Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disfungsi seksual lebih sering muncul pada laki-laki daripada
wanita. Sekitar 10% terjadi di segala umur, meningkat lebih dari 50%
pada laki-laki diantara mereka yang berumur 50 dan 70 tahun. Hal tersebut
terjadi karena jumlah sel Leydig menurun sekitar 40%, dan kekuatan hormon
pulsatile lutenizing melepaskan kekuatannya. Sejalan dengan peristiwa ini,
tingkat testosterone bebas menurun sekitar 1,2% per tahun.
Afrodisiaka dapat digambarkan sebagai beberapa zat yang dapat
meningkatkan rangsangan seks dan atau kesenangan seksual. Afrodisiaka
dapat

juga

dipandang

sebagai

makanan,

obat,

adegan

atau

perlengkapan yang dapat menimbulkan atau meningkatkan rangsangan


seksual atau libido. Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Seperti faktor psikologi (perasaan cemas, depresi, stress, takut akan
kegagalan

seksual).

hiperprolactinemia).
Insufisiensi

Defisiensi

androgen

Penyakit kronis (diabetes

vaskuler

(aterosklerosis,

(defisiensi

testosteron,

mellitus,

hipertensi).

venous leakage). Penyakit penile

(Peyronies, priapism, phinosis, disfungsi otot polos). Penyakit neurologi


(Parkinsons disease, stroke, trauma otak, Alzheimers disease).
Gangguan seksual dipengaruhi juga oleh efek samping dari obatobatan antihipertensi, antiulcer, antidepresan, antiandrogen; gaya hidup yang
tidak sehat seperti

kebiasaan

mengkonsumsi

alkohol

dan

merokok;

penuaan yang diikuti dengan penurunan jumlah hormon; penyakit sistemik


meliputi penyakit kardiovaskuler, hati, ginjal, kanker, metabolik, pasca
transplantasi organ. Indonesia merupakan negara yang kaya akan beraneka
ragam macam tanaman berkhasiat yang dapat digunakan untuk mengatasi

berbagai macam penyakit serta obat yang dapat meningkatkan gairah


seksual (afrodisiak).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Aprodisiaka
Istilah afrodisiaka berasal dari kata Aphrodite dalam mitologi
Yunani yang berarti dewi cinta dan kecantikan yang berkhasiat
meningkatkan gairah seks dan berhubungan erat dengan libido seksual,
secara hormonal libido dipengaruhi oleh hormon androgen (Arzani, 1990).

Afrodisiaka adalah berbagai bentuk stimulant atau perangsang


yang bisa membangkitkan libido atau nafsu seks. Afrodisiaka sendiri bisa
dikelompokkan menjadi dua. Pertama, yang mempengaruhi secara fisik
dan psikis, misalnya melalui penglihatan, pengecapan, pembauan dan
kesan seperti parfum. Kedua, yang mempengaruhi

dari dalam tubuh

misalnya makanan, minuman, obat atau rempah-rempah. Berabad-abad


lamanya telah ada anggapan bahwa makanan tertentu mempunyai efek
membangkitkan nafsu seks. Namun sebenarnya tidak ada bukti ilmiah
tentang anggapan ini (Ismadi, 2003).
Libido seksual adalah dorongan yang berkekuatan

atau yang ada

energi dan berupa sesuatu yang bersifat seksual. Dalam arti luas adalah suatu
dorongan atau kekuatan yang bersifat produktif, konstruktif dan bertujuan
kepada integrasi (penyempurnaan yang menyeluruh) daripada kepribadian.
Jadi libido seksual dapat dipengaruhi dengan cara hormonal maupun non
hormonal (Arzani, 1990).
B. Disfungsi Seksual
Istilah disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah
satu atau lebih aspek fungsi seksual. Bila didefinisikan secara luas, disfungsi
seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh hubungan
seks. Secara khusus, disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada
salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal.
Proses akivitas fungsional selama siklus seksual, yaitu libido, ereksi,
ejakulasi, orgasme, dan detumescence (Yakubu, et al., 2007 dalam Yuwanti,
2010) :
1. Libido
Libido adalah dorongan atau kekuatan yang bersifat produktif,
konstruktif, dan bertujuan kepada integrasi (penyempurnaan yang
menyeluruh), bersifat seksual, dan dapat dipengaruhi dengan cara
hormonal maupun non hormonal. Libido merupakan kebutuhan biologis

untuk aktivitas seksual (rangsangan seksual) dan sering kali ditandai


sebagai perilaku seksual.
2. Ereksi
Ereksi adalah kondisi pelebaran dan kekakuan penis yang telah
mencapai puncak untuk penetrasi ke dalam vagina, diawali dengan
arteriol-arteriol penis. Sewaktu jaringan erektil penis terisi darah, vena
mengalami tekanan dan aliran keluar terhambat sehingga turgor organ
bertambah. Ereksi dapat timbul karena rangsangan psychogenic dan
sensory, berupa imajinasi, visual, auditory, olfactory, gustatory, tactile, dan
genital reflexogenic.
3. Ejakulasi
Ejakulasi adalah refleks spinal dua tahap. Tahap pertama, emisi
yaitu pergerakan semen ke dalam uretra dan tahap kedua, ejakulasi
sebenarnya yaitu terdorongnya semen keluar uretra pada saat orgasme.
Semen adalah ejakulat yang berasal dari seorang pria berupa cairan kental
dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar lain, dan
spermatozoa.
4. Orgasme
Adalah puncak dari aktivitas seksual
5. Detumscence
Detumescence adalah penurunan penis setelah ejekulasi. Pada
tahap ini, bagian tubuh yang mengalami perubahan akibat perangsangan
dan peningkatan setelah tahap orgasme akan berangsur-angsur kembali
normal.
Sehingga adanya hambatan atau gangguan pada salah satu siklus
respon seksual diatas dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual.
Disfungsi seksual bisa bersifat lifelong (seumur hidup) atau acquired
(didapat). Lifelong mengacu pada kondisi kronis yang muncul diseluruh
kehidupan seksual seseorang, sedangkan acquired mengacu pada gangguan
yang dimulai setelah aktivitas seksual seseorang relative normal. Selain itu
gangguan ini dapat bersifat generalized (menyeluruh), yang terjadi setiap kali

melakukan hubungan seksual, atau situational, yang terjadi hanya dengan


mitra-mitra atau pada waktu-waktu tertentu tetapi tidak dengan mitra-mitra
lain atau pada waktu-waktu lainnya.
Disfungsi seksual dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Gangguan libido (gairah seksual)
Disfungsi ini meliputi gairah seksual hipoaktif, yaitu berkurang
atau tidak munculnya fantasi seksual dan hasrat untuk melakukan aktivitas
seksual.
2. Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi adalah kesulitan mencapai kondisi penetrasi. Hal
ini setidaknya terjadi 50% dari aktivitas seksual selama rentang waktu
enam bulan. Disfungsi ereksi juga dapat diartikan sebagai kondisi
ketidakmampuan pencapaian atau mempertahankan ereksi yang adekuat
secara terus menerus sampai aktivitas seksual tersebut selesai dengan
sempurna. Kondisi ini akan menyebabkan distres dan kesulitan
berhubungan dengan pasangan.
3. Gangguan ejakulasi
Ejakulasi prematur atau ejakulasi dini, Ejakulasi prematur merupakan
disfungsi seksual yang paling umum terjadi pada laki-laki dan dapat
diikuti oleh

ejakulasi dengan rangsangan seksual yang

minimal

secara persisten atau temporal yang terjadi sebelum, ketika atau


setelah penetrasi dan sebelum seseorang menginginkan hal tersebut;
sulit dalam berkomunikasi; kondisi yang tidak muncul sebagai efek

langsung dari suatu obat.


Ejakulasi nyeri, Ejakulasi yang terjadi sebagai efek samping dari
antidepresan trisiklik, yaitu nyeri pada organ genital selama atau

sekejap setelah ejakulasi.


Ejakulasi yang terhambat adalah ejakulasi tidak terjadi sepenuhnya.

Ejakulasi retrograde, Ejakulasi

retrograde

terjadi saat ejakulasi

dipaksa kembali ke dalam testis dari pada melewati uretra untuk


dikeluarkan penis pada waktu orgasme.
4. Gangguan orgasme
Gangguan orgasme adalah penundaan secara persisten atau
temporal, atau tidak terjadi orgasme selama aktivitas seksual. Artinya
seseorang tidak dapat mengalami orgasme walaupun telah mendapatkan
ransangan selama berlangsungnya hubungan seksual. Penderita tetap
mengalami ereksi dan ejakulasi, tetapi sama sekali tidak merasakan
kenikmatan seksual.
5. Kegagalan detumescence
Kegagalan detumescence adalah perpanjangan waktu ereksi,
biasanya berakhir sekitar empat jam atau lebih.
Faktor-faktor berikut dapat menjadi faktor penyebab gangguan
seksual pada seseorang, menurut Dunning (2003) dalam yuliwanti (2010)
faktor penyebab tersebut antara lain:
a. Faktor individu
Merasa diabaikan dan adanya salah informasi, persaan
bersalah; malu dan takut, ketidaknyamanan gender, kekhawatiran
terhadap kondisi keuangan, anak dan pekerjaan, pelecehan seksual
yang terjadi dimasa lalu dan kondisi fisik, misalnya obesitas.
b. Faktor interpersonal
Masalah komunikasi, ini penyebab umum pada kesulitan
seksual, kurangnya kepercayaan, perbedaan maksud; tujuan dan
keinginan seksual, kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi sakit
misalnya diabetes.
c. Penyakit Kronis
Penyakit kronis

menyebabkan

perubahan

psikologis

diantaranya depresi, marah, perasaan bersalah, cemas, takut, rasa tak


berdaya, perumahan body image dan identifikasi diri sebagai korban,
gambaran diri dan harga diri rendah. Libido menurun/hilang adalah
salah satu tanda klasi depresi.

d. Lingkungan
Kurangnya privacy, terbatasnya kesempatan untuk beraktivitas
seksual dan lingkungan yang tidak nyaman (bising, gaduh dll) akan
mempengaruhi seksualitas seseorang.
Sedangkan menurut Odendaal, et al (2007) ada 3 faktor yang
menyebabkan masalah seksual yaitu organik, psikologis dan interpersonal.
Begitu banyak penyebab organik muncul diantaranya yang penting dalam
bahasan ini adalah gangguan cardiovaskular (pada diabetes dan hipertensi),
penyakit sistemik antara lain diabetes, dan gangguan sistem syaraf (stroke,
dan neuropathy perifer). Faktor psikologispun menempati posisi penting
diantaranya cemas, adaya konflik, rasa bersalah, diabaikan, pertahanan diri,
kedekatan ikatan yang buruk dengan pasangan, trauma dan faktor pemicu
lainnya. Sedangkan interpersonal sebagai pola hubungan antar pasangan,
komunikasi dan pola interpersonal yang tidak interaktif resiprokal saat
berhubungan seksual menjadi titik utama penyebab gangguan seksual.
C. Morfologi Hifofisis Anterior dan Hormon yang Dihasilkan
Hipofisis tampak secara berwarna relatif kelabu kemerah-merahan
berukuran kecil sekitar 10 mm pada manusia. Hipofisis berhubungan dengan
hipotalamus, hipofisis terletak pada otak tepat dibelakang kiasma optikum dan
merupakan bagian penonjolan dari dasar hipotalamus. Hipofisis anterior
adalah lobus anterior dari hipofisis yang merupakan bagian paling besar dan
penting dari organ hipofisis (Gambar 1) pada mamalia dan manusia, lobus ini
kira-kira hampir 70 % dari bobot total kelenjar. Hipofisis anterior secara
histologi terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk terususn dalam jalur-jalur
yang relatif luas dan sirkuler serta dipisahkan oleh sinusoid-sinusoid yang
mengandung darah. Dengan pewarnaan umum dibedakan atas tiga jenis sel,
yaitu: 1. Sel kromofob (neutrofil) sukar diwarnai, 2. Sel kromatin mengambil
warna asam (eosinofil), seperti sel penghasil prolaktin adalah asidofilik

sehingga
berkaitan
dengan

itu disebut sel


basofil.Sel-sel
kromatin

terletak

diluar

jalur

dan

oleh

itu

berdekatan

dengan

sinusoid-

karena

sinusoid darah
dan

relatif mudah
diwarnai

(Harper
Norman and Litwack 1987).

et al. 1979;

Gambar 1. Skema hubungan hipotalamus dan hipofisis (Lucky 2010).


Keterangan : 1. Stimuli dari sistem saraf, releasing hormones disekresi dari
neuron
hipotalamus. 2. Releasing hormones melalui sistem
portal hipotalamohipofisial ke hipofisis anterior. 3.Releasing
hormones menstimulasi sel hipofisis anterior untuk melepaskan
hormon tertentu. 4.Hormon dibawa oleh darah ke jaringan target.
Suatu hormon pengendali bekerja aktif pada hipofisis anterior, yaitu:
thyrotropin
releasing
hormone
(TRH),
gonadotropin
releasing
hormone(GnRH) dan corticotropin releasing hormone (CRH). Hormonhormon tersebut secara berurutan aktif bekerja untuk pelepasan thyroid
stimulating hormone dari sel-sel tirotropik pada hipofisis anterior atau
anterior pituitary sebagai reaksi stimulasi oleh TRH. Hormon prolaktin dari
sel-sel laktotropik pada hipofisis anterior sebagai reaksi stimulasi oleh TRH.
Hormon LH dari sel-sel luteotropik pada hipofisis anterior sebagai reaksi
stimulasi oleh GnRH-LH. Hormon FSH dari sel-sel folikulotroik pada
hipofisis
anterior
sebagai
reaksi
stimulasi
oleh
GnRHFSH.Adrenokortikotropin dari sel-sel kortikotropik pada hipofisis anterior
sebagai reaksi stimulasi oleh CRH. Berdasarkan beberapa bukti menunjukkan
bahwa LH dan FSH dapat dikeluarkan dari sel yang sama, sehingga mungkin
sel-sel luteotropik dan sel-sel folikulotropik adalah satu dan sel yang sama,
tetapi juga dapat muncul dengan kedua jenis sel. (Norman & Litwack 1987:
Bearden et al.2004).
D. Pengendalian Hormon Reproduksi Terhadap Spermatogenesis
Pengendalian hormon reproduksi terhadap spermatogenesis di dalam
tubuli seminiferi dimulai dari pelepasan gonadotropin releasing hormone
(GnRH) dari hipotalamus dan lebih lanjut merangsang pelepasan hormonhormon reproduksi gonadotropin LH dan atau FSH dari kelenjar
hipofisis)/pituitary anterior (Vandenberg 1983; Johnson & Barry 1998).
Urutan skema kerja hormon reproduksi terhadap spermatogenesis (Terrichan
2010) tampak pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2 skema jalur kerja hormon reproduksi jantan pada proses


spermatogenesis (Terrichan 2010)
Hormon LH disekresikan oleh sel-sel produsennya pada hipofisis
anterior yang selanjutnya melalui transportasi aliran darah akan diterima oleh
reseptornya pada permukaan sel-sel Leydig yang mempunyai afinitas tinggi
terhadap LH. Selanjutnya, terjai peningkatan kadar cAMP intrasel dalam
waktu 60 detik, dan diteruskan dengan sintesis testosteron yang meningkat
dalam waktu 20-30 menit. Peran LH dalam meningkatkan proses sintesis
testosteron tidak berjalan sendirian, walaupun LH sebagai faktor utama tetapi
diduga juga dibantu oleh peran aktivitas hormon prolaktin dari hipofisis
anterior dan inhibin yang membantu pengikatan ke reseptor sel Leydig dalam
perangsangan sintesis testosteron. Hormon testosteron lalu menembus tubuli
seminiferi dan mengikat ke reseptor-resptor androgen di dalam sel-sel sertoli
yang berfungsi mendukung proses spermatogenesis. Sebagian testosteron
diikat oleh androgen binding protein (ABP), sebagian lagi akan menuju
sel/jaringan target untuk perkembangan karakter seksual sekunder.
(Vandenberg 1983; Norman & Litwack 1987; Johnson & Barry 1998).
Pada sisi lain, setelah GnRH-FSH disekresikan oleh hipotalamus
sampai ke hipofisis, maka hipofisis anterior selanjutnya mensintesis FSH.

Hormon FSH terikat ke reseptor-reseptor yang berada pada bagian basal


membran sel Sertoli. Lalu, merangsang kegiatan enzim adenil siklase; sintesis
RNA dan protein; memobilisasi sumber-sumber energi; pembuatan cairan
testis; dan output sintesis protein-protein sel Sertoli seperti ABP dan inlubin.
Secara nyata, produksi protein reseptor pengikat androgen intrasel juga
dirangsang oleh FSH, yang menguatkan tanggapan sel Sertoli kepada aksi dari
hormon androgen.Hormon androgen pada gilirannya meransang kemunculan
reseptor FSH. Dengan demikian, Testosteron dan FSH beraksi bersama
bersinergi di dalam sel Sertoli untuk mendukung penuh proses
spermatogenesis di dalam tubuh seminiferi berjalan secara lengkap. Tahapan
pembentukan sel spermatozoa di dalam proses spermatogenesis yang terjadi di
dalam tubuli seminiferi tikus jantan terdiri atas lima bentuk sel secara
berurutan, yaitu spermatogonia, spermatosit primer, soermatosit sekunder,
spermatid awal, spermatid akhir (elongated) (Norman & Litwack 1087;
Johnson & Barry 1998). Skema spermatogenesis seperti berikut:

Gambar 3. Ilustrasi tahapan proses spermatogenesis pada tubuli seminiferi


(Bearden et al. 2004)
Matthiesson et al. (2006) menemukan bahwa FSH dan LH mengendalikan
proses spermatogenesis secara terpisah. Folicle stimulating hormone
menunjukkan pengaruh nyata pada peningkatan jumlah spermatosit sekunder

dibanding LH.Sementara peningkatan nyata perubahan menjadi spermatid


sekunder dipengaruhi oleh LH. Matthiesson et al. (2006) juga menemukan
bahwa pematangan spermatogonia dipengaruhi oleh FSH, sedangkan proses
spermiogenesis tampak jelas dipengaruhi oleh LH dan testosteron tesis.
1) Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks dimana sel germinal
yang relatif belum berdiferensiasi berpoliferasi dan diubah menjadi
spermatozoa yang terspesialisasi dan motil, yang masing-masingnya
mengandung satu set23 kromosom yang haploid. Proses spermatogenesis
terjadi di dalam tubulus seminiferus, yang pada dindingnya mengandung
banyak sel-sel germinal dan sel-sel sertoli. Satu siklus spermatogenesis
terdiri atas tiga fase, yaitu: spermatositogenesis, spermatidogenesis, dan
spermiogenesis; memerlukan waktu enam puluh empat hari.
Spermatositogenesis
Spermatositogenesis merupakan tahapan perkembangn dari
spermatogonia sampai spermatosit sekunder. Spermatogonia yang
terletak dilapisan tubulus terluar terus-menerus membelah secara
mitosis untuk menghasilkan sel anak yang identik dengan sel
induknya. Poliferasi tersebut menyediakan persediaan sel germinal
baru yang cukup. Setelah pembelahan mitosis, satu dari sel anak
tetap berada dibagian terluar tubul dan bertahan sebagai
spermatogonium yang tidak berdiferensiasi, yang berfungsi untuk
menjaga keberadaan sel-sel germinal. Sel-sel anak lainnya mulai
bergerak menuju lumen sambil menjalani berbagai proses. Pada
manusia, sel-sel tersebut akan membelah secara mitosis sebanyak
dua kali untuk membentuk spermatosit primer yang identik.
Setelah proses mititik yang terakhir, spermatosit primer
akan memasuki fase istirahat. Pada fase ini, kromosom
diduplikasikan dan DNA bersiap memasuki pembelahan meiosis
yang pertama. Pada meiosis tahap pertama, setiap spermatosit
primer membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing
dengan 23 pasang kromosom haploid).
Spermatidogenesis
Spermatidogenesis merupakan tahapan pembentukan
spermatid dari spermatosit sekunder. Setelah pembelahan meiosis
tahap pertama, spermatosit sekunder akan memasuki pembelahan
meiosis tahap kedua hingga akhirnya terbentuk 4 buah spermatid
dari 1 spermatogonia.

Spermiosis dan spermiogenesis


Spermiosis merupakan pembentukan spermatozoa dari
spermatid. Setelah itu, spermatozoa akan mengalami remodelling
lagi dalam proses yang disebut spermiogenesis. Proses
spermiogenesis tersebut merupakan proses pembentukan
spermatozoa yang matur, yakni spermatozoa yang memiliki 4
bagian, ayitu: kepala, akrosom, midpiece, dan ekor. Kepala berisi
nukleus yang mengandung akrosom, vesikel yang berisi enzim
yang melapisi bagian ujung kepala untuk melakukan penetrasi
pada ovum. Ekor berfungsi untuk bergerak, yang ditenagai oleh
mitokondria yang terletak pada bagian midpiece. Sampai proses
pematangan sperma selesai, sel-sel germinal yang muncul dari satu
spermatosit primer tetap terhubung dengan jembatan sitoplasmik.
Hubungan ini penting karena sperma yang tidak mendapatkan
kromosom X yang mengandung gen untuk produk-produk seluler
yang penting utnuk perkembangan sperma (kromosom X yang
berukuran besar mengandung beberapa ribu gen, sementara
kromosom Y hanya memiliki beberapa lusin dengan gen SRY yang
merupakan gen paling penting dan beberapa gen lainnya yang
penting utnuk fertilitas pria).
2) Peran Sel Sertoli dalam Spermatogenesis
Selama proses spermatogenesis, sel sertoli berperan sebagai sawar darah
testis yang mencegah antibodi mencapai sel-sel germinal yang mengalami
diferensiasi. Sel sertoli juga menghasilkan cairan testis, substasi yang
menginisiasi meiosis, inhibin, protein pengikat androgen, serta hormon
antimullerian.
3) Kontrol Hormonal Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi akibat interaksi hipotalamus, hipofisis, dan sel
leydig. Hipotalamus menghasilkan Gonadotropin realising hormone
(GnRH), menyebabkan hipofisis snterior menghasilkan Follicle
stimulating hormone (FSH) dan Lituezing hormone (LH). FSH
meningkatkan aktivitas sel sertoli sementara LH mengakibatkan sel
Leydig menghasilkan testosteron, keduanya meningkatkan laju
spermatogenesis. Inhibin yang dihasilkan sel sertoli mengurangi produksi
FSH hipofisis anterior. Sementara testosteron, selain meningkatkan laju
negatif, juga mengurangi produksi LH hipofisis anterior dan mengurangi
produksi GnRH hipotalamus.
E. Struktur morfologi testis

Testis pada semua mamalia dan manusia dibungkus oleh selubung tunika
vaginalis suatu jaringan seosa yang merupakan perluasan dari
peritonium.Jaringan serosa ini menyelubungi testis sampai turun ke skrotum
dan menyentuh sepanjang epididimis.Lapisan luar testis adalah tunika
albugenia suatu membran putih tipis dan merupakan jaringan pengisi yang
elastis.Pembuluh kapiler darah banyak tampak persis di bawah tunika
albugenia.Lapisan di bawah tunika albugenia adalah lapisan parenkim suatu
lapisan fungsional testis.Parenkim berwarna kekuningan dan di bagi atas
segmen-segmen dengan sekat-sekat jaringan pengisi (connective
tissue).Bertempat di dalam segmen-segmen jaringan parenkim terdapat
tubulus seminiferus.Tubulus seminiferus yang berliku-liku (gambar 3)
merupakan pembuluh kelamin primer, mengandung sel-sel germinal
(spermatogonia) dan sel-sel perawat (sel sertoli).Sel-sel Sertoli berukuran
lebih basar dan jumlahnya kurang sedikit dibandingkan dengan
spermatogonia.Sel sel tersebut terhubung erat dengan membran dasar atau
membran basalis yang membentuk blood testis barrier.Dengan stimulasi oleh
FSH, sel-sel sertoli memproduksi androgen binding protein (ABP) dan inhibin
Tubulus seminiferus merupakan tempat produksi spermatozoa (Bearden et al
2004).
F. Testosteron
Testosteron merupakan hormon steroid dari kelompok androgen yang
dominan pada pria..Testosteron pada manusia terutama disekresikan oleh
testis dan sejumlah kecil oleh ovarium.Sejumlah kecil testosteron disekresikan
juga oleh kelenjar adrenal.Sifat utama hormon ini adalah sebagai hormon
kelamin jantan dan steroid anabolik (Cox & John 2005; Reed et al. 2006).
Testosteron mempunyai bobot molekul 288,41 Dalton. Proses sintesis
testosteron berlangsung di sel Leydig adalah suatu sel interstisial pada testis
yang memberikan tanggapan pada luteinizing hormone (LH). Pada jantan
sebagian dihidrotestosteron dibentuk di jaringan perifer. Rumus kimia
testosteron adalah C19H28O2 dengan waktu paruh yang dimiliki adalah 2-4
jam .testosteron yang tak terpakai akan disekresikan ke luar tubuh melalui
urin (90%) dan feses (6%) (Greenspan & Strewler 1997; Morgentaler &
schulman 2009).Rumus bangun testosteron pada gambar 3.

Gambar 3. Testosteron
Pengaruh testosteron terjadi pada kira-kira sejumlah 7% testosteron yang
beredar direduksi menjadi 5a-dihidrotestosteron (DHT) oleh kerja enzim 5areduktase sitikrom P450. Enzim 5a- reduktase sitokom P450 adalah enzim
yang banyak diekspresikan pada organ-organ asesori kelamin jantan dan
folikel rambut. Sementara itu sekitar 0,3% testosteron diubah menjadi
estradiol oleh enzim aromatase (CYP19A1) suatu enzim yang diekspresikan
pada otak, hati, dan jaringan adiposa. Senyawa DHT adalah bentuk yang lebih
poten dibandingkan testosteron, sedangkan estradiol sangat berbeda
aktivitasnya yang berfungsi utama pada reproduksi hewan betina
dibandingkan dengan testosteron yang berfungsi utama pada reproduksi
hewan jantan.Hormon testosteron dan DHT dapat dinetralkan fungsinya oleh
enzim hidroksilase yang bekerja pada posisi 6,7,15 atau 16 (Mooradian et al.
1987; Randall 1994; Meinhardt & Mullis 2002).
Testosteron dihasilkan dari biosentesis kolesterol. Biosentesis testosteron
dipicu oleh LH yang dilepaskan oleh hipofisis dan akan terikat pada
reseptornya di sel-sel interstetial testis. Setelah terjadi ikatan antara LH dan
reseptornya maka akan terbentuk mesenger kedua yang berupa cAMP.
Terbentuknya cAMP mengaktifkan protein kinase yang akan mempengaruhi
inti sel agar gen-gen yang mengatur biosentesis testosteron menjadi aktif dan
mulailah terjadi sintesis testosteron. Tahap pertama dalam biosentesis
melibatkan pembelahan oksidasi dari satu sisi rantai kolesterol oleh CYP11A
suatu enzim oksidase sitokrom P450 pada mitokondria dengan hilangnya
enam atom karbon untuk menjadi pregnenolon.Tahap berikutnya dua atom
karbon pindah oleh enzim CYP17A di dalam retikulum endoplasma untuk
menghasilkan variasi dari steroid C19.Di samping itu, grup 3-hidroksil
dioksidasi oleh 3-B-HSD untuk menghasilkan androstenedion.Pada tahap
akhir, atom C-17 grip keto anfrostenedion direduksi oleh enzim 17-B

hydroksisteroiddehidrogenase untuk menjadi testosteron (Zuber et al 1986;


Waterman & Keeney 1992; Squires 2003).
Sel-sel leydig (interstitisl cells) terdapat di dalam jaringan parenkim di antara
saluran-saluran tubulus seminiferus.Ketika distimulasi oleh LH, sel sel Leydig
memproduksi testosteron dan sedikit androgen lainnya.Testosteron diperlukan
dalam produksi spermatozoa, mengembangkan karakter seks sekunder dan
tingkah laku kawin normal.Disamping itu, testosteron dibutuhkan untuk
fungsi kelenjar asesori dan mempertahankan sistem duktus pria. Melalui
pengaruhnya pada pria maka hormon testosteron membantu mempertahankan
kondisi optimum dalam proses spermatogenesis, transpor spermatozoa dan
peletakan spermatozoa kedalam saluran wanita. (Norman 1987 and Litwack;
Bearden et al. 2004).
Hormon testosteron mengembangkan proses spermatogenesis didalam
testis, meningkatkan libido, menormalkan pertumbuhan dan fungsi epididimis,
duktus deferen, kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan penis. Juga
diferensiasi embrio pada sistem alat kelamin luar.Disamping itu, membantu
pertumbuhan otot dan rangka sewaktu pubertas, juga pertumbuhan kumis,
janggut, penebaan pita suara, tulang hyoid jakun dan bulu kemaluan sebagai
ciri kelamin sekunder pada manusia (Harper et al. 1979).
Berkaitan dengan testosteron, Squires (2003) dan Bearden et al (2004)
menjelaskan bahwa testosteron disintesis didalam testis, yaitu oleh sel-sel
Leydig di bawah kontrol LH dari kelenjar hipofisis, dan testis testosteron
langsung diikat oleh reseptor androgen (AR). Selanjutnya kompleks
testosterom dan AR mengikat gen pada rantai urutan DNA tertentu dan
mengatur kejadian transkripsi gen. proses tersebut dapat memicu dan
mengatur proses spermatogenesis, merangsang libido. Pada tahapan embrional
berpengaruh pada proses diferensiasi dan perkembangan dari duktus wolfian
menjadi epididimis dan vas deferen. Di samping itu, menyebabkan suatu
mekanisme umpan balik negatif dari sintesis dan sekresi gonadotropin setelah
mencapai kadar tertentu, sehingga terjadi keseimbangan proses faal.
Testosteron setelah masuk ke dalam sel-sel target pada bagian organ
sinus urogenital, tuberkulus urogenital, dan beberapa jaringan target androgen
tambahan, dimetabolisme menjadi 5 dihidrotestosteron (DHT) oleh enzim 5
reduktase tipe 2 (Squires 2003). Dihidrotestosteron setelah itu mengikat
reseptor androgen (AR), dan kompleks DHT-AR mengikat gen urutan tertentu

rantai DNA. Selanjutnya terjadi proses yang mengatur transkripsi gen, yang
dapat menyebabkan proses diferensiasi dan perkembangan prostat, alat genital
eksternal dan pematangan karakter sekunder kelamin pria atau jamtan
(Squires 2003; Bearden et al. 2004).

G. Semen
Semen adalah cairan intraselular semigelatin yang terdiri atas plasma
semen dan sel germinatif spermatozoa. Sebagian besar cairan semen berasal
dari kelenjar asesori jantan, dan sebagian kecil dari epididimis. Semen yang
mengandung cairan yang melindungi dan membawa spermatozoa yang akan
bergerak sampai ke tempat tujuan di dalam saluran kelamin betina. Semen
mengandung nutrisi yang lengkap antara lain: fruktosa, sorbitol, asam
askorbat, kalsium, chlorin, kolesterol,asam sitrat, kreatin, asam
deoksiribonukleat (DNA), glutathion, hyaluronidase, inositol, asam laktat,
magnesium, nitrogen, fosfor, potasium, purin, pirimidin, asam piruvat,
natrium, sorbitol, spermidin, spermin, urea, asam urat, vitamin B12, zinc
(Johnson & Barry 1998; Krisfalosi et al.2006.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Tanaman Tanaman Bersifat Aprodisiaka
1. Daun Katuk (Sauropus androgynus)
a. Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Malpighiales
Family
: Phyllanthaceae
Tribe
: Phyllantheae
Sub Tribe
: Flueggeinae
Genus
: Sauropus
Species
: Sauropus androgynous
b. Deskripsi Tanaman
Katuk merupakan sayuran berdaun yang paling populer di
daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Penyebaran tanaman ini
berasal dari pulau Jawa. Tanaman katuk merupakan tanaman perdu
yang tingginya dapat mencapai hingga 3.5 meter, dengan cabangcabang yang agak lemah dan agak terbagi. Tanaman ini tumbuh liar di
hutan-hutan dan ladang-ladang. Kondisi tumbuh terbaik untuk
tanaman katuk adalah di daerah dengan ketinggian 1300 di atas
permukaan 17 laut . Di daerah Jawa, tanaman katuk sering ditanam
dan terdapat di sepanjang jalan pada pagar-pagar .
Bagian tanaman yang biasa dikonsumsi adalah daunnya. Ciriciri dari daun katuk adalah daunnya majemuk, bulat telut, ujung
runcing, pangkal tumpul, tepi rata, panjang 5-6 cm, pertulangan
menyirip, dan berwarna hijau tua.
c. Gambar Tanaman dan Struktur Kimia

androstan-17-one

3-ethyl-3-hydroxy-

(5.alpha.)
d.

Kandungan Kimia
Daun katuk memiliki

kandungan isoflavonoid yang menyerupai estrogen dan mampu


memperlambat berkurangnya

massa

tulang.

Daun katuk juga

mengandung saponin yang berkhasiat sebagai antikanker, antimikroba


dan meningkatkan sistem imun tubuh. Daun katuk kaya akan klorofil
yaitu sebesar 8% dari bobot kering.

Kandungan lain yang terdapat dalam

daun

katuk

adalah

berbagai senyawa fitokimia yang bermanfaat sebagai obat, seperti


progesteron, estradiol, testosteron dan glukokortikoid. Daun katuk
juga

mengandung

senyawa

elkosanoid,

prostaglandin,

dan

prostasiklin, tromboksan, lipoksin dan leukotrien.


e. Mekanisme kerja
Telah diketahui bahwa daun katuk memiliki kandungan
senyawa biosintesis steroid. Senyawa tersebut adalah androstan-17one dan 3-ethyl-3- hydroxy-5-alpha, yang jika dikonsumsi dapat
meningkatkan konsentrasi androgen binding protein (ABP) melalui
peningkatan konsentrasi hormon steroid, terutama testosteron dalam
plasma. Peningkatan kadar hormon testosteron memiliki hubungan
dengan meningkatnya libido. Testosteron juga merangsang perilaku
seksual

pria

dengan

meningkatkan

pelepasan

dopamin

dan

neurotransmitter nitrergic.
Peningkatan libido dapat disebabkan oleh adanya peningkatan
angka konsentrasi dari beberapa hormon

pituitari dan

serum

testosteron, sehingga merangsang sintesis reseptor dopamin dan


perilaku seksual. Minat seksual juga dapat dipicu dari efek kerja
senyawa flavonoid dan saponin dalam tanaman yang dapat memacu
kadar androgen. Senyawa aktif yang terkandung dalam
dan

daun

katuk

berperan sebagai afrodisiak adalah saponin, flavonoid, dan

alkaloid. Saponin meningkatkan

libido melalui mekanisme kerja

langsung pada sistem saraf pusat dan jaringan gonad. Aksi sentral dari
saponin

yaitu meningkatkan kadar LH dan FSH, meningkatkan

produksi androgen melalui jalur langsung maupun tidak langsung.


Saponin (steroid glikosida) berperan dalam biosintesis DHEA
(dehydroepiandrosteron) sehingga meningkatkan kadar testosteron
dalam tubuh dan memacu libido. Melalui mekanisme

ini,

saponin

mampu meningkatkan kadar hormon testosteron. Kadar testosteron

dilaporkan memiliki hubungan dengan LH dan FSH, seperti


peningkatan kadar gonadotropin bersamaan dengan peningkatan kadar
testosteron.
Flavonoid memiliki peran dalam meningkatkan kadar dehydro
epiandrosteron, yang ikut berperan dalam meningkatkan kadar hormon
testosteron dan mendorong perilaku seksual pada pria. Flavonoid
merupakan polifenol dengan diphenylpropane care. Flavonoid
terkandung

dalam

semua

tanaman yang berbunga. Flavonoid

terdistribusi luas pada gymnospermae dan angiospermae dengan


potensi terapi sebagai antioksidan, antiinflamasi, hepatoprotektif,
kardioprotektif, anti- ulser, anti-kanker, anti-spasme, anti- alergi, antiviral, dan menghambat xantin oksidase, protein kinase, serta PDE.
Tidak seperti saponin dan flavonoid, alkaloid tidak hanya
memiliki aksi sentral namun juga memiliki aksi perifer, yaitu dengan
membantu relaksasi otot polos corpus cavernosum yang memicu
terjadinya ereksi. Mekanisme sentral yang dimiliki oleh alkaloid
adalah

meningkatkan pelepasan nitric oxide dari endothelial dan

ujung saraf. Alkaloid diketahui memiliki peranan dalam menginduksi


vasodilatasi sehingga menimbulkan ereksi. Alkaloid meningkatkan
dilatasi pembuluh darah pada alat kelamin pria.
Melalui berbagai mekanisme inilah, senyawa aktif dalam daun
katuk menimbulkan peningkatan libido sehingga mampu mendorong
perilaku seksual dan disebut dengan efek afrodisiak.
2. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)
a. Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyte
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Ranunculales
Famili
: Simaroubaceae
Genus
: Eurycoma
Species
: Eurycoma longifolia Heyne (1987)

b. Deskripsi Tanaman
Pasak bumi (Eurycoma longifolia) adalah salah satu jenis
tumbuhan asli Indonesia. Namun tumbuhan ini juga tersebar di hutan
hutan Malaysia, Thailand, Philiphina, Vietnam dan Birma (Minorsky,
2004). Pasak bumi merupakan salah satu tumbuhan yang tumbuh liar
di hutan hutan Indonesia. Pasak bumi merupakan tanaman yang
tumbuh subur di Kalimantan dan sangat terkenal dikalangan
masyarakat Dayak.
Pasak bumi tumbuh tegak lurus dan tidak bercabang tingginya
bisa mencapai 15 meter dengan diameter pohon mencapai 20 cm dan
jarang sekali mencapai daerah yang letaknya pada ketinggian 500
meter diatas permukaan laut. Pasak bumi memiliki tipe daun majemuk
dengan daun berbentuk lanset atau bundar telur dan ujung sedikit
meruncing. Tipe perbungaan malai dan bunganya berwarna merah
serta seluruh bagian bunga berbulu halus, buahnya berwarna hijau
ketika muda dan berubah menjadi kuning kemerah merahan ketika
masak (Supriadi, 2001). Akarnya tunggang dan tumbuh tegak lurus
menusuk kedalam tanah.
c. Gambar Tanaman dan Struktur Senyawa

d. Kandungan
Kimia
Hasil menunujukkan bahwa di dalam ekstrak methanol akar
pasak bumi dilaporkan terkandung 65 ragam senyawa, termasuk di

dalamnya golongan quassinoid, canthin-6-one alkaloid, -carboline


alkaloid, tirucallane-type triterpen, squalene derivatif, squalene-type
triterpene dan Lebih lanjut, dilaporkan pula bahwa di dalam fraksi
polar akar pasak bumi terkandung 22 macam senyawa yakni13,21dihydroxyeurycomanol;
5,14,15-trihydroxyklaineanone;
eurycomanol-2-O--D-glucopyranoside; natrium syringate; sodium phydroxybenzoat; nikotinic acid; adenosin; guanosine; thymidine;
erythro-1-Csyringylglycerol;threo-1-C-syringylglycerol;
erythroguaiacylglycerol;
threo-guaiacylglycerol;
eurycomanone;
pasakbumin B; pasakbumin C; iandonone; threo-1,2-bis-(4-hydroxy-3methoxyphenyl)
propane1,3-diol;
canthin-6-one
9-O-glucopyranoside; 9- hydroxycanthin-6-one 3N-oxide; picrasidine; 1hydroxycanthin-6-one.
e. Mekanisme Kerja
Alkaloid Eurikumanon dari tanaman pasak bumi ini yang
diyakini dapat bersifat aprodisiaka dengan merangsang libido (gairah
seksual)
3. Cabe Jawa ( Piper retrifractum)
a. Klasifikasi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: piperales
Famili
: piperaceae
Genus
: piper
Spesies
: piper retrifractum
b. Deskripsi Tanaman
Tumbuhan menahun, percabangan tidak teratur, tumbuh
memanjat, melilit, atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya dapat
mencapai 10 m. Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan
menyerupai kayu. Daun tunggal, bertangkai, bentuk bulat telur sampai
lonjong, pangkal seperti jantung atau membulat, ujung agak runcing
atau meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin,

permukaan bawah berbintik-bintik, helaian daun liat seperti daging,


warna hijau, panjang 8,5-30 cm, lebar 3-13 cm, tangkai daun 0,5-3 cm.
Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh
tegak atau sedikit merunduk; ibu tangkai bunga 0,5-2 cm;
daunpelindung bentuk bulat telur sampai elips, 1-2 mm, berwarna
kuning selama perkembangan bunga; bulir jantan 2-8 cm; benang sari
2, jarang 3, sangat pendek; bulir betina 1,5-3 cm; kepala putik 2-3,
pendek, tumpul. Buah majemuk, termasuk tipe buah batu, keras,
berlekatan atau bergerombol teratur dan menempel pada ibu tangkai
buah, bentuk bulat panjang sampai silindris dengan bagian ujung
menyempit, warnabuah merah cerah; biji berdiameter 2-3 mm.
c. Gambar Tanaman dan Struktur Senyawa

d.

Kandungan Kimia
Alkaloid: piperin, kavisin, piperidin, isobutildeka-trans-2trans-4-dienamida; saponin, polifenol, minyak atsiri, asam palmitat,
asam tetrahidropiperat, 1-undesilenil-3,4 metilendioksibenzena, dan
sesamin.
e. Mekanisme Kerja
Cabe jawa bersifat androgenik. Androgen digunakan untuk
bahan-bahan yang kerja biologiknya sama dengan testosterone. Fungsi
utama hormon testosteron adalah merangsang perkembangan dan
aktivitas organ-organ reproduksi dan sifat seks sekunder. Testosterone
adalah androgen utama pada kaum pria. Androgen diperkirakan

bertanggung jawab terhadap keagresifan dan tingkah laku seksual pada


pria. Salah satu sumber androgen di alam adalah buah cabe jawa.
Oleh karena itu cabe jawa bias digunakan sebagai aprodisiak
karena mempunyai efek androgenic, untuk anabolik, dan sebagai
antivirus. Secara umum kandungan kimia yang berperan sebgai
aprodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin, dan
senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah.

BAB V
KESIMPULAN

Afrodisiaka adalah berbagai bentuk stimulant atau perangsang yang bisa


membangkitkan libido atau nafsu seks. Afrodisiaka sendiri bisa dikelompokkan
menjadi dua. Pertama, yang mempengaruhi secara fisik dan psikis, misalnya
melalui penglihatan, pengecapan, pembauan dan kesan seperti parfum. Kedua,
yang mempengaruhi dari dalam tubuh misalnya makanan, minuman, obat atau
rempah-rempah. Berabad-abad lamanya telah ada anggapan bahwa makanan tertentu
mempunyai efek membangkitkan nafsu seks. Beberapa tanaman yang dapat menjadi
aprodisiaka diantaranya: Rebung bambu, Daun Katuk, Pasak Bumi dan Cabe Jawa.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2010. Acuan Sediaan Hebal vol.5. Direktorat obat asli indonesia Badan
POM RI: Jakarta
Batari, Ratna 2007. Skripsi Identifikasi Senyawa Flavanoid pada Sayuran Indigenous
Jawa Barat.
Eristyadi Taufan. 2013. Jurnal Efek Daun Katuk (Saoropus androgynus(L.)Merr.)
Terhadap Kualitas Spermatozoa Kelinci Jantan (Orytolagus cuniculus)
secara Histologi Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1.
Novianti, Shinta., 2015. Pemberian Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma
Lonifolia) Secara Oral Dapat Meningkatkan Kadar Hormon Testosteron pada
Tikus (Rattus Novergicus) Wistar Jantan Tua.Program Pasca sarjana
Universitas Uyanda denpasar.
Pratomo, Hurip., 2012. Kinerja Pasak Bumi (Eurycoma lingifolia). Tesis Kinerja
Pasak Bumi Dalam peningkatan Kualitas Reproduksi Tikus (Rattus
novergicus) Jantan., Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
Yuliadi, I., 2010, Strategi Coping Untuk Mempertahankan Perkawinan Pada Wanita
Yang Suaminya Mengalami Disfungsi Seksual, Testis, Program Pasaca
Sarjana Magister Sains Psikologi. Program Pasca Sarjana. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Yuwanti, R., 2010, Uji Afrodisiaka Raksi Kloroform Ekstrak Etanol 70% Kuncup
Bunga Cengkeh (Syzygium Aromaticum (L.) Merr.& Perry) Terhadap Libido
Tikus Jantan, Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai