juga menyumbang instrumen musik yang penting untuk masyarakat modern yang
menjadi dasar alat musik yang ada di dunia diantaranya Alboque atau Alboka, Qanun
(Kecapi) dan ‘Ud, Hurdy Gurdy dan Instrumen Musik Keyboard Gesek, Timpani,
Naqqāra atau Naker, dan Rebab. Para ilmuwan Dinasti Abbasiyah mempunyai
perhatian besar pada seni musik salah satunya adalah Abu Nashr AlFarabi atau biasa
dikenal dengan Al-Farabi. Al-Farabi tidak hanya terkenal sebagai filsuf yang pandai,
namun ia juga dikenal sebagai musikus yang hebat serta pandai dalam memainkan alat
musik, ia juga penemu alat musik rebab dan qanun. Al-Farabi menyatakan bahwa musik
dapat memberikan ketenangan dan dapat membimbing emosi seseorang,
mengembangkan spiritualitas, juga musik dapat dipakai untuk alat terapi penyembuhan
penyakit seperti gangguan psikosomatik.
5
E. Efek Samping Terapi Musik
Salah satu permasalahan yang dapat diatasi dengan terapi musik adalah
ketakutan dan ansietas atau kecemasan. Reaksi fisiologis ansietas adalah hal yang
pertama kali muncul pada sistem saraf otonom yang meliputi frekuensi nadi dan
respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih
dan usus, kulit dingin dan lembab, peningkatan respirasi, dilatasi pupil, serta mulut
kering. Saat dalam keadaan seperti itu, ketika didengarkan musik maka gelombang
listrik yang ada pada otak dapat diperlambat dan dipercepat sehingga kinerja sistem
tubuh mengalami perubahan (Yuanitasari, 2008).
Selain itu musik juga dapat mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi dan
tekanan darah. Denyut nadi akan merangsang keanekaragaman musik seperti frekuensi,
volume dan tempo yang dapat menjadi lebih cepat atau lebih lambat bersamaan dengan
ritme suatu bunyi musik. Maka dari itu jika suatu bunyi musik melambat, maka akan
membuat detak jantung semakin lambat, detak jantung yang lebih lambat dapat
mengurangi tingkat stress dan ketegangan fisik serta dapat menenangkan pikiran dan
membantu tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri. Musik juga dapat mempengaruhi
pernapasan. Adanya perubahan gelombang otak juga akan mempengaruhi fungsi tubuh
lainnya yang diatur oleh sistem saraf otonom, misalnya detak jantung dapat berubah
akibat jenis musik yang berbeda. Untuk menciptakan ketenangan, mengendalikan
emosi dan menciptakan metabolisme yang baik, maka dibutuhkan laju napas yang lebih
dalam dan lebih lambat. Pemberian terapi musik yang menggunakan musik dengan
tempo lambat sangat disarankan agar seseorang dapat memperlambat dan
memperdalam pernapasan sehingga memungkinkan pikiran seseorang tersebut menjadi
lebih tenang (Campbell, 2001).
6
G. Metode Terapi Musik
Menurut Davis, Gfeller, & Thaut, 1999; Thaut, 1989; Yinger (2017) Terapi
musik terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
1. Terapi musik pasif atau guided music listening with counseling artinya lagu untuk
terapi akan dipilih oleh terapis dan partisipan diminta untuk mendengarkannya,
selain lagu yang dipilih oleh terapis, partisipan juga dapat memilih lagu sesuai genre
kesukaannya, selanjutnya partisipan dan terapis berdiskusi mengenai pengalaman
atau perasaan partisipan selama sesi berlangsung.
2. Terapi musik pasif dengan relaksasi artinya partisipan akan melakukan kegiatan
relaksasi, progressive muscle relaxation, serta diiringi dengan lagu yang sudah
dipilih oleh terapis, lalu terapis dan partisipan berdiskusi terkait pengalaman atau
perasaan yang dirasakan partisipan selama sesi berlangsung.
3. Menurut Davis, Gfeller, & Thaut, 1999; Thaut, 1989; Yinger, 2017 terapi musik
aktif artinya partisipan berpartisipasi aktif melakukan aktivitas musik, antara lain
menyanyi, memainkan alat musik, dan membuat improvisasi.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
B. Taksonomi SDKI, SLKI,SIKI
No. Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
(SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SLKI) (SIKI)
Edukasi
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
9
2. Ansietas (D.0080) Tujuan : Teknik relaksasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
tingkat ansietas menurun.
Observasi
Kriteria hasil : Identifikasi
Perilaku gelisah penurunan tingkat
menurun energi,
Perilaku tegang ketidakmampuan
menurun berkonsentrasi atau
Frekuensi pernafasan gejala lain yang
menurun menganggu
Frekuensi nadi kemampuan kognitif
menurun Identifikasi teknik
Tekanan darah relaksasi yang
menurun pernah efektif
Konsentrasi digunakan
Terapeutik
Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
Edukasi
Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia
10
Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
Anjurkan mengambil
posisi nyaman
3. Gangguan pola Tujuan : Terapi musik
tidur (D.0055) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan pola Observasi
tidur meningkat. Identifikasi minat
terhadap musik
Kriteria hasil : Identifikasi musik
Keluhan sulit tidur yang disukai
menurun
Keluhan sering Terapeutik
terjaga menurun Posisikan dalam
Keluhan pola tidur posisi nyaman
berubah menurun Sediakan peralatan
terapi musik
Atur volume suara
yang sesuai
Berikan terapi musik
sesuai indikasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur terapi
musik
Anjurkan rileks
selama
11
mendengarkan
musik
b) CD musik
c) Headset
12
2. Prosedur
No Tindakan Rasional
2) Tahap orientasi
a. Identifikasi pasien
a. Beri salam dan panggil klien
dengan memberikan
dengan namanya
salam dan panggil
pasien dengan benar dan
prosedur yang benar.
b. Diskusi penjelasan
b. Jelaskan tujuan, prosedur, dan
dapat mengurangi
lamanya tindakan pada
tingkat kecemasan dan
klien/keluarga
mempersiapkan pasien
untuk mencapai tujuan
13
yang telah
direncanakan.
3) Tahap kerja
a. Berikan kesempatan klien a. Meningkatkan
bertanya sebelum kegiatan pemahaman klien
dilakukan terhadap hal yang
kurang dipahami
b. Menanyakan keluhan utama b. Memvalidasi kondisi
klien permasalahan kesehatan
klien
c. Jaga privasi klien. Memulai c. Memenuhi hak pasien
kegiatan dengan cara yang baik dalam menjaga privasi
klien
d. Menetapkan perubahan pada d. Dalam mencapai tujuan
perilaku dan/atau fisiologi yang yang telah direncanakan
diinginkan seperti relaksasi, perlu menetapkan
stimulasi, konsentrasi, dan perubahan yang ingin
mengurangi rasa sakit dicapai terhadap
relaksasi, stimulasi,
konsentrasi, dan
mengurangi rasa sakit.
e. Menetapkan ketertarikan klien e. Diperlukan ketertarikan
terhadap musik klien terhadap musik
dalam keberhasilan
tindakan terapi.
f. Identifikasi pilihan musik klien f. Mengidentifikasi musik
dan diskusikan tujuan berbagi yang sesuai dengan
pengalaman dalam musik kehendak klien dan
pengalaman klien
terhadap musik
pilihannya
g. Bantu klien untuk memilih g. Posisi yang nyaman
posisi yang nyaman pada klien akan
14
mencegah ketegangan
otot dan punggung serta
h. Batasi stimulasi eksternal dapat memberikan
seperti cahaya, suara, kelancaran dalam
pengunjung, panggilan telepon mencapai tujuan
selama mendengarkan musik kegiatan
i. Dekatkan tape musik/CD dan h. Stimulasi eksternal
perlengkapan dengan klien dapat menjadi
(pastikan tape musik/CD dan penghambat tercapainya
perlengkapan kondisi baik). tujuan kegiatan.
Dukung dengan headphone jika
diperlukan
j. Nyalakan musik dan lakukan i. Hal ini dapat
terapi musik. Pastikan volume memudahkan tindakan
musik sesuai dan tidak terlalu kerja selanjutnya.
keras. Hindari menghidupkan
musik dan meninggalkannya
dalam waktu yang lama
15
stimulasi, konsentrasi, dan mengespresikan diri
mengurangi rasa sakit terhadap kegiatan yang
dilakukan dengan
bernyanyi dan
memainkan musik.
l. Identifikasi perubahan
perilaku/ fisiologi yang
diharapkan setelah
dilakukan tindakan
terapi tersebut.
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan a. Tindakan evaluasi
(kenyamanan klien). Simpulkan diperlukan dalam
hasil kegiatan. Berikan umpan memastikan tercapai
balik positif atau tidaknya tujuan
b. Kontrak pertemuan selanjutnya awal kegiatan
c. Bereskan alat-alat dan cuci
tangan dengan benar b. Tindak lanjut kegiatan
keperawatan selanjutnya
c. Membereskan alat dapat
mengurangi
kontaminasi barang-
barang lainnya. Menjaga
kebersihan tangan dapat
mencegah penyebaran
mikroorganisme.
5) Dokumentasi
Pencatatan hasil kegiatan
Catat hasil kegiatan di dalam catatan
diperlukan dalam
keperawatan
16
a. Nama Px, umur, jenis kelamin, melakukan tindakan yang
dll dipertanggungjawabkan.
b. Keluhan utama
d. Lama tindakan
g. Respon pasien
h. Nama perawat
i. Tanggal pemeriksaan
D. Peran Perawat
Peran perawat dalam terapi komplementer salah satunya, yaitu terapi musik
adalah sebagai berikut:
17
6. Menurut Smith et al (2004) peran perawat sebagai advokat: Perawat sebagai
sarana pemenuhan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
dilakukan termasuk perawatan alternatif kepada klien.
Walaupun sudah banyak terapi non farmakologi yang digunakan, tetap saja
kebanyakan perawat cenderung mengikuti program terapi kolaborasi bersama
dokter dengan menggunakan terapi farmakologis. Masih banyak pula perawat yang
bergantung pada terapi medis karena beberapa alasan antara lain karena masih
adanya keraguan, tidak percaya diri, atau terlalu sibuk sehingga tidak melaksanakan
intervensi keperawatan yang memfasilitasi penyembuhan untuk pasien.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi musik adalah suatu terapi yang memanfaatkan alunan melodi, ritme, dan
harmonisasi suara dengan tepat. Terapi ini merupakan tindakan non farmakologi yang
aman diberikan pada pasien, mudah untuk dilakukan dan biaya yang dikeluarkan juga
terjangkau. Pada pemberian terapi musik, mempunyai beberapa manfaat antara lain
dapat menurunkan tekanan darah melalui ritmik musik yang stabil sehingga
memberikan irama yang teratur pada jantung, menstimulasi kerja otak, meningkatkan
imunitas tubuh, dan memberikan keseimbangan pada detak jantung serta denyut nadi.
Pada umumnya jenis musik yang diberikan adalah musik yang lembut, mempunyai
irama dan nada-nada teratur seperti musik klasik. Musik dapat menstimulasi sistem
saraf pusat untuk memproduksi endorfin sehingga menciptakan suasana yang
menyenangkan dan dapat mengurangi rasa nyeri serta meminimalkan rasa takut serta
cemas. Selain itu, musik dapat juga memberikan perasaan yang positif dan
meningkatkan mood. Pelaksanaan intervensi terapi musik melibatkan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien.
B. Saran
Pada pemberian asuhan keperawatan, sebaiknya perawat dapat mengajarkan
terapi musik pada pasien maupun keluarga pasien secara langsung. Hal tersebut
bertujuan untuk menurunkan atau mengurangi intesitas nyeri dan kecemasan yang
dialami pasien. Dengan demikian, ketika pasien mengalami nyeri maupun merasa
cemas, maka teknik tersebut dapat dilakukan sendiri dan dengan tahapan-tahapan yang
benar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Armansyah, & Anggreyny, Y. (2012). Pengaruh terapi musik klasik terhadap respon fisiologis
pada pasien yang mengalami kecemasan praoperatif ortopedi. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 1(4), 205-209.
Dillman-Carpentier, F., & Potter, R. (2007). Effect of music on physiological arousal: Explorations
into tempo and genre. Media Psychol, (10), 339-63.
Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press.
Edwards, J (Ed). (2017). The Oxford handbook of music therapy. Oxford: Oxford University Press.
Endarto, A., Ismonah., & Wulandari (2012). Perbedaan intensitas nyari pada pasien kanker
sebelum dan sesudah pemberian terapi musik di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Karya
Ilmiah Stikes Telogorejo.
Geraldina, A. M. (2017). Terapi musik: bebas budaya atau terikat budaya?. Buletin Psikologi,
25(1), 45-53. DOI: 10.22146/buletinpsikologi.27193.
Hani, R., & Ediyono, S. (2019). Terapi Musik Menurut Al-Farabi Pada Masa Dinasti Abbasiyah
(942-950 M). Jurnal CMES, 65-75.
Larasati, D. M & Prihatanta, H. (2017). Pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan
sebalum bertanding pada atlet futsal puteri. Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga, 16(1).
Napitupulu, M., & Sutrianingsih. (2019). Pengaruh terapi musik klasik terhadap lansia penderita
insomnia. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 4(2), 70-75.
Nurdiansyah, T. E. (2016). Pengaruh terapi musik terhadap respon nyeri pada pasien dengan post
operasi di RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, 6(1).
Paramita, B.P., Haurawan, F., & Astuti, I.D. (2016). Pengaruh terapi musik terhadap penurunan
tingkat kecemasan pasien pra pembedahan sectio caesar di rumah sakit ibu dan anak
Pusurategalsari, Surabaya. Jurnal Sains Psikologi, 5(2), 6-9.
Pratama, R. N., & Puspitasari, W. A. (2019). Terapi musik dalam menurunkan tingkat depresi pada
lansia. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), 606-614.
20
Rahardjo, W. (2016). Terapi musik untuk kesehatan. Femina. Retrieved from
https://www.femina.co.id/healthdiet/terapi-musik-untuk-kesehatan
Rantung, J. (2019). Penerapan terapi musik terhadap nyeri neuropati pada penyandang diabetes
mellitus. Nutrix Jurnal, 3(1), 21-28.
Snyder, M & Lindquist, R. (2002). Complementary Alternative Therapies Nursing. 4th ed. New
York: Springer Publishing Company.
Widyatuti. (2008). Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia,
53-57.
Yosephine, Satiadarma, M. P., & Theresia, Y. (2019 ). Pengaruh terapi musik terhadap penurunan
perilaku agresi pada remaja. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 509-519 .
https://doi.org/10.24912/ jmishumsen.v3i2.3562
21