Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DISFUNGSI SEKSUAL

DISUSUN OLEH :
EKA YUPI RAHMAWATI
62019040231

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Ners


Stase Jiwa

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
DISFUNGSI SEKSUAL

A. Pengertian Disfungsi Seksual


1. Definisi Disfungsi Seksual
Istilah disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah satu
atau lebih aspek fungsi seksual (Pangkahila, 2006). Bila didefinisikan secara
luas, disfungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh
hubungan seks. Secara khusus, disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi
pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal
(Elvira, 2006). Sehingga disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan
dari salah satu saja siklus respon seksual.

2. Siklus Respon Seksual (Kolodny, Master, Johnson, 1979)


a. Fase Perangsangan (Excitement Phase)
Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat berbentuk
fisik atau psikis. Kadang fase perangsangan ini berlangsung singkat, segera
masuk ke fase plateau. pada saat yang lain terjadi lambat dan berlangsung
bertahap memerlukan waktu yang lebih lama. Pemacu dapat berasal dari
rangsangan erotik maupun non erotik, seperti pandangan, suara, bau,
lamunan, pikiran, dan mimpi.
b. Fase Plateau
Pada fase ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu
sebelum mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme.
c. Fase Orgasme
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan
psikologik dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya
ketegangan seksual (sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang
memuncak pada fase plateau.
d. Fase Resolusi

Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alat
kelamin yang telah terjadi akan kembali ke keadaan asal. Sehingga adanya
hambatan atau gangguan pada salah satu siklus respon seksual diatas dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi seksual.
B. Etiologi Disfungsi Seksual
Berikut ini ada beberapa penyebab terjadinya disfungsi seksual yaitu :
1. Dikarenakan adanya suatu penyakit seperti diabetes melitus, menurunnya
hormon, anemia, kurang gizi, dan lain-lain
2. Asanya gangguan psikologis seperti depresi, fobia, dan gangguan lainnya.

Pada dasarnya disfungsi seksual dapat terjadi baik pada pria ataupun wanita,
etiologi disfungsi seksual dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Faktor Fisik
Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian
badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu
dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing,
2006).
Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena
penyakit-penyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak diketahui
gejalanya dari luar. Makin tua usia makin banyak orang yang gagal
melakukan koitus atau senggama (Tobing, 2006). Kadang-kadang penderita
merasakannya sebagai gangguan ringan yang tidak perlu diperiksakan dan
sering tidak disadari (Raymond Rosen., et al, 1998).
Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan berbagai faktor
resiko untuk menderita disfungsi seksual sebagai berikut.
a. Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan arteri koronaria.
b. Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi (HTN),
hiperlipidemia (kelebihan lemak darah).
c. Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke, multiple sklerosis.
d. Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan kerusakan saraf.

e. Gangguan hormonal, menurunnya testosteron dalam darah


(hipogonadisme) dan hiperprolaktinemia.
f. Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie (penis bengkok).
g. Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan obesitas.
Beberapa obat-obatan anti depresan dan psikotropika menurut penelitian
juga dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain:
barbiturat, benzodiazepin, selective serotonin seuptake inhibitors (SSRI),
lithium, tricyclic antidepressant (Tobing, 2006).
2. Faktor Psikis
Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang terganggu dalam
diri penderita. Gangguan ini mencakup gangguan jiwa misalnya depresi,
anxietas (kecemasan) yang menyebabkan disfungsi seksual. Pada orang yang
masih muda, sebagian besar disfungsi seksual disebabkan faktor
psikoseksual. Kondisi fisik terutama organ-organnya masih kuat dan normal
sehingga jarang sekali menyebabkan terjadinya disfungsi seksual (Tobing,
2006).
Tetapi apapun etiologinya, penderita akan mengalami problema psikis,
yang selanjutnya akan memperburuk fungsi seksualnya. Disfungsi seksual
pria yang dapat menimbulkan disfungsi seksual pada wanita juga
( Abdelmassih, 1992, Basson, R, et al., 2000).
Masalah psikis meliputi perasaan bersalah, trauma hubungan seksual,
kurangnya pengetahuan tentang seks, dan keluarga tidak harmonis (Susilo,
1994, Pangkahila, 2001, 2006, Richard, 1992).

C. Tanda-tanda terjadinya disfungsi seksual


1. Pada Pria
a. Terjadinya penurunan libido
b. Obesitas
c. Mempunyai penyakit impoten
d. adanya penyakit infeksi, seperti TBC, hepatitis, sehingga hilangnya kadar
hormon estrogen
2. Pada Wanita
a. penurunan gairah seksual
b. terjadinya gangguan orgasme akibat kecemasan atau trauma seksual
c. terjadinya dispareunia, ini adalah akibat vagina yang mengering
d. terjadinya vaginismus, ini adalah vagina menjadi berkerut saat beraktivitas
e. stres dan lelah

D. Macam-Macam Disfungsi Seksual


1. Gangguan Dorongan Seksual (GDS)
a. Pengertian
Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormon
testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual
sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau
faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi GDS (Pangkahila, 2007),
berupa:
1) Dorongan seksual hipoaktif
The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi dorongan
seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya fantasi seksual dan
dorongan secara persisten atau berulang yang menyebabkan gangguan
yang nyata atau kesulitan interpersonal.
2) Gangguan eversi seksual
Timbul perasaaan takut pada semua bentuk aktivitas seksual sehingga
menimbulkan gangguan.

b. Prevalensi dan manifestasi


Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa mengalami dorongan seksual
hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan seksual hipoaktif merupakan
keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS disebabkan oleh faktor fisik dan
psikis, antara lain adalah kejemuan, perasaan bersalah, stres yang
berkepanjangan, dan pengalaman seksual yang tidak menyenangkan
(Pangkahila, 2006).

2. Gangguan Ereksi
a. Disfungsi ereksi
1) Pengertian
Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan
seksual dengan baik (Pangkahila, 2007).
Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi yang
cukup unutuk melakukan hubungan seksual tidak pernah tercapai.
Sedang disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil
melakukan hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu
sebab yang mengganggu ereksinya (Pangkahila, 2006).
2) Penyebab dan manifestasi
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
psikis. Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal,
faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik
(Pangkahila, 2007).
Faktor psikis meliputi semua faktor yang menghambat reaksi
seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima. Walaupun penyebab
dasarnya adalah faktor fisik, faktor psikis hampir selalu muncul dan
menyertainya (Pangkahila, 2007).

3. Gangguan Ejakulasi (Pangkahila, 2007)


a. Ejakulasi dini
1) Pengertian
Ada beberapa pengertian mengenai ejakulsi dini (ED). ED
merupakan ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangannnya
mencapai orgasme, paling sedikit 50 persen dari kesempatan melakukan
hubungan seksual. Berdasarkan waktu, ada yang mengatakan penis yang
mengalami ED bila ejakulasi terjadi dalam waktu kurang dari 1-10
menit.
Untuk menentukan seorang pria mengalami ED harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut : ejakulasi terjadi dalam waktu cepat, tidak
dapat dikontrol, tidak dikehendaki oleh yang bersangkutan, serta
mengganggu yang bersangkutan dan atau pasangannya (Pangkahila,
2007).
2) Prevalensi dan manifestasi
ED merupakan disfungsi seksual terbanyak yang dijumpai di klinik,
melampaui DE. Survei epidemiologi di AS menunjukkan sekitar 30
persen pria mengalami ED.
Ada beberapa teori penyebab ED, yang dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu penyebab psikis dan penyebab fisik. Penyebab fisik
berkaitan dengan serotonin. Pria dengan 5-HT rendah mempunyai
ejaculatory threshold yang rendah sehingga cepat mengalami ejakulasi.
Penyebab psikis ialah kebiasaan ingin mencapai orgasme dan ejakulasi
secara tergesa-gesa sehingga terjadinya ED (Pangkahila, 2006).
b. Ejakulasi terhambat
1) Pengertian
Berlawanan dengan ED, maka pria yang mengalami ejakulasi
terhambat (ET) justru tidak dapat mengalami ejakulasi di dalam vagina.
Tetapi pada umumnya pria dengan ET dapat mengalami ejakulasi dengan
cara lain, misalnya masturbasi dan oral seks, tetapi sebagian tetap tidak
dapat mencapai ejakulasi dengan cara apapun.
2) Prevalensi dan manifestasi
Dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 pasien datang dengan keluhan
ET. Sebagian besar ET disebabkan oleh faktor psikis, misalnya fanatisme
agama sejak masa kecil yang menganggap kelamin wanita adalah sesuatu
yang kotor, takut terjadi kehamilan, dan trauma psikoseksual yang
pernah dialami.

4. Disfungsi Orgasme (Pangkahila, 2007)


a. Pengertian
Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya
orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase
rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual.
b. Penyebab dan manifestasi
Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu
penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal
sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut
menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan. Pria yang mengalami
hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi erotiknya
tidak dirasakan.
5. Dispareunia (Pangkahila, 2007)
a. Pengertian
Dispareunia berarti hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit
pada kelamin atau sekitar kelamin.
b. Penyebab dan manifestasi
Salah satu penyebab dispareunia ini adalah infeksi pada kelamin.
Ini berarti terjadi penularan infeksi melalui hubungan seksual yang terasa
sakit itu. Pada pria, dispareunia hampir pasti disebabkan oleh penyakit atau
gangguan fisik berupa peradangan atau infeksi pada penis, buah pelir,
saluran kencing, atau kelenjar prostat dan kelenjar kelamin lainnya.
E. Terapi dan Pengobatan Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual baik yang terjadi pada pria ataupun wanita dapat dapat
mengganggu keharmonisan kehidupan seksual dan kualitas hidup, oleh karena itu
perlu penatalaksanaan yang baik dan ilmiah.
Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah
sebagai berikut (Susilo, 1994; Pangkahila, 2001; Richardson, 1991):
a) Membuat diagnosa dari disfungsi seksual
b) Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
c) Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual
d) Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari pengobatan
bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex theraphy, obat-
obatan, alat bantu seks, serta pelatihan jasmani).
Pada kenyataannya tidak mudah untuk mendiagnosa masalah disfungsi
seksual. Diantara yang paling sering terjadi adalah pasien tidak dapat mengutarakan
masalahnya semua kepada dokter, serta perbedaan persepsi antara pasien dan dokter
terhadap apa yang diceritakan pasien. Banyak pasien dengan disfungsi seksual
membutuhkan konseling seksual dan terapi, tetapi hanya sedikit yang peduli
(Philips, 2000).
Oleh karena masalah disfungsi seksual melibatkan kedua belah pihak yaitu
pria dan wanita, dimana masalah disfungsi seksual pada pria dapat menimbulkan
disfungsi seksual ataupun stres pada wanita, begitu juga sebaliknya, maka perlu
dilakukan dual sex theraphy. Baik itu dilakukan sendiri oleh seorang dokter ataupun
dua orang dokter dengan wawancara keluhan terpisah (Barry, Hodges, 1987).

F. Asuhan Keperawatan pada Disfungsi Seksual


1.Pengkajian
a. Perubahan kadar hormone
b. Perubahan pola reponsif seksual
c. Nyeri vagina
d. Tidak adanya kontraksi uterus selama orgasme
e. Klien menarik diri
f. Klien depresi
g. Klien takut akan penolakan atau reaksi orang terdekat
2.Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggai perubahan struktur tubuh
b. Gangguan Harga Diri
c. Kecemasan

Intervensi Keperawatan

No. Dx. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan (NIC)


Keperawatan (NOC)
1. 1 Kriteria Hasil:
Resiko tinggi 1. Mendengarkan
Menyatakan
perubahan pernyataan
pemahaman perubahan
struktur tubuh pasien/orang
anatomi/fungsi seksual.
terdekat
Mendiskusikan 2. Kaji informasi
masalah tentang pasien/orang
gambaran diri, peran terdekat tentang
seksual, hasrat seksual anatomi/ fungsi
pasangan dengan seksual dan
orang terdekat. pengaruh
prosedur
Mengidentifikasi
pembedahan.
kepuasan/ praktik
3. Identifikasi
seksual yang diterima
factor
dan beberapa
budaya/nilai dan
alternative cara
adanya konflik
mengekspresikan
seksual. 4. Bantu pasien untuk
menyadari/menerima
tahap berduka.
5. Dorong pasien untuk
berbagi pikiran/masalah
dengan teman.
6. Solusi pemecahan
masalah terhadap
masalah potensial;
contoh menunda koitus
seksual saat kelelahan,
melanjutkannya dengan
ekspresi alternative,
posisi yang
menghindari tekanan
pada insisi abdomen,
menggunakan minyak
vagina.
7. Diskusikan
sensasi/ketidaknya
manan fisik,
perubahan pada
respons seperti
individu biasanya.
8. Rujuk ke
konselor/ahli seksual
sesuai kebutuhan.
2 Gangguan Harga Setelah dilakukan 1. Berikan waktu
Diri tindakan keperawatan untuk mendengar
diharapkan gangguan masalah dan
ketakutan pasien
harga diri berkurang
dan orang terdekat
atau hilang dengan
kriteria hasil : 2. Kaji stress emosi
- Pasien menerima dan pasien
keadaan dirinya 3. Berikan informasi
sendiri akurat
- Mempertahankan 4. Identifikasi perilaku
kontak mata koping positif
- Komunikasi terbuka sebelumnya
- Menjaga penampilan 5. Berikan lingkungan
dan kebersihan terbuka pada pasien
- Memiliki percaya untuk
diri yang tinggi mendiskusikan
masalah seksualitas
6. Perhatikan perilaku
menarik diri,
menganggap diri
negative
7. Rujuk ke konseling
professional sesuai
kebutuhan
3 Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
tindakan keperawatan ketakutan dengan
diharapkan cemas cara bina hubungan
saling percaya
berkurang atau hilang
2. Pertahankan
dengan kriteria hasil : lingkungan yang
- Pasien merasa rileks tenang dan aman
- Pasien dapat 3. Libatkan pasien dan
menerima dirinya keluarga dalam
apa adanya prosedur
pelaksanaan dan
perawatan
4. Ajarkan teknik
relaksasi
5. Beritahu tentang
penyakit pasien dan
tindakan yang akan
dilakukan
Daftar Pustaka

Pangkahila, W. 2006. Gangguan Fungsi Seksual Akibatnya Terhadap Fungsi Seksual


Pasangan dan Cara Mengatasinya. Simposium Awam Dies Universitas
Surabaya

Elvira, D. 2006. Disfungsi Seksual pada Perempuan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Tobing, L. 2006. Seks Tuntunan bagi Pria. Jakarta : EMK.

Anda mungkin juga menyukai