Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN 

 KEPERAWATAN  GAWAT  DARURAT
HENTI NAFAS DAN HENTI JANTUNG

Oleh Kelompok 2

1.IKA SINTA KARTIKASARI (112019030681)

2.IRMAWATI (112019030674)

3.MAIMATUL LUTFIAH (112019030675)

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH KUDUS TAHUN 2020


Askep Pada Pasien Dengan Henti Nafas dan Henti Jantung

A. Deefinisi

Henti napas merupakan keadaan ketidakmampuan tubuh untuk menjaga pertukaran


gas seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga mengakibatkan hipoksemia dan atau
hiperkapnia. Dikatakan Henti napas  apabila PaCO2 > 45 mmHg atau PaO2 < 55mmHg
(Boedi Swidarmoko, 2010:259).

Pengertian Henti jantung adalah terhentinya kontraksi jantung yang efektif ditandai
dengan pasien tidak sadar, tidak bernafas, tidak ada denyut nadi.Pada keadaan seperti ini
kesepakatan diagnostis harus ditegakkan dalam 3 4 menit. Keterlambatan diagnosis akan
menimbulkan kerusakan otak. Harus dilakukan resusitasi jantung paru.

B. Etiologi

1. Terhentinya system pernafasan secara tiba-tiba yang dapat disebabkan karena:

- Penyumbatan jalan nafas : aspirasi cairan lambung atau benda asing.

- Sekresi air yang terdapat dijalan nafas, seperti pada saat tenggelam, edema paru, lendir yang
banyak.

- Depresi susunan saraf pusat yang disebabkan karena obat-obatan, racun, arus listrik tegangan
tinggi, hipoksia berat, edema otak,rongga paru terkena trauma benda asing pada paru 

2. Terhentinya jantung secara tiba-tiba yang disebabkan :

-gagal jantung

-Temponade jantung

-febrilasi fentrikel yang mungkin di sebabkan iskemia miokad ,infak miokad, tersengat listrik
gangguan elektrolit
A. Patofisiologi

Henti napas ada dua macam yaitu Henti napas akut dan Henti napas kronik dimana masing
masing mempunyai pengertian yang bebrbeda.Henti napas akut adalah Henti napas yang timbul
pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul. Sedangkan Henti napas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronkitis kronik,efusi pleura, penyumbatan jalan nafas .Pasien mengalalmi toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah Henti napas akut
biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.Pada Henti napas kronik struktur paru alami
kerusakan yang ireversibel.

Indikator Henti napas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan
normal ialah 16-20 x/mnt.Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan
ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan.Kapasitasvital
adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

Henti napas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi
obstruksi jalan nafas atas.Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah
batang otak (pons dan medulla).Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor
otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan.Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal sehingga kebutuhan suplai oksigen
ke otak tidak terpenuhi.Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru juga dapat mengarah ke Henti
napas akut.

Henti jantung terjadi bila jantung tiba-tiba berhenti berdenyut, akibat terjadinya
penghentian sirkulasi efektif infak miokad. Semua kerja jantung berhenti atau terjadi kelemahan
otot. Terjadi kehilangan kesadaran mendadak, tidak ada denyutan dan bunyi jantung tidak
terdengar.Pupil mata mulai berdilatasi dalam 45 detik.Terdapat interval waktu sekitar 4 menit
antara berhentinya sirkulasi dengan terjadinya kerusakan otak menetap.Terjadi hopoksia berat
suplai oksigen ke paru menurun sehingga terjadi ancaman kematian.
B. Pathway
Penyumbatan Jalan Nafas
(cairan, benda asing)

Depresi Susunan Saraf Pusat

Suplai Oksigen ke Paru menurun Hipoksia Berat
↓ ↓

Dispnue Kekurangan Suplai Oksigen ke Jaringan Otan dan Jantung


↓ ↓ ↓
Pola nafas tidak efektif
Infak Miokad Otot Tubuh Melemah
↓ ↓
Henti Jantung Kondisi Tubuh Melemah
↓ ↓
Ancaman Kematian Resiko Cidera

D. Manifestasi Klinis

-Pernapasan cepat

-Gelisah

-  Ansietas

-Bingung

- Kehilangan konsentrasi

- Takikardi

- Kehilangan kesadaran mendadak.

- Tidak adanya denyut karotis dan femoralis.

- Henti nafas segera timbul setelahnya. (Kapita Selekta Panyakit, 2011)


E. Penatalaksanaan

Fase I: Tunjangan hidup dasar (Basic Life Support) yaitu prosedur pertolongan darurat mengatasi
obstruksi jalan nafas, henti nafas dan henti jantung.

Indikasi tunjangan hidup dasar terjadi karena adanya henti nafas ,henti jantung dan tidak
sadarkan diri.

Penatalaksanaan bantuan hidup dasar:

Urutan penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar yang benar akan memperbaiki tingkat
keberhasilan.Berdasarkan panduan Bantuan Hidup Dasar yang yang dikeluarkan oleh Amerikan
Heart Association dan Eropean Society of Resuscitation , pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar

1.Penilaian Kesadaran Penderita

Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah aman untuk
melakukan pertolongan. Penilaian respon dilakukan dengan cara menepuk nepuk dan
menggoyangkan penderita sambil berteriang memanggil penderita.

Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respon:

Bila penderita menjawab atau bergerak, posisikan penderita pada posisi mantap serta melakukan
pemantauan tanda tanda vital sampai bantuan dating

Bila penderitan tidak merespon, tidak bernafas atau bernafas tidak normal (gasping) maka
penderita dianggap mengalami henti jantung.

2.Aktifasi layanan gawat darurat bila di rumah sakit bias aktifkan kode blue dan di luar rumah
sakit bias menghubungi Rumah Sakit Terdekat atau aktifasi layanan gawat darurat

Melanjutkan dengan tindakan pertolongan yang diawali dengan CABD (Circulation-


Airway-Breathing-Defibrillator)

Sebelum melakukan kompresi dada pada penderita penolong melakukan pemeriksaan


awal untuk memastikan penderita dalam keadaan tanpa nadi saat akan dilakukan pertolongan.
Pemeriksaan dilakukan dengan perabaan arteri karotis maximal 10 detik.Pemeriksaan arteri
karotis , dilakukan dengan memegang leher penderita dan mencari trachea dengan 2 atau 3 jari.

Pelaksanaan kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada bawah
½ bawah dinding sternum.
Komponen yang diperhatikan saat melakukan kompresi dada:

-Penderita dibaringkan ditempat datar dank eras

-Tentukan lokasi kompresi dengan cara meletakkan telapak tangan yang tengah saling berkaitan
di bagian ½ bawah sternum.

-Frekuensi minimal 100x/menit

-Kedalaman minimal 5cm

-Minimal interupsi (ventilasi dengan perbandingan 30:2 = setiap 30 kompresi berikan 2x nafas bantuan)

a) Airway menjaga jalan nafas tetap terbuka

Penderita yang tidak sadarkan diri maka tonus otot otot tubuh akan melemah, termasuk
otot rahang dan leher. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lidah dan epligotis jatuh
kebelakang menyumbat jalan nafas. Jalan nafas dapat dibuka oleh penolong dengan metode:

Head-tilt/chin-lift maneuver: letakkan salah satu tangan di kening pasien, tekan kening
ke arah belakang dengan menggunakan telapak tangan untuk mendongakkan kepala pasien.
Kemudian letakkan jari-jari dari tangan yang lainnya di dagu korban pada bagian yang bertulang,
dan angkat rahang ke depan sampai gigi mengatub. Rasionalisasi: tindakan ini akan
membebaskan jalan nafas dari sumbatan oleh lidah.

Jaw-thrust maneuver: pegang sudut dari rahang bawah pasien pada masing-masing
sisinya dengan kedua tangan, angkat mandibula ke atas sehingga kepala mendongak.
Rasionalisasi: teknik ini adalah metode yang paling aman untuk membuka jalan nafas pada
korban yang dicurigai mengalami trauma leher.

b) Breathing

Pernapasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong.Yang diperhatikan yaitu
adanya gerakan dada, merasakan tahanan ketika memberikan bantuan nafas dan isi paru klien
saat mengembang dengan suara dan rasakan adanya udara yang keluar saat ekspirasi.

Beberapa metode breating:

-Mulut ke mulut

-Mulut ke hidung

-Mulut kesungkup

-Dengan kantung pernafasan


c) Circulation 

Pastikan ada atau tidaknya denyut nadi, sementara tetap mempertahankan


terbukanya jalan nafas dengan head tilt-chin lift yaitu satu tangan pada dahi pasien, tangan
yang lain meraba denyut nadi pada arteri carotis dan femoral selama 5 sampai 10 detik. Jika
denyut nadi tidak teraba, mulai dengan kompresi dada.

(1). Berlutut sedekat mungkin dengan dada pasien. Letakkan bagian pangkal dari salah
satu tangan pada daerah tengah bawah dari sternum (2 jari ke arah cranial dari procecus
xyphoideus).Jarijari bisa saling menjalin atau dikeataskan menjauhi dada. Rasionalisasi:
tumpuan tangan penolong harus berada di sternum, sehingga tekanan yang diberikan akan
terpusat di sternum, yang mana akan mengurangi resiko patah tulang rusuk.

(2). Jaga kedua lengan lurus dengan siku dan terkunci, posisi pundak berada tegak lurus
dengan kedua tangan, dengan cepat dan bertenaga tekan bagian tengah bawah dari
sternum pasien ke bawah, 1 - 1,5 inch (3,8 - 5 cm)

(3). Lepaskan tekanan ke dada dan biarkan dada kembali ke posisi normal. Lamanya
pelepasan tekanan harus sama dengan lamanya pemberian tekanan. Tangan jangan
diangkat dari dada pasien atau berubah posisi. Rasionalisasi: pelepasan tekanan ke dada
akan memberikan kesempatan darah mengalir ke jantung.

(4). Lakukan CPR dengan dua kali nafas buatan dan 30 kali kompresi dada. Ulangi siklus
ini sebanyak 5 kali(2 menit). Kemudian periksa nadi dan pernafasan pasien. Pemberian
kompresi dada dihentikan jika: a).telah tersedia AED (Automated External Defibrillator). b).
korban menunjukkan tanda kehidupan. c). tugas diambil alih oleh tenaga terlatih. d).
penolong terlalu lelah untuk melanjutkan pemberian kompresi. Rasionalisasi: bantuan nafas
harus dikombinasi dengan kompresi dada. Periksa nadi di arteri carotis, jika belum teraba
lanjutkan pemberian bantuan nafas dan kompresi dada.

(5). Sementara melakukan resusitasi, secara simultan kita juga menyiapkan


perlengkapan khusus resusitasi untuk memberikan perawatan definitive. Rasionalisasi;
perawatan definitive yaitu termasuk di dalamnya pemberian defibrilasi, terapi obat-obatan,
cairan untuk mengembalikan keseimbangan asam-basa, monitoring dan perawatan oleh
tenaga terlatih di ICU.

(6). Siapkan defibrillator atau AED (Automated External Defibrillator) segera. CPR yang
diberikan pada anak hanya menggunakan satu tangan, sedangkan untuk bayi hanya
menggunakan jari telunjuk dan tengah.Ventrikel bayi dan anak terletak lebih tinggi dalam
rongga dada, jadi tekanan harus dilakukan di bagian tengah tulang dada.
Mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.

Fase II: Tunjangan hidup lanjutan (Advanced Life Support) yaitu tunjangan hidup dasar ditambah dengan

D drugs yaitu pemberian obat-obatan sekaligus cairan yang dibagi menjadi 2 yaitu penting: sodium
bikarbonat, epinephrine, sulfat atoprin, lidokain, morphin sulfat, kalsium khlorida, oksigen. Berguna
yaitu obat-obatan vasoaktif (laverterenol), isoproterenol, propanolol dan kortikosteroid.

Fase III: tunjangan hidup terus menerus

G Gauge pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring klien secara terus-menerus, dinilai, dicari
penyebabnya dan kemudian mengobatinya.
PENGKAJIAN

A. Pengkajian meliputi

1.AIRWAY/JALAN NAFAS

2.BRETHING/PERNAFASAN

3.CIRCULATION

a. Pengkajian Subjektif

Memonitoring PQRST untuk pengkajian nyeri

b. Pengkajian Objektif

adalah sekumpulan dta yang dapat dilihat di ukur meliputi TTV, BB, dan TB pasien, pemeriksaan
fisik, hasil perekaman ECG, serta tes diagnostic.

B. INTERVENSI
Intervensi prioritas NIC:
-Aktivitas Keperawatan
1. Kaji dan Dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan,dan status
mental
2. Pantau tanda kelebihan cairan misalnya: edema pada bagian tubuh yang tergantung/ bawah
3. Kaji toleransi aktivitas pasien dengan memperhatikan awal nafas
pendek,nyeri,palpitasi/pusing.

-Pendidikan untuk pasien /keluarga

1. Jelaskan tujuan pemberian oksigenpernasal kanul/masker.

2. Intruksikan tentang mempertahankan keakuratan asupan dan haluaran.

3. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan nyeri, durasi factor yang
menyebabkan, daerah kwalitas dan intensitas.

4. Berikan informasi untuk tehnik penurunan stress seperti bolfeed back, relaksasi otot
progresif, meditasi dan latihan.

-Aktivitas Kolaborasi

1. Rujuk pada dokter menyangkut parameter pemberian / penghentian obat tekanan darah.

2. Tingkatkan penurunan afterload

Berikan anati koagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer, sesuai dengan
program.
Diagnosa keperawatan Henti Nafas

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penurunan espansi paru.


2. Gangguan pertukaran gas b.d abnormalitas ventilasi –pervusi sekunder terhadap
hipoventilasi

Intervensi

Intervensi Proritas NiC

-Aktivitas Keperawatan

1.Pantau adanya pucat dan sianosis

2. Pantau efek obat pada waktu respirasi

3. Kaji kebutuhan insersi jalan nafas

4 Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien dengan fentilator

-Pendidikan untuk pasien dan keluarga

1. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola
nafas

2. Intuksikan kepada pasien/keluarga bahwa mereka harus memberi tahu perawat pada saat
terjadi ketidak efektifan pola nafas.

3.Informasiakan kepada keluarga untuk tidak merokok di ruangan

4.diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah , meliputi pengobatan peralatan


pendukung, tanda dan gejala komplikasi dan sumber sumber komunitas

-Aktivitas Kolaborasi

1. Rujuk kepada ahli terapi pernafasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator
mekanis.

2.Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernafasan, nilai GDA, Sputum dan seterusnya,
sesuai dengankebutuhan atau protocol

3. Berikan tinndakan nebulizer ultrasonikdan udara pelembab atau oksigen sesuai kebutuhan

4. Berikan obat nyerikan obat nyeri untuk pengoptimalan pola pernafasan .

Anda mungkin juga menyukai