Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERMSALAHAN SEKSUALITAS PADA LANJUT USIA

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Salma Deviyana (S16179) Titin Purnamasari (S16185)


2. Selvita Berlian D (S16180) Ulfi Asmaroh (S16186)
3. Septian bagus M (S16181) Verily Endah Jati W (S16187)
4. Sindhi Maipuri (S16182) Yoanita Putri (S16188)
5. Siti Ning Intan L (S16183) Yudi Prabowo (S16189)
6. Tatik Widyastuti (S16184) Zulfa Afida Salma (S16191)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia,

sehingga kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup.

Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki,

dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan

akibat buruk baim fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan

lansia.

Dewasa lanjut atau lansia adalah periode diana seseorang telah

mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih

mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah,

termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia amsalah

terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia

lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua.

Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat erasakan kehidupan

seksual yang harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual

tidak harmonis. Pertama, komunikasi seksual antara pasangan tidak baik,

kedua pemgetahuan seksual tidak benar, ketiga karena ada gangguan

fungsi seksual pada salahh satu maupun kedua pihak bisa karena

perubahan fisiologis maupun patologis.


Agar kualitas hidup lansia tidak terganggu karena masalah seksual,

maka setiap dusfungsi seksual harus segera diatasi degan cara benar dan

ilmiah. Yang perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah

pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat,

mencari penyebab, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk

memperbaiki fungsi seksual seperti dijelasakan dialah ini.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui arti dari seksualitas

b. Mengetahui perubahan seksualitas pada lansia

c. Mengetahui penurunan fungsi seksualitas pada lansia

d. Mengetahui hambatan aktivitas seksualitas pada lansia

e. Mengetahui penatlaksanaan masalah seksualitas pada lansia

C. Manfaat

Mahasiswa dapat menegtahui tentang permasalahan seksualitas

pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan

keperawatan pada saat praktik lapangan.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Seksualitas adalah diartikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan

perempuan baik secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah perilaku yaitu

meliputi aktivitas, perasaan, dan sikap yang berhubungan dengan reproduksi,


serta bagimana laki-lai dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan di

dalam kelompok. Surwono (2008: 54)

Seksualitas dalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan

meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotismee,

kenikmatan, kemesraan dan reproduksi. WHO dalam Mardiana (2012)

2. Perubahan Seksualitas pada Lansia

Seiring proses penuaan, kemampuan seksualitas juga akan mengalami

penurunan. Kemampuan untuk mempertahankan seks yang aktif sampai usia

lanjut bergantung pada beberapa faktor dan beberapa tahapan fase yaitu :

1. Faktor-faktr yang mempengaruhi penuruna seksualitas pada lansia

a. Usia

Pada usia 60 tahun ke atas mulai mengalami kemunduran dari tahun-

tahun kreatif sebelumnya. Orang yang tua mulai cenderung merasa

tidak berguna lagi. Masa lampau lebih dibanggakan. Terasa sekali

kemunduran pesat di bidang kekuatan fisik dan daya tahan mental.

Masa tua bukan merupakan halangan untuk aktivitas seksual. Laki-laki

dan wanita dalam kondisi fisik dan emosional yang baik masih mampu

untuk melakukan aktivitas seksual sampai usia lanjut (Tukan, 1994).

Seiring dengan bertambahnya usia, keingginan seseorang untuk

melakukan hubungan seks umumnya akan menurun. Hal ini biasanya


dipicu karena adanya perubahan hormon dalam tubuh, khususnya pada

perempuan (Kompas, 2012).

b. Penyakit

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali

berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : gangguan jantung,

gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis

(Narsevhybuntu, 2012). Menurut Stanley & Beare (2006), obat-obatan

berpengaruh terhadap aktivitas seksual lansia. Konsumsi berbagai obat

yang berbeda dan metabolisme obat tersebut dipengaruhi oleh proses

penuaan, sehingga efek dari obat-obat tersebut dapat mempengaruhi

siklus respon seksual (Oktaviani, 2010).

c. Budaya

Menurut Darmojo dan Martono (2006), faktor eksternal yang

mempengaruhi aktivitas seksual berupa budaya yang berkembang di

masyarakat, menganggap aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan

oleh para lansia, sehingga menyebabkan keinginan dalam diri mereka

ditekan yang memberikan dampak penurunan aktivitas seksual.

d. Menopause

Perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat

menopause, tetapi tidak berlaku disebabkan atau berhubungan dengan

keadaan tersebut. Berhentinya menstruasi hanya merupakan salah satu

aspek dari menopause. Sistem reproduksi menurun dan berhenti sebagai


akibatnya, maka tidak lagi memproduksi hormon ovarium dan hormon

progesteron (Jahja, 2011). Di samping itu, terjadi pengurangan

pelumasan selama bangkitnya gairah seksual. Faktor-faktor ini dapat

menyebabkan ketidaknyamanan selama bersenggama (Hawton, 1993).

2. Tahapan penurunan seksualitas menurut Kaplan, sebai berikut :

a. Fase desire

Dipengaruhi oleh penyakit, masalah berhubungan dengan

pasangan, harapan kultural, kecemasan akan kemampuan seks.

Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya

usia tetapii bisa bervariasi. Interval untuk meningkatkan hasrat

seksual pada lansia pria meningkat serta testeteron menurun secara

bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhu libido.

b. Fase arousal

Pada lansia wanita mengalami Pembesaran payudara

berkurang, terjadi penurunan flushing, elastisitas dinding vagina,

lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot.

Sedangkan pada lansia pria , ereksi membuttuhkan waktu yang lebih

lama, dan kurang begitu kuat, penurunan produksi sperma sejak usia

40 tahu akibat penurunan testeteron, elevasi testis ke perinium lebih

lambat.
c. Fase Orgasmik

Pada lansia wanita tanggapan orgasmik kurang intens

disertai lebih sedikit kontraksil kemampuan mendapatkan orgasme

multiple berkurang

Sedangkan pada lansia pria kemampuan mengontrol ejakulasi

membaik, kekuatan dan jumlah kontraksi otot berkurang, volume

ejakulat menurun.

d. Fase Pasca orgasmik

Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan

gairah sampai timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi.


Perubahan-perubahan yang terjadi pada alat-alat seksual wanita dan faalnya

karena proses menua, terutama disebabkan oleh menciutnya indung telur

(dengan akibat menurunnya dan kemudian hilangnya hormon kewanitaan

terutama estrogen. Perubahan-perubahan itu dapat diringkaskan sebagai berikut

a. Menstruasi menjadi tak teratur dan semakin sedikit, lalu lama-kelamaan

berhenti sama sekali.

b. Buah dada menipis, menjadi lembek dan menggantung.

c. Rahim dan indung telur menciut dan kemudian fungsinya sangat berkurang.

Halini mengakibatkan vagina kehilangan elastisitasnya, kebasahannya,

sehingga seringkali meradang. Lama-kelamaan mengecil juga dan pada

persetubuhan menimbulkan rasa nyeri.

d. Rangsangan menurun, kemampuan reaksi terhadap rangsangan langsung

semakin menurun pula, oleh karena itu ada kaitannya dengan kepekaan

persyarafan alat kelamin (Marsetio, M. 1991).

e. Tabu, malu, bosan, dan kecemasan

Tabu bersangkut paut dengan larangan berbicara dan bertindak

terhadap seks. Faktor psikologis yang mempengaruhi penurunan fungsi dan

potensi seksual adalah rasa tabu dan malu bila mempertahankan kehidupan

seksual pada lansia. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam

kehidupannya. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah


kesehatan jiwa lainnya, misalnya cemas, depresi, pikun dsb (Anonim,

2012).

3. Penurunan Fungsi Seksuallitas Pada Lansia

Disamping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali

menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksualitas pada lanjut usia seperti

1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksualitas pada

lansia

2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh

tradisi dan budaya

3. Kelelahan atau kebosanan karan kurang variasi dalam kehidupannya

4. Pasangan hidup yang telah meninggal

5. Disfungsi seksual karan perubhan hormonal atau masalah kesehatan jiwa

misalnya cemas, depresi pikun, dsb

Disfungsi seksual dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana

yang meliputi berkurangnya repson erotis terhadap orgasme, ejakuasi

prematur, dan sakit pada alat kelamin sewaktu mestrubasi. Menurut

Alexander dan Allison mengatakan bahwa pada dasarnya perubahan

fisiologik yang terjadi pada aktivitas seksual pada usia lanjut usia biasanya

berlangsung bertahap dan menunjukkan status dasar dari aspek vaskuler,

hormonal dan neurologik.


4. Hambartan Aktivitas Seksual Pada Lanjut Usia

Pada usia lanjut terdapat berbagai hambatan untuk melkukan aktivitas

seksual melakukan aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan

eksternal yang datang dari lingkungan dan hamabatan internal yaang terutama

berasal dari subyek lansia itu sendiri.

1. Hambatan eksternal

Biasanya berupa pandangan sosial yang menganggap bahwa

aktivitas sosial tidak layak, misalnya hambatan terutama adalah karena

peraturan dan ketiadaan privasi diinstitusi tersebut.

2. Hambatan Internal

Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas

dengan hambatan eksternal. Obat-obatan sering diberikan pada penderita

usia lanjut dengan patoogi multipel juga sering menyebabkan berbagai

gangguan fungsi seksual pada lanjut usia.

5. Penatalaksanaa Masalah seksual Pada Usia Lanjut

Sebaiknya dilakukan dihadapan kehadiran pasangannya. Anamnese

harus rinci, mengikuti awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang

dirasakan anemisi tentang gangguan sistemik maupun organik yang

dirasakan penelaah tentang gagguan psikologi (kesepian, depresi, duka cita,

gangguan kognitif harus pula dilakukan). Dan juga harus diperhatikan

tentang obat-obatan yang diminum, pemeriksaan fisisk perlu dlakukan


diseluruh organ mulai dari kepala sampai ujung kaki. Status lokalis organ

seksual perlu perhatian khusus.

Pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan meliputi keadaan jantung, hati,

ginjal dan paru-paru. Status indrogin dan metabolik meliputi keadaan gula

darah, status gizi dan status hormonal ( testeteron, tiroid dan proplaktin pada

pria dan esterogen dan progesteron pada perempuan ).

Apabila penuaan mengenai disfungsi retksi pada pri maka terapi

yang diberikan tentu saja tergantung dalam dignosis penyakit atau dan

sebaiknya dilakukan oleh suatu tim multi disiplin. Pada keadaan disfungsi

ereksi, terapi yang diperlukan berupa

a. Terapi psikologik

b. Medika mentosa (hormonal atau injeksi intra korpureal dengan

papaverin atau altrostaldil)

c. Pengbatan dengan alat vacum

d. Pembedahan baik pembedahan vaskulen atau untuk pemasangan

proteksis penis
BAB III

PENEUTUP

A. Kesimpulan

Seksualitas adalah diartikan sebagai perbedaan antara laki-

laki dan perempuan baik secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-

istilah perilaku yaitu meliputi aktivitas, perasaan, dan sikap yang

berhubungan dengan reproduksi, serta bagimana laki-lai dan

perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan di dalam kelompok.

Surwono (2008: 54)

Pada usia lanjut hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat

dibagi menjadi hambatan eksternal dan hambatan internal yang

terutama berasal dari subyek lansia itu sendiri. Hambatan eksternal

biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa

aktivitas seksual tidak layak dilakukan oleh lansia.

Hambatan Internal psikologik sering ali sulit dipisahkan

secara jelas dengan hambatan eksternal, seringkali seorang lansia

sudah merasa tiadak biasa dan tidak pantas menarik lawan jenisnya.

B. Saran

Permaasalahan pada lansia sering terabaikan, tidak hanaya

dilingkungan keluaarga lansia sendri, tatapi juga dilingkungan

masyarakat bahakan pusat pelayana kesehatan.


Lansia sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga

dewasa lainnya mempunyai hak-hak untuk diperlakukan adil dan

sama mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang

sempurna dan optimal, serta diperlskukn dengan dihargai masa akhir

usia mereka. Merasaka kehiduupan yang harmonis serta erasakan

kenikamatan seksual yang aman dan nyaman, oleh karan itu

pengetahuan tentang permasalah seksual pada lansia baik pria

mauppun wanita perlu disebarluaskan sejak dini, dan perllunya

kerjasama yang optimal disetiap instansi pemerintah dan masyarakat

untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan harmonis sebagai

manuasia dan warag negara seutuhnya.


DAFTAR PUSTAKA

Chandranita, Ida Ayu dkk. 2009. Memahami Kesehtan Reproduksi

Wanita. Jakarta: EGC

Darmojo. R Boedi dan Martono. Hadi.2000.Geriatri (Ilmmu kesehatan usia

lanjut). Jakata : FKUI

Mardiana. Aktifitas Seksual Pria Lansia dan Lansia yang Berkunjung ke

Poliklinik Geriatri RS Pusat angkatan Udara dr. Esanawati antariksa.

Jakarta Timur tahun 2011. Skripsi Depook. FKM UI

Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarata

Widyastusi. Yani dan Anita Rahmawati. Yuliasti, E. 2009. Kesehatan

Reproduksi. Yogyakarta. Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai