Anda di halaman 1dari 18

CBD

Aspek seksualitas pada


lansia (disfungsi ereksi)

Pembimbing : dr. Dewa P., Sp.PD, KGER


Presentan
: dr. Danar Anggrahini

LAPORAN KASUS
Tn Maryono F, 70 thn
No CM
: 00-66-51
Alamat
: Magelang, JaTeng
Pekerjaan
: Pensiunan POLRI
____________________________________________________
Keluhan Utama : obat kuat yang aman?? Konsultasi?
Seorang suami dari seorang istri umur 67 thn. Pisah
ranjang karena
os mengorok. Frekuensi aktivitas
seksual jarang (1-2 bln sekali) Tuntutan aktivitas
seksual dari istri os (++). Komunikasi yang kurang baik
antara suami istri.
Problem : os meminum jamu2an
: Pernah muncul e.s jantung berdebar-debar
Riw. Penyakit : Asma (+), HT dalam terapi

Pemeriksaan fisik
Ku : CM, baik
V.S : TD :130/80
R: 20x/m
N : 76x/m regular
t : Afebris
Kepala : ca (-) si (-)
Leher : dbn
Thorax
Cor
: S1S2 regular, kardiomegali (+),
bising (-)
Pulmo : Vesikular (+/+), RBK (-/-), whe(-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
Hepatosplenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat, udem (-)

Diagnosa
Disfungsi Seksual
Asma intermiten tidak dalam serangan
Hipertensi dalam terapi

Terapi
Erecfit tab 1x1
Advise

Perubahan fisiologik akibat proses


menua
Berlangsung scr bertahap dan menunjukkan
status dasar dari aspek vaskuler, hormonal, dan
neurologiknya (alexander & allison, 1989)
Suami-istri : usia dewasa dan pertengahan
aktivitas seksual normal kecil kemungkinan
akan terdapat masalah dlm hub.seksualnya.
Siklus tanggapan seksual (Kaplan, 1986)

Pengertian Disfungsi Seksual


Istilah disfungsi seksual menunjukkan adanya
gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi
seksual (Pangkahila, 2006).
Bila didefinisikan secara luas, disfungsi seksual adalah
ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh
hubungan seks. Secara khusus, disfungsi seksual
adalah gangguan yang terjadi pada salah satu atau
lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang
normal (Elvira, 2006).
Disfungsi seksual adalah gangguan di mana klien
mengalami kesulitan untuk berfungsi secara adequate
ketika melakukan hubungan seksual. Sehingga
disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan
dari salah satu saja siklus respon seksual.

Siklus respon seksualMenurut (Kolodny, Master, Johnson, 1979)


1. Fase Perangsangan (Excitement Phase)
Hasil dari pacuan fisik atau psikis. Kadang fase perangsangan ini berlangsung
singkat, segera masuk ke fase plateau. Pada saat yang lain terjadi lambat dan
berlangsung bertahap memerlukan waktu yang lebih lama. Asal rangsangan :
angsangan erotik maupun non erotik ( pandangan, suara, bau, lamunan, pikiran,
dan mimp)
Tanda fisiologis : laki-laki, penis yang ereksi, perempuan,vasocongestion(darah
mengumpul di daerah pelvis) yang mengakibatkan lubrikasi vagina dan
pembesaran payudara (putting susu yang menegak).
2.Fase Plateau
Pada fase ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu sebelum
mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme (periode
singkat sebelum orgasme).
3.Fase Orgasme
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik dalam
aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya ketegangan seksual (sexual
tension) setelah terjadi fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau.
Pada laki-laki, perasaan akan mengalami ejakulasi; pada perempuan, kontraksi di
dinding sepertiga bagian bawah vagina.
4.Fase Resolusi
Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alat kelamin yang
telah terjadi akan kembali ke keadaan asal. Menurunnya keterangsangan pascaorgasme (terutama pada laki-laki).Sehingga adanya hambatan atau gangguan
pada salah satu siklus respon seksual diatas dapat menyebabkan terjadinya
disfungsi seksual.

Gangguan Seksual
1.Gangguan hasrat seksual
(ggn.seksual hipoaktif, ggn.aversi seksual)
2. Gangguan rangsangan seksual
(ggn ereksi, ggn.rangsangan pd perempuan, DE)
3. Gangguan orgasme.
(ggn orgasme, ggn.ejakulasi, )
4. Gangguan nyeri seksual
(Dyspareumia,
sexual pain disorder,
vaginismus,)

Disfungsi ereksi (DE)


Disfungsi ereksi berarti ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan
ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan seksual dengan baik
(Pangkahila, 2007). Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi
yang cukup untuk melakukan hubungan seksual tidak pernah tercapai.
Sedang disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil
melakukan hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu sebab
yang mengganggu ereksinya (Pangkahila, 2006).
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikis.
Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal, faktor
vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik (Pangkahila, 2007).
Faktor psikis meliputi semua faktor yang menghambat reaksi seksual
terhadap rangsangan seksual yang diterima. Walaupun penyebab dasarnya
adalah faktor fisik, faktor psikis hampir selalu muncul dan menyertainya
(Pangkahila, 2007).

Etiologi Disfungsi Seksual

a. Faktor fisik

Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan
tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat
menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006).
Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena
penyakit-penyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak diketahui gejalanya
dari luar. Makin tua usia makin banyak orang yang gagal melakukan koitus atau
senggama (Tobing, 2006). Kadang-kadang penderita merasakannya sebagai
gangguan ringan yang tidak perlu diperiksakan dan sering tidak disadari
(Raymond Rosen., et al, 1998).
Berbagai faktor resiko untuk menderita disfungsi seksual sebagai
berikut:
1) Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan arteri koronaria.
2) Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi (HTN), hiperlipidemia
(kelebihan lemak darah).
3) Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke, multiple sklerosis.
4) Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan kerusakan saraf.
5) Gangguan hormonal, menurunnya testosteron dalam darah (hipogonadisme)
dan hiperprolaktinemia.
6) Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie (penis bengkok).
7) Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan obesitas.

ETIOLOGI DISFUNGSI
EREKSI
b. Faktor psikis

Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang terganggu dalam diri
penderita. Gangguan ini mencakup gangguan jiwa misalnya
depresi, anxietas(kecemasan) yang menyebabkan disfungsi seksual. Pada orang
yang masih muda, sebagian besar disfungsi seksual disebabkan faktor
psikoseksual. Kondisi fisik terutama organ-organnya masih kuat dan normal
sehingga jarang sekali menyebabkan terjadinya disfungsi seksual (Tobing, 2006).
Tetapi apapun etiologinya, penderita akan mengalami problema psikis, yang
selanjutnya akan memperburuk fungsi seksualnya. Disfungsi seksual pria yang
dapat menimbulkan disfungsi seksual pada wanita juga ( Abdelmassih, 1992,
Basson, R, et al., 2000).
Masalah psikis meliputi perasaan bersalah, trauma hubungan seksual, kurangnya
pengetahuan tentang seks, dan keluarga tidak harmonis (Susilo, 1994, Pangkahila,
2001, 2006, Richard, 1992).
Anti depresan dan psikotropika dapat mengakibatkan terjadinya
disfungsi seksual : barbiturat, benzodiazepin,selective serotonin
seuptake inhibitors(SSRI), lithium, tricyclic antidepressant(Tobing,
2006).

Dx. Disfungsi seksual


Generalized dysfunctional
Situational disfunction

(DSM-IV-TR)

PENANGAN
1. Mengurangi kecemasan
Desensitasi sistematis dan desensitisasi in vivo dari Wolpe
2. Masturbasi Terarah
Masturbasi terarah yang diciptakan oleh LoPiccolo dan Lobitz (1972)
meruapakan suatu terapi multi langkah yang melengkapi program Masters
dan Johnson. Mastrubasi tearah tampaknya secara signifikan
meningkatkan efektifitas penanganan gangguan orgasme dan juga
membantu penanganan nafsu seksual.
3. Prosedur untuk mengubah sikap dan pikiran
Terapi perilaku rasional emosi mengubah pikiran harus menjadi pikiran
yang tidak terlalu menuntut diri sendiri, pikiran saya harus yang sering
kali menimbulkan maslah bagi orang-orang yang mengalami disfungsi
seksual. Terapis harus mencoba mengurangi tekanan yang dirasakan oleh
laki-laki yang mengalami disfungsi ereksi. Kaplan merekomendasikan
beberapa prosedur untuk mencoba meningkatkan daya tarik seks. Ia
meminta klienya berfantasi erotik dan memberi mereka tugas untuk
menjalin hubungan dan berkencan seperti berlibur diakhir minggu.

PENANGAN
4. Pelatihan keterampilan dan komunikasi
Untuk meningkatkan keterampilan seksual dan komunikasi, para terapis
memberikan bahan-bahan tertulis dan menunjukkan kepada klien
rekaman video dan film yang secara eksplisit mendemonstrasikan teknikteknik seksual (McMullen & Rosen,1979).
5. Terapi pasangan
Disfungsi seksual sering kali menyatu dengan perkawinan yang
bermasalah, dan pasangan yang bermasalah biasanya membutuhkan
pelatihan khusus dalam keterampilan komunikasi nonseksual.
7. prosedur medis dan fisiologis
Sejalan dengan semakin banyak ditemukannya faktor-faktor biologis
dalam disfungsi seksual, semakin penting bagi para terapis untuk
mempertimbangkan apakah masalah-masalah somatik yang ada
mendasari konstribusi terhadap disfungsi. Pertimbangan terhadap
kemungkinan faktor-faktor somatik sangat penting dalam gangguan
dispareunia dan disfungsi ereksi penuh.

Terima kasih...
Mohon asupan.....

SILDENAFIL (viagra,revatio)
20 mg
25 mg, 50 mg, 100mg
10 mg/12,5 mL
Dosing : 50 mg PO, 1 hour before sexual activity.
25 mg (>65 thn, hepatic and severe renal
impairment)
Titrate up 100mg or down to 25mg
Not to exceed 100mg/day
PAD
: 20 mg PO TID
10 mg IV bolus TID
Adverse Effects: Headache (7-16%), Epistaksis, isomnia,
eritema, flushing, dispepsia, diare, dizzines, skin rash.
Elimination: Half life : 3-4 jam
Excretion : feces 80%, Urine 13%

Anda mungkin juga menyukai