Anda di halaman 1dari 14

Primary survey pada pasien trauma atau tidak sadar

Kaji status mental pasien

Untuk menentukan apakah pasien responsif atau tidak responsif. Menggunakan metode AVPU.

A – Alert: Pasien terjaga, responsif, berorientasi, dan berbicara dengan petugas.

V – Verbal: Petugas memberikan rangsangan berupa suara (memanggil pasien). Pasien akan
memberikan respon berupa mengerang, mendengus, berbicara atau hanya melihat petugas.

P – Painful: Jika pasien tidak memberikan respon dengan suara, maka anda perlu melakukan pemberian
rangsangan nyeri dengan cara menggosok sternum atau sedikit cubitan pada bahu.

U – Unresponsive: Tidak ada respon apapun dengan suara atau dengan nyeri.

Airway/jalan napas

Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera. Benda asing seperti darah, muntahan,
permen, gigi palsu, atau tulang. Obstruksi juga dapat disebabkan oleh lidah atau edema karena trauma
jaringan.

Jika pasien tidak sadar, selalui curigai adanya fraktur spinal servikal dan jangan melakukan hiperekstensi
leher sampai spinal dipastikan tidak ada kerusakan.

Gunakan tindakan jaw thrust secara manual untuk membuka jalan napas.

Breathing/pernapasan

Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernfasan dan observasi untuk ekspansi bilateral pada dada.

Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya krekels, wheezing, atau tidak adanya bunyi nafas.

Jika pernafasan tidak adekuat atau tidak ada dukungan pernafasan pasien dengan suatu alat oksigenasi
yang sesuai

Circulation/Sirkulasi

Tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, mencatata irama dan ritmenya dan mengkaji warna
kulit.
Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompenssasi dada tertutup.

Kaji tekanan darah

Jika pasien hipotensi, segera pasang jalur intravena dengan jarum besar (16-18). Mulai pergantian
volume per protokol. Cairan kristaloid seimbang (0.9% normal salin atau RL) biasanya yang digunakan

Kaji adanya bukti perdasarahan dan kontrol perdarahan dengan penekanan langsung.

Jika pasien tidak bernafasa periksa denyut nadi di leher (karotis)

Jika pasien bernafas, periksa denyut nadi pada karotis atau pada pergelangan tangan (radial)

Jika nadi katoris pasien teraba, tapi nadi radialis tidak maka ini tanda dari syok.

Jika ditemuka darah berwarna cerah dan muncrat kemungkinan berasal dari arteri, sebaliknya bila
berwarna gelap dan mengalir biasanya berasal dari vena

Kaji juga warna kulit, suhu tubuh dan kelembaban. Jika ditemukan kulit pucat dan dingin menjadi
indikasi syok

Penilaian jalan napas pada korban

Membuka jalan napas

Penyebab utama terhambatnya saluran pernapasan pada orang yang hilang kesadaran adalah
tertutupnya trakea akibat lidah yang terjatuh di rongga mulut. Pada kasus-kasus tertentu, korban
membutuhkan bantuan pernapasan. Saluran pernapasan harus dibuka terlebih dahulu sebelum
diberikan bantuan pernapasan. Ada dua tindakan yang dapat dilakukan unutk membuka saluran
pernapasan, yakni head tilt / Chin lift dan jaw trust.

Head tilt / Chin lift


Teknik ini hanya bisa dipakai pada penderita yang tidak mengalami cedera leher, kepala, dan tulang
belakang. Berikut tahapan melakukan teknik ini:

Letakkan tangan pasien di dahi, sebaiknya gunakan tangan yang paling dekat dengan dahi.

Tengadahkan kepala pasien secara perlahan dengan mendorong dahi ke arah belakang.

Letakkan ujung jari tangan yang satunya pada tulang dagu pasien. Bila masih anak-anak, letakkan jari
telunjuk saja di bawah dagu.

Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Usahakan jangan sampai mulut pasien
tertutup. Bila pasien masih anak-anak sebaiknya jangan terlalu menengadahkan kepala.

Pertahankan posisi ini.

Jawtrust

Teknik ini memang sedikit melelahkan namun amat sesuai bagi penderita cedera tulang belakang.
Berikut langkah-langkah melakukan tindakan ini:

Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban

Pegang kedua sisi rahang bawah pasien. Bila pasien masih anak-anak, gunakan dua atau tiga jari saja dan
letakkan pada sudut rahang.

Lakukan gerakan mengangkat untuk mendorong ke atas rahang bawah pasien. Hal ini bertujuan untuk
menarik lidah dari tenggorokan.

Usahan mulut pasien untuk tetap sedikit terbuka. Bila perlu, tarik bibir bawah dengan kedua ibu jari.

Pernapasan (Breathing)

Pengertian
Bernapas adalah tindakan spontan yang dilakukan untuk menghirup oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Kegiatan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).

Untuk memastikan normal tau tidaknya seseorang bernafas dapat diketahui dari berapa kali orang
tersebut bernapas dalam satu menit. Normalnya, pada orang dewasa setiap menit melakukan
pernapasan sebanyak 12 sampai 20 kali. Pada anak- anak umumnya 20 sampai 30 kali tiap menit.
Sementara pada bayi 30 sampai 40 kali per menit. Pernapasan dilakukan sampai dada mengembang.

Pernapasan dikatakan tidak normal bilaterjadi kondisi seperti:

Sesak napas, terjadi peningkatan jumlah pernapasan dalam satu menit

Cuping hidung ikut mengembang saat bernapas

Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut)

Bibir dan ujung-ujung jari tangan berwarna kebiruan

Tidak ada suara napas

Tidak ada gerakan dada

Tidak terasa adanya hembusan napas

Pasien tidak sadar dan tidak bernapas

Jika terjadi gangguan pada pernapasan sebaiknya lakukan tindakan-tindakan berikut ini:

Periksa pernapasan dengan cara memperhatikan dada pasien. Dekatkan pipi dan telinga Anda ke hidung
dan mulut pasien dengan mata mengarah ke dada pasien. Lakukan selama 10 detik.

Jika pasien masih bernapas tapi pingsan maka arahkan tubuh pasien miring ke kiri (posisi mantap) dan
pastikan jalan napas tetap terbuka. Segera minta bantuan ahli medis dan lakukan pengecekan tiap 2
menit apakah pasien masih bernapas atau tidak.

Bila pasien mengalami kesulitan bernapas atau bahkan tidak bernapas, lakukan tindakan ini:

Segera hubungi ahli medis untuk meminta bantuan.

Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala pasien dan menopang dagu pasien.

Cek ada tidaknya sumbatan dalam mulut pasien. Jika terdapat sumbatan maka bersihkan dengan dua
jari yang sudah dibalut dengan kain. Usap dari bibir sapu ke dalam dan ke arah luar.
Berikan napas buatan pada pasien. Caranya, tariklah napas seperti biasa kemudian tempelkan bibir Anda
ke bibir pasien dengan perantara alat pelindung diri (face mask, face shield); hembuskan perlahan
sambil jari tangan menutup hidung pasien dan mata mengarah ke dada pasien untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya pernapasan buatan yang Anda lakukan. Bila berhasil maka dada pasien akan naik.

Beri napas buatan sebanyak 2 kali kemudian periksa denyut nadi pasien dengan cara meraba daerah
leher dengan jeri telunjuk atau jari tengah seperti yang terlihat pada gambar. Jiak tidak terasa adanya
denyut maka langsung lakukan tindakan CPR

Jika masih terasa adanya denyut nadi maka lakukan napas buatan dengan frekuensi 12 kali per menit
setiap 5 detik hingga pasien sadar dan kembali bernapas; pastikan ada tidaknya denyut nadi pasien tiap
2 menit.

Sirkulasi

Jantung merupakan salah satu organ tubuh manusia yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Pada saat jantung berhenti berdenyut dan berhenti memompakan darah ke seluruh tubuh, organ-organ
tubuh akan kekurangan oksigen. Padahal oksigen merupakan energi utama dari sel-sel otak. Hal inilah
yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan otak. Sel otak akan mulai mengalami kerusakan bila tak
ada aliran oksigen dalam waktu 4 – 6 menit. Bahkan dalam waktu 8 -10 menit tanpa oksigen bisa
mengkibatkan sel otak rusak permanen.

Tindakan resusitasi jantung paru diharapkan dapat membantu mengalirkan darah ke seluruh tubuh
walaupun tidak seoptimal kerja jantung. Untuk membantu sirkulasi dapat dilakukan kompresi jantung
atau kompresi dada.

Tanda-tanda henti jantung

Pasien yang diduga mengalami henti jantung harus diperiksa dahulu sebelum dilakukan kompresi
jantung. Biasanya dapat dipastikan pasien yang mengalami henti jantung akan kehilangan kesadaran.
Bila hal itu terjadi segera pastikan ada tidaknya usaha bernapas. Lalu periksa denyut jantung dengan
meraba denyut arteri karotis yang terdapat pada daerah leher. Bila selama 10 menit tak ada denyut
sama sekali maka segera lakukan kompresi dada.

Langkah-langkah kompresi jantung :

Baringkan pasien di tempat yang datar dan keras.


Lepaskan baju pasien untuk membebaskan dadanya.

Pastikan jalan napas bebas dari hambatan.

Letakkan punggung telapak tangan kanan tepat di tengah-tengah tulang dada diantara kedua puting
susu.

Letakkan satu tangan lainnya di atas tangan kanan atau tangan yang dominan,

Pastikan kedua tangan dapat saling terkait dengan stabil.

Luruskan lengan hingga bahu barada di atas kedua telapak tangan.

Tekan dad pasien sampai kedalaman 4 -5 cm.

Lakukan 30 kali kompersi lalu selingi dengan 3 kali napas buatan. Ini merupakan satu siklus.

Kembali periksa ada tidaknya denyut jantung setelah lima siklus. Ulangi kembali siklus bila belum ada
denyut.

Acute Respiratory Distress Syndrome

ARDS atau acute respiratory distress syndrome adalah gangguan pernapasan berat yang disebabkan
oleh penumpukan cairan di alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru. Gejala utamanya adalah sesak
napas berat dan sulit bernapas.

ARDS sering disebabkan oleh penyakit kritis, seperti sepsis atau pneumonia berat. Salah satu penyebab
pneumonia yang saat ini sedang menjadi pandemik adalah virus Corona (COVID-19). Menurut sejumlah
penelitian, beberapa pasien COVID-19 bisa mengalami ARDS dalam perjalanan penyakitnya.

Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak akibat peradangan
dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh semua golongan usia, baik muda
maupun tua.
Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang lebih sensitif dibandingkan orang normal. Ketika
paru-paru terpapar pemicu asma, maka otot-otot di saluran pernapasan akan kaku sehingga membuat
saluran tersebut menyempit. Selain itu, produksi dahak juga meningkat. Kombinasi dari kondisi tersebut
membuat penderita mengalami gejala asma

Edema paru adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gejala sulit bernapas akibat terjadinya
penumpukan cairan di dalam kantong paru-paru (alveoli). Edema paru terbagi menjadi edema paru akut,
edema paru kronis, dan high-altitude pulmonary edema (HAPE).

Edema paru lebih sering diderita oleh orang lanjut usia. Kondisi ini dialami oleh 1 dari 15 orang berusia
75–84 tahun, dan 1 dari 7 orang berusia 85 tahun ke atas dengan kondisi gagal jantung.

Infark miokard akut atau acute myocardial infarction merupakan kejadian nekrosis miokard yang
disebabkan oleh sindrom iskemik tak stabil. Infark miokard akut (IMA) disebabkan kerusakan ireversibel
pada otot jantung akibat pasokan oksigen yang kurang. Keberadaan infark miokard dapat mengganggu
fungsi sistolik maupun diastolik, dan meningkatkan risiko aritmia pada pasien.

IMA dapat diklasifikasikan berdasarkan keberadaan elevasi segmen ST, yaitu:

ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI): Infark miokard dengan gambaran elevasi segmen
ST pada elektrokardiografi (EKG)

Non-ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI): Infark miokard tanpa disertai gambaran
elevasi segmen ST pada EKG

Diabetes Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 adalah jenis penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas, organ yang
memproduksi hormon insulin mengalami kerusakan. Hal ini menyebabkan tubuh tidak bisa
menghasilkan insulin, padahal hormon tersebut dibutuhkan untuk mengolah gula darah menjadi energi.
Diabetes jenis ini bisa dijumpai sejak masa anak-anak. Dan, untuk mengatasi gula darah yang terlalu
tinggi, penderita diabetes melitus tipe 1 harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari.

Diabetes Melitus Tipe 2

Berbeda dengan tipe 1 yang terjadi mulai anak-anak, diabetes melitus tipe 2 terjadi pada orang dewasa
dan lanjut usia. Jenis diabetes ini terjadi karena adanya resistensi insulin.

Pada awalnya, kondisi resistensi insulin bisa diatasi oleh tubuh dengan menghasilkan lebih banyak
insulin untuk menjaga gula darah normal. Tapi lama-kelamaan, pankreas mengalami kelelahan akibat
memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak.

Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar glukosa (gula darah) berada di bawah normal. Umumnya,
seseorang dianggap mengalami hipoglikemia saat kadar gula darahnya kurang dari 60 mg/dl.
Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi akut pada pengidap diabetes dan umumnya berkaitan dengan
penggunaan obat dari golongan sulfonilurea (glibenclamide, gliklazida, glimepiride, glipizide, dan
tolbutamide) atau insulin.

Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan tingginya kadar keton di
dalam tubuh. Salah satu tanda khas saat seorang penderita diabetes mengalami kondisi ini adalah
munculnya bau mulut yang beraroma buah.

Krisis tiroid adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa, akibat tingginya kadar hormon tiroid di
dalam darah (hipertiroidisme), yang tidak ditangani dengan baik. Tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk
seperti kupu-kupu, yang terletak di tengah-tengah leher bagian bawah dan memproduksi hormon tiroid.

Stroke iskemik

Stroke iskemik tergolong jenis stroke yang paling banyak terjadi dibanding jenis stroke lainnya. Penyakit
ini terjadi saat pembuluh darah yang terdapat di otak menyempit atau tersumbat, sehingga aliran darah
menuju ke otak terhambat.

2. Stroke hemoragik

Stroke hemoragik terjadi saat pembuluh darah di otak mengalami kebocoran atau pecah. Kondisi ini
berawal dari pembuluh darah yang melemah, kemudian pecah dan menumpahkan darah ke sekitarnya.
Kebocoran ini menyebabkan penumpukan darah yang mendorong jaringan otak di sekitarnya. Kematian
atau koma panjang akan terjadi jika pendarahan terus berlanjut.

Stroke ringan

Transient ischemic attack (TIA) atau sering disebut stroke ringan adalah kekurangan darah pada sistem
saraf yang berlangsung singkat, biasanya kurang dari 24 jam atau bahkan hanya dalam beberapa menit.

Fraktur Transversal

Ini adalah jenis fraktur yang garis patahannya berbentuk tegak lurus melintasi tulang. Fraktur jenis ini
dapat disebabkan akibat kecelakaan mobil atau terjatuh.

2. Fraktur Spiral

Seperti namanya, jenis fraktur ini memiliki bentuk melingkar di sekitar tulang yang mengalaminya.
Umumnya, patah tulang jenis ini disebabkan oleh cedera ketika sedang berolahraga, kecelakaan, dan
serangan fisik.

3. Fraktur Greenstick
Fraktur greenstick adalah jenis patah tulang yang paling sering dialami anak-anak. Kondisi ini ditandai
dengan tulang yang bengkok dan patah, namun tak terpisah menjadi dua bagian. Tulang yang masih
lunak dan fleksibel menjadi penyebab utama anak mengalami fraktur greenstick.

4. Fraktur Kominutif

Fraktur kominutif ditandai dengan tulang yang patah menjadi tiga bagian atau lebih. Patah tulang jenis
ini umumnya terjadi akibat adanya peristiwa traumatis yang berdampak besar pada tulang, misalnya
saja kecelakaan mobil parah.

5. Fraktur Avulsi

Fraktur avulsi terjadi ketika otot atau ligamen menarik tulang dengan sangat kuat sehingga patah. Anak-
anak, atlet, dan penari adalah kelompok-kelompok yang rentan mengalami patah tulang jenis ini.

6. Fraktur Segmental

Fraktur segmental adalah jenis patah tulang yang terjadi di dua tempat, namun meninggalkan
setidaknya satu bagian tulang “mengambang” atau tidak menempel pada bagian lainnya. Biasanya, jenis
faktur ini sering terjadi pada tulang panjang, misalnya pada kaki.
7. Fraktur Stress (Fraktur Garis Rambut)

Fraktur jenis ini terjadi sebagai efek buruk dari gerakan atau tekanan berulang pada anggota tubuh.
Atlet menjadi kelompok yang paling rentan untuk mengalami fraktur stres.

8. Fraktur Patologis

Fraktur patologis terjadi karena adanya suatu kondisi penyakit, seperti osteoporosis yang menyebabkan
terjadinya patah tulang. Orang yang memiliki kondisi tersebut biasanya akan jauh lebih mudah untuk
mengalami patah tulang dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalaminya.

9. Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka atau disebut juga dengan compound fracture adalah jenis fraktur yang ujung patahan
tulangnya menembus melewati kulit, sehingga dapat terlihat. Meski terdengar menyeramkan, namun
faktur terbuka ini sangat jarang terjadi. Kalaupun terjadi, dibutuhkan penanganan segera agar tidak
terjadi pendarahan dan infeksi.

10. Fraktur Tertutup


Sebaliknya, jika ujung tulang yang patah tidak menembus kulit, maka itu dinamakan fraktur tertutup.
Meski tidak menembus kulit, namun fraktur tertutup sangat sulit diidentifikasi.

Penyebab luka bakar

Terdapat 4 penyebab utama timbulnya suatu luka bakar:

Panas dengan suhu di atas 60°C, contoh: api, uap panas, benda panas

Listrik, contoh: listrik rumah tangga, petir

Kimia, contoh: soda api, air aki

Radiasi, contoh: sinar matahari (ultraviolet), bahan radio aktif

Penghitungan Luas Luka Bakar

Seorang tenaga medis profesional harus terlatih dalam menentukan derajat dan menangani suatu luka
bakar. Ada pedoman yang biasa digunakan untuk memperkirakan luas daerah yang terbakar yang
disebut dengan Hukum Sembilan (rule of nine), yaitu membagi daerah tubuh dengan persentase
Sembilan (9%) per daerah tubuh. Secara singkat, penjelasan Hukum Sembilan adalah sebagai berikut:

Kepala (Nilai Total = 9%), terdiri dari: bagian depan = 4,5% dan bagian belakang = 4,5%

Tubuh (Nilai Total = 36%), terdiri dari: dada dan perut = 18% serta punggung = 18%

Lengan (Nilai Total = 18%), terdiri dari: lengan atas depan-belakang = 9% dan lengan bawah depan-
belakang = 9%

Kaki (Nilai Total =36%), terdiri dari: tungkai atas depan-belakang = 18% dan tungkai bawah depan-
belakang =18%

Alat kelamin (Nilai Total =1%)

Cara lain yang dapat digunakan untuk menghitung luas luka bakar adalah membandingkan antara luka
bakar yang dialami dengan telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas
sebesar 1% dari luas permukaan tubuh. Perlu diingat bahwa penghitungan luas luka bakar dihitung juga
berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.

Penggolongan Luka Bakar

A. Berdasarkan kedalaman kerusakan yang ditimbulkan, sebuah luka bakar dapat dibagi menjadi 3
tingkat, yaitu:

Luka bakar superfisial (derajat satu)

Luka bakar ini hanya meliputi lapisan kulit paling atas saja (lapisan epidermis). Luka bakar ini biasanya
ditandai dengan kemerahan, rasa nyeri, dan terkadang membengkak.

Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam dari derajat satu)

Luka bakar ini meliputi kerusakan lapisan paling luar kulit dan mengganggu lapisan di bawahnya dengan
ditandai munculnya gelembung-gelembung yang berisi cairan di bawah kulit, bengkak di sekitar luka,
kulit berwarna kemerahan atau bahkan menjadi putih, kulit lembap, dan rusak. Pada tingkatan ini, ciri
yang paling khas adalah rasa nyeri yang hebat.

Luka bakar derajat tiga

Pada luka bakar tingkat ini, lapisan yang terkena luka bakar tidak terbatas, bahkan bisa sampai ke tulang
dan organ dalam. Luka bakar ini merupakan tingkat yang paling berat. Biasanya ditandai dengan kulit
menjadi kering, pucat atau bahkan putih, namun bisa juga gosong dan hitam. Berbeda dengan derajat
satu dan dua, luka bakar derajat tiga ini tidak menimbulkan nyeri.

B. Berdasarkan lokasi luka bakar dan luas permukaan tubuh yang mengalami luka bakar, terdapat 3 jenis
luka bakar:

Luka bakar ringan

Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan, dan saluran
napas

Luka bakar derajat dua kurang dari 15% luas

Luka bakar derajat satu kurang dari 50% luas

Luka bakar sedang


Luka bakar derajat tiga antara 2%-10% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan, dan saluran
napas

Luka bakar derajat dua antara 15%-30% luas

Luka bakar derajat satu lebih dari 50%

Luka bakar berat

Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak, dan cedera tulang

Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan, atau saluran napas

Luka bakar derajat dua di atas 10%

Luka bakar derajat dua lebih dari 30%

Luka bakar yang disertai cedera alat gerak

Luka bakar mengelilingi alat gerak

Analisis gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes untuk mengukur kadar oksigen,
karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah.

Analisis gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat
pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Tes ini juga dilakukan pada pasien yang sedang menggunakan
alat bantu napas untuk memonitor kondisi serta mengetahui apakah pengaturan alat sudah sesuai.

Henti jantung juga dikenal dengan nama cardiac arrest atau sudden cardiac arrest (SDA). Kondisi ini
terjadi ketika jantung berhenti berdetak secara mendadak. Henti jantung adalah kondisi kesehatan yang
sangat serius dan tidak boleh disepelekan bila terjadi. Sebab, saat jantung berhenti berdetak, maka
proses pemompaan darah yang akan dialirkan menuju organ-organ vital pada tubuh dapat terhenti.

Anda mungkin juga menyukai