Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah HIV & AIDS
Dosen Pembimbing : Pramono Giri
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………..………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………………………………...1
Rumusan Masalah…………………….……………………………………………………….3
Tujuan…………………….……………………...…………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan…………………….………………………………………….………………….13
Saran…………………….……………………………………………………………………13
Daftar Pustaka……………………….………………………………...……………………14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AIDS(Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Acquired Immune
DeficiencySyndrome)adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karenarusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau
infeksi virus virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan
Iain-lain).1Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus(atau disingkat
HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus iniakan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena rumor.Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus,namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
aantara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan presemmal, dan
airsusu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun
oral),transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
tubuh tersebut.Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang
yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat
infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-
unsurcsistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati
pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita
AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma kaposi, kanker leher
rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.4 Biasanya penderita AIDS
memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam
hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat
badan. Infeksioportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada
tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup
pasien.
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.
Virusini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim
1
reversetranscriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan
menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV
2
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyebaran HIV AIDS dan IMS?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV AIDS dan IMS?
3. Bagaimana kelompok beresiko terkena HIV AIDS dan IMS ?
4. Bagaimana stigma masyarakat dan diskriminasi HIV AIDS dan IMS?
C. Tujuan
1. Mengetahui penyebaran HIV AIDS dan IMS.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV AIDS dan IMS.
3. Mengetahui kelompok beresiko terkena HIV AIDS dan IMS.
4. Mengetahui stigma masyarakat dan diskriminasi HIV AIDS dan IMS.
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
Di dalam kegiatan medis, penularan HIV dapat terjadi juga melalui transfusi
darah. Hal ini disebabkan adanya pertukaran, pencampuran, atau proses lainnya
yang melibatkan kontak cairan darah ODHA. Beberapa di antaranya adalah donor
darah yang dilakukan oleh pendonor positif HIV atau tranfusi darah yang tercemar
virus HIV. Cairan tubuh seperti darah, ASI, sperma, dan cairan vagina memang
memiliki risiko yang besar sebagai media penularan HIV.
5. Faktor Hubungan Seks
Sesuai ragam jenis penyakitnya, yakni penyakit penularan seks, AIDS mudah
ditularkan melalui hubungan seksual. Adanya kontak terhadap sperma dan cairan
vagina akan meningkatkan risiko penularan virus HIV. Juga, kegiatan seks oral
pun termasuk pada kasus ini. Memang, masalah semacam ini dapat diatasi dengan
alat kontrasepsi, tetapi risiko lainnya masih ada. Salah satunya, yaitu luka pada
area kelamin.
Gayle and Hill (2001) menyatakan bahwa heteroseksual dan IDU merupakan
penyebab utama penularan HIV/AIDS di Asia Tenggara, termasuk Indonesia,
meskipun menurut Liu et al. (2005) hal ini disebabkan karena keterbatasan data
tentang HIV/AIDS pada kelompok homoseksual. Keterbatasan ini dipengaruhi antara
lain oleh stigma buruk masyarakat terhadap kelompok homoseksual, sehingga
kelompok ini seringkali tidak berani muncul secara terang-terangan di masyarakat dan
faktor risiko pada kelompok homoseksual tetap tersembunyi.
Faktor-faktor risiko terdiri dari:
1. Faktor risiko perilaku, yaitu perilaku seksual yang berisiko terhadap penularan
HIV/AIDS, yang meliputi partner hubungan seks lebih dari 1, seks anal,
pemakaian kondom.
2. Faktor risiko parenteral, yaitu faktor risiko penularan HIV/AIDS yang berkaitan
dengan pemberian cairan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena. Faktor ini
meliputi riwayat transfusi darah, pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang
(narkoba) secara suntik (injecting drug users).
3. Faktor risiko infeksi menular seksual (IMS), yaitu riwayat penyakit infeksi bakteri
atau virus yang ditularkan melalui hubungan seksual yang pernah diderita
responden, seperti sifilis, condiloma acuminata, dan gonorrhoea.
Faktor Penyebaran IMS
1. Penyebab penyakit (agent)
7
Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri,
protozoa (Widyastuti, 2009).
2. Tuan (host)
Beberapa faktor yang terdapat pada host, berperan pada perbedaan insiden
penyakit menular adalah :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pilihan dalam hubungan seksual.
Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang ada tiga yaitu faktor
predisposisi, faktor-faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor
predisposisi adalah yang memudahkan terjadinya perilaku antara lain
pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai pandangan
dan persepsi, tradisi, norma sosial, pendapatan, pendidikan, umur dan status
sosial. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya
perilaku, antara lain adanya keterampilan dan sumber daya seperti fasilitas,
personal dan pelayanan kesehatan serta kemudahan untuk mencapainya.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mampu menguatkan seseorang
untuk melakukan perilaku tersebut, diantaranya sikap dan perilaku petugas
kesehatan serta dorongan yang berasal dari masyarakat ( Notoatmodjo, 2003).
d. Lama bekerja sebagai pekerja seks komersial.
Pekerjaan seseorang sering merupakan ikatan erat dengan
kemungkinan terjadinya IMS. Pada beberapa orang dengan kondisi tertentu
dan lingkungan yang memberikan peluang terjadinya kontak seksual akan
meningkatkan penderita IMS. Orang tersebut termasuk dalam kelompok risiko
tinggi terkena IMS.
e. Status perkawinan
Insiden IMS lebih tinggi pada orang yang belum kawin, bercerai atau
orang yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan orang yang
sudah kawin karena pemenuhan kebutuhan seksualnya terpenuhi (Setyawulan,
2007).
f. Pemakaian kondom (Saifudin, 2006).
3. Faktor lingkungan
a. Faktor demografi
8
dapat diterima oleh masyarakat. Stigma terhadap ODHA tergambar dalam sikap sinis,
perasaan ketakutan yang berlebihan, dan pengalaman negatif terhadap ODHA.
Banyak yang beranggapan bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS layak
mendapatkan hukuman akibat perbuatannya sendiri. Mereka juga beranggapan bahwa
ODHA adalah orang yang bertanggung jawab terhadap penularan HIV/AIDS. Hal
inilah yang menyebabkan orang dengan infeksi HIV menerima perlakuan yang tidak
adil, diskriminasi, dan stigma karena penyakit yang diderita. Isolasi sosial,
penyebarluasan status HIV dan penolakan dalam pelbagai lingkup kegiatan
kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia kerja, dan layanan kesehatan
merupakan bentuk stigma yang banyak terjadi. Tingginya penolakan masyarakat dan
lingkungan akan kehadiran orang yang terinfeksi HIV/AIDS menyebabkan sebagian
ODHA harus hidup dengan menyembunyikan status.
Bentuk stigma di antaranya tidak bersedia makan makanan yang disediakan
atau dijual oleh ODHA, tidak membolehkan anaknya bermain bersama dengan anak
HIV, tidak mau menggunakan toilet bersama dengan ODHA, bahkan menolak untuk
tinggal dekat dengan orang yang menunjukkan gejala HIV/AIDS. Apabila terdapat
ODHA dalam keluarga, mereka merasa takut untuk tidur bersama dengan ODHA dan
tidak bersedia merawat seperti menyiapkan makanan dan membersihkan peralatan
makan, serta duduk dekat dengan orang-orang terinfeksi HIV yang tidak
menunjukkan gejala sakit.
Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stigma pada ODHA di
masyarakat. Pendidikan kesehatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan
mengenai HIV/AIDS dalam banyak penelitian dibuktikan sebagai salah satu faktor
yang paling memengaruhi terjadinya pengurangan stigma. Orang yang memiliki
pengetahuan cukup tentang faktor risiko, transmisi, pencegahan, dan pengobatan
HIV/AIDS cenderung tidak takut dan tidak memberikan stigma terhadap ODHA.
Selain pengetahuan yang kurang, pengalaman atau sikap negatif terhadap penularan
HIV dianggap sebagai faktor yang dapat memengaruhi munculnya stigma dan
diskriminasi. Pendapat tentang penyakit AIDS merupakan penyakit kutukan akibat
perilaku amoral juga sangat memengaruhi orang bersikap dan berperilaku terhadap
ODHA.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebaran HIV AIDS dan IMS dapat ditularkan melalui cairan tubuh,
termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Stigma
masyarakat terhadap ODHA tergambar dalam sikap sinis, perasaan ketakutan yang
berlebihan, dan pengalaman negatif terhadap ODHA. Banyak yang beranggapan
bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS layak mendapatkan hukuman akibat
perbuatannya sendiri. Mereka juga beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap penularan HIV/AIDS. Hal inilah yang menyebabkan
orang dengan infeksi HIV menerima perlakuan yang tidak adil, diskriminasi, dan
stigma karena penyakit yang diderita.
B. Saran
Sebaiknya dari dinas kesehatan maupun dari pegawai kesehatan memberikan
edukasi kepada masyarakat awam tentang HIV dan IMS, agar mereka dapat berhati-
hati agar tidak tertular HIV namun juga tidak menghindar terhadap orang yang sudah
menderita HIV maupun IMS.
12
DAFTAR PUSTAKA
13