Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TERAPI MUSIK

Mata Kuliah

Keperawatan Holistik 2

Dosen Pembimbing

Wahyu Hidayati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.KMB.

Disusun oleh :

Kelompok 10 - A19.2

Bella Nur Baiti (22020119140139)


Dhiya Fani Sekar Pelangi (22020119140148)
Saskia Novi Chairunisa (22020119120013)
Veralita Nur Hasanah (22020119130099)

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Holistik 2
dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam kami curahkan kepada Rasulullah SAW
yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah yang bertema “Terapi Musik” ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Holistik 2. Pada proses penulisan
dan penysusunan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung. Maka, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Untuk


itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang
dapat kami sampaikan. Kami juga berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta
mampu memberikan pengetahuan baru kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 12 September 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJUAN TEORI .................................................................................................. 3
A. Landasan Filosofi Keperawatan ................................................................................. 3
B. Definisi Terapi Musik .................................................................................................. 3
C. Terapi Musik Berdasarkan Teori Keperawatan ....................................................... 4
D. Sejarah Terapi Musik .................................................................................................. 5
E. Efek Samping Terapi Musik ....................................................................................... 6
F. Jenis Musik dalam Terapi Musik ............................................................................... 6
G. Metode Terapi Musik .................................................................................................. 7
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 8
A. Efektivitas Terapi Musik ............................................................................................. 8
B. Taksonomi SDKI, SLKI,SIKI ..................................................................................... 9
C. Standar Operasional Prosedur ................................................................................. 12
D. Peran Perawat ............................................................................................................ 17
E. Analisa Jurnal Terkait Penerapan Terapi Musik ................................................... 18
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi musik merupakan salah satu intervensi yang sedang berkembang
belakangan ini sebagai suatu intervensi sistematis dengan terapis yang membantu klien
untuk meningkatkan kesehatan menggunakan pengalaman musik dan hubungan yang
berkembang diantaranya sebagai kekuatan dinamis perubahan (Bruscia, 2014). Musik
yang digunakan dalam terapi musik biasanya merupakan musik yang lembut dan teratur
seperti instrumental dan musik klasik (Dillman Carpentier & Potter, 2007).

Perkembangan terapi musik dalam lingkup kesehatan, tidak lepas dari berbagai
perdebatan yang masih mempertanyakan efektivitas, standar prosedur operasional, efek
samping musik yang digunakan dan berbagai hal lain yang menjadi detail dalam terapi.
Namun penggunaan terapi musik semakin maju dari masa ke masa. Jika dahulu terapi
musik banyak dilakukan oleh masyarakat-masyarakat Barat, di masa sekarang
Indonesia sudah mulai mempertimbangkan untuk menggunakan terapi musik meskipun
penggunaannya masih eksklusif dan terbatas (Rahardjo, 2016). Dalam praktik terapi
musik ini biasanya menjadi alternatif terapi untuk mengatasi permasalahan kesehatan.
Sehingga pada uraian ini penulis mencoba untuk membahas terkait dengan terapi
musik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan filosofi keperawatan terhadap terapi musik?
2. Apakah definisi dari terapi musik?
3. Apakah jenis musik dalam terapi musik?
4. Metode apa saja yang dapat diterapkan dalam terapi musik?
5. Apakah efektivitas yang didapatkan dari terapi musik?
6. Apakah efek samping dari terapi musik?
7. Bagaimana standar operasional prosedur melaksanakan terapi musik?
8. Bagaimana penerapan dari terapi musik untuk mengurangi kecemasan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran secara umum mengenai terapi musik dan standar prosedur
serta penerapannya untuk mengurangi kecemasan.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui definisi dari terapi musik
b. Mengetahui jenis musik dalam terapi musik
c. Mengetahui efektivitas dan efek samping dari terapi musik
d. Mengetahui metode-metode dalam terapi musik

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah pembaca dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai terapi musik dan standar prosedur serta
penerapannya untuk mengurangi kecemasan, efektivitas dan efek samping dari terapi
musik yang dilakukan. Pembaca juga dapat menerapkan dan melakukan terapi musik
sendiri karena terapi ini sangat mudah dan dapat dilakukan dimana saja.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Landasan Filosofi Keperawatan


Teori keperawatan yang dapat dijadikan dasar bagi keperawatan dalam
mengembangkan terapi komplementer terutama terapi musik salah satunya yaitu teori
transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi,
dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang
telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan
pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi
komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada
klien (Snyder & Lindquis, 2002).

National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) memiliki


klasifikasi terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori salah satunya adalah mind-
body therapy. Mind body therapy merupakan intervensi untuk memfasilitasi kapasitas
berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan
fungsi tubuh salah satunya dengan terapi musik. Tugas perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan yang meliputi proses pengkajian, diagnosa, intervensi, penatalaksanaan,
dan evaluasi. Pada proses intervensi perawat dapat memilih intervensi komplementer
dan alternatif yang bisa digunakan dalam proses penyembuhan klien.

B. Definisi Terapi Musik


Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata “terapi”
berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau menolong
orang lain. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik atau mental.
Kata “musik” dalam terapi musik digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan
secara khusus dalam rangkaian terapi. Terapi musik merupakan terapi bersifat
nonverbal. Musik dapat membantu pikiran klien mengembara, baik untuk mengenang
hal-hal yang membahagiakan, membayangkan ketakutan-ketakutan yang dirasakan,
mengangankan hal-hal yang diimpikan dan dicita-citakan, atau langsung mencoba
menguraikan permasalahan yang dihadapi. Seorang terapis musik akan menggunakan
musik dan aktivitas musik untuk memfasilitasi proses terapi dalam membantu kliennya
(Djohan, 2006).

3
World Federation of Music Therapy mengungkapkan bahwa terapi musik
sebagai intervensi profesional dari musik dan elemennya sebagai salah satu intervensi
dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan sehari-hari dengan individu,
kelompok, keluarga, atau komunitas yang mencoba untuk melakukan optimalisasi
kualitas hidupnya dan meningkatkan kesehatan fisik, sosial, komunikatif, emosional,
intelektual, spiritualnya serta kondisi well-being dirinya (Edwards, 2017).

C. Terapi Musik Berdasarkan Teori Keperawatan


Perkembangan terapi musik semakin popular dari waktu ke waktu dan sudah
diterapkan di berbagai negara. Seorang arkeolog pada abad ke-6 berhasil menemukan
bahwa musik telah digunakan oleh manusia primitive sebagai upaya atau cara mereka
berdoa pada dewa. Lalu seorang ahli geometri yang berasal dari Yunani benama
Phytagoras menemukan jika terapi musik mempunyai peran yang besar dan mengikuti
tubuh dan jiwa dengan harmoni yang dikeluarkan. Pada akhir abad ke 18, dokter di
Eropa mendukung manfaat musik dalam pengobatan tetapi dengan meningkatkan pula
teknologi medis.
Lalu pada abad ke – 19, Florance Nightingale menyebutkan bahwa musik telah
diterapkan sebagai begian dari asuhan atau intervensi keperawatan. Ia menemukan
bahwa alunan bunyi bunyian dapat membantu sebagai terapi dalah pemnyembuhan
karena dapat meningkatkan relaksasi (Schou, 2008). Perkembangan terapi musik di
bidang kesehatan terus diupayakan dengan maksimal untuk mendapatkan efektivitas
terapi ini terhadap penyembuhan berbagai penyakit baik penyakit fisik maupun
penyakit mental individu.
Musik dapat menyembuhkan berbagai penyakit terutama mengurangi rasan
nyeri karena bekerja pada sistem syaraf otonom yang memiliki tanggung jawab untuk
mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan juga fungsi otak untuk mengendalikan
perasaan dan emosi. Hal ini menunjukan bahwa terapi musik, khusunya untuk musik
klasik dengan irama yang lambat dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate Control,
yaitu impuls nyeri yang dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan yang
ada di sepanjang sistem saraf pusat. Teori Gate Control ini menyebutkan bahwa impuls
nyeri yang dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan jika impuls dihambat saat
pertahanan akan ditutup. Untuk pemutup mekanisme ini salah satu caranya adalah
dengan merangsang sekresi edorfin yang merupakan substansi sejenis morfin yang
disuplai oleh tubuh (Farida, 2010).

4
D. Sejarah Terapi Musik
Musik selalu berkembang sejalan dengan perkembangan aktif di
masyarakat. Pada zaman dahulu, musik dipakai sebagai katalis untuk menstimulasi
emosi dan membawa individu pada kondisi istriahat dan relaksasi hingga kemudian
orang-orang Yunani pada abad kelima sebelum masehi memakai jenis musik tertentu
untuk mengatasi orang-orang yang mempunyai masalah. Musik yang dipakai sebaai
sarana penyembuhan pada perkembangannya menginspirasi terbentuknya terapi
musik. Musik menangkap dan membantu memelihara perhatian. Alasan umum dari
musik inilah yang melandaskan berbagai penelitian untuk memakai musik sebagai
media utama terapi, seperti penelitian yang dilakukan oleh Havlat yang memanfaatkan
musik sebagai sarana terapi terhadap pengembangan kemampuan komunikasi verbal
dan non-verbal anak autis. Penelitian ini memanfaatkan terapi musik karena
beranggapan musik sebagai aspek universal pengganti bahasa yang dapat diberikan
untuk membentuk komunikasi bersama anak autis.

Kemudian, pada masa Kekhalifahan Abbasiyah seni budaya di masa ini terus
berkembang pesat pada periode pertama (750-847 M). Menurut (Karim, 2012:167)
pengaruh Persia sangat penting di bidang seni, ilmu filsafat, dan sastra. Selanjutnya
banyak musisi ternama yang yang bermunculan pada masa Dinasti Abbasiyah, yaitu
Sa’ib Khathir (wafat 683 M), Tuwais (wafat 710 M), Ibnu Mijjah (wafat 714 M), Ishaq
Al-Mausili (767-850), AlKindi (800-877 M), dan Al Farabi (872- 950 M). Peradaban
Islam juga menyumbang instrumen musik yang penting untuk masyarakat modern yang
menjadi dasar alat musik yang ada di dunia diantaranya Alboque atau Alboka, Qanun
(Kecapi) dan ‘Ud, Hurdy Gurdy dan Instrumen Musik Keyboard Gesek, Timpani,
Naqqāra atau Naker, dan Rebab. Para ilmuwan Dinasti Abbasiyah mempunyai
perhatian besar pada seni musik salah satunya adalah Abu Nashr AlFarabi atau biasa
dikenal dengan Al-Farabi. Al-Farabi tidak hanya terkenal sebagai filsuf yang pandai,
namun ia juga dikenal sebagai musikus yang hebat serta pandai dalam memainkan alat
musik, ia juga penemu alat musik rebab dan qanun. Al-Farabi menyatakan bahwa musik
dapat memberikan ketenangan dan dapat membimbing emosi seseorang,
mengembangkan spiritualitas, juga musik dapat dipakai untuk alat terapi penyembuhan
penyakit seperti gangguan psikosomatik.

5
E. Efek Samping Terapi Musik
Salah satu permasalahan yang dapat diatasi dengan terapi musik adalah
ketakutan dan ansietas atau kecemasan. Reaksi fisiologis ansietas adalah hal yang
pertama kali muncul pada sistem saraf otonom yang meliputi frekuensi nadi dan
respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih
dan usus, kulit dingin dan lembab, peningkatan respirasi, dilatasi pupil, serta mulut
kering. Saat dalam keadaan seperti itu, ketika didengarkan musik maka gelombang
listrik yang ada pada otak dapat diperlambat dan dipercepat sehingga kinerja sistem
tubuh mengalami perubahan (Yuanitasari, 2008).
Selain itu musik juga dapat mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi dan
tekanan darah. Denyut nadi akan merangsang keanekaragaman musik seperti frekuensi,
volume dan tempo yang dapat menjadi lebih cepat atau lebih lambat bersamaan dengan
ritme suatu bunyi musik. Maka dari itu jika suatu bunyi musik melambat, maka akan
membuat detak jantung semakin lambat, detak jantung yang lebih lambat dapat
mengurangi tingkat stress dan ketegangan fisik serta dapat menenangkan pikiran dan
membantu tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri. Musik juga dapat mempengaruhi
pernapasan. Adanya perubahan gelombang otak juga akan mempengaruhi fungsi tubuh
lainnya yang diatur oleh sistem saraf otonom, misalnya detak jantung dapat berubah
akibat jenis musik yang berbeda. Untuk menciptakan ketenangan, mengendalikan
emosi dan menciptakan metabolisme yang baik, maka dibutuhkan laju napas yang lebih
dalam dan lebih lambat. Pemberian terapi musik yang menggunakan musik dengan
tempo lambat sangat disarankan agar seseorang dapat memperlambat dan
memperdalam pernapasan sehingga memungkinkan pikiran seseorang tersebut menjadi
lebih tenang (Campbell, 2001).

F. Jenis Musik dalam Terapi Musik


Menurut Rea, MacDonald, dan Carnes (2010) seseorang yang mendengarkan
lagu tipe heavy metal akan merasa tegang dan cemas. Selain itu, seseorang yang
mendengarkan lagu pop dan klasik akan merasakan ketenangan, nyaman, dan dapat
menurunkan tingkat kecemasan. Kemudian, musik klasik akan menghasilkan perasaan
lebih santai dan konsisten jika dijadikan terapi.

6
G. Metode Terapi Musik
Menurut Davis, Gfeller, & Thaut, 1999; Thaut, 1989; Yinger (2017) Terapi
musik terbagi menjadi 3 jenis, yaitu

1. Terapi musik pasif atau guided music listening with counseling artinya lagu untuk
terapi akan dipilih oleh terapis dan partisipan diminta untuk mendengarkannya,
selain lagu yang dipilih oleh terapis, partisipan juga dapat memilih lagu sesuai genre
kesukaannya, selanjutnya partisipan dan terapis berdiskusi mengenai pengalaman
atau perasaan partisipan selama sesi berlangsung.
2. Terapi musik pasif dengan relaksasi artinya partisipan akan melakukan kegiatan
relaksasi, progressive muscle relaxation, serta diiringi dengan lagu yang sudah
dipilih oleh terapis, lalu terapis dan partisipan berdiskusi terkait pengalaman atau
perasaan yang dirasakan partisipan selama sesi berlangsung.
3. Menurut Davis, Gfeller, & Thaut, 1999; Thaut, 1989; Yinger, 2017 terapi musik
aktif artinya partisipan berpartisipasi aktif melakukan aktivitas musik, antara lain
menyanyi, memainkan alat musik, dan membuat improvisasi.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Efektivitas Terapi Musik


Musik pada zaman dahulu digunakan sebagai dorongan untuk mendorong
emosi dan mengantarkan seseorang pada keadaan istirahat dan relaksasi. Musik
juga biasanya dipakai sebagai media untuk meningkatkan weel-being serta sebagai
media intervensi dalam mengembangkan kemampuan anak autis (Weinberg &
Joseph, 2017). Musik dapat menghilangkan perasaan negatif dalam diri dan
menyebabkan relaksasi fisik serta mental pada seseorang, sehingga dapat
mengurangi perilaku, gejala psikologis dan tingkat depresi (Guetin et al, 2009).
Musik juga dapat mempengaruhi sistem saraf simpatik dan parasimpatik yang
menghasilkan respon relaksasi.

Terapi musik dapat mendorong seseorang untuk berinteraksi, improvisasi,


mendengarkan atau aktif bermain musik (Djohan, 2006). Terapi musik dipakai
untuk mengatasi banyak permasalahan seperti menurunkan stress dan menurunkan
kecemasan pada seseorang yang akan melakukan suatu pengobatan. Banyak
penelitian menyebutkan bahwa terapi music ini memiliki banyak manfaat untuk
menurunkan stress, meningkatkan well-being karena musik mampu
menghubungkan komunikasi antara terapis dengan pasien. Selain itu, dengan
melakukan terapi musik dapat mengurangi rasa sakit dan rasa tidak nyaman.

Beberapa karakteristik dari respon relaksasi yang ditimbulkan dari terapi


musik antara lain seperti laju nadi, nafas dalam teratur, relaksasi otot, mengurangi
persepsi nyeri, kecemasan, ketegangan tubuh, ketakutan, insomnia dan depresi serta
perangsangan frekuensi gelombang alfa otak yang dapat menghasilkan keadaan
rileks. Terapi musik juga dapat meningkatkan mood yang positif. Sistem saraf
simpatis ini akan meningkatkan kontraksi secara umum, sedangkan sistem
parasimpatis menurunkan kekuatan dan frekuensi kontraksi. Saat kondisi relaksasi,
saraf parasimpatis akan bekerja lebih dominan termasuk relaksasi pembuluh darah
yang mengakibatkan turunnya tahanan perifer dan akhirnya tekanan darah menjadi
turun serta menimbulkan efek neuroendokrin dan merangsang pelepasan zat
endorphin yang dapat mengurangi persepsi nyeri , kecemasan dan depresi (Ellis &
Thayer, 2010).

8
B. Taksonomi SDKI, SLKI,SIKI
No. Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
(SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SLKI) (SIKI)

1. Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri


(D.0077) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan Observasi :
tingkat nyeri menurun.  Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
Kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun  Identifikasi faktor
 Perilaku gelisah yang memperberat
menurun dan memperingan
 Kesulitan tidur nyeri
menurun
 Pola tidur meningkat Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur

Edukasi
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

9
2. Ansietas (D.0080) Tujuan : Teknik relaksasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan
tingkat ansietas menurun.
Observasi
Kriteria hasil :  Identifikasi
 Perilaku gelisah penurunan tingkat
menurun energi,
 Perilaku tegang ketidakmampuan
menurun berkonsentrasi atau
 Frekuensi pernafasan gejala lain yang
menurun menganggu
 Frekuensi nadi kemampuan kognitif
menurun  Identifikasi teknik
 Tekanan darah relaksasi yang
menurun pernah efektif

 Konsentrasi digunakan

meningkat  Monitor respons


terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik
 Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama

Edukasi
 Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia

10
 Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
 Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
 Anjurkan mengambil
posisi nyaman
3. Gangguan pola Tujuan : Terapi musik
tidur (D.0055) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan pola Observasi
tidur meningkat.  Identifikasi minat
terhadap musik
Kriteria hasil :  Identifikasi musik
 Keluhan sulit tidur yang disukai
menurun
 Keluhan sering Terapeutik
terjaga menurun  Posisikan dalam
 Keluhan pola tidur posisi nyaman
berubah menurun  Sediakan peralatan
terapi musik
 Atur volume suara
yang sesuai
 Berikan terapi musik
sesuai indikasi

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur terapi
musik
 Anjurkan rileks
selama

11
mendengarkan
musik

C. Standar Operasional Prosedur


1. Persiapan alat dan bahan :
a) Tape musik/radio

b) CD musik

c) Headset

d) Alat-alat musik yang sesuai

12
2. Prosedur
No Tindakan Rasional

1) Tahap pre interaksi


a. Cek catatan keperawatan atau a. Mengidentifikasi dan
catatan medis klien (jika ada) validasi catatan medis
klien mencegah
b. Siapkan alat-alat terjadinya kesalahan
pada pasien.
c. Identifikasi faktor atau kondisi b. Memastikan kesiapan
yang dapat menyebabkan kontra alat dalam
indikasi mempermudah fase
kerja.
d. Cuci tangan dengan benar c. Mengidentifikasi
kondisi, keterbatasan
klien untuk mencegah
ketidaknyamanan pada
klien.
d. Kebersihan tangan
mampu mencegah
penyebaran
mikroorganisme.

2) Tahap orientasi
a. Identifikasi pasien
a. Beri salam dan panggil klien
dengan memberikan
dengan namanya
salam dan panggil
pasien dengan benar dan
prosedur yang benar.
b. Diskusi penjelasan
b. Jelaskan tujuan, prosedur, dan
dapat mengurangi
lamanya tindakan pada
tingkat kecemasan dan
klien/keluarga
mempersiapkan pasien
untuk mencapai tujuan

13
yang telah
direncanakan.
3) Tahap kerja
a. Berikan kesempatan klien a. Meningkatkan
bertanya sebelum kegiatan pemahaman klien
dilakukan terhadap hal yang
kurang dipahami
b. Menanyakan keluhan utama b. Memvalidasi kondisi
klien permasalahan kesehatan
klien
c. Jaga privasi klien. Memulai c. Memenuhi hak pasien
kegiatan dengan cara yang baik dalam menjaga privasi
klien
d. Menetapkan perubahan pada d. Dalam mencapai tujuan
perilaku dan/atau fisiologi yang yang telah direncanakan
diinginkan seperti relaksasi, perlu menetapkan
stimulasi, konsentrasi, dan perubahan yang ingin
mengurangi rasa sakit dicapai terhadap
relaksasi, stimulasi,
konsentrasi, dan
mengurangi rasa sakit.
e. Menetapkan ketertarikan klien e. Diperlukan ketertarikan
terhadap musik klien terhadap musik
dalam keberhasilan
tindakan terapi.
f. Identifikasi pilihan musik klien f. Mengidentifikasi musik
dan diskusikan tujuan berbagi yang sesuai dengan
pengalaman dalam musik kehendak klien dan
pengalaman klien
terhadap musik
pilihannya
g. Bantu klien untuk memilih g. Posisi yang nyaman
posisi yang nyaman pada klien akan

14
mencegah ketegangan
otot dan punggung serta
h. Batasi stimulasi eksternal dapat memberikan
seperti cahaya, suara, kelancaran dalam
pengunjung, panggilan telepon mencapai tujuan
selama mendengarkan musik kegiatan
i. Dekatkan tape musik/CD dan h. Stimulasi eksternal
perlengkapan dengan klien dapat menjadi
(pastikan tape musik/CD dan penghambat tercapainya
perlengkapan kondisi baik). tujuan kegiatan.
Dukung dengan headphone jika
diperlukan
j. Nyalakan musik dan lakukan i. Hal ini dapat
terapi musik. Pastikan volume memudahkan tindakan
musik sesuai dan tidak terlalu kerja selanjutnya.
keras. Hindari menghidupkan
musik dan meninggalkannya
dalam waktu yang lama

j. Musik dinyalakan sesuai


dengan volume musik
yang ditetapkan agar
k. Fasilitasi jika klien ingin tidak terjadi gangguan
berpartisipasi aktif seperti pendengaran pada klien.
memainkan alat musik atau Durasi musik harus
bernyanyi jika diinginkan dan disesuaikan dengan
memungkinkan saat itu kebutuhan agar tujuan
l. Menetapkan perubahan pada kegiatan tercapai.
perilaku dan/atau fisiologi yang
diinginkan seperti relaksasi, k. Memberikan kebebasan
klien untuk

15
stimulasi, konsentrasi, dan mengespresikan diri
mengurangi rasa sakit terhadap kegiatan yang
dilakukan dengan
bernyanyi dan
memainkan musik.

l. Identifikasi perubahan
perilaku/ fisiologi yang
diharapkan setelah
dilakukan tindakan
terapi tersebut.

4) Tahap terminasi
a. Evaluasi hasil kegiatan a. Tindakan evaluasi
(kenyamanan klien). Simpulkan diperlukan dalam
hasil kegiatan. Berikan umpan memastikan tercapai
balik positif atau tidaknya tujuan
b. Kontrak pertemuan selanjutnya awal kegiatan
c. Bereskan alat-alat dan cuci
tangan dengan benar b. Tindak lanjut kegiatan
keperawatan selanjutnya
c. Membereskan alat dapat
mengurangi
kontaminasi barang-
barang lainnya. Menjaga
kebersihan tangan dapat
mencegah penyebaran
mikroorganisme.

5) Dokumentasi
Pencatatan hasil kegiatan
Catat hasil kegiatan di dalam catatan
diperlukan dalam
keperawatan

16
a. Nama Px, umur, jenis kelamin, melakukan tindakan yang
dll dipertanggungjawabkan.
b. Keluhan utama

c. Tindakan yang dilakukan (terapi


musik)

d. Lama tindakan

e. Jenis terapi musik yang diberikan

f. Reaksi selama, setelah terapi


pemberian terapi musik

g. Respon pasien

h. Nama perawat

i. Tanggal pemeriksaan

D. Peran Perawat
Peran perawat dalam terapi komplementer salah satunya, yaitu terapi musik
adalah sebagai berikut:

1. Sebagai konselor: Perawat sebagai sarana bertanya, konsultasi, dan diskusi


apabila klien memerlukan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.
2. Menurut Crips & Taylor (2001) peran perawat sebagai pendidik kesehatan:
Perawat sebagai sarana pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan
seperti yang ada di Australia dengan terlebih dulu menumbuhkan kurikulum
pendidikan.
3. Peran perawat sebagai peneliti, yaitu melaksanakan berbagai penelitian yang
dikembangkan dari hasil-hasil evidence-based practice.
4. Menurut Snyder & Lindquis (2002) Perawat sebagai pemberi pelayanan
langsung, seperti dalam praktik pelayanan kesehatan yang melaksanakan
kombinasi terapi komplementer.
5. Perawat sebagai koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting
karena perawat sering berinteraksi dengan klien. Perawat juga dapat
berkolaborasi dengan dokter yang merawat dan unit manajer terkait terapi klien.

17
6. Menurut Smith et al (2004) peran perawat sebagai advokat: Perawat sebagai
sarana pemenuhan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
dilakukan termasuk perawatan alternatif kepada klien.

E. Analisa Jurnal Terkait Penerapan Terapi Musik


Penerapan pengobatan non farmakologis bermanfaat untuk meningkatkan
pengendalian perasaan seseorang, mengurangi perasaan lemah, meningkatkan
aktivitas dan kapasitas fungsional. Adapun kegunaan lainnya seperti mengurangi
cemas dan stress, mengurangi rasa nyeri serta mengurangi dosis analgesik sehingga
dapat mengurangi kontraindikasi obat tersebut (Demir, 2012). Menggunakan
pengobatan dengan metode terapi merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk
membantu mengatasi masalah nyeri dan cemas yang dialami seseorang. Dengan
melakukan terapi musik, kita dapat mendapatkan pengobatan dengan biaya yang
murah dan dengan resiko yang rendah. Selain itu juga terapi musik ini sangat mudah
untuk diterapkan dan dapat dilakukan dimana saja.

Salah satu penelitian yang telah dilakukan di Turki oleh Korhan et al


(2013) menyebutkan bahwa 30 pasien dengan keluhan nyeri neuropati dengan
rentang usia 18-70 tahun, setelah mendapatkan terapi musik selama 60 menit hasil
yang didapatkan adalah rerata intensitas skala nyeri mengalami penurunan. Nyeri
yang dirasakan diukur menggunakan VAS (Visual Analog Scale). Penelitian lain
juga dilakukan di Taiwan, sebanyak 126 pasien yang mengalami nyeri akibat
kanker juga menunjukkan hasil nyeri yang dapat berkurang secara signifikan
setelah dilakukan intervensi terapi musik.

Walaupun sudah banyak terapi non farmakologi yang digunakan, tetap saja
kebanyakan perawat cenderung mengikuti program terapi kolaborasi bersama
dokter dengan menggunakan terapi farmakologis. Masih banyak pula perawat yang
bergantung pada terapi medis karena beberapa alasan antara lain karena masih
adanya keraguan, tidak percaya diri, atau terlalu sibuk sehingga tidak melaksanakan
intervensi keperawatan yang memfasilitasi penyembuhan untuk pasien.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi musik adalah suatu terapi yang memanfaatkan alunan melodi, ritme, dan
harmonisasi suara dengan tepat. Terapi ini merupakan tindakan non farmakologi yang
aman diberikan pada pasien, mudah untuk dilakukan dan biaya yang dikeluarkan juga
terjangkau. Pada pemberian terapi musik, mempunyai beberapa manfaat antara lain
dapat menurunkan tekanan darah melalui ritmik musik yang stabil sehingga
memberikan irama yang teratur pada jantung, menstimulasi kerja otak, meningkatkan
imunitas tubuh, dan memberikan keseimbangan pada detak jantung serta denyut nadi.
Pada umumnya jenis musik yang diberikan adalah musik yang lembut, mempunyai
irama dan nada-nada teratur seperti musik klasik. Musik dapat menstimulasi sistem
saraf pusat untuk memproduksi endorfin sehingga menciptakan suasana yang
menyenangkan dan dapat mengurangi rasa nyeri serta meminimalkan rasa takut serta
cemas. Selain itu, musik dapat juga memberikan perasaan yang positif dan
meningkatkan mood. Pelaksanaan intervensi terapi musik melibatkan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada pasien.

B. Saran
Pada pemberian asuhan keperawatan, sebaiknya perawat dapat mengajarkan
terapi musik pada pasien maupun keluarga pasien secara langsung. Hal tersebut
bertujuan untuk menurunkan atau mengurangi intesitas nyeri dan kecemasan yang
dialami pasien. Dengan demikian, ketika pasien mengalami nyeri maupun merasa
cemas, maka teknik tersebut dapat dilakukan sendiri dan dengan tahapan-tahapan yang
benar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Armansyah, & Anggreyny, Y. (2012). Pengaruh terapi musik klasik terhadap respon fisiologis
pada pasien yang mengalami kecemasan praoperatif ortopedi. Jurnal Kesehatan
Komunitas, 1(4), 205-209.

Bruscia, K. E. (2014). Defining Music Therapy. Chicago: Barcelona Publishers.

Dillman-Carpentier, F., & Potter, R. (2007). Effect of music on physiological arousal: Explorations
into tempo and genre. Media Psychol, (10), 339-63.

Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press.

Edwards, J (Ed). (2017). The Oxford handbook of music therapy. Oxford: Oxford University Press.
Endarto, A., Ismonah., & Wulandari (2012). Perbedaan intensitas nyari pada pasien kanker
sebelum dan sesudah pemberian terapi musik di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Karya
Ilmiah Stikes Telogorejo.
Geraldina, A. M. (2017). Terapi musik: bebas budaya atau terikat budaya?. Buletin Psikologi,
25(1), 45-53. DOI: 10.22146/buletinpsikologi.27193.
Hani, R., & Ediyono, S. (2019). Terapi Musik Menurut Al-Farabi Pada Masa Dinasti Abbasiyah
(942-950 M). Jurnal CMES, 65-75.
Larasati, D. M & Prihatanta, H. (2017). Pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan
sebalum bertanding pada atlet futsal puteri. Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga, 16(1).
Napitupulu, M., & Sutrianingsih. (2019). Pengaruh terapi musik klasik terhadap lansia penderita
insomnia. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 4(2), 70-75.
Nurdiansyah, T. E. (2016). Pengaruh terapi musik terhadap respon nyeri pada pasien dengan post
operasi di RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, 6(1).
Paramita, B.P., Haurawan, F., & Astuti, I.D. (2016). Pengaruh terapi musik terhadap penurunan
tingkat kecemasan pasien pra pembedahan sectio caesar di rumah sakit ibu dan anak
Pusurategalsari, Surabaya. Jurnal Sains Psikologi, 5(2), 6-9.
Pratama, R. N., & Puspitasari, W. A. (2019). Terapi musik dalam menurunkan tingkat depresi pada
lansia. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(2), 606-614.

20
Rahardjo, W. (2016). Terapi musik untuk kesehatan. Femina. Retrieved from
https://www.femina.co.id/healthdiet/terapi-musik-untuk-kesehatan

Rantung, J. (2019). Penerapan terapi musik terhadap nyeri neuropati pada penyandang diabetes
mellitus. Nutrix Jurnal, 3(1), 21-28.

Snyder, M & Lindquist, R. (2002). Complementary Alternative Therapies Nursing. 4th ed. New
York: Springer Publishing Company.
Widyatuti. (2008). Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia,
53-57.
Yosephine, Satiadarma, M. P., & Theresia, Y. (2019 ). Pengaruh terapi musik terhadap penurunan
perilaku agresi pada remaja. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 509-519 .
https://doi.org/10.24912/ jmishumsen.v3i2.3562

21

Anda mungkin juga menyukai