PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Info
datin Kemenkes RI, 2016).Dengan semakin bertambahnya usia maka lansia akan
mengalami penurunan fungsi organ tubuh akibat dari kurangnya jumlah dan kema
ngsi secara normal menghilang dan tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
Salah satu gangguan fungsional tubuh yang sering muncul pada lansia ialah
dicegah dan diatasi dengan beberapa cara, namun angka kejadian inkontinensia
urin pada lansia di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang masih cukup tinggi.
tubuh dan organ-organ tubuh seiring bertambahnya usia (Wilson dkk, 2017).
dilaporkan dalam studi berbasis populasi berkisar antara 9,9% hingga 36,1% (2-
4), dan dua kali lebih tinggi pada wanita yang lebih tua dibandingkan pada pria
yang lebih tua. Prevalensi inkontinensia urin di Indonesia berkisar antara 5,8%
1
2
Inkontinensia urin terjadi pada usia lanjut wanita maupun pria, namun
prevalensi inkontinensia urin lebih tinggi terjadi pada wanita dan meningkat
lansia akan mengalami risiko melemahnya kekuatan otot dasar panggul yang
yang merugikan pada pasien, seperti gangguan kenyamanan karena pakaian basah
terus, risiko terjadi dekubitus (luka pada daerah yang tertekan), dan dapat
menimbulkan rasa rendah diri pada pasien. Inkontinensia urin yang tidak segera
2012). Komplikasi lain yang terjadi jika tidak ditangani maka dapat terjadi infeksi
saluran kemih, infeksi kulit daerah kemaluan, gangguan tidur, dekubitus, dan
gejala ruam. Selain itu, masalah psikososial seperti dijauhi orang lain karena
berbau pesing, minder, tidak percaya diri, mudah marah juga sering terjadi dan hal
penanganan yang sesuai. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari dampak negatif
latihan otot dasar panggul (senam kegel) (Darmojo, 2011). Senam kegel (latihan
wanita dan pria dengan berbagai macam tipe inkontinensia. Setelah 1-2 minggu
melakukan latihan ini dengan teratur akan terasa berkurangnya kebocoran urine.
Semua latihan diatas akan memberikan kontrol yang baik terhadap kandung
dilakukan dan tidak akan menimbulkan cidera, seperti pada ibu post partum dapat
dilakukan segera setelah melahirkan, selain itu senam kegel lebih tepat dilakukan
organ-organ dalam panggul yaitu rahim, kantong kemih, dan usus sehingga
latihan kegel efektif terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada lansia.
dasar panggul dapat memperbaiki kemampuan berkemih dengan resiko yang lebih
kecil. Penelitian Karjoyo dkk (2017), membuktikan bahwa ada pengaruh senam
kegel terhadap frekuensi inkontinensia urine pada lanjut usia di Wilayah Kerja
pada Lansia dengan inkontinensia urine di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan
Aluih Sicincin Tahun 2015.Penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyudi (2017)
berkemih pada lanjut usia Panti Wredha Darma Bakti Pajang Surakarta.
4
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2019,
malu untuk berkonsultasi ke petugas kesehatan yang ada di panti, dan 3 lansia
yang harus segera ditangani akan tetapi tidak bisa dilakukan secara mandiri. Hasil
urin melakukan buang air kecil lebih dari 8 kali dalam 24 jam,dan buang air kecil
dicelana sebelum sampai ke toilet karena mereka tidak dapat menahan rasa ingin
kencing, selain itu juga lansia mengatakan tidak mengetahui cara mengobati
kecil.Berdasarkan latar belakang diatas dan fenomena yang terjadi, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “pengaruh senam kegel terhadap
Apakah ada pengaruh senam kegel terhadap inkontinensia urin pada lansia
Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu manfaat teoritis
1. Pelayan Kesehatan
2. Pendidikan
1. Lansia
2. Peneliti
3. Peneliti Selanjutnya
Peneliti
No Judul Jurnal, Vol./No. Metpen Hasil
(Tahun)
1. Latihan kegel Septiastri Naskah Publikasi, Penelitian ini Latihan kegel
dengan (2012) Fakultas Keperawatan, menggunakan efektif
penurunan UniversitasSumateraUtara. metode terhadap
gejala quasi eksperimen penurunan
inkontinensia yang dilakukan gejala
urin pada dengan inkontinensia
lansia membagi responden urin pada
menjadi dua lansia
kelompok yaitu
kelompok perlakuan
dankelompok
kontrol.
2. Latihan otot Sulistyaningsih Jurnal Keperawatan dan (Metode penelitian Latihan otot
dasar panggul (2015 Pemikiran Ilmiah. Vol. 1, tidak ditampilkan di dasar
efektifuntuk No.3, 1-7 artikel) panggul
mengatasi dapat
inkontinensia memperbaiki
urin pada klien kemampuan
post operasi berkemih
prostatectomy. dengan
Nurscope resiko
yanglebih
kecil
3. Pengaruh Karjoyo dkk E-Journal Keperawatan Desainpenelitian Ada
senam kegel (2017) (eKp), Vol.5, No.1 yang diguanakan pengaruh
terhadap adalah pra senam kegel
frekuensi eksperimental, terhadap
inkontinensia denganmenggunakan frekuensi
urine pada rancangan one group inkontinensia
lanjut usia di pre test post test urine pada
wilayah kerja lanjut usia di
Puskesmas Wilayah
7
Tumpaan Kerja
Minahasa Puskesmas
Selatan Tumpaan
Minahasa
Selatan
4. Pengaruh Novera (2017) Jurnal Ipteks Terapan, Desian pada Terdapat
senam kegel Vol.11, No.3, 240-245 penelitian ini adalah pengaruh
terhadap quasy senam kegel
frekuensi bak eksperiment dengan terhadap
pada lansia rancangan one group Frekuensi
dengan pretest-postest BAK pada
inkotinensia Lansia
urine dengan
inkontinensia
urine di Panti
Sosial Tresna
Werdha
Sabai Nan
Aluih
Sicincin
Tahun 2015
5. Pengaruh Wahyudi Naskah Publikasi, Rancangan yang Ada
Latihan Senam (2017) Program Studi akan digunakan pengaruh
Kegel terhaap Keperawatan S1, Fakultas penelitian adalah latihan senam
Frekuensi Ilmu Kesehatan, quasi experiment kegel
Berkemih Universitas design terhadap
pada Lansia Muhammadiyah Surakarta dengan Pretest- frekeunsi
Posttest one group berkemih
design pada lanjut
usia Panti
Wredha
Darma Bakti
Pajang
Surakarta
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lansia adalah bagian dari proses balik tumbuh kembang. Menurut Undang-
dengan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Azizah,
seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas karena adanya proses
kecuali bila umur tersebut atau proses menua terjadi lebih awal dilihat dari kondisi
fisik, mental, dan sosial. Masa lanjut usia merupakan tahapan paling akhir dalam
2011), yaitu:
1. Proses Penuaan
adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu
anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun
memberikan konsekuensi pada proses penuaan yaitu pada struktur dan fungsi
a. Sistem Sensori
b. Sistem Muskulosekeletal
c. Sistem Integumen
sedih lebih jelas terlihat terutama pada wanita dan pada pria
d. Sistem Kardiovaskuler
2009).
e. Sistem Pernafasan
vital.
f. Sistem Perkemihan
g. Sistem Pencernaan
sokongan gigi yang adekuat dan stabil pada usia lebih lanjut
h. Sistem Persyarafan
a. Perubahan sosial
meninggal.
b. Perubahan Psikologi
nensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak terkendali dalam waktu yang
yang cukup serius seperti infeksi saluran kemih, kelainan kulit, gangguan tidur,
problem psikososial seperti depresi, mudah marah dan terisolasi (Setiati dkk,
2014).
15
Proses berkemih yang normal adalah suatu proses dinamik yang secara
fisiologik berlangsung di bawah kontrol dan koordinasi system saraf pusat dan
system saraf tepi di daerah sacrum. Saat periode pengisian kandung kemih,
tekanan didalamnya tetap rendah (di bawah 15 mmH20). Sensasi pertama ingin
berkemih biasanya timbul pada saat volume kandung kemih mencapai antara 150-
350 ml. Kapasitas kandung kemih normal bervariasi sekitar 300-600 ml.
Umumnya kandung kemih dapat menampung urin sampai lebh kurang 500 ml
berkontraksi, diikuti relaksasi dari sfingter dan uretra. Secara sederhana dapat
kandung kemih meningkat melebihi tahanan dari muara uretra dan urin akan
kemih menurun. Sisa urin dalam kandung kemih, setiap selesai berkemih
cenderung meningkat dan kontraksi otot-otot kandung kemih yang tidak teratur
orang usia lanjut yng mengalami inkontinensia. Pada wanita, usia lanjut juga
berakibat menurunnya tahanan pada uretra dan muara kandung kemih. Ini
memadai/jauh dsb.
1. Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional adalah involunter jalan keluar urine yang tidak dapat
diperkirakan pada klien yang system saraf dan system perkemihannya tidak
2. Inkontinensia Overflow
Penyebab umum dari inkontinensia ini adalah antara lain karena adanya
sumbatan akibat kelenjar prostat yang membesar atau adanya kistokel dan
penyempitan dari jalan keluar urin, gangguan kontraksi kandung kemih akibat
3. Inkontinensia Refleks
pada interval/jarak waktu tertentu yang dapat diprediksi bila isi kandung
4. Inkontinensia Stres
obesitas, uterus yang penuh pada trimester ketiga, jalan keluar pada kandung
5. Inkontinensia Total
sensorik, trauma/penyakit pada saraf spinalis atau sfingter uretra, fistula yang
berada diantara kandung kemih dan vagina. Gejalanya antara lain urine tetap
6. Inkontinensia Urge
involunter. Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul berada di bawah
kontrol mekanisme volunter. Sedangkan otot detrusor kandung kemih dan sfingter
uretra internal berada di bawah kontrol sistem saraf otonom. Ketika otot detrusor
berelaksasi maka akan terjadi proses pengisian kandung kemih sebaliknya jika
otot ini berkontraksi maka proses berkemih (pengosongan kandung kemih) akan
saraf parasimpatis, dimana aktivitas ini dapat terjadi karena dipicu oleh
Usia lanjut baik wanita maupun pria terjadi perubahan anatomis dan
dengan menurunnya kadar estrogen pada wanita dan hormon androgen pada pria.
Perubahan yang terjadi ini dapat berupa peningkatan fibrosis dan kandungan
kolagen pada dinding kandung kemih yang mengakibatkan fungsi kontraktil dari
kandung kemih tidak efektif lagi. Pada otot uretra terjadi perubahan vaskularisasi
pada lapisan submukosa, atrofi mukosa dan penipisan otot uretra. Keadaan
ini menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar panggul juga
keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital bagian bawah akibat
dkk, 2014).
diagnosis Inkontinensia urin ini berisi riwayat obstreti dan ginekologi, gejala dan
keluhan utama gangguan berkemih serta riwayat penyakit. Sandvix Severity Index
(SSI) dan The Three Incontinence Questions (3IQ) merupakan salah satu contoh
SSI sedangkan tipe Inkontinensia urin dapat diketahui dengan menggunakan 3IQ.
Alat ukur 3IQ ini terdiri dari tiga pertanyaan dengan pilihan jawaban dimana dari
(symptom) tipe Inkontinensia urin yang terjadi. SSI terdiri dari dua pertanyaan
pertanyaan kedua.
urin idealnya kita sudah dapat menentukan jenis dan tingkat inkontinensia urin
residu, urin pasca berkemih dan pemeriksaan penunjang khusus (Setiati dkk,
2014).
1. Anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang seksama. Hal-hal yang
Pengelolaan inkontinensia urin akan cukup baik jika semua faktor yang
4. Program rehabilitasi, antara lain; melatih respon kandung kemih agar baik
Tidak ada satu modalitas terapi yang dapat mengatasi semua jenis
laku (latihan otot dasar panggul, latihan kandung kemih, penjadwalan berkemih,
habit training, prompted voiding dan latihan otot dasar panggul. tekhnik canggih
1. Bladder Training
relaksasi sehingga frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam
Latihan otot dasar panggul efektif untuk inkontinensia urine tipe stres
atau campuran dan urgensi. Latihan ini dilakukan tiga kali sehari dengan 15
3. Habit training
4. Prompted voiding
kondisi atau status kontinensia mereka serta dapat memberitahu petugas atau
gangguan kognitif.
5. Terapi biofeedback
6. Stimulasi elektrik
kontraksi otot pelvis dengan menggunakan alat bantu pada vagina atau
rectum.
7. Neuromedulasi
kandung kemih.
23
a) Pengertian Senam
Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara
melakukan senam secara teratur dan benar dalam jangka waktu yang cukup antara
berbagai sikap kejiwaan, dan memberikan rangsangan bagi saraf-saraf yang lemah
Latihan Otot Dasar Panggul (ODP) dikembangkan pertama kali oleh Dr.
Arnold Kegel pada tahun 1940 dengan tujuan menguatkan otot dasar panggul dan
mengatasi stres inkontinensia urin. Latihan ini berupa latihan ODP secara
progresif pada otot Levatorani yang dapat dikontraksikan secara sadar yang
selanjutnya dikenal dengan Kegel Exercise (Rahajeng, 2010). Kegel Exercise atau
senam Kegel merupakan terapi non operatif yang paling sering dilakukan untuk
kekuatan otot pada uretra dan periuretra (Widianti dan Proverawati, 2010).
1. Bagi Pria
24
ejaulasi dini, ereksi yang lebih kuat dan meningkatkan kepuasan seksual saat
orgasme. Selain itu multiple orgasme juga bisa dialami oleh pria sebagai hasil
dari latihan senam Kegel yang dilakukan secara teratur. Pada pria, senam ini
juga akan mengangkat testis dan mengencangkan otot kremaster sama seperti
arah anus.
2. Bagi wanita
orgasme dan orgasme yang dicapai lebih baik karena otot yang dilatih adalah
otot yang digunakan selama orgasme. Manfaat lain adalah vagina akan
kepuasan seksual, dan suami akan merasakan perubahan yang sangat besar
bayi tanpa banyak merobek jalan lahir dan bagi wanita yang baru melahirkan,
melahirkan dan tentu saja dapat menguatkan otot rangka pada dasar panggul
prolaps uteri. Beberapa manfaat senam Kegel yaitu menguatkan otot panggul,
mencegah “ngompol kecil” yang timbul saat batuk atau tertawa, dan
25
sekitar 72-87% dari denyut nadi maksimal dan tidak boleh melebihi denyut
Tahap pelatihan senam Kegel dibagi menjadi tiga bagian latihan sesuai
dibedakan menjadi tiga yaitu pelatihan gerak cepat, pelatihan mengencangkan dan
duduk, berdiri, berbaring, jongkok, atau posisi apa saja yang terbaik.
2. Pelatihan Mengencangkan
satu hingga dua detik kemudian lepaskan dan ulangi masing-masing dengan
sebagai berikut :
1. Posisi berdiri tegak dengan posisi kaki lurus dan agak terbuka.
2. Fokuskan konsentrasi pada kontraksi otot daerah vagina, uretra dan rectum.
10. Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada tahap awal, lakukan tiga
11. Target latihan ini adalah sepuluh kali kontraksi lambat dan sepuluh kali
Lakukan enam hingga delapan kali selama sehari atau setiap saat.
27
12. Senam Kegel dapat pula dilakukan secara sederhana dengan cara:
a. Saat berkemih coba untuk menahan aliran urin sampai beberapa kali.
tiga sampai lima detik jika sudah terbiasa latihan dapat ditingkatkan
latihan yaitu dengan latihan otot dasar panggul (pelvic muscte exercise) atau
sering disebut dengan latihan Kegel (Maas et al, 2011). Latihan kegel sendiri
struktur penyokong panggul dan mengililingi pintu panggul pada vagina, uretra,
dan rectum (Maas et al, 2011). Latihan kegel yang dilakukan pada lansia
untuk memulai dan menghentikan laju urin (Widianti dan Proverawati, 2010).
bahwa latihan kegel efektif terhadap penurunan gejala inkontinensia urin pada
pengaruh senam kegel terhadap frekuensi inkontinensia urine pada lanjut usia di
Frekuensi BAK pada Lansia dengan inkontinensia urine di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2015. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Wahyudi (2017) membuktikan bahwa ada pengaruh latihan senam kegel
terhadap frekeunsi berkemih pada lanjut usia Panti Wredha Darma Bakti Pajang
Surakarta.
29
BAB III
3.1 KerangkaKonsep
Treatmen
- Farmakologi
- Nonfarmakologi
Senam kegel
Penguatan otot panggul
Menahan kontraksi
involunter otot detrusor
kandung kemihnya
Keterangan:
Diteliti Inkontinensia urin
berkurang
TidakDiteliti
Pengaruh
pengaruh senam kegel terhadap inkontinensia urin pada lansia di Panti Werdha
salah satunya adalah inkontinensia urin. Inkontinensia ini bisa diatasi dengan
pengobatan non farmakologi seperti terapi, dan terapi yang dimaksud adalah
senam kegel. Senam kegel dapat memberikan efek penguatan pada otot panggul,
hal tersebut dapat menahan kontraksi involunter otot detrusor kandung kemihnya,
3.2 Hipotesis
teori-teori yang sudah dijelaskan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
BAB IV
METODE PENENELITIAN
design one group pre test and post test design, yaitu rancangan eksperimen
dengan cara sampel di amati sebelum dan setelah dilakukan treatment (perlakuan)
4.4.1 Populasi
4.4.2 Sampel
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽) 2
𝜋
𝑛= 2
(𝑃1 − 𝑃2 )
2 22
(1,282 + 0,842) × 7
𝑛= 2
(0,5)
(2,124) 2 × 3,14
𝑛=
0,25
4,511376 × 3,14
𝑛=
0,25
14,1732064
𝑛=
0,25
𝑛 = 56,69
Keterangan:
𝜋 : 22/7 (3,14)
33
Jadi besar sampel menurut rumus diatas adalah ± 57. Sampel dalam penelitian
Malang.
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili seluruh
populasi yang ada (Hidayat, 2012). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah simple random sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara me
milih sampel secara acak dari total populasi (Nursalam, 2013). Kriteria dalam
1. Kriteri Inklusi
2. Kriteria Eklusi
(Hidayat, 2012).
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain
mengatakan bahwa Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
Variabel independent atau variabel bebas adalah variabel resiko atau sebab
kegel.
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Alat
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Skor
Ukur
Latihan tubuh yang Tahapan senam
diciptakan dengan kegel:
gerakan sederhana - Pelatihan
tujuan menguatkan otot gerak cepat
dasar panggul dan - Pelatihan
Independent: mengatasi inkontinensia super kegel
SOP - -
Senam kegel urin fungsional yang - Super kegel
dilakukan 10-15 kali
setiap hari dalam waktu
2 minggu dan dilakukan
minimal sekitar 30-60
menit.
Pertanyaan 1:
- Tidak
pernah = 0
- Tidak lebih
dari sekali
dalam
sebulan = 1
- Sekali atau
beberapa
kali dalam
sebulan = 2
K - Sekali atau
- Seberapa U beberapa
O
sering E kali dalam
Pengeluaran urin tanpa R
menahan S seminggu
Dependent: disadari, dalam jumlah D
air I =3
Inkontinensia banyak (>600 ml) I
kencing O - Setiap
urin dengan frekuensi >8 kali N
- Jumlah N hari/setiap
sehari A
air E malam = 4
L
kencing R
(SSI)
Pertanyaan 2:
- Sedikit = 1
- Banyak = 2
Kategori:
- Skor 1-2:
Slight
incontinen
ce
- Skor 3-5:
Moderate
36
incontinen
ce
- Skor 6-8:
Severe
incontinen
ce
(Brown et al,
2006)
4.7.1 InstrumenPenelitian
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang
6. Setelah responden mengisi kuesioner pertama sebagai data pre test, peneliti
7. Setelah diberikan perlakuan senam kegel, selama 10-15 kali. peneliti akan
menjelaskan lagi pada responden bahwa senam kegel bisah dilakukan pada
saat kapan saja baik pada saat sedang duduk, berdiri, berbaring dll.sehingga
proses senam kegel dapat lebih efektif. Dan responden mengisi kuesioner
8. Peneliti mengumpulkan data pre test dan post test dan diolah sesuai dengan
responden lalu, diubah dalam bentuk skor nilai. Kemudian data yang diperoleh
diolah melalui program SPSS for windows. Pengolahan data dilakukan beberapa
tahap, yaitu :
segera dilakukan.
2. Coding (Pengkodean)
dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
38
angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu
3. Scoring
skor 1 jika Tidak lebih dari sekali dalam sebulan, skor 2 jika Sekali atau
beberapa kali dalam sebulan, skor 3 jika “Sekali atau beberapa kali dalam
4. Tabulating
berbentuk tabel maka tabel tersebut siap dianalisa dan dinyatakan dalam
bentuk tulisan.
diperoleh dan agar mudah dianalisis, maka untuk tafsiran datanya digunakan
Rumus persentasi:
∑F
%= x 100%
N
Keterangan:
50% : setengahnya
51-75% : sebagianbesar
100% : seluruhnya
40
Analisa Bivariat
0,05), dengan interprestasi apabila p value< 0,05 maka H0 ditolak dan menerima
H1 yaitu ada pengaruh senam kegel terhadap inkontinensia urin pada lansia di
Panti Werdha Pangesti Lawang Malang. Tetapi apabila p value> 0,05 maka H0
diterima dan H1ditolak yaitu tidak ada pengaruh senam kegel terhadap
Menurut Nursalam (2013) secara umum prinsip etika dalam penelitian atau
1. Prinsip Manfaat
kepentingan pribadi.
41
c. Resiko
b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full
tersebut dan hal-hal apa saja yang dibutuhkan serta memberikan jaminan
penlitian.
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
setiap sampel baik yang bersedia menjadi sampel maupun yang tidak
bersedia tetap mendapatkan perlakuan yang adil, dalam hal ini tetap
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diminta harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia.
DAFTAR
Kurniati, Citra Hadi., Wulan, Intan Sari., dam Hikmawati, Isna. 2014. Analisis
Pengetahuan dan Tindakan Senam Kegel terhadap Penyembuhan Luka
Pereneum pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Purwokerto Selatan.
Pharmacy, Vol.11, No.01.
jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PHARMACY/article/view/846/786.
Akses Tanggal 23 Mei 2019, Pk13:01.
Maas, M. L., Buckwalter, K. C., Hardy, M. D., Tripp-Reimer, T., Titler, M. G., &
Specht, J. P. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik, Diagnosis NANDA,
Kriteria Hasil NOC, Intervensi NIC. Jakarta: EGC.
Mangoenprasodjo, S.A. 2011. Mengisi Hari Tua dengan Bahagia. Jakarta:
Pradipta Publishing.
Martono, Hadi. 2014.Buku Ajar Boedhi Darmojo: Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut) Edisi 5. Jakarta: FKUI.
Maryam, Raden Siti., Ekasari, M.F., Rosidawati., Jubaedi, A., Batubara, I. 2012.
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Naftali, Ananda Ruth., Ranimpi, Yulius Yusak., Anwar, M.Aziz. 2017. Kesehatan
Spiritual dan Kesehatan Lansia dalam Menghadapi Kematian. Buletin
Psikologi, Vol.5, No.2.
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:llgl4r6Ud90J:https
://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/28992/pdf+&cd=1&hl
=en&ct=clnk&gl=ua&client=firefox-b-d. Akses Tanggal 26 Juni 2019,
Pk.13:06.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Novera, Milya. 2017. Pengaruh Senam Kegel terhadap Frekuensi BAK pada
Lansia dengan Inkotinensia Urine. Jurnal Ipteks Terapan, Vol.11, No.3,
240-245. http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/viewFile/589-
7878/pdf21. Online, Akses Tanggal 3 Mei 2019, Pk.10:48.
Nugroho, W. 2011. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: PT. ECG.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(Edisi 3). Jakarta: Salemba Medika.
Rahajeng. 2010. Efek Latihan Kege pada Kekuatan Otot Dasar Panggul Ibu
Pasca Persalinan. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol.26, No.2, 2010,
pp.120-123. http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/163. Online,
Akses Tanggal 3 Mei 2019, Pk.10:50.
Septiastri, Angellita Intan. 2012. Latihan Kegel dengan Penurunan Geala
Inkontinensia Urin pada Lansia. Naskah Publikasi, Fakultas Keperawatan,
Universitas Sumatera Utara.
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:7tGm48iTQFwJ:h
ttps://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/download/100/89+&cd=1&hl=id
45
Peneliti
47
1. Saya telah mengerti apa yang tercantum dalam lembar persetujuan di atas dan
keberatan*)
Untuk ikut serta menjadi salah satu subjek penelitian yang berjudul
LEMBAR KUESIONER
A. Identitas Responden
Nama (boleh tidak diisi) : ……………………………………………..
Usia : .......... Tahun
Jenis kelamin : .......... Laki-laki/Perempuan
Pendidikan terakhir :....................
Pekerjaan terakhir :....................
B. KuesionerKuesioner Sandvix Severity Index (SSI)
1. Seberapa sering anda merasa tidak mampu menahan kencing ?
a. Tidak pernah
b. Tidak lebih dari sekali dalam sebulan
c. Sekali atau beberapa kali dalam sebulan
d. Sekali atau beberapa kali dalam seminggu
e. Setiap hari / setiap malam
2. Seberapa besar urin yang anda keluarkan setiap kali anda
kencing/berkemih?
a. Sedikit
b. Banyak
50
Go to:
Data were collected from women with stable incontinence not undergoing
treatment, identified via community nurses; women undergoing initial assessment
and non-surgical treatment at a continence clinic; and women awaiting surgical
treatment (colposuspension) for stress incontinence. Those included were
medically stable and either were cognitively intact (abbreviated mental test ⩾8) or
had a carer to help them.
Most women (202; 88%) recorded the same severity index response category on
days 1 and 4 (κ=0.78, P<0.001). Test-retest reliability for each question was also
good (κ=0.69 for question 1 and 0.83 for question 2, P<0.001 for both).
Higher severity index categories were associated with increasing urine leakage
(r=0.36, P<0.001). Median urine leakage over 48 hours was 32 g for those in the
“slight” category, 29 g for “moderate,” and 143 g for “severe” (χ2=14.9, P<0.001;
mean ranks 41.8, 50.2, and 80.7 respectively). There was a similar association
between severity index category and number of episodes of incontinence (r=0.55,
P<0.001). The median number of episodes of urinary incontinence over 48 hours
was 0 for slight, 1 for moderate, and 6 for severe (χ2=67.3, P<0.001; mean ranks
52.4, 79.0, and 141.1). These significant associations suggest that the severity
index is measuring what it is intended to measure, the severity of the physical
condition.
Sixty per cent of women in the two treatment groups moved to a lower severity
index category after intervention. The surgery group had a significantly greater
improvement in severity index than the clinic group (Mann-Whitney U test 442.5,
P<0.001). Change in severity index category was significantly related to both
change in amount of urine leakage (χ2=8.4, P=0.015 ) and number of episodes of
incontinence (χ2=24.1, P<0.001). The severity index thus detected changes in
these measures of urinary incontinence associated with treatment.
Go to:
Comment
52
The severity index is a short, simple, valid, reliable, and sensitive measure of
urinary incontinence in women. It can therefore be recommended for routine use.
Table
Patient group
Continence
Community Surgical
clinic
Baseline
No 79 75 83
Characteristics:
Mean (SD) age (years) 76 (12) 50 (14) 50 (12)
Mean (SD) Barthel score
15.7 (3.2) 18.5 (1.1) 18.2 (0.9)
(maximum=20)
Mean (SD) abbreviated mental test
8.5 (1.5) 9.2 (0.8) 9.5 (0.9)
score (maximum=10)
Severity index category:
Slight 5 (6) 16 (21) 8 (10)
Moderate 16 (20) 33 (44) 18 (22)
Severe 58 (73) 26 (35) 57 (69)
Measures of incontinence:
Median (range) urine leakage (g) in 292 (5- 32 (2-
41 (1-898)
48 hours 3257) 822)
Median (range) episodes of leakage
6.5 (0-47) 1 (0-24) 4 (0-23)
in 48 hours
After treatment
No 0 60* 69*
Severity index category:
Dry 1 (2) 41 (59)
Slight 15 (25) 7 (10)
Moderate 27 (45) 17 (25)
Severe 17 (28) 4 (6)
Measures of incontinence:
Median (range) urine leakage (g) in
0 (0-542) 0 (0-32)
48 hours
Median (range) episodes of leakage 0 (0-37) 0 (0-3)
53
Patient group
Continence
Community Surgical
clinic
in 48 hours
Open in a separate window
*
Eighty five of these women (29 from the continence clinic and 56 surgical
patients) reported in their urinary diaries that they were dry over 48 hours and
declined to wear pads. A weight of urine of zero was assumed, although this could
not be validated.
Go to:
Footnotes
Funding: Research grant from the Scottish Office Department of Health Chief
Scientist Office.
Go to:
References
1. Elser DM, Fantl JA, McClish DK the Continence Program for Women
Research Group. Comparison of “subjective” and “objective” measures of
severity of urinary incontinence in women. Neurourol Urodyn. 1995;14:311–316.
[PubMed] [Google Scholar]
2. Sandvik H, Hunskaar S, Seim A, Hermstad R, Vanvik A, Bratt H. Validation of
a severity index in female urinary incontinence and its implementation in an
epidemiological survey. J Epidemiol Community Health. 1993;47:497–499.
[PMC free article] [PubMed] [Google Scholar]
3. Sandvik H, Seim A, Vanvik A, Hunskaar S. A severity index for
epidemiological surveys of female urinary incontinence: comparison with 48 hour
pad-weighing tests. Neurourol Urodyn. 2000;19:137–145. [PubMed] [Google
Scholar]
4. Mahoney FI, Barthel DW. Functional evaluation: the Barthel index. Maryland
State Medical Journal. 1965;14:61–65. [PubMed] [Google Scholar]
5. Hodkinson HM. Evaluation of a mental test score for assessment of mental
impairment in the elderly. Age Ageing. 1972;1:233–238. [PubMed] [Google
Scholar]
Articles from The BMJ are provided here courtesy of BMJ Publishing Group
Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC31262/
54