Anda di halaman 1dari 14

Resume Prosedural Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Oleh Lisa Qothrunnada_1906400633_Kelas A

 Proses fisiologi dilakukan rasio kompresi ventilasi pada tindakan RJP


RJP merupakan suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang
mengalami henti napas maupun henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban
mengalami serangan jantung (heart attack), tenggelam, tersengat arus listrik, keracunan,
kecelakaan dan lain-lain. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi
darah dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh
terutama organ vital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban
dan mengalami kerusakan.
Kompresi Dada

Setiap kompresi dada, tekanan intrathoracic meningkat, dan jantung terjepit di antara
tulang dada dan tulang belakang. Dengan setiap kompresi, tekanan aorta dan tekanan atrium
kanan meningkat, dengan tekanan atrium kanan yang serupa atau kadang-kadang lebih tinggi
dari tekanan sisi kiri. Darah diteruskan dari jantung yang tidak berdetak ke arah otak, arteri
koroner, dan seluruh tubuh karena adanya katup 1 arah di dalam jantung dan perbedaan
tekanan antara toraks dan daerah non-toraks.
Selama fase ini, tekanan intra kranial meningkat sehingga meningkatkan resistansi
terhadap perfusi serebral. Kenaikan dan penurunan ICP selama RJP merupakan akibat
sekunder dari perubahan tekanan intrathoracic yang ditransduksi melalui pleksus vena
/epidural paravertebral dan cairan tulang belakang. Tekanan atrium kanan, ventrikel kanan,
dan arteri pulmonalis meningkat secara paralel setiap kompresi. Selama RJP, tekanan perfusi
arteri koroner umumnya dihitung sebagai perbedaan antara tekanan aorta dan tekanan sisi
kanan. Dengan demikian, tekanan sisi kanan yang tinggi selama RJP juga membatasi tekanan
perfusi koroner.
Ventilasi
Ventilasi pada resusitasi jantung paru berguna untuk menjaga pertukaran udara
selama RJP dan meningkatkan tekanan intratorakal yang akan meningkatkan aliran darah.
Ventilasi selama resusitasi jantung paru juga dapat berhubungan dengan menurunnya tekanan
perfusi koroner dan aliran darah ventrikel kiri jika dibandingkan dengan tanpa ventilasi. Oleh
karena itu, diperlukan ventilasi yang dilakukan pada waktu yang tepat sehingga dapat
meningkatkan aliran darah.
 Pasien Henti Jantung
Henti jantung (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat
balik normal, jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau
kerusakan otak menetap kalau tindakan tidak adekuat
Henti jantung adalah kondisi berhentinya sirkulasi peredaran darah karena kegagalan
jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut bisa disebabkan oleh
penyakit primer dari jantung atau penyakit sekunder non jantung (Mansjoer & Sudoyo,
2010).
 Kebanyakan serangan jantung terjadi ketika sistem kelistrikan jantung yang sakit
mengalami malfungsi.
 Kerusakan ini menyebabkan irama jantung abnormal seperti takikardia ventrikel atau
fibrilasi ventrikel.
 Beberapa serangan jantung juga disebabkan oleh sangat lambatnya irama jantung
(bradikardia).
Penyebab lain :
 Jaringan parut pada jaringan jantung
 Otot jantung yang menebal (kardiomiopati)
 Obat Jantung
 Kelainan Listrik
 Kelainan pembuluh darah
 Penggunaan Narkoba
Faktor yang mempengaruhi
 Heart attack
 Cardiomyopathy
 Penyakit jantung kongenital
 Gangguan katup jantung
 Miokarditis akut
 Electrocution
 Overdosis obat
 Perdarahan parah
 Hipoksia
Tanda :
 Kehilangan kesadaran mendadak (collapse) akibat ketiadaan oksigen ke otak
 Denyut nadi tidak teraba
 Pupil mata berdilatasi dalam waktu 45 detik
 Bunyi jantung tidak terdengar
 Mengalami sianosis
 Pernapasan berhenti (gasping)
Cara mengidentifikasi Pasien Henti Jantung
1. Memeriksa frekuensi dan pola pernapasan dengan Look, Listen, & Feel, yaitu dengan
merasakan napas dan perkembangan dada korban/pasien
2. Memeriksa Nadi dengan meraba nadi karotis terdekat atau nadi radialis atau nadi
brachialis (pada bayi)
3. Tanda henti jantung & henti napas: Pasien unresponsive, tidak bernapas/pola
pernapasan abnormal, & denyut nadi tidak teraba
4. Identifikasi perubahan warna kulit dan temperatur (akral dingin)
5. Identifikasi Capillary refill time (sianosis)
Nursing Consideration
1. Perawat memeriksa nadi karotis terdekat
2. Gunakan APD sebagai perlindungan diri
3. Sejajarkan mata perawat dengan dinding dada untuk melihat adanya gerakan dada
atau tidak.

 Pasien Henti Napas


1. Henti napas adalah kondisi ketika seseorang berhenti bernapas atau tidak bernapas
secara efektif.
2. Tidak adanya gerakan dada atau aliran udara pernapasan dari korban
3. Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut dan nadi teraba. Oksigen masih dapat
masuk ke darah untuk beberapa menit. Jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke
otak dan organ vital lain.
Penyebab Henti Napas
 Stroke
 Keracunan obat
 Trauma
 Tenggelam
 Inhalasi asap/uap/gas
 Obstruksi jalan napas
 Tersengat listrik
 Dll.

 Cara Memastikan Korban Bernapas atau Tidak


1. LOOK Lihat pergerakan naik-turunnya dada
2. LISTEN Dengar bunyi napas
3. FEEL Rasakan embusan napas
Dekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban sambil tetap mempertahankan jalan
napas tetap terbuka. Lakukan dengan tidak lebih dari 10 detik.
Pemeriksaan Jalan Nafas
Tujuan : Memastikan jalan napas tidak tersumbat benda asing
 Apabila terdapat sumbatan, bersihkan dengan teknik cross finger
 Cara melakukan teknik cross finger
 Silangkan ibu jari dan telunjuk
 Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah korban dan telunjuk pada gigi seri atas
 Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut korban
 Periksa bagian dalam mulut, apakah terdapat cairan atau benda asing yang
menyumbat jalan napas.
Pembukaan Jalan Nafas :
 Pada korban yang tidak sadar, tonus otot akan menghilang. Lidah dan epiglotis akan
menutup faring dan laring sehingga menyebabkan sumbatan jalan napas.
 Angkat kepala topang dahi (Head tild Chin lift) dan maneuver pendorongan
mandibula (Jaw thrush maneuver).
 Apabila terdapat benda asing yang mengobstruksi jalur nafas pasien maka perlu
dikeluarkan.
 Cek tanda kehidupan, yaitu respon dan suara napas pasien.
 Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan, secukupnya untuk membuka jalan
napas saja, karena hal tersebut dapat menyebabkan cedera leher.

 Persiapan dan Langkah-Langkah Prosedur RJP Sesuai AHA Guidelines 2020


Asesmen sebelum Kompresi
 Lakukan pemeriksaan nadi karotis dalam waktu kurang dari 10 detik. Sekaligus
melakukan look, listen and feel dengan mendekatkan telinga ke hidung pasien dan
melihat ke arah dada pasien.
 Look: melihat Gerakan naik dan turunnya dinding dada.
 Listen: mendengarkan apakah terdapat suara napas.
 Feel: merasakan apabila terdapat hembusan udara keluar dari mulut atau hidung
pasien.
 Rescue Breathing: dilakukan jika nadi teraba, namun tidak ada napas.
 Kompresi: dilakukan dengan segera jika nadi tidak teraba

Circulation
 Satu siklus RJP dilakukan dengan 30 kompresi dan 2 ventilasi
 Selama 2 menit
 Posisi pasien: Telentang di atas permukaan yang keras dan datar
 Posisi penolong: berlutut di samping pasien
 Kemudian lakukan kompresi dengan cara:
 Letakkan tumit telapak tangan pada pertengahan dada atau seperdua bawah sternum
dengan telapak tangan ditumpuk dan jari ditautkan.
 Kedalaman RJP minimal 2 inci (5 cm) dengan kecepatan 100-120 kali/menit lalu
biarkan rekoil dada selesai
 Ganti kompresor setiap 2 menit atau jika penolong kelelahan
 Minimalisir interupsi selama RJP
Airway
 Membersihkan jalan nafas bila ada sumbatan
 (cairan atau benda padat)
 Membuka jalan napas dengan head tilt – chin lift
 atau jaw thrust (jika curiga cedera servikal)
Breathing
 Berikan nafas 2 kali dengan volume tidal tidak lebih dari 10 detik, dengan teknik:
 Mouth to Mouth
 Mouth to Barrier Device
 Mouth to Nose
 Bag Valve Mask.
 Evaluasi dilakukan tiap 2 menit atau tiap 5 siklus.

 RJP dengan Syok


Indikasi RJP dengan Syok :
 RJP dengan Tidak Ada Syok

 Adaptasi/modifikasi RJP di masa pandemi covid-19


Pre Hospital :
 Penolong harus menggunakan masker, masker pelindung dengan filter, kacamata dan
pelindung, serta sarung tangan nitril ganda jika tersedia
 Memastikan denyut nadi korban tidak teraba dan korban tidak responsif
 Memulai CPR kompresi saja dan untuk anak-anak kemungkinan membutuhkan
pernafasan
 Tanyakan kemungkinan korban terinfeksi COVID-19
 Beritahu RS atau tenaga kesehatan jika korban terinfeksi COVID-19
 Segera gunakan perangkat AED/ (automated external defibrillator).
 Jika tidak ada pernyataan yang menunjukkan korban terinfeksi covid-19. Lakukan
tindakan pencegahan dengan mengenali adanya tanda infeksi pernafasan.
 Tutup mulut korban dengan kain.

In Hospital :
 Lakukan CPR di ruangan tunggal bertekanan negatif, tutup pintu dengan pintu
tertutup
 Batasi tenaga medis yang berada di ruangan
 Gunakan APD seperti : masker perlindungan tinggi, Pelindung mata : goggles, Sarung
tangan, dan Gaun
 Prioritaskan strategi oksigenasi dan ventilasi yang meminimalkan aerosolisasi
seperti :
- menggunakan HEPA filter untuk semua ventilasi
- mengintubasi awal menggunakan ventilator mekanik jika tersedia
- menggunakan Supraglottic Airway Device (SADs), jika intubasi tertunda
 Melakukan siklus 30 kompresi dan 2 napas menggunakan perangkat masker kantong
dengan filter dan segel yang rapat.
 Jika tidak dapat dilakukan, kompresi secara terus menerus dengan pemberian
oksigenasi pasif menggunakan masker wajah.
 Jika tersedia, gunakan AED segera.
 Cara lain bisa menggunakan perangkat kompresi dada otomatis (ACCD) untuk
kompresi dada pada pasien suspek/konfirmasi COVID-19. Dengan mengurangi durasi
siklus resusitasi jantung paru dari siklus 2 menit saat ini menjadi 1 menit.
 Disinfektan ruangan jika prosedur sudah selesai.
RJP pada Anak dan Bayi :
1. Mengamankan lingkungan anak atau bayi
2. Periksa respon dan nafas anak atau bayi
3. Mencari bantuan atau hubungi 119
4. Pastikan menggunakan APD
5. Melakukan CPR dengan 30 kompresi dikali 2 napas selama 5 siklus.
Pada anak:
 Mendorong area tengah dada sebanyak 30 kali dengan kedalaman 2 inci
menggunakan 1 atau 2 tangan.
 Melakukan 30 kompresi dan 2 napas.
 Ulangi kembali
RJP bayi:
 mendorong bagian tengah dada sebanyak 30 kali dengan kedalaman 1½ inci
menggunakan 2 jari.
 melakukan 30 kompresi dan 2 napas.
 Ulangi kembali
 Menggunakan AED sesegera mungkin saat tiba
 Lanjutkan RJP sampai ambulance datang
Perasaan saya mengikuti praktikum ini sangat pernasaran dan bersemangat
tentang apa yang akan saya pelajari. Menurut saya materi RJP ini merupakan hal
sudah sedikit saya kuasai karena saya sudah pernah mendapatkan materi ini pada mata
kuliah pengelolaan bencana. Saya juga senang karena bisa melakukan diskusi dengan
teman sekelompok yang membuat saya mempelajari hal baru. Kesulitan terbesar saya
dengan materi ini adalah kurangnya praktik dengan pasien yang sesungguhnya atau
hanya sekedar panthom. Karena saya hanya mengetahui teorinya saja sedangkan tidak
untuk situasi nyatanya. Selain itu pada video tidak dijelaskan langkah dengan detail
dan informasi yang diberikan hanya diberikan secara umum dan tidak ada penjelasan
lebih lanjut sehingga saya harus mencari referensi lebih banyak sendiri. Selanjutnya
saya akan membaca kembali materi dan menambah informasi-informasi baru dari
referensi yang berbeda, mencari video lain untuk mempelajari secara lebih spesifik
dan juga saya juga akan mencoba mempraktikkan RJP yang sudah saya pelajari.

Referensi :
 AHA. (2017). Causes of Cardiac Arrest. Dallas: American Heart Association, Inc.
Retrieved From: https://www.heart.org/en/health-topics/cardiac-arrest/causes-of-
cardiac-arrest
 Ganthikumar, K. (2016). Indikasi Dan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru (Rjp).
Intisari Sains Medis, 6(1), 58. https://doi.org/10.15562/ism.v6i1.20
 Maringga, F R. (2020). Teknik Resusitasi Jantung. Alomedika. Retrieved From:
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/prosedur-kegawatdaruratan-
medis/resusitasi-jantung-paru/teknik
 Mansjoer, A. Sudoyo, A. W. (2010). Resusitusi Jantung Paru. Buku Ajar Ilmu
Penyakit dalam. Edisi V jilid I. Jakarta: Interna Publishing
 Putri, I,A,O.C., Sidemen, I. G. P. S., (2017). Bantuan Hidup Dasar. Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. RSUP Sanglah Denpasar.
Retrived from
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5e25fa3ff7f4d41acb8344b75e
f64a0a.pdf
 The American Red Cross. (n.d). First Aid/CPR/AED Care During Covid-19.
https://www.redcross.org/take-a-class/coronavirus-information/first-aid-cpr-aed-care-
during-covid-19
 Taha, H.S., Shaker, M.M. & Abdelghany, M.M. Cardiopulmonary resuscitation
during the COVID-19 pandemic: a scientific statement on CPR management protocol
of Kasr Al-Ainy University Hospital is presented. Egypt Heart J 72, 73 (2020).
https://doi.org/10.1186/s43044-020-00106-9
 Tyas, M., D., C. (2016). Keperawatan kegawatdaruratan dan manajemen bencana.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
 Beusekom, M.V. (2020). AHA guidance directs resuscitation in kids amid COVID-
19. University of Minnesota. Retrieved from: https://www.cidrap.umn.edu/news-
perspective/2020/05/aha-guidance-directs-resuscitation-kids-amid-covid-19
 DeFilippis, E.M., Ranard, L.S., Berg, D.D. (2020). Cardiopulmonary Resuscitation
During the COVID-19 Pandemic: A View From Trainees on the Front Line.
American Heart Association Journal. 2020;141:1833–1835. DOI:
10.1161/CIRCULATIONAHA.120.047260
 American Heart Association. (2020). Kejadian Penting: Pedoman CPR dan ECC.
Retrieved from https://cpr.heart.org/-/media/cpr-files/cpr-guidelines-
files/highlights/hg hlghts_2020eccguidelines_indonesian.pdf.

Anda mungkin juga menyukai