PENDAHULUAN
penyakit yang menyebabkan angka kematian (mortalitas) sebesar 50% dalam kurun
waktu lima tahun pada pasien yang terdiagnosis CHF. Selain itu pasien CHF yang
pernah menjalani rawat inap sangat beresiko akan terjadinya rawat inap kembali
(Susilowati, 2015). Menurut data WHO 2013 sebanyak 17,3 juta orang meninggal
akibat gangguan jantung pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan
jantung di Amerika Serikat 20% terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Insiden gagal
jantung tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, dengan >650.000 kasus baru
Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar
Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).
Provinsi Bali memiliki prevalensi gagal jantung sebesar (0,13%) yang merupakan
peringkat 6 setelah Jakarta (0,15%) dan Jawa Barat (0,14%) (Rikesdas, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSUP Sanglah Denpasar,
pada tahun 2011 pasien yang menjalani perawatan di ruang rawat intensif
1
jantung RSUP Sanglah Denpasar dengan gagal jantung berjumlah 38 pasien,
padatahun 2012 berjumlah 56 pasien, sedangkan data pasien gagal jantung dari
bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Desember 2013 berjumlah 64 orang
(Kumalasari, 2014).
Gagal jantung susah dikenali secara klinis, karena hanya ada sedikit tanda
tanda klinis pada tahap awal penyakit, beragamnya keadaan klinis serta tidak
spesifik (Davis et al., 2000). Manifestasi klinis yang sering muncul pada pasien
gagal jantung kronik adalah penurunan toleransi latihan dan sesak nafas saat
aktifitas (Lee, 2005; Black dan Hawrk, 2009; Scub dan Caple, 2010). Kedua kondisi
sehingga aktivitas yang dilakukan semakin ringan terutama activity daily living.
2
Hasil penelitian oleh Parada et al (2012) menunjukkan bahwa 52% pasien
pada pasien gagal jantung dapat dijadikan sebagai parameter mortalitas dan
evaluasi yang dilakukan dari bulan September 2002 sampai dengan Desember 2003
menunjukkan bahwa dari 188 pasien yang dilakukan pengukuran indeks barthel 163
pasien yang mash hidup mempunyai nilai rerata indeks barthel 84,4, sedangkan
pada 25 pasien yang meninggal mempunyai indeks barthel sebelumnya dengan nilai
rerata 64,4. Dalam hal ini indeks barthel perlu dilakukan observasi terkait dengan
barthel yang diukur 1 bulan dan 6 bulan mengalami penurunan pada kedua
yang diderita pasien dan perawatan selama di rumah seperti diet, kontrol berat
badan, latihan fisik, gaya hidup dan kontrol obat-obat yang diminum oleh pasien,
serta mengenali tanda dan gejala yang berkaitan dengan memburuknya CHF
pasien di rumah setelah hospitalisasi. Rawat inap berulang diakibatkan oleh tidak
3
cukupnya bantuan pelayanan kesehatan di rumah, ketidakpatuhan dalam diet, dan
kurangnya pengetahuan pasien. Oleh karena itu perlu adanya tindak lanjut setelah
pasien pulang dari rumah sakit ke rumah. Intervensi yang dapat dilakukan meliputi
kualitas pelayanan, kematian, jumlah rawat inap berulang, kematian, dan status
discharge planning pada pasien gagal jantung yang bertarget pada program
pemulihan dapat mengurangi jumlah hari dirawat atau meninggal. Rawat inap ulang
pasien secara mandiri untuk merawat diri, kapasitas fungsional pasien CHF dapat
meningkat.
inap kelas III RSUP Sanglah masih belum optimal. Hal itu terjadi karena
4
kepada pasien serta keluarganya. Selain itu salinan dokumentasi discharge
planning juga tidak diserahkan kepada pasien dan keluarga pasien, dimana hal ini
Salah satu ruang rawat inap kelas III yang diteliti oleh peneliti adalah ruang
pasien-pasien dengan CHF yang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter hanya
diminum, dan aktivitas yang perlu dikurangi. Informasi yang diberikan perawat
begitu sederhana serta kurang adanya rencana tindak lanjut yang bisa dilakukan
oleh perawat sesudah pasien pulang ke rumah. Pemberian discharge planning pada
pasien CHF membutuhkan dukungan dari perawat dan keluarga. Saat pasien CHF
dirawat di rumah sakit, seorang perawat merupakan tenaga kesehatan yang selalu
berada di dekat pasien. Perawatan CHF di rawat inap terdiri dari pengelolaan
pengukuran berat badan, pengukuran balance cairan, dan yang paling utama adalah
5
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Sanglah, Denpasar?
1.4.1 Teoritis
6
1.4.1.1 Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
failure
1.4.1.2 Penelitian ini dapat memperkaya hasanah ilmu kesehatan dalam bidang
1.4.1.3 Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan ilmu pengetahuan tentang
1.4.2 Praktis
7
mandiri dirumah pasca perawatan dirumah sakit, guna mengurangi tingkat
hospitalisasi ulang.
inap berulang.
1.5.2 Koelling, Johnson, Cody, and Aoronson (2005), yang berjudul Discharge
kea rah yang lebih baik, meningkatkan perawatan diri dan menurunkan
1.5.3 Gonzales, Alonso, garzia, Gusi, and Ribera (2014), yang berjudul
8
hospital discharge, institusi Geriatric Service of the Ca ceres Hospital
pasien walaupun tidak signifikan, tetapi hal ini sangan bermanfaat untuk
menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan desain post test only control group
design.