Anda di halaman 1dari 6

DISUSUN OLEH :

AKTIVITAS
SEKSUAL PRIA
 Mardiyah Umi Habibah
 Anis Watus Solikah
 Rifcha Dwi Raga Agustya
 Ainun Roifatus Sam’iyah
 Musyarifah Nurul Ummah Al-Mukarromah
 Alif Mujayana
 Nur Lailly Luthfiana Shuka
 Vira Ishmaya Putri
 Elisabet Rahametwan
 Meila Setiawati
 Devi Fatimatuz Zahro
Pengertian
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis manusia untuk
mendapatkan keturunan. Seseorang memilih suatu gaya hidup umumnya
dengan harapan ingin meningkatkan aktivitas seksualnya. Tujuan ini tidak
selalu tercapai karenaketidakmengertian atau kesalahan informasi yang
mereka terima sehingga akan berakibat buruk bagi kesehatan, baik
kesehatan fisiologis maupun kesehatan jiwa.
Banyak yang menganggap fungsi seksual hanya mencakup organ kelamin
saja, tetapi masih terdapat sederet faktor psikis yang ikut berperan. Faktor
psikis ini meliputi semua faktor yang mempengaruhi perkembangan hidup
orang tersebut dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Beberapa faktor fisiologis yang juga berperan dalam fungsi seksual meliputi
hormon, neurotransmitter, pembuluh darah, saraf, dan otot. Bila terdapat
gangguan pada faktor psikis maupun faktor fisik maka fungsi seksual pun
dapat terganggu sehingga dapat mengganggu keharmonisan dalam rumah
tangga.
Seksualitas Dibagi Menjadi Lima Yaitu :
a) Dimensi biologi Mulai dari bentuk anatomi organ seks hingga fungsi dan proses – proses biologi yang
menyertainya. Faktor biologi ini mengontrol perkembangan seksual dari konsepsi sampai kelahiran dan
kemampuan bereproduksi setelah pubertas. Sisi biologi seksualitas juga mempengaruhi dorongan seksual,
fungsi seksual dan kepuasan seksual.
b) Dimensi Psikososial Dimensi yang melihat seksualitas muncul dalam relasi antara manusia, penyesuaian diri
seseorang dengan tuntutan peran dari lingkungan social, serta sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam
kehidupan manusia, meliputi faktor psikis yaitu emosi, pandangan dan kepribadian.
c) Dimensi Perilaku Seksual Dalam dimensi ini menjelaskan suatu fungsi yang alamiah sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan dalam proses seksual yang rekreatif mengalami banyak hambatan.Istilah
‘normal’ seringkali dilabelkan kepada apa yang kita sendiri lakukan dan rasakan nyaman, sedang ‘abnormal’
diartikan sebagai apa yang dilakukan oleh orang lain yang berbeda atau terasa ganjil bagi kita. (Negara,
2005:8).
d) Dimensi Klinis Dimensi klinis meliputi masalah fisik seperti penyakitan, trauma atau obatobatan pun dapat
mengganggu fungsi reproduksi dan reaksi seksual. Perasaan seperti kecemasan, rasa bersalah, malu, depresi
dan konflik dalam hubungan pribadi juga dapat mengganggu seksualitas. Seksualitas memberikan solusi
terhadap masalah tersebut dan masalah lain yang menghambatan tercapai kebahagiaan seksual.
e) Dimensi Kultural Dimensi ini adalah akumulasi dari pengaruh budaya yang berdampak pada pemikiran dan
tindakan dan merupakan topik seksual seringkali menimbulkan kontroversi. Namun kontroversi sering
bersifat relative terhadap waktu, tempat dan lingkungan. disebut ‘moral’ yang dikaitkan dengan persoalan
seksualitas berbeda dari satu budaya ke budaya lain, dari masa ke masa.
Macam – Macam Aktivitas
Seksual Pada Pria
Penyatuan gamet ♂ dan ♀ memerlukan penyaluran semen ke dalam vagina wanita, melalui
prilaku seksual = hubungan kelamin – koitus – kopulasi.

Prilaku / aktivitas seksual pria ditandai oleh ereksi dan ejakulasi .


• Ereksi = pengerasan penis yang dalam keadaan normal lemas, guna memungkinkan
masuk kedalam vagina : pembengkakan jaringan erektil penis oleh darah akibat
vasodilatasi arteriole penis.

• Ejakulasi = penyemprotan kuat, dan eksplusif semen ke dalam urethra dan keluar dari
penis ada 2 fase : 1) emisi
2) ekspulsi
Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Seksual Pria
1. Produksi testosteron menurun secara bertahapPenurunan ini mungkin juga 6. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada
akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan. Testis menjadi lebih kecil dan umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda
kurang produktif. Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. yang hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.
Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenensis, dengan 7. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi. Hal ini
penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk
tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual.
membuahi ovum.
Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi
2. Kelenjar prostat biasanya membesar. Hipertrofi prostat jinak terjadi pada 50 ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria.
% pria diatas 40 tahun dan 90 % pada pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekwensi ereksi pagi rata-rata
prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut. 2,05 per minggu pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70
3. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire) menjadi lambat dan tahun menjadi 0,50 perminggu.
ereksi yang sempurna mungkin juga tertundaEreksi testis dan vasokongesti 8. Disfungsi ereksi (Impotensia)
kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan
pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan 9. Male Hypogonadism
bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga 10. Andropause
dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk menimbulkan
respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang
lebih lama sebelum mencapai orgasme dan biasanya pengeluaran per-
ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
4. Fase orgasme lebih singkat Orgasme yang terjadi lebih singkat dengan
ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas seksual orgasme menjadi
berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang.
Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-
kadang dirasakan pada pria lansia disebut sebagai ejakulasi dini atau
prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang
berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter
memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekwensinya berkurang termasuk
selama tidur.
5. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna
yang tidak biasa. Frekwensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.

Anda mungkin juga menyukai