A. Pengertian
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur
penyelamatan keadaan gawat darurat yang dilakukan pada orang dengan henti jantung atau
henti napas yang terdiri dari kompresi dada dan pemberian napas buatan. American Heart
Association merekomendasikan “RJP segera” dan dilakukan oleh orang awam apabila tidak
ada tenaga medis. Resusitasi jantung paru merupakan intervensi untuk mempertahankan
fungsi vital korban henti jantung (Lestari, 2020).
B. Tujuan
Tujuan RJP ialah oksigenasi darurat yang diberikan secara efektif pada organ vital seperti
otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat
melakukan fungsinya secara normal. Hal ini dilakukan untuk mencegah berhentinya sirkulasi
darah atau berhentinya pernapasan yang dapat menyebabkan kematian sel dengan cara
memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi melalui kompresi dada dan ventilasi dari
korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas (Fadiah, 2018).
Tindakan resusitasi jantung paru menurut Alkatiri dan Bakri (2007) dan Muhiman (2004)
dibagi dalam tiga fase, pada tiap fase terdapat tindakan pokok yang harus dilakukan yang
tersusun sesuai dengan abjad, yaitu:
D. Indikasi
E. Kontraindikasi
Semua orang yang mengalami henti jantung harus mendapatkan resusitasi, kecuali dalam
keadaan tertentu seperti (Fadiah, 2018) :
a. Pasien yang menyetujui untuk tidak diberikannya resusitasi atau lebih dikenal dengan
DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
b. Pasien dengan tanda-tanda kematian yang irreversible (rigor mortis, pembusukan atau
livor mortis)
F. Komplikasi
Komplikasi pada resusitasi jantung paru (RJP) dapat terjadi akibat kompresi dada atau akibat
ventilasi.
- Komplikasi akibat Kompresi Dada
Komplikasi yang dapat terjadi akibat kompresi dada adalah fraktur iga atau sternum.
Studi post mortem yang dilakukan oleh Kaldrum, et al. menunjukkan banyak
komplikasi lain pada region toraks yang dapat disebabkan oleh resusitasi jantung
paru, yaitu pneumotoraks, hemotoraks, kontusio paru, dan bahkan ruptur ventrikel
kiri. Durasi resusitasi jantung paru lebih dari 30 menit menjadi faktor risiko
terjadinya komplikasi tersebut. Selain komplikasi pada regio toraks, beberapa kasus
menunjukkan bahwa resusitasi jantung paru dapat menyebabkan komplikasi berupa
cedera hati dan limpa.
PROSEDUR RJP
Pengertian Usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi
pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada
orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan
untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
Tujuan 1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung paru (RJP)
Persiapan BVM
Alat/ Bahan
Prosedur Tahap Kerja
tindakan
PROSEDUR RJP 1 PENOLONG
1. Perhatikan lingkungan sekitar, hati-hati terhadap bahaya seperti arus listrik,
kebakaran, kemungkinan, pekerjaan konstruksi atau gas beracun: Pastikan
tempat tersebut aman untuk melakukan pertolongan
2. Tentukan status kesadaran:
Panggil, tepuk, atau guncang korban perlahan
Panggil dengan keras: “Hallo Hallo Apakah anda baik-baik saja?”
Bila tidak ada respon, panggil ambulan 118
3. Buka jalan napas:
Head Tilt-Chin lift
4. Periksa jalan napas dan keluarkan semua benda asing yang terlihat
5. Periksa pernapasan:
Melihat, mendengarkan, merasakan (sekitar 10 detik)
6. Bila tida ada napas
7. Berikan 2 tiupan napas pendek (1 derik/ tiupan: volume udara: 400-600
ml/tiupan)
8. Biarkan terjadi ekspirasi pasif diatara pemberian napas
9. Periksa nadi carotis/*tanda-tanda sirkulasi (10detik)
10. Bila tidak ada nadi dan*tanda-tanda sirkulasi mulailah RJP:
Tentukan landmark untuk kompresi dada
Posisi tubuh dan tangan yang tepat
Tekan kedalaman 4-5 cm dengan relaksasi sempurna dari tekana yang
diberikan setelah tiap kompresi dengan kecepatan 100x/menit
Gunakanhitungan“1&2&3&4&5&1&2&3&4&10&1&2&3&4&15&1&
2&3&4&20& 1&2&3&4&25&1&2&3&4&30
11. Lakukan 30 kompresi dada diikuti 2 tiupan napas
PROSEDUR RJP 2 PENOLONG
1. Perhatikan lingkungan sekitar, hati-hati terhadap bahaya seperti arus listrik,
kebakaran, kemungkinan, pekerjaan konstruksi atau gas beracun
2. Pastikan tempat tersebut aman untuk melakukan pertolongan
3. Tentukan status kesadaran:
Panggil, tepuk, atau guncang korban perlahan
Panggil dengan keras: “Hallo Hallo Apakah anda baik-baik saja?”
Bila tidak ada respon, panggil ambulan 118
4. Buka jalan napas: Head Tilt-Chin lift
5. Periksa jalan napas dan keluarkan semua benda asing yang terlihat
6. Periksa pernapasan: Melihat, mendengarkan, merasakan (sekitar 10 detik)
7. Bila tida ada napas
8. Berikan 2 tiupan napas pendek (1 derik/ tiupan: volume udara: 400600
ml/tiupan)
9. Biarkan terjadi ekspirasi pasif diatara pemberian napas
10. Periksa nadi carotis/*tanda-tanda sirkulasi (10detik)
11. Bila tidak ada nadi dan*tanda-tanda sirkulasi mulailah RJP:
Tentukan landmark untuk kompresi dada
Posisi tubuh dan tangan yang tepat
Tekan kedalaman 4-5 cm dengan relaksasi sempurna dari tekana
yang diberikan setelah tiap kompresi dengan kecepatan 100x/menit
Gunakanhitungan“1&2&3&4&5&1&2&3&4&10&1&2&3&4&15
&1&2&3&4&20& 1&2&3&4&25&1&2&3&4&30”
12. Mulai kompresi dada dengan hitungan:
“1&2&3&4&5&1&2&3&4&10&1&2&3&4&15&1&2&3&4&20&1
&2&3&4&25&1&2&3&4&30”
13. Berikan dua tiupan napas setiap kali penolong 2 menyelesaikan 30 kompresi
dada
14. Ulangi siklus: Penolong 1: berikan 2 tiupan napas Penolong 2: lakukan 30
kompresi dada
15. Meminta tukar peran dengan menghitung:
“1&2&3&4&5&1&2&3&4&10&1&2&3&4&15&1&2&3&4&20&1
&2&3&4&25&1&2&3&4&30”
16. Selesaikan pemberian 2 tiupan napas sebelum pindah ke dada korban untuk
mengambil alih kompresi
17. Pindah ke kepala korban dan evaluasi nadi (bila nadi sulit dievaluasi dan
tidak didapatkan *tanda-tanda sirkulasi, perlakukan sebagai henti jantung),
katakan “Nadi tidak teraba, lanjutkan RJP”
Evaluasi
1. Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi korban tiap 5 siklus RJP 30:2
2. Bila nadi tidak teraba (nadi sulit dievaluasi dan korban tidak menunjukkan
tanda-tanda sirkulasi, dianggap sebagai henti jantung) lanjutkan RJP 30:2
3. Bila tidak teraba, periksa pernapasan korban
4. Bila tidak ada napas lakukan rescue breathing dengan hitungan: tiup, satu
ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, tiup
5. Berikan 12 kali tiupan tiap menit
6. Ulangi langkah evaluasi setelah 1 menit 7. Bila napas ada dan adekuat,
letakkan korban pada posisi recovery. Monitor nadi, tanda-tanda sirkulasi
dan pernapsan tiap beberapa menit
TRIAGE
1. Pengertian
Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat
kegawatankondisinya (Zimmermann dan Herr, 2006). Triage juga diartikan sebagai suatu
tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang diprioritaskan
ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B), dan circulation (C) dengan
mempertimbangkan sarana, SDM, dan probabilitas hidup penderita
2. Tujuan
a. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa
b. Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya
c. Menempatkan pasien sesuai dengan keakutannya pada pengkajian yang tepat dan akurat
d. Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien
3. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pada :
a. pengetahuan
b. data yang tersedia
c. situasi yang berlangsung
Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal, luka lama,
kondisi yang timbul sudah lama, area ambulatory / ruang P3.
- Minor injuries
- Seluruh kasus kasus ambulant / jalan
4. Prioritas 0: warna HITAM (kasus meninggal)
- Tidak ada respon pada semua rangsangan
- Tidak ada respirasi spontan
- Tidak ada bukti aktivitas jantung
- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
PROSEDUR TRIAGE
Pengertian Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat
kegawatan kondisinya (Zimmermann dan Herr, 2006). Triage juga diartikan
sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya
cidera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing
(B), dan circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, SDM, dan
probabilitas hidup penderita
Tujuan 1. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa
2. Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya
3. Menempatkan pasien sesuai dengan keakutannya pada pengkajian yang
tepat dan akurat
4. Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien
Persiapan 11. Standar tenaga
Alat/ 1 orang dokter umum atau 1 perawat yang sudah bersertifikat PPGD
Bahan 12. Standar sarana
1) Sarana Non Medis (alat/bahan):
a. Ruang Triase memenuhi ketentuan :
1) Ruangan
2) Ada penyekat/kelambu
3) Wastafel dengan air mengalir
4) Ventilasi udara baik
5) Cahaya / penerangan baik
6) Lantai keramik dan bersih
7) Ada stop kontak listrik
8) Pembersih tangan
b. Brancart
c. Meja kursi
d. Alat tulis (ballpoin, penghapus, penggaris)
e. Rekam Medik minimal
f. Tempat sampah non medis beralas plastik
g. Tempat sampah medik beralas plastik dan tertutup, tutup dapat
dibuka dengan menginjak pembuka tutup di bagian bawah tempat
sampah
h. Label / bendera 4 warna ( merah, kuning, hijau dan hitam ) masing-
masing warna minimal 10 biji ( kasus KLB )
2) Sarana Medis
a. Kit Pemeriksaan Sedarhana minimal berisi :
1) Tensimeter
2) Stetoskop
3) Reflek Hammer
b. Handscoon
Prosedur A. Anamnesa
Tindakan B. Pemeriksaan singkat dan cepat untuk menentukan derajat kegawatannya
C. Pengelompokan pasien berdasar kegawatannya
D. Rujukan ke ruang tindakan
E. Kegiatan setelah triase
F. Pencatatan dan pelaporan
Tahap Kerja
A. Pemeriksaan singkat dan cepat untuk menentukan derajat kegawatan
1. Mencuci tangan.
2. Memakai handscoon pada kedua tangan petugas.
3. Respons
kaji respon / kesadaran dengan metode AVPU, meliputi :
1) Alert (A) : berespon terhadap lingkungan sekitar/sadar terhadap
kejadian yang dialaminya
2) Verbal (V): berespon terhadap pertanyaan perawat
3) Paintfull (P): berespon terhadap rangsangan nyeri
4) Unrespon (U): tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri
Cara pengkajian :
a. Observasi kondisi pasien saat datang
b. Tanyakan nama klien
c. Lakukan penepukan pundak / penekanan daerah sternum
d. Lakukan rangsang nyeri misalnya dengan mencubit
4. Airway (Jalan Napas)
a. Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)
b. Buka jalan nafas, yakinkan adekuat
c. Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan
d. menggunakan teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada
e. korban trauma
f. Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut
g. Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut
h. Suctioning bila perlu
5. Breathing (Pernapasan)
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada
pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas,
keteraturan nafas atau tidak
6. Circulation (Pendarahan)
a. Lihat adanya perdarahan eksterna/interna
b. Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice,
Compress,Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es,
tekan/bebat,tinggikan)
c. Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill
time, nadi, sianosis, pulsus arteri distal
Dari hasil pemeriksaan tentukan katagori pasien berdasar
pelayanan:
a. Pelayanan cepat (merah)
b. Pelayanan ditunda (kuning)
c. Pelayanan berjalan (hijau)
d. Meninggal – tak tertolong (hitam)
B. Pengelompokan pasien berdasar kegawatannya
1. Emergency (Label Merah)
Pasien gawat dan darurat, pasien ini harus mendapat pertolongan
dengan prioritas penanganan pertama (P1) : Pasien di bawa keruangan
resusitasi dengan Waktu tunggu 0 menit. Contohnya antara lain sebagai
berikut:
a. Penderita tidak sadar
b. Distress pernafasan (RR > 30x/mnt)
c. Shock tipe apapun
2. Urgent (Label Kuning)
Pasien dengan penyakit yang akut, pasien-pasien yang harus dirawat
dalam jangka wakttu beberapa jam dengan prioritas penanganan kedua
(P2) dengan Waktu tunggu 30 detik. Contohnya Antara lain yaitu:
a. Cedera tulang belakang
b. Trauma capitis tertutup
c. Luka bakar < 25 %
3. Non Urgent (Label Hijau)
Pasien dengan fungsi hemodinamik yang stabil tetapi menderita luka
yang jelas mendapat prioritas penanganan ketiga P3. Contohnya
meliputi hal berikut.
a. Luka memar
b. Fraktur Extremitas atas
4. Expextant (Label Hitam)
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski
mendapat prioritas pengangan P0 atau P4. Contohnya yaitu:
a. Luka bakar derajat tiga hampir seluruh tubuh
b. Kerusakan organ vital (tidak ada respirasi spontan, tidak ada aktivitas
jantung, hilangnya respon pupil terhadap cahaya)\
Dokumentasi
A. Mengisi register kunjungan.
a. Identitas korban; nama, jenis kelamin, alamat, kewarganegaraan
b. Waktu kejadian, waktu dilakukan triage
c. Status lokalis pasien (area cedera/keluhan)
d. Jumlah korban di setiap area triage
e. Jumlah korban yang di rujuk ke RS lain
B. Membuat laporan yang diperlukan