Anda di halaman 1dari 4

Cara Penilaian Nyeri Berdasar PQRST

1. P : Provokatif / Paliatif

Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena ruda paksa /
benturan..? Akibat penyayatan..? dll.

2. Q : Qualitas / Quantitas

Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa sering


terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris, dll.

3. R : Region / Radiasi

Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga menyebar
ke daerah lain / area penyebarannya..?

4. S : Skala Seviritas

Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS (Glasgow's Coma Scale) ) untuk
gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan

5. T : Timing

Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa sering keluhan
nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap..?
Acut atau Kronis..?

Mekanisme Terjadinya Nyeri


Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan
tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh. Mekanisme nyeri adalah sebagai berikut
rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, di ubah dalam bentuk impuls yang di hantarkan ke
pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer
dalam bentuk persepsi nyeri.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti


tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.

2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-rata


manusia akan merasakan nyeri jika menerima panas diatas 450 C, dimana mulai pada
suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan

3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat


yang di sebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain:
bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin dan prostaglandin. Bradikinin merupakan
zat yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat
kimia lain yang berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik,
Zat P dan ion K+ (ion K positif ).

Proses Terjadinya Nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada
setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua
sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Ad bermielin halus bergaris tengah 2-5
m, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak
bermielin dengan diameter 0.4-1.2 m, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
Serabut Ad berperan dalam menghantarkan 'Nyeri cepat' dan menghasilkan persepsi nyeri
yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan 'nyeri Lambat' dan
menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.
Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus
spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus
posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus
post sentral dari korteks otak.

Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain :

1. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis

1. Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat
contoh nyeri trauma

2. Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker

2. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri

1. Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya
kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani,
contoh Nyeri karena tertusuk

2. Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri
karena trauma di hati atau paru-paru.

3. Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri
angina.

3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri

1. Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas

2. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya :
Nyeri yang diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.
Definisi Erythropoietin
Erythropoietin (EPO) adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh ginjal yang memajukan
pembentukan dari sel-sel darah merah oleh sumsum tulang (bone marrow).

Sel-sel ginjal yang membuat erythropoietin adalah khusus sehingga mereka peka pada
tingkat-tingkat oksigen yang rendah didalam darah yang mengalir melalui ginjal. Sel-sel ini
membuat dan melepaskan erythropoietin ketika tingkat oksigen terlalu rendah. Tingkat
oksigen yang rendah mungkin mengindikasikan anemia, suatu jumlah sel-sel darah merah
yang berkurang, atau molekul-molekul hemoglobin yang membawa oksigen keseluruh tubuh.

Erythropoietin (EPO) secara Kimia


Erythropoietin adalah suatu protein dengan suatu gula yang melekat (suatu glycoprotein). Ia
adalah satu dari sejumlah dari glycoproteins yang serupa yang melayani sebagai stimulans-
stimulans (perangsang) untuk pertumbuhan dari tipe-tipe spesifik dari sel-sel darah didalam
sumsum tulang.

Tugas Erythropoietin (EPO)


Erythropoietin menstimulasi (merangsang) sumsum tulang (bone marrow) untuk
menghasilkan lebih banyak sel-sel darah merah. Kenaikan yang berakibat darinya dalam sel-
sel merah meningkatkan kapasitas darah mengangkut oksigen.

Sebagai pengatur utama dari produksi sel merah, fungsi-fungsi utama erythropoietin adalah
untuk:

1. Memajukan perkembangan dari sel-sel darah merah.

2. Memulai sintesis dari hemoglobin, molekul didalam sel-sel darah merah yang
mengangkut oksigen.

Ginjal Sumber Satu-Satunya dari Erythropoietin ?


Tidak. Erythropoietin diproduksi pada suatu tingkat yang lebih kecil oleh hati. Hanya kira-
kira 10% dari erythropoietin dihasilkan didalam hati. Gen erythropoietin telah ditemukan
pada kromosom 7 manusia (in band 7q21). Rentetan DNA yang berbeda yang mengapit gen
erythropoietin bertindak untuk mengontrol produksi erythropoietin dari hati lawan dari ginjal.

Mengapa Tes Erythropoietin dilakukan ?


Hormon erythropoietin dapat terdeteksi dan diukur dalam darah. Tingkat dari erythropoietin
dalam darah dapat mengindikasikan kelainan-kelainan sumsum tulang (seperti polycythemia,
atau produksi sel darah merah yang meningkat), penyakit ginjal, atau penyalahgunaan
erythropoietin. Pengujian tingkat-tingkat darah erythropoietin jadi adalah bernilai jika:
Terlau sedikit erythropoietin mungkin bertanggung jawab untuk terlalu sedikit sel-sel
darah merah (seperti dalam mengevaluasi anemia, terutama anemia yang berhubungan
dengan penyakit ginjal).

Terlalu banyak erythropoietin mungkin menyebabkan terlalu banyak sel-sel darah


merah (polycythemia).

Terlalu banyak erythropoietin mungkin adalah bukti untuk suatu tumor ginjal.

Terlalu banyak erythropoietin pada seorang olahragawan (athlete) mungkin


menyarankan penyalahgunaan erythropoietin.

Anda mungkin juga menyukai