ALRIANTO)
PENDAHULUAN
Seksualitas pada usia lanjut selalu mendatangkan pandangan yang bias.bahkan pada penelitian di
negara barat , pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang mengambil sampel
ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun.
Penelitian Master-johnson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70
tahun, sedangkan penilitian hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia
diatas 70 tahun (alexander and allison, 1995). Bias penelitian seksualitas pada lansia biasanya
juga meliputi aspek sosio-ekonomi (biasanya hanya diteliti mereka yang bertaraf sosio-ekonomi
agak tinggi ), penelitian hanya dilakukan pada mereka yang menikah dan kebanyakan meniliti
sampel ras kaukasian.
Penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa :
Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktivitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktivitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
Aktivitaas dan perhatian seksual dari pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan
dengan pengalamn seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
Mengingat bahwa kemunkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang
wanita lansia yang di tinggal mati suaminya akan sulit menemukan pasangan hidup,
Hasrat sangat dipengaruhi oleh penyakit, mulai usia umur 55 tahun testoteron menurun
yang akan mempengaruhi libido.
3. Fase arousal (gairah) Pembesaran payudara berkurang, lubrikasi vagina menurun, otototot yang menegang pada fase ini menurun. Membutuhkan waktu lebih lama untuk
ereksi, ereksi kurang begitu kuat.
4. Fase orgasmic (fase muscular) Kemampuan untuk mendapatkan orgasme multiple
berkurang dengan makin lanjutnya usia. Kemampuan mengontrol ejakulasi membaik,
kekuatan kontraksi otot dirasakan berkurang/menurun.
5. Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode refrakter, dimana pembangkitan gairah
secara segera lebih sukar. Periode refrakter memanjang secara fisiologis, dimana ereksi
dan orgasme berikutnya lebih sukar terjadi.
9. Ejakulasi selama organisme terdiri dari satu atau dua kontraksi pengeluaran,sedangkan
pada orang yang lebih muda dapat terjadi empat kontraksi besar dan di ikuti kontraksi
kecil sampai beberapa detik.
10. Ejakulame si di keluarkan tanpa kekuatan penuh dan mengandung sedikit sel
sperma.Meskipun tingkat kesuburan menurun,tidak berarti lansia menjadi mandul.
11. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak
biasa.frekuensi kontraksi sfingter ani selama organsme menurun.
12. Setelah ejakulasi,penurunan ereksi dan testis lebih cepat terjadi.
13. Kemampuan ereksi setelah ejakulasi semakin panjang,pada umumnya dua belas sampai
empat puluh delapan jam setelah ejakulasi.Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.
14. Pada klimaksnya,hubungan seksual masih memberikan kepuasan yang kuat.
PENGARUH UMUM PENUAAN FUNGSI SEKSUAL WANITA
Secara umum pengaruh penuaan fungsi seksual wanita sering dihubungkan dengan penurunan
hormon, seperti berikut ini :
1. Lubrikasi vagina memerlukan waktu lebih lama.
2. Pengembanagan dinding vagina berkurang pada panjang dan lebarnya.
3. Dinding vagina menjadi lebih tipis dan mudah teriritasi.
4. Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih dan uretra.
5. Sekresi vagina berkurang keasamannya, meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
6. Penurunan elevasi uretra
7. Atrofi labia mayora dan ukuran klitoris menurun.
8. Fase organsme lebih pendek.
9. Fase resolusi muncul lebih cepat
10. Kemampuan multipel organsme masih baik.
Aktivitas seksual mungkin terbatas karena ketidakmampuan spesifik, terapi dorongan
seksual,ekspresi cinta,dan perhatian tidak seksual diasumsikan dengan sakit,lebih baik perhatian
difokuskan pada sesuatu yang mungkin dilakukan. Pengaruh psikososial dari ketidakmampuan
pada umumnya mempunyai pengaruh yang lebih negatif pada fungsi seksual daripada gangguan
fisik akibat ketidakmampuan itu sendiri. Mengambangkan kepercayaaan diri dan membentuk
ekspresi seksual yang baru dapat banayak membantu pada lansia yang mengalami
ketidakmampuan seksual.
Artritis dengan deformitas pada sendi,memungkinkan terjadinya kontraktur dan nyeri, kanker
dengan nyeri dan komplikasi operasi,kemoterapi dan radiasi, gangguan neuromuskular yang
menyebabkan lansia merasa kurang menarik dan mempunyai daya tarik seksual.Perasaaan
negatif ini menghambat pengembangan emosi dan fisik.beberapa penyakit.dihubungkan dengan
penurunan daya tahan atau nyeri dapat menyebabkan ketakutan dan menghalangi dorongan
aktifitas seksual.Ketakutan dan persepsi negatif ini harus diatasi sehingga lansia dapat menikmati
kehidupan/hubungan seksualnya.
Pada beberapa lansia,kunci untuk mempertahankan kemampuan seksual secara penuh adalah
kemampuan untuk mengubah pola lama ke pola baru dengan baik,Hubungan seksual
tradisiaonal,artinya posisi laki-laki di atas mungkin sangat memuaskan orang pada saaat masih
muda.Akan tetapi,penelitian terakhir menunujukkan bahwa variasi posisi ternyata lebih
memuaskan atau minimal dapat dinikmati.
SIKAP DAN POSISI HUBUNGAN SEKSUAL
Sikap dan posisi hubungan seksual yang dapat meningakatkan partisipasi seksual pada lansia
adalah sebagai berikut :
1. Memahami perubahan normal yang berhubungan dengan lansia.
2. Meningkatkan komunikasi pada masalah non-seksual sama baiknya dengan komunikasi
seksual.
3. Menikmati setiap kejadian.Jangan terburu-buru,kurangi ketakutan.
4. Menggunakan posisi seperti miring atau duduk yang tidak terlalu banyak menumpu
dalam kontraksi otot lengan secara Isometrik.
5. Gunakan posisi yang tidak menekan sendi,tengkurap yang menimbulkan nyeri atau strain
otot.
6. Gunakan latihan kegel untuk meningkatkan tonus otot dan kontraksi vagina selama
aktifitS seksual.Pria dan wanita dapat memperoleh keuntungan dari latihan kegel karna
ini dapat meningkatkan kekuatan kontraksi otot sfingter uretra dan sfingter ani.Ltihan
kegel harus dilakukan beberapa kali sehari dengan mengontraksikan otot pubokoksigeus
dua puluh sampai tiga puluh kali.
7. Lakukan stimulasi oral-genital.
8. Stimulasi oragan genital secara manual.
9. Gunakan vibrator sendiri atau dengan pasangan.
Obat-obatan yang sering diberikan pada penderita lansia dengan patologi multiple juga sering
menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut.
Impotensia pada usia lanjut
Secara umum impotensia merupakan istilah yang berarti tidak mampu (melakukan aktivitas
seksual), dan dapat dibedakan sebagai impotensia coendi (ketidak mampuan untuk melakukan
hubungan seksual), Impotensia erigendi (tak mampu ber-ereksi) dan impotensia generandi (tak
mampu menghasilkan keturunan ). Dalam banyak hal istialah tersebut memang banyak mengenai
pria, karena memang aktivitas seksual terutama menyangkut kemampuan penis untuk
berpenetrasi ke dalam vagina. (Hadi-Martono, 1996). Khusus menyangkut impotensia erigendi,
akhir-akhir ini diperkenalkan dengan nama disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidak mampuan secara konsisten untuk mencapai dan/atau
mempertahankan ereksi sedemikian hingga mencapai aktivitas seksual yang memuaskan (Vinik,
1998). Definisi ini memberi arti bahwa keadaan ini bukan suatu masalah yang hanya kadangkadang terjadi, akan tetapi suatu keadaan yang terjadi berurangkali dalam suatu periode waktu
tertentu.
Rangsangan untuk timbulnya ereksi (dan akhirnya ejakulasi) bisa bermula dari rangsangan
psikologik (fantasi, bayangan erotik), olfaktorik (bau-bauan) dan rangsangan sentuh atau rabaan.
Rangsangan tersebut melalui jalur kortiko-talamikus, limbik maupun talamo-retikularis dan
sebaliknya kemudian akan di teruskan ke susunan saraf otonom (para simpatis) yang akan
menyebabkan vasodilatasi korpus kavemosa penis. Setelah aktivitas seksual terjadi, saraf
simpatis akan membantu terjadinya ejakulasi. Di samping pengaruh hormonal, vasodilatasi
memerluakan oksida nitrat (NO) sebagai transmitter saraf yang menyebabkan pelepasan GMP
siklik yang mengakibatkan dilatasi korpus kavemosa penis. Dari gambaran tersebut di atas dapat
dilihat bahwa proses ereksi menyangkut berbagai fungsi diantaranya saraf, vaskuler, hormonal
tetapi juga psikoklogik dan kimiawi yang berpengaruh pada ke-3 aspek ereksi. (leslie, 1987,
Harmon and Tsitaurus, 1980).
Secara garis besar DE dapat dibagi menjadi 2 bagian sebagai berkut :
1. DE organik, sebagai akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler. DE endokrinologik
biasanya disebabkan oleh gangguan testikuler baik primer maupun sekunder. DE vaskuler
bisa terjadi pada penyakit leriche yaitu suatu obstruksi di pangkal bifurkasio a.iliaka di
daerah abdominalis yang mengakibatkan klaudikasio dan DE.
2. DE psikologik atau psikogenik, sebelumnya selalu dikataka sebagai penyebab terbesar
DE yang pada penelitian terakhir ternyata tidak benar. Karena pada usia lanjut justru
terjadi gangguan organik, walaupun factor psikogenik juga berperan.
Penatalaksanaan masalah seksual pada usia lanjut
Penatalaksanaan penderita lansia dengan masalah seksual pada dasarnya tidak berbeda dengan
penderita usia muda. Yang berbeda adalah bahwa ketelitian dan kehati-hatian baik dalam
diagnosis maupun pemberian terapi harus lebih ditekankan karena sangat berpengaruh pada
keadaan umum penderita.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnesis harus rinci meliputi
awitan, jenis maupun intesitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnesis tentang gangguan
sistemik maupun organik yang dirasakan.
Terapi yang diberikan tentu saja tergantung dari diagnosis penyakit/gangguan yang mendasari
keluhan. Pada keadaan disfungsi ereksi, terapi yang diberikan dapat berupa :
a. Terapi psikologik
b. Medikamentosa (hormonal atau injeksi intra-korporeal)
c. Pengobatan dengan alat vakum
d. Pembedahan
Denial : mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan
seksual.
Menarik Diri : mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalens
terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan primer menurut Nourth American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) yang ditulis oleh Stuart dan Sunden (1995) adalah perubahan pola
seksualitas termasuk tidak mengalami kepuasaan seksualitas yang melibatkan konflik antara
peran seks dan nilai,disfungsi seksual meliputi keterbatasan fisik.
Contoh diagnosa keperawatan terkait aspek seksual dalam asuhan keperawatan, yaitu :
1. Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan rasa malu setelah masektomi,
ditandai oleh tidak adanya keinginan seksual.
2. Perubahan seksualitas yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencapai
organsme ditandai oleh tidak adanya kepuasaan seksual.
3. Peubahan seksualitas yang berhubungan denagn konflik perkawinan, ditandai oleh tidak
timbul gairah pada saat pemanasan sebelum berhubungan intim.
4. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan minum alcohol yang berlebihan, ditandai
oleh ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi.
5. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan rasa takut terhadap penetrasi, ditandai rasa
sakit ketika berhubungan intim.
3. PERENCANAAN
Isi Kegiatan Instruksional Evaluasi
1. Menguraikan berbagai respons seksual manusia
Kegiatan Instruksional
Membahas dorongan teknik dan cara ekspresi seksual
Evaluasi
Kegiatan Instruksional
Memberikan informasi yang tepat tentang gangguan yang disebabkan oleh kelemahan
organik
Evaluasi
Kegiatan Instruksional
Menyusun kembali distorsi atau keracunan persepsi persepsi mengenai dampak penyakit
terhadap fungsi seksual
Evaluasi
Kegiatan Instruksional
Evaluasi
Pasien dan pasangannya melaporkan ansietas yang menurun dan meningkatnya kepuasan
respons seksual
4. IMPLEMENTASI
Prinsip Rasional Tindakan
Mengetahui parasaan seksual anda sendiri Perawat perlu untuk mengetahui perasan seksualnya
terhadap pasien. Ingat bahwa perasaan tidak dapat ditentukan sebagai benar atau salah,tetapi
prilaku dapat dievaluasi sebagai terapeutik atau tidak terapeutik terhadap klien
Memeriksa perilaku anda terhadap klien Jika bekerja dengan meningkatkan kesadaran
terhadap perasaan dan pikiran, perawat dapat mengubah perilaku yang tidak terapeutik
kearah yang lebih terapeutik secara efektif
Minta bantuan untuk menggali isyu tersebut agar dapat meningkatkan kesadaran tentng
factor yang mempengaruhi perasaan anda
Contoh Kasus
Kasus 1 : Masalah seksualitas karena kematian istri
Data Pendukung : Laki-laki, berusia 51 th, istri meninggal 2 th lalu, menyatakan bahwa ia
mempunyai keinginan untuk menikah lagi, karena sulit menahan seksualnya. Mengatakan bahwa
jika ia aktif secara seksual tidak adil terhadap istrinya yang meninggal.. aktif dalam kelompok
politik yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Tertarik pada seorang wanita yang menjadi
teman kelompoknya.
Tujuan jangka panjang : Menikah dan mencapai hubungan seksual yang memuaskan
Tujuan jangka pendek :
1. Menghadiri pertemuan dengan konselor .
2. Membuat pernyataan yang menunjukkan penerrimaan bahwa dirinya menarik dan
mampu menjalin hubungan baru
3. Menyatakan bahwa menjalin hubungan baru tidak berarti bahwa dirinya tidak mencintai
lagi isterinya yang telah meninggal.
Tindakan Keperawatan
1. Meluangkan waktu bersama pasien untuk menggali perasaan yang sedang disepakatinya
Rasional
Meluangkan waktu untuk pasien menunjukkan bahwa perawat memperhatikan dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan berduka yang mempengaruhi
kehidupan seksualnya
2. Menunjukkan minat terhadap keterlibatannya terhadap kelompok dan pada teman barunya
Rasional
Menunjukkan rasa tertarik terhadap teman barunya kan mendukung peran serta klien dan
perasaan menerima
3. Menggali kemungkinan untuk merujuk klien pada konselor untuk membantu mengatasi rasa
berkabung dan konflik seksual
Rasional
Mencarikan sumber untuk mengatasi rasa berkabung dan memberikan informasi kepada klien
memungkinkannya menerima dukungan yang diperlukan
5. Selalu siap membantu klien
Rasional
Selalu menunjukkan siap membantu klien akan memungkinkan suatu komunikasi yang terbukan
sehingga klien merasa bebas untuk mengekspresikan perasaan ansietas dan berduka karena
kehilangan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-moyet, Lynda juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10
EGC ; Jakarta
Pudjiastuti, Sri surini. 2003, fisioterapi pada lansia, EGC.jakarta :122
Pranaka, Kris. 2010, Buku ajar boedi-darmojo geriatri ilmu kesehatan usia lanjut. Balai
penerbit FKUI, Jakarta : 686