Anda di halaman 1dari 37

OPTIMALISASI PERAN POSYANDU DALAM

UPAYA PENANGGULANGAN ANEMIA


PADA IBU HAMIL

Oleh :
Dina Mara Diana
NIM. I1A004016

Pembimbing :
Dr. Zaenab

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM
BANJARBARU

PENDAHULUAN
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia menyebutkan bahwa AKI pada tahun


2007 sebesar 228/100000 kelahiran hidup.
Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa
sebab, di antaranya karena anemia.
Kurang lebih 50% dari seluruh ibu hamil di
seluruh dunia menderita anemia. Menurut
WHO, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan. Di Indonesia, prevalensi anemia
pada ibu hamil cukup tinggi yaitu 38%-71,5%,
dengan rata-rata 63,5%.
Anemia dalam kehamilan mempunyai dampak
buruk pada keadaan ibu dan janinnya.

PENDAHULUAN
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab

utama anemia pada ibu hamil.


WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang
mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%.
36% (atau sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi
3800 juta orang di negara yang sedang berkembang
menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di
negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta
orang) dari perkiraan populasi 1200 juta orang.
Salah satu upaya yang banyak dilakukan untuk
menanggulangi masalah anemia adalah pemberian
suplemen besi. Di Indonesia, pemberian suplemen besi
sudah dimulai sejak tahun 1974 melalui Program
Peningkatan Gizi Keluarga. Tablet besi diminum 1 tablet
setiap hari dan paling sedikit diminum 90 tablet selama
masa kehamilan.

PENDAHULUAN
Berdasarkan jumlah ibu hamil yang berkunjung ke

Puskesmas Banjarbaru tahun 2009-2010, lebih dari 50%


ibu hamil hanya melakukan kunjungan ke Puskesmas
Banjarbaru < 3 kali selama kehamilan sehingga dapat
disimpulkan bahwa perolehan tablet besi dari Puskesmas
Banjarbaru ke ibu hamil < 90 tablet besi (1 kali
kunjungan mendapat 30 tablet besi).
Menanggapi permasalahan ini tentunya peran posyanduposyandu di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru menjadi
sangat penting.
Dengan dilakukanya upaya optimalisasi peran posyandu
terhadap ibu hamil, diharapkan ibu hamil mendapatkan
pelayanan dan informasi kesehatan seputar
kehamilannya serta memperoleh tablet besi/tablet
tambah darah dengan mudah sebagai pencegahan dan
pengobatan terhadap anemia.

Permasalahan
Bagaimana cara mengoptimalkan peran
posyandu dalam upaya penanggulangan
anemia pada ibu hamil?

TINJAUAN PUSTAKA

Anemia
Suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi

pada jumlah dan ukuran sel darah merah, atau pada


kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi
pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah.
Kelompok Usia/Jenis Kelamin
Tertentu
Usia 6 bulan sampai 5 tahun
Usia 5 tahun sampai 11 tahun

Kadar Hb (gr/dl)
< 11
< 11,5

Usia 12 tahun sampai 13 tahun

< 12

Laki-laki dewasa

< 13

Wanita dewasa tidak hamil

< 12

Wanita dewasa hamil

< 11

Tabel. Batasan Anemia untuk Usia / Jenis Kelamin Tertentu (WHO 1997)

Anemia Defisiensi Besi


Anemia yang timbul akibat berkurangnya

penyediaan besi untuk eritropoesis, karena


cadangan besi kosong yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin
berkurang.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh:

Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan


menahun, dapat berasal dari saluran cerna,
saluran genitalia (perempuan), saluran kemih,
saluran nafas.
Faktor nutrisi.
Kebutuhan besi meningkat.
Gangguan absorbsi besi.

Anemia Defisiensi Besi Dan Kehamilan


Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu

dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr%


pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin
kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2.
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan :

Hipervolemia, menyebabkan terjadinya


pengenceran darah
Pertambahan darah tidak sebanding dengan
pertambahan plasma
Kurangnya zat besi dalam makanan
Kebutuhan zat besi meningkat
Gangguan pencernaan dan absorbsi

Anemia Defisiensi Besi Dan Kehamilan


Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu

mengeluh cepat lelah, sering pusing, palpitasi,


mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka,
nafsu makan turun, konsentrasi hilang, nafas
pendek (pada anemia parah) dan keluhan
mual muntah lebih hebat pada hamil muda,
perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neuromuskular, disphagia dan
pembesaran kelenjar limpa.

Anemia Defisiensi Besi Dan Kehamilan

Anemia Defisiensi Besi Dan Kehamilan


Tabel. Kriteria Anemia (WHO)
Kriteria Anemia

Kadar Hemoglobin

Anemia ringan

10-11 gr/dl

Anemia sedang

7-10 gr/dl

Anemia berat

<7 gr/dl

Menurut CDC, kriteria anemia pada kehamilan adalah Hb kurang


dari 11 gr/dl untuk trimester I dan III, serta Hb kurang dari 10,5
gr/dl untuk trimester II.5
Klasifikasi menurut Departemen Kesehatan RI
Normal
: kadar Hb dalam darah > 11 gr%
Anemia ringan : kadar Hb dalam darah 8-<8 gr%
Anemia berat : kadar Hb dalam darah < 8 gr%
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan minimal 2
kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

Anemia Defisiensi Besi Dan Kehamilan

Bahaya selama hamil

Abortus
Persalinan prematuritas
Hambatan tumbuh kembang janin
dan rahim
Mudah terjadi infeksi
Ancaman dekompensasi kordis (Hb <
6 gr%)
Mola hidatidosa
Hiperemesis gravidarum
Perdarahan antepartum
Ketuban pecah dini (KPD)

Bahaya saat persalinan

Gangguan his
Kala pertama dapat berlangsung
lama
Kala dua berlangsung lama sehingga
dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi
kebidanan.
Kala uri dapat diikuti retensio
plasenta, dan perdarahan post
partum karena atonia uteri.
Kala empat dapat terjadi perdarahan
postpartum sekunder dan atonia
uteri.

Pada kala nifas

Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan


perdarahan postpartum.
Memudahkan infeksi puerperium.
Pengeluaran ASI berkurang.
Terjadi dekompensasi kordis mendadak
setelah persalinan.
Anemia kala nifas.

Bahaya pada janin

Abortus
Terjadi kematian intrauterine
Persalinan prematuritas tinggi
Berat badan lahir rendah
Kelahiran dengan anemia
Dapat terjadi cacat bawaan
Bayi mudah mendapat infeksi sampai
kematian perinatal
Intelegensia rendah

Zat Besi dan Tablet Tambah Darah


Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk

sel darah merah (hemoglobin), juga berperan sebagai


komponen untuk membentuk mioglobin, kolagen serta enzim.
Zat besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh.
Bahan Makanan

Kandungan Besi (mg)

Daging

23.8

Sereal

18.0

Kedelai

8.8

Kacang

8.3

Beras

8.0

Bayam

6.4

Hamburger

5.9

Hati sapi

5.2

Susu formula

1.2

Tabel. Bahan Makanan Sumber Besi

Zat Besi dan Tablet Tambah Darah


Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak

faktor :

Kebutuhan tubuh akan besi.


Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa)
dapat menurunkan penyerapan.
Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino
sulfur dapat meningkatkan asorbsi
Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan
terbentuknya kompleks besi fosfat yang tidak dapat
diserap.
Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe.
Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat
menurunkan penyerapan Fe.
Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe
Kopi, teh, susu, coklat, makanan yang banyak
mengandung serat, garam kalsium dan magnesium
dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah
serapan.

Zat Besi dan Tablet Tambah Darah


Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar

800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan yang terdiri


dari :
Terjadinya peningkatan sel darah merah
membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai
puncak pada 32 minggu kehamilan.
Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.
Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100200 mg.
Sekitar 190 mg hilang selama melahirkan.
Selama periode setelah melahirkan 0,5-1 mg besi per
hari dibutuhkan untuk laktasi, dengan demikian jika
cadangan pada awalnya direduksi, maka pasien hamil
dengan mudah bisa mengalami kekurangan besi.

Zat Besi dan Tablet Tambah Darah


Tabel. AKG Besi Pada Wanita
Umur (tahun)

AKG Besi (mg)

10-12

20

13-49

26

50-65

12

Hamil (+ an)
Trimester 1

+0

Trimester 2

+9

Trimester 3

+ 13

Tablet Tambah Darah Untuk Mencegah


dan Mengatasi Anemia Dalam Kehamilan
Penanggulangan anemia dan pemenuhan

kebutuhan zat besi pada wanita hamil sudah


dilakukan secara nasional dengan pemberian
suplementasi pil zat besi atau tablet tambah
darah.
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat
yang setiap tablet mengandung 200 mg
Besirro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan
0,25 mg asam folat. Pemberian preparat 60
mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1
gr%/ bulan.

Tablet Tambah Darah Untuk Mencegah


dan Mengatasi Anemia Dalam Kehamilan
Terdapat 2 cara pemberian tablet tambah darah pada ibu

hamil :
Dosis Pencegahan

Sehari 1 tablet berturut-turut minimal 90 hari sampai 42


hari post partum. Diberikan tanpa pemeriksaan Hb, dimulai
saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (K1).
Bila ibu telah melahirkan, tapi tablet tambah darah belum
mencukupi 90 tablet maka harus diteruskan sampai selesai.

Dosis Pengobatan

Bila Hb ibu hamil < 11 gr%, maka diberikan tablet tambah


darah sebanyak 3 kali per hari selama 90 hari selama hamil
sampai 42 hari post partum.
Bila belum ada perbaikan, maka ibu hamil dirujuk segera.
Untuk anemia berat Hb < 8 gr%, segera rujuk ke RS sambil
diberikan dosis 3 kali dosis pencegahan.

Efek Samping Tablet Tambah Darah


Gejala sampingan yang muncul setelah minum

tablet tambah darah kadang-kadang terjadi


gejala ringan yang tidak membahayakan
seperti perut terasa tidak enak, nyeri lambung,
mual, susah buang air besar, dan tinja
berwarna hitam.
Untuk mengurangi gejala sampingan diminum
setelah makan malam, menjelang tidur. Akan
lebih baik jika setelah minum tablet tambah
darah disertai makan buah-buahan, seperti
pisang, pepaya, jeruk, dan lain-lain.

Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat

dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh


pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
kesehatan antara lain : gizi, imunisasi, Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare.
Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan Angka Kematian
Ibu dan Bayi.

Posyandu
Posyandu dapat melayani semua anggota

masyarakat, terutama ibu hamil, ibu


menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan
Usia Subur (PUS). Biasanya dilaksanakan satu
kali sebulan di tempat yang mudah didatangi
oleh masyarakat dan ditentukan masyarakat
sendiri.
Pihak yang terkait dengan kegiatan Posyandu :
kader kesehatan, petugas kesehatan, camat,
lurah/kepala desa, pokja posyandu, tim
penggerak PKK.

Kegiatan Posyandu
Kegiatan Utama
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Keluarga Berencana
Imunisasi
Gizi
Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Kegiatan Pengembangan

Kegiatan Posyandu
Pemantauan Kesehatan Ibu

Pemantauan terhadap ibu terutama


ditujukan untuk ibu hamil dilakukan untuk
memantau kondisi ibu mulai saat hamil
sampai persalinan untuk mengidentifikasi
faktor risiko
Pelayanan Antenatal
Pertolongan Persalinan
Deteksi Dini Ibu Hamil Berisiko

Permasalahan dalam Penanggulangan


Anemia pada Ibu Hamil di Indonesia

Masih rendahnya cakupan distribusi tablet zat besi. Survei Kesehatan


Rumah Tangga (SKRT) melaporkan bahwa distribusi tablet besi sebesar
27%.
Rendahnya kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet zat besi.
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mencukupi
kebutuhan tubuh akan zat besi, apalagi untuk masa pertumbuhan,
menstruasi, hamil, menyusui, kecacingan, dan lain-lain.
Pengetahuan masyarakat/ibu hamil tentang anemia masih sangat
terbatas, antara lain :

Ketidaktahuan akan gejala atau tanda-tanda dan dampak yang


ditimbulkan.
Tentang manfaat tablet tambah darah yang belum banyak diketahui oleh
masyarakat.
Tentang efek samping yang mungkin terjadi tetapi tidak berbahaya.
Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang
mengganggu seperti mual dan rasa nyeri lambung sehingga orang
cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut
sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama
kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi.
Kepercayaan yang salah, antara lain tablet tambah darah dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi, atau menyebabkan bayi lahir terlalu
besar sehingga menyulitkan persalinan.

Cara-cara untuk meningkatkan kepatuhan ibu


hamil untuk meminum tablet zat besi
Memberikan informasi tentang anemia, tujuan dari

pemberian tablet zat besi. Seorang ibu hamil akan


dengan senang hati meminum tablet zat besi setiap hari
apabila dia tahu manfaat dan tujuan dari tablet zat besi.
Perilaku sehat ibu hamil yang menyadari pentingnya
untuk mengonsumsi tablet zat besi setiap hari.
Tenaga kesehatan memberikan petunjuk cara meminum
tablet zat besi.
Motivasi dari keluarga ibu hamil agar patuh meminum
tablet zat besi.
Dukungan dari tenaga kesehatan dengan menjalin
komunikasi yang baik dan memberikan penghargaan
positif bagi ibu hamil yang telah mampu meminum
tablet zat besi setiap hari.

Peran Posyandu Dalam Penanggulangan


Anemia pada Ibu Hamil
Mendata seluruh ibu hamil dengan memanfaatkan peran

serta kader.
Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dengan melakukan
penyuluhan tentang anemia dan tablet tambah darah,
baik perorangan maupun kelompok. Penyuluhan dapat
dilakukan pada saat ibu hamil melakukan kunjungan atau
pemeriksaan kehamilan ke posyandu.
Dalam meningkatkan informasi dapat dengan
menggunakan berbagai macam media massa seperti
selebaran atau leaflet atau buku pedoman yang dibagikan
ke ibu hamil dalam mencegah dan mengatasi anemia.
Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik tanda dan
gejala anemia serta menyarankan ibu hamil untuk
memeriksakan darahnya (Hemoglobin) ke puskesmas
setempat agar jika ditemukan adanya anemia berat dapat
segera diobati dengan terapi oral tablet besi atau dirujuk
ke rumah sakit untuk mendapatkan transfusi darah.

Peran Posyandu Dalam Penanggulangan


Anemia pada Ibu Hamil
Memantau kebutuhan dan mendistribusikan tablet tambah

darah pada ibu-ibu hamil sejak awal periode kehamilan


untuk meningkatkan upaya kesehatan ibu hamil.
Pendistribusian tablet tambah darah dapat
dikombinasikan dengan vitamin C untuk meningkatkan
penyerapan usus terhadap zat besi dalam tablet tambah
darah.
Melakukan pencatatan di buku KIA ibu hamil, serta
melakukan pendataan/pelaporan ibu-ibu hamil yang
berkunjung ke posyandu dan mendapat tablet tambah
darah.
Posyandu dapat melakukan pembinaan terhadap kader
tentang anemia dan tablet tambah darah sehingga
diharapkan kader dapat memberikan penyuluhan juga
kepada ibu hamil, menjadi motivator mereka untuk patuh
mengonsumsi tablet tambah darah serta sekaligus
menjadi distributor tablet tambah darah bagi ibu hamil
yang tidak datang ke posyandu.

Peran Posyandu Dalam Penanggulangan


Anemia pada Ibu Hamil
Monitoring kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi

tablet tambah darah dengan cara :

Terjadi perubahan warna tinja menunjukkan


bahwa sasaran telah minum tablet tambah darah.
Membawa kemasan bekas bungkus Tablet Tambah
Darah.
Melihat perkembangan kesehatan kelompok
sasaran.

Posyandu dapat melakukan penyuluhan

individual kapan pun saat kegiatan posyandu


karena untuk mengubah sikap orang kadangkadang memerlukan penyuluhan berulang kali
dan terus-menerus.

Program pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil

ini sebenarnya belum dapat memberikan hasil yang


memuaskan, dimana prevalensi anemia defisiensi besi
masih tetap tinggi.
Hal ini diasumsikan bahwa di negara berkembang,
cadangan besi tubuh pada ibu hamil sangat rendah atau
mungkin kosong sehingga program pemberian tablet
besi tidak cukup untuk memenuhi cadangan besi tubuh
selama masa kehamilan.
Dalam kehamilan, terjadi peningkatan absorpsi dan
kebutuhan besi dimana total besi yang dibutuhkan
adalah sekitar 1000 mg. Kebutuhan yang tinggi dimana
cadangan besi tubuh kosong, maka hal ini tidak dapat
dipenuhi melalui diet besi harian dan juga oleh besi
suplemen. Menurut teori tersebut, supelemen besi
seharusnya diberikan pada periode sebelum hamil
untuk mengantisipasi rendahnya cadangan besi tubuh.

Defisiensi besi di Indonesia merupakan problema

defisiensi nasional dan perlu ditanggulangi secara


serius dengan liputan nasional pula. Upaya
prevensi belum diprogramkan secara menyeluruh,
baru diberikan suplemen preparat Ferro kepada
para ibu hamil yang memeriksakan diri ke
Puskesmas, posyandu, rumah sakit dan dokter.
Seorang wanita sebaiknya mulai meminum tablet
tambah darah semenjak remaja, yaitu dengan
meminum secara teratur, satu tablet setiap
minggu selama 16 minggu, dan dianjurkan pada
masa haid/menstruasi meminum 1 tablet tambah
darah setiap hari selama 10 hari.

Khusus untuk setiap calon pengantin wanita, perlu

meminum secara teratur, yaitu 1 tablet setiap hari selama


30 hari (sebulan penuh) agar pada waktu hamil ibu tetap
kuat dan janin dapat tumbuh dengan sehat.
Pengantin baru yang telah meminum tablet tambah darah
sebanyak 30 tablet perlu dimotivasi untuk melakukan
beberapa hal sebagai berikut :
Bila pengantin baru belum menunjukkan tanda-tanda
kehamilan, maka ia dianjurkan untuk minum kembali
tablet tambah darah sebanyak 30 tablet dalam 30 hari
lagi (sesuai dengan dosis yaitu 60 tablet selama 1
tahun).
Bila pengantin baru sudah menunjukkan tanda-tanda
kehamilan maka ia minum tablet tambah darah sesuai
dengan program untuk ibu hamil.
Sedangkan untuk ibu nifas, dianjurkan minum tablet tambah
darah setelah melahirkan setiap hari 1 tablet, paling sedikit
selama 40 hari

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan kata lain,

penanggulangan anemia defisiensi besi yang terjadi pada


kehamilan harus dicegah sebelum terjadinya kehamilan, yaitu
dengan meningkatkan asupan makanan yang mengandung
zat besi. Namun akibat pola makanan orang-orang Indonesia
pada umumnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan zat
besi, apalagi untuk masa pertumbuhan, menstruasi, hamil,
menyususi, kecacingan, dan lain-lain, maka diperlukan asupan
zat besi tambahan yaitu dengan mengonsumsi tablet tambah
darah.
Saat ini Pemerintah tidak mampu menyediakan kebutuhan
tablet tambah darah untuk semua wanita usia subur. Oleh
karena itu kemandirian perlu ditanamkan untuk meningkatkan
tanggung jawab seseorang/pribadi terhadap kesehatannya
sendiri.
Kemandirian ini dapat dimulai pada tingkat individu, keluarga,
dan masyarakat dengan mendorong masyarakat membeli
sendiri tablet tambah darah. Tablet tambah darah dapat dibeli
di apotik, bidan, atau toko obat.

Adapun peran posyandu dalam masalah ini, dapat berupa:


Melakukan penyuluhan tidak hanya terbatas pada ibu hamil
sampai masa nifas tapi juga remaja putri (12-15 tahun) dan
wanita usia subur, serta calon pengantin tentang anemia dan
manfaat mengonsumsi tablet tambah darah sedini mungkin.
Dalam penanggulangan anemia bagi calon pengantin,
penyuluhan dapat diberikan pada saat calon pengantin
melakukan pemeriksaan kesehatan/imunisasi TT.
Penyebaran informasi tentang anemia dan tablet tambah
darah juga dapat dilakukan dengan media massa berupa
selebaran, leaflet, atau poster.
Mengoptimalkan kader untuk penyebaran informasi tentang
anemia dan tablet tambah darah ini dengan penyuluhan atau
menyebarkan selebaran tersebut ke setiap rumah-rumah yang
dibawahi oleh posyandu itu.
Posyandu dapat melakukan penyuluhan individual kapan pun
saat kegiatan posyandu karena untuk mengubah sikap orang
kadang-kadang memerlukan penyuluhan berulang kali dan
terus-menerus.

KESIMPULAN

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema


kesehatan yang dialami oleh wanita di seluruh dunia terutama di negara
berkembang. WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang
mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat
seiring dengan pertambah usia kehamilan. Faktor utama tingginya
kejadian anemia pada ibu hamil adalah rendahnya bioavailabilitas besi
diet harian dan tingginya kebutuhan besi bagi ibu hamil. WHO
menganjurkan program standar untuk mengontrol anemia defisiensi besi
pada ibu hamil, iron pills program. Indonesia pun mengadopsi program
WHO ini. Program ini didasarkan dengan harapan setiap ibu hamil secara
teratur memeriksakan diri ke Puskesmas atau Posyandu selama masa
kehamilannya.
Peran posyandu dalam penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan
melakukan penyuluhan tentang anemia dan tablet tambah darah pada
ibu hamil, penyebaran informasi melalui media massa, menyarankan ibu
hamil untuk memeriksakan darahnya (Hemoglobin) ke puskesmas
setempat, memantau kebutuhan dan mendistribusikan tablet tambah
darah pada ibu-ibu hamil, melakukan pencatatan di buku KIA ibu hamil,
serta melakukan pendataan/pelaporan ibu-ibu hamil yang berkunjung ke
posyandu dan mendapat tablet tambah darah, melakukan pembinaan
terhadap kader sehingga kader dapat berperan juga sebagai edukator,
motivator, dan distributor tablet tambah darah, dan monitoring
kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah.

KESIMPULAN
Program pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil ini
sebenarnya belum dapat memberikan hasil yang memuaskan,
dimana prevalensi anemia defisiensi besi masih tetap tinggi. Hal
ini dikarenakan cadangan besi tubuh pada ibu hamil sangat
rendah atau mungkin kosong sehingga program pemberian tablet
besi tidak cukup untuk memenuhi cadangan besi tubuh selama
masa kehamilan. Supelemen besi seharusnya diberikan pada
periode sebelum hamil untuk mengantisipasi rendahnya cadangan
besi tubuh.
Saat ini Pemerintah tidak mampu menyediakan kebutuhan tablet
tambah darah untuk semua wanita usia subur. Oleh karena itu
kemandirian perlu ditanamkan untuk meningkatkan tanggung
jawab seseorang/pribadi terhadap kesehatannya sendiri.
Kemandirian ini dapat dimulai pada tingkat individu, keluarga, dan
masyarakat dengan mendorong masyarakat membeli sendiri
tablet tambah darah. Tablet tambah darah dapat dibeli di apotik,
bidan, atau toko obat.
Adapun peran posyandu dalam masalah ini, dapat berupa
melakukan penyuluhan tidak hanya terbatas pada ibu hamil
sampai masa nifas tapi juga remaja putri (12-15 tahun) dan wanita
usia subur, serta calon pengantin tentang anemia dan manfaat
mengonsumsi tablet tambah darah sedini mungkin.

Anda mungkin juga menyukai