Anda di halaman 1dari 38

DISFUNGSI

SEKSUAL
Pembimbing :
dr. Esther Margaretha, Sp. KJ

Disusun oleh :
Fara Fariha

Definisi
Disfungsi seksual meliputi berbagai
gangguan dimana individu tidak
mampu berperan serta dalam
hubungan seksual seperti yang
diharapkannya.
Respon seksual adalah suatu proses
psiko-somatik dan kedua proses
(psikologis dan somatik) biasanya
terlibat sebagai penyebab disfungsi
seksual

Etiologi
Faktor Fisik
Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan
berbagai faktor resiko untuk menderita disfungsi seksual
sebagai berikut:

Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan


arteri koronaria.

Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi


(HTN), hiperlipidemia (kelebihan lemak darah).

Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke,


multiple sklerosis.

Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan


kerusakan saraf.

Gangguan hormonal, menurunnya testosteron dalam


darah (hipogonadisme) dan hiperprolaktinemia.

Faktor Psikis

Faktor psikoseksual ialah semua faktor


kejiwaan yang terganggu dalam diri
penderita.
Gangguan ini mencakup gangguan jiwa
misalnya depresi, anxietas (kecemasan)
yang menyebabkan disfungsi seksual.
Pada orang yang masih muda, sebagian
besar disfungsi seksual disebabkan faktor
psikoseksual.

Klasifikasi Menurut DSM IV


Fase siklus respon seksual menurut DSM-IV dan disfungsi seksual
yang menyertai adalah :

Fase hasrat atau dorongan

Mencerminkan motivasi pasien, dorongan, dan kepribadian.


Ditandai oleh khayalan seksual dan hasrat untuk melakukan
hubungan seks.

Disfungsi: gangguan dorongan seksual hipoaktif, gangguan


keengganan seksual

Fase rangsangan

Terdiri dari perasaan subjektif tentang kenikmatan seksual dan


perubahan fisiologis yang menyertai.

Disfungsi : gangguan rangsangan seksual wanita, gangguan


erektil laki-laki, gangguan erektil laki-laki karena kondisi medis
umum, disfungsi seksual akibat zat dengan gangguan

Fase orgasme
Terdiri dari puncak kenikmatan seksual dengan pelepasan
ketegangan seksual dan kontraksi ritmik otot perineum dan organ
reproduktif pelvik.
Disfungsi : gangguan orgasmik perempuan dan laki-laki,
ejakulasi prematur, disfungsi seksual lain karena kondisi medis
umum, disfungsi seksual akibat zat dengan gangguan orgasme.
Fase resolusi
Merupakan perasaan relaksasi umum, sehat dan kekenduran otot
Disfungsi : disforia pascasanggama, nyeri kepala
pascasanggama. Sedangkan siklus respons seksual pada pria dan
wanita menurut Kolodny,Master, Johnson, 1979 dapat dibagi
menjadi 4 fase. Fase tersebut adalah fase perangsangan, fase
plateau, fase orgasmik, dan fase resolusi.

Subtipe disfungsi seksual

Karena faktor psikologis atau karena


kombinasi faktor psikologis dan kondisi
medis umum.
Seumur hidup atau didapat
Menyeluruh atau situasional

Gangguan hasrat
seksual
Gangguan hasrat seksual hipoaktif
Ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi
seksual dan hasrat untuk Kriteria diagnostik untuk
gangguan dorongan seksual hipoaktif :
Kekurangan khayalan seksual dan keinginan untuk
aktivitas seksual yang persisten atau rekuren
Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas
atau kesulitan interpersonal.
Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan aksis I lainnya dan semata-mata bukan
efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu

Gangguan Keengganan Seksual


Ditandai oleh oleh suatu keengganan terhadap
atau menghindari kontak seksual genital dengan
pasangan seksual. Kriteria diagnostik untuk
gangguan keengganan seksual :
Keengganan ekstrim yang persisten atau rekuran
dan menghindari semua kontak seksual dengan
pasangan seksual.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas
atau kesulitan interpersonal.
Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan
oleh gangguan aksis I lainnya.

Adanya gairah tergantung pada beberapa faktor


yaitu :

Dorongan biologis
Harga diri yang adekuat
Pengalaman yang baik dengan seks
Tersedianya pasangan yang layak
Hubungan yang baik dalam bidang nonseksual
dengan pasangannya
Kerusakan pada salah satu faktor tersebut
dapat menyebabkan menurunnya hasrat.

2. Gangguan rangsangan
seksual
Kriteria diagnostik untuk gangguan rangsangan
seksual wanita :
Ketidakmampuan rekuren atau menetap untuk
mencapai atau mempertahankan respon lubrikasipembengkakan yang adekuat dari rangsangan
seksual sampai selesainya aktivitas seksual.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas
atau kesulitan interpersonal.
Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan aksis I lainnya dan semata-mata bukan
efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu
kondisi medis umum.

Gangguan erektil laki-laki


Kriteria diagnostik untuk gangguan erektil laki-laki :
Ketidakmampuan rekuren atau menetap untuk
mencapai, atau untuk mempertahankan ereksi
yang adekuat, sampai selesainya aktivitas seksual.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas
atau kesulitan interpersonal.
Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan aksis I lainnya dan semata-mata bukan
efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu
kondisi medis umum.

3. Gangguan orgasme

Gangguan orgasmik wanita


Kriteria diagnostik untuk gangguan orgasmik wanita :
Keterlambatan atau tidak adanya orgasme yang
menetap atau rekuren setelah fase rangsangan
seksual yang normal.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas
atau kesulitan interpersonal.
Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan aksis I lainnya dan semata-mata bukan
efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu
kondisi medis umum.

Gangguan orgasmik laki-laki


Kriteria diagnostik untuk gangguan orgasmik lakilaki :
Keterlambatan atau tidak adanya orgasme yang
menetap atau rekuren setelah fase rangsangan
seksual yang normal.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas
atau kesulitan interpersonal.
Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan aksis I lainnya dan semata-mata bukan
efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu
kondisi medis umum.

Ejakulasi prematur
Ada beberapa tipe kelainan ejakulasi yaitu :
Ejakulasi premature,
Ini adalah ejakulasi yang muncul sebelum atau
segera setelah penetrasi.

Ejakulasi yang terhambat,

Ini adalah ejakulasi yang lambat untuk muncul.

Ejakulasi retrograde

Ejakulasi ini timbul ketika orgasme dan


mengalir kembali ke kandung kemih daripada
melalui urethra dan dari penis

4. Gangguan nyeri seksual

Dispareuni
Kriteria diagnostik untuk dispareunia :
Nyeri genital yang menetap atau rekuren yang
berhubungan dengan hubungan seksual baik pada
laki-laki maupun wanita.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas
atau kesulitan interpersonal.
Gangguan tidak semata-mata disebabkan oleh
vaginismus atau tidak adanya lubrikasi, tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan aksis I lainnya
dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung
dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.

Vaginismus
Kriteria diagnostik untuk vaginismus :
Spasme involunter yang menetap atau rekuren
pada otot-otot sepertiga bagian bawah vagina
yang menggangu hubungan seksual.
Gangguan menyebabkan penderitaan yang
jelas atau kesulitan interpersonal.
Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan aksis I lainnya dan semata-mata
bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat
atau suatu kondisi medis umum.

5. Disfungsi seksual karena kondisi


medis umum
Gangguan erektil laki-laki karena kondisi medis
umum
Kriteria diagnostik untuk disfungsi seksual karena kondisi
medis umum :
Disfungsi seksual yang bermakna secara klinis yang
menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan
interpersonal yang menonjol dalam gambaran klinis.
Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik atau temuan laboratorium bahwa disfungsi seksual
adalah dapat dijelaskan sepenuhnya oleh efek fisiologis
langsung dari suatu kondisi medis umum.
Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh
gangguan mental lain

Dispareunia karena kondisi medis


umum

Kelainan organik yang menyebabkan


dispareunia dan vaginismus adalah sisa himen
yang teriritasi atau terinfeksi, jaringan parut
episiotomi, infeksi kelenjar bartolin, berbagai
bentuk vaginitis, servisitis dan endometriosis.
Wanita pasca menopouse mungkin mengalami
dispareunia karena penipisan mukosa vagina
dan penurunan lubrikasi.

Gangguan hasrat seksual hipoaktif


karena kondisi medis umum

Hasrat seksual seringkali menurun setelah penyakit


parah atau pembedahan, terutama jika citra tubuh
terpengaruh setelah prosedur tertentu seperti
mastektomi, ileostomi, histerektomi, dan
prostatektomi.
Penyakit-penyakit yang menurunkan energi
seseorang, kondisi kronis yang memerlukan
adaptasi fisik dan psikologis, dan penyakit serius
semuanya dapat menyebabkan penurunan
bermakna hasrat seksual pada laki-laki maupun
pada wanita.

Disfungsi seksual laki-laki lain karena


kondisi medis umum
Kategori ini digunakan jika suatu ciri
disfungsional lain adalah menonjol sebagai
contoh gangguan orgasmik atau tidak ada
ciri lain yang menonjol.
Gangguan orgasmik laki-laki mungkin
memiliki penyebab fisiologis dan dapat
terjadi setelah pembedahan pada saluran
genitourinarius seperti prostatektomi.

Disfungsi seksual wanita lain karena kondisi


medis umum
Kategori ini digunakan jika terdapat ciri lain
sebagai contoh gangguan orgasmik yang
menonjol atau jika tidak ada ciri lain yang
menonjol.
Beberapa penyakit sebagai contoh hipotiroidisme,
diabetes melitus, dan hiperprolaktinemia dapat
mempengaruhi kemampuan wanita untuk
mengalami orgasme.
Juga sejumlah obat mempengaruhi kapasitas
wanita untuk memiliki orgasme.

6. Disfungsi seksual karena zat


Kriteria diagnostik untuk disfungsi seksual akibat
zat :
Disfungsi seksual yang bermakna klinis yang
menyebabkan penderitaan yang jelas atau
kesulitan interpersonal yang menonjol dalam
gambaran klinis.
Terdapat bukti dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa disfungsi seksual
Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik
oleh disfungsi seksual yang bukan diakibatkan
zat.

7. Disfungsi seksual yang tidak


ditentukan
Kriteria diagnostik untuk disfungsi seksual yang tidak
ditentukan:

Kategori ini termasuk disfungsi seksual yang tidak


memenuhi kriteria untuk
disfungsi seksual spesifik. Contohnya adalah:
Tidak ada perasaan erotik subjektif walaupun terdapat
rangsangan dan orgasme yang normal.
Situasi dimana klinis telah menyimpulkan bahwa
terdapat suatu disfungsi seksual tetapi tidak mampu
menentukkan apakah primer, karena kondisi medis
umum atau akibat zat.

Nyeri kepala pasca sanggama

Nyeri kepala pasca sanggama oleh nyeri


kepala segera setelah koitus dan dapat
berlangsung selama beberapa jam.

Keadaan ini biasanya digambarkan


sebagai berdenyut, dan terlokalisasi di
daerah osipitalis atau frontalis.

Anhedonia orgasmik

Anhedonia orgasmik adalah suatu keadaan


dimana orang tidak memiliki fisik orgasme,
walaupun komponen fisiologis tetap utuh.
Penyebab psikis biasanya berhubungan
dengan rasa bersalah yang ekstrim mengenai
pengalaman kenikmatan seksual.
Perasaan tersebut menghasilkan suatu jenis
respon dissosiatif yang mengisolasi komponen
afektif pengalaman orgasmik dari kesadaran.

Nyeri masturbasi

Robekan kecil vagina dapat


menyebabkan sensasi yang
menyakitkan.
Orang mungkin melakukan masturbasi
sampai suatu tingkat yang
menyebabkan kerusakan fisik pada
genital dan pada akhirnya mengalami
nyeri selama tindakan masturbasi.

Klasifikasi Menurut PPDGJ III


F52.0 Kurang atau Hilangnya nafsu
seksual

Hilangnya nafsu seksual merupakan masalah


utama dan tidak merupakan gangguan
sekunder dari kesulitan seksual lainnya,
seperti kegagalan ereksi dan dyspareunia
Berkurangnya nafsu seksual tidak
menyingkirkan kenikmatan atau bangkitan
(arousal) seksual, tetapi menyebabkan
kurangnya aktivitas awal seksual. Termasuk
frigiditas.

F52.1 Penolakan dan Kurangnya Kenikmatan


Seksual
F52.10

Penolakan seksual (sexual aversion)


Adanya perasaan negatif terhadap interaksi seksual,
sehingga aktivitas seksual dihindarkan.

F52.11

Kurangnnya kenikmatan seksual (lack of sexual


enjoyment)
Respons seksual berlangsung normal dan mengalami
orgasme, tetapi kurang ada kenikmatan yang memadai

F52.2 Kegagalan dari Respon


Genital

Pada pria masalah utama adalah


disfungsi ereksi, misalnya kesukaran
untuk terjadinya atau mempertahankan
ereksi yang memadai untuk suatu
hubungan seksual yang memuaskan.

Pada wanita masalah utama adalah


kekeringan vagina atau kegagalan
pelicinan (lubrication)

F52.3 Disfungsi Orgasme


Baik orgasme tidak terjadi sama sekali
maupun yang sangat terlambat.
Termasuk : psychogenic anorgasmy
F52.4 Ejakulasi Dini
Ketidakmampuan mengendalikan ejakulasi
sedemikian rupa sehingga masing-masing
menikmati hubungan seksual,

F52.5 Vaginismus Non-Organik


Terjadi spasme otot-otot vagina, menyebabkan
tertutupnya pembukaan vagina. Masuknya penis
menjadi tak mungkin atau nyeri.

F52.6 Dispareunia Non-Organik


Dyspareunia adalah keadaan nyeri pada waktu
hubungan seksual, dapat terjadi pada wanita
maupun pria
Diagnosis ini dibuat hanya bila tidak ada kelainan
seksual primer lainnya (seperti vaginismus atau
keringnya vagina)

F52.7 Dorongan Seksual yang Berlebihan

Baik pria maupun wanita dapat kadangkadang mengeluh dorongan seksual


berlebihan sebagai problem dalam dirinya,
biasanya pada remaja akhir belasan tahun
atau dewasa muda.

Bila keadaan ini sekunder dari gangguan


afektif (F30-F39) atau terjadi pada stadium
awal dari Dementia (F00-F03), maka gangguan
primernya harus didiagnosis

F52.8 Disfungsi Seksual Lainnya,


Bukan disebabkan oleh Gangguan atau
Penyakit Organik
F52.9 Disfungsi Seksual YTT, , Bukan
disebabkan oleh Gangguan atau
Penyakit Organik

Terapi
Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi seksual pada
pria dan wanita adalah sebagai berikut:

Membuat diagnosa dari disfungsi seksual


Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi
seksual
Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual,
yang terdiri dari pengobatan bedah dan
pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex
theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta
pelatihan jasmani).

Terapi seks berdua


Hipnoterapi
Terapi tingkah laku
Terapi kelompok
Terapi seks berorientasi
analitik
Terapi biologis

Daftar Pustaka

Durank, Mark dkk.2006.Psikologi


Abnormal.Buku kedua.Yogyakarta:
Pustaka PelajarPangkahila. 2007
Maslim R. 2003. Diagnosis Gangguan
Jiwa: Ringkasan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: PT. Nuh Jaya
Kaplan, Harold dkk. 2010. Sinopsis
Psikiatri Jilid II Edisi Ketujuh. Binarupa
Aksara. Jakarta.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai