Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN GANGGUAN SEKSUAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Dengan Dosen
Pembimbing Ns. Fitrio Deviantony, M.Kes.

Oleh

Kelompok 21/18D

Ghosa Oktaviani Putri 182310101167

Imraatul Istiqamah 182310101175

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kepribadian” Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Program
Studi Sarjana Keperawatan Universitas Jember.
Tujuan penulisan makalah ini sebagai wujud dari kreatifitas penulis dalam
melakukan kinerjanya terkait dengan Tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ucapan
terima kasih juga disampaikan penulis kepada beberapa pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, diantaranya:
a) Ns. Fitrio Deviantony, M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa;
b) Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku dosen penanggung
jawab mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa;
c) Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan dan semangat;
d) Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik dari pembaca sangatlah diharapkan untuk perbaikan makalah ini
kedepannya. Atas saran dan kritiknya, penulis ucapkan terima kasih.

Jember, 28 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seks merupakan bagian penting dari hubungan manusia dewasa, tidak
terpenuhinya kebutuhan seks dapat menimbulkan rasa bersalah dan penolakan
sehingga menyebabkan permasalahan dalam pola berhubungan dengan
pasangan. Aktivitas seks merupakan suatu kebutuhan bagi manusia untuk
mendapatkan keturunan dalam kehidupan rumah tangga. Seksualitas yaitu
ketika seseorang merasa diri mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut
kepada orang lain melaluij tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan
ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian
dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi dan
emosi
Gangguan seksualitas adalah gangguan seksual dimana klien mengalami
kesulitan untuk berfungsi secara adekuat ketika melakukan hubungan seksual
( Durand and Barlow, 2006)
Gangguan dalam bidang seksual biasaya tidak melemahkan atau
melumpuhkan seperti terjadi pada kecemasan, depresi dan skizofrenia. Karena
itu, gangguan ini sering dilihat sebagai gangguan yang kurang berat. Dalam
beberapa bentuk gangguan itu terlihat bahwa kepuasan seksual yang diperoleh
dengan cara dan kebiasaan yang berbeda dari pertumbuhan yang wajar yan
merupakan satu satunya bentuk kegiatan seksual. Gangguan ini sangat
mengganggu karena pengaruh yang di timbulkannya terhadap orang lain. Hal
ini terjadi, misalnya bila gangguan ini melibatkan tindakan seperti
pemerkosaan, sadisme seksual atau pelecehan seksual terhadap anak anak.
Individu dikategorikan sebagai orang yang mengalami gangguan seksual
kalau gangguan tersebut bukanlah simtom dari sindrom sindrom yang lebih
luas misalnya skizofrenia dan reaksi obsertif.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan gangguan seksual ?
b) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan seksual ?
c) Apa penyebab terjadinya gangguan seksual ?
d) Bagaimana gejala yang terjadi pada pasien gangguan seksual ?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui apa itu pengertian dari gangguan seksual.
b) Mengetahui faktor penyebab timbulnya gangguan seksual.
c) Mengetahui gejala-gejala umum gangguan seksual.
BAB 2

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu dari
keseluruhan siklus respon seksual yang normal. Gangguan ini terjadi karena
berbagai hal baik secara fisik maupun psikologis, dan memberikan efek kurang
baik bagi keharmonisan rumah tangga. Disfungsi seksual ini dapat berupa
menurunnya libido (kegairahan/dorongan/ketertarikan seksual) dan disfungsi
ereksi atau kesulitan ereksi (Rusell, 2014). Disfungsi ereksi adalah
ketidakmampuan mempertahankan pada saat berhubungan seksual sehingga
terjadi penurunan dan cepat lemas karena ereksi tidak maksimal sehingga tidak
merasakan kepuasan saat berhubungan intim.
Berdasarkan data dari sexual dysfunction Association (2009) yang dilansir
oleh (Philip & Khan 2010), masalah seksual dapat terjadi sekitar 50% pada wanita
dan pada pria lebih dari 50% pada penderita disfungsi seksual yang dialami antara
lain gangguan hasrat seksual, disfungsi ereksi, ejakuasi dini dan gangguan
orgasme. Menurut penelitian Untung (2010), banyak faktor yang mempengaruhi
perubahan hasrat seksual diantaranya psikis stres. Dalam kondisi fisik dan
kesehatan emosional yang bagus maka dorongan seksual akan terus ada dalam
hidup, penurunan kondisi fisik juga menjadi disfungsi seksual yang dialami
karena meningkatnya kadar glukosa darah menyebabkan metabolisme lelah
sehingga berpengaruh pada hasrat dan aktivitas seksual.
2.2 Klasifikasi
a) Disfungsi seksual
Disfungsi seksual adalah suatu kondisi ketika individu mengalami
suatu perubahan yang seksual selama fase respons seksual berupa
hasrat,terangsangbdan orgesme yang dipandang tidak memuaskan, tidak
bermakna atau tidak. Difungsi Seksual bukan disebabkan oleh gangguan
atau penyakit organik, termasuk dalam kelompok diagnosis F50-F59
Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan Fisiologis dan
Faktor fisik. Disfungsi seksual menjadi 4 yaitu :
1) Gangguan Hasrat Seksual (Sexual Desire Disorder)
Gangguan karena akan kurangnya minat seksual atau fantasi
seksual yang terjadi secara persisten atau berulang. Gangguan ini
biasanya terjadi karena beberapa faktor seperti gaya hidup klien (harus
mengurus anak-anak atau balita), faktor sosiokultural (budaya yang
tertutup terhadap seks), atau usia klien (bertambahnay usia individu
maka meurun pula hasrat seknya).
- Gangguan nafsu seksual hipoaktif yaitu minat terhadap kegiatan
atau fantasi seksual yang sangat kurang yang mestinya tidak
diharapkan bila dilihat dari umur dan situasi kehidupan orang
yang bersangkutan.
- Gangguan aversi seksual yaitu perasaan tidak suka yang persisten
dan ekstrim terhadap kontak seksual atau kegiatan serupa itu.
2) Gangguan ransangan seksual (Sexual Arousal Disorder)
Gangguan ini adalah gangguan akan ketidak mampuan untuk
mencapai atau mempertahankan respon fisiologis yang terkait dengan
ransangan seksual (lubrikasi pada wanita dan ereksi pada pria) yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas seksual. Hal ini biasanya
melibatkan kesulitan untuk menjadi terangsang secara seksual atau
kurangnya serta kurangnya gairah atau kenikmatan seksual selama
aktivitas seksual.
- Gangguan ereksi pada laki-laki yaitu ketidakmampuan sebagian
laki-laki untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis
sampai aktifitas seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang
kali.
- Gangguan rangsangan seksual pada perempuan yaitu
ketidakmampuan sebagian perempuan untuk mencapai atau
mempertahankan lubrikasi vagina dan respon keterangsangan
seksual yang membuat vagina membesar sampai aktifitas seksual
selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
3) Gangguan Orgasme (Orgasme Disorder)
Pada pria gangguan ini melibatkan kesulitan mencapai orgasme
setelah melalui suatu pola normal dari hasrat dan ransangan seksual.
Bagi pria ada pula Ejakulasi Dini yaitu terjadi karena ejakulasi yang
terlalu cepat yang disebabkan oleh ransangan yang minim. Sedangkan
pada wanita yaitu kesulitan mencapai orgasme setelah adanya hasrat
dan ransangan seksual dalam tingaktan yang normal. Fase orgasme
dalam siklus respon seksual dapat terdisrupsi dengan cara tertentu.
Orgasme dapat terjadi pada waktu yang tidak tepat atau tidak terjadi
sama sekali.
- Inhibited orgasm (orgasme yang terhambat) yaitu
ketidakmampuan untuk mencapai orgasme meskipun nafsu dan
keterangsangan seksualnya cukup adekuat pada umumnya dialami
oleh perempuan dan jarang terjadi pada lakilaki (Stock, 1993;
Wincze dan Barlow, 1997).
- Female Orgasmic disorder (gangguan orgasme pada perempuan).
Orgasme yang terhambat atau tidak terjadi sama sekali, yang
terjadi berulang kali pada sebagian perempuan, menyusul fase
perangsangan seksual yang normal berhubungan dengan
pengalaman mereka sebelumnya dan stimulus saat itu.
- Male orgasmic disorder (gangguan orgasme pada laki-laki).
Orgasme yang terhambat atau tidak terjadi sama sekali yang
terjadi berulang kali pada sebagian laki-laki menyusul fase
perangsangan seksual yang normal berhubungan dengan umur
mereka dan stimulus saat itu.
- Premature ajaculation (ejakulasi dini). Yaitu ejakulasi sebelum
orang menginginkannya, dengan stimulus minimal dan keadaan
ini terjadi berulang kali.
4) Gangguan sakit/nyeri seksual (Sexual pain Disorder)
Gangguan ini yaitu dimana adanya rasa sakit/nyeri yang
berulang pada daerah genital yang mana rasa sakit ini tidak
memungkinkan untuk melanjutkan hubungan seksual atau bahkan
untuk melakukannya.
- Dyspareunia adalah rasa nyeri/sakit atau perasaan tidak nyaman
selama melakukan hubungan seksual.
- Vaginismus. Spasme (kejang urat) pada otot-otot di pertiga luar
vagina, yang terjadi diluar kehendak, yang menggangu hubungan
seksual, dan keadaan ini berulang kali terjadi.
b) Gangguan Identitas Jenis Kelamin
Gangguan seksual ini termasuk dalam kelompok diagnosis F60-F69
Gangguan Kepribadian dan Perilaku masa Dewasa, seperti:
Transseksualisme.
c) Gangguan Preferensi Seksual
Gangguan Prefensi Seksual adalah Gangguan arah Tujuan Seksual.
Arah Tujuan bukan lagi merupakan partner dari Jenis Kelamin yang lain,
seperti hubungan heterokseksual yang umumnya dianggap biasa. Pada
Gangguan ini, cara utama untuk mendapatkan rangsangan dan kepuasan
seksual adalah dengan objek lain atau dengan cara lain dari yang
umumnya dianggap biasa.
2.3 Etiologi
Penyebab gangguan seksual jarang muncul sendirian, biasanya pasien
yang dirujuk ke klinik seksualitas mengeluhkan campuran bermacam-macam
masalah seksual, meskipun salah satunya mungkin paling menjadi
keprihatinannya diantaranya.
1. Faktor biologis
Sejumlah kondisi fisik dan medis memberikan kontribusi terhadap
disfungsi seksual . Penyakit-penyakit neurologis dan kondisi-kondisi lain
yang mempengaruhi sistem saraf, seperti diabetes dan penyakit ginjal,
dapat secara langsung mempengaruhi fungsi seksual dengan mengurangi
sensitifitas di daerah genital, dan mereka merupakan penyebab lazim bagi
disfungsi ereksi pada laki-laki. Sakit kronis secara langsung juga dapat
mempengaruhi fungsi seksual. Sebagai contoh, tidak jarang orang-orang
yang pernah mengalami serangan jantung yang takut sampai ke titik
terpreokupasi untuk melakukan kegiatan fisik yang terlibat dalam
hubungan seksual. Mereka sering tidak mampu mencapai titik terangsang
meskipun diyakini oeh dokternya bahwa kegiatan seksual aman bagi
mereka
Penyebab utama disfungsi seksual adalah obat resep. Penanganan obat
untuk tekanan darah tinggi, yang disebut obat anti hipertensi, yang
termasuk golongan yang dikenal sebagai beta-blockers termasuk
propanolol, dapat memberikan kontribusi pada disfungsi seksual. Obat anti
depresan trisiklik serta obat-obat anti depresan dan anti kecemasan lain
juga dapat menggangu hasrat dan kerangsangan seksual pada laki-laki
maupun perempuan.
2. Faktor psikologis
Ketika dihadapkan pada kemungkinan untuk melakukan hubungan
seksual, individu yang disfungsional cenderung membuat perkiraan yang
terburuk dan menganggap situasinya relative negative dan kurang
menyenangkan (Weisberg, dkk, 2001). Mereka menghindari sejauh
mungkin agar dirinya tidak menyadari adanya stimulus seksual (dan oleh
karenanya tidak sadar seberapa jauh mereka terangsang secara fisik,
sehingga mereka membuat laporan yang terlalu rendah ketika dimintai
informasi tentang keterangsangannya). Orang-orang yang fungsi
seksualnya normal bereaksi terhadap situasi seksual secara positif. Mereka
memfokuskan perhatiannya pada stimulus-stimulus erotis dan tidak
menjadi terdistraksi. Ketika mereka menjadi terangsang, mereka semakin
memfokuskan diri pada stimulus-stimulus seksual dan erotis tersebut dan
membiarkan dirinya menjadi semakin terangsang secara seksual.
3. Faktor sosial dan budaya
Bagi sebagian individu, stimulus seksual menjadi terasosiasi dengan
afek negative sejak masa kanak-kanak. Kelly, Strassberg, dan Kircher
(1990) menemukan bahwa selain menunjukan sikap yang lebih negative
terhadap masturbasi, memiliki rasa bersalah terhadap seks yang lebih
besar, dan lebih mempercayai mitos-mitos seks.
4. Interaksi antara faktor psikologis dan fisik
Sikap-sikap yang ditularkan secara sosial tentang seks dapat
berinteraksi dengan masalah hubungan interpersonal dan predisposisi
untuk mengembangkan performance anxiety, yang mengakibatkan
terjadinya disfungsi seksual. Disfungsi seksual dapat berasal dari faktor
biologis (seperti penyakit atau efek alcohol, dan obat-obatan lain), faktor
psikologis (kecemasan akan performa, konflik yang tidak terpecahkan,
atau kurangnya kompetensi seksual), dan faktor sosiokultural (seperti
pembelajaran budaya yang membatasi secara seksual)
2.4 Tanda dan Gejala
Sebagian besar tanda-tanda kehilangan gairah cenderung lebih banyak terjadi
pada wanita, dimana wanita memang memiliki mood lebih yang sering terjadi
pergantian. Bisa tiba-tiba bahagia namun juga bisa tiba-tiba merasa sedih, bahkan
tidak jarang kadang kelelahan juga sering membuat wanita kehilangan gairah
seksnya. Berikut beberapa tanda-tanda wanita memiliki gangguan seks yaitu:
1. Mengalami penurunan orgasme
Hal tersebut terjadi dikarenakan beberapa hal seperti mengalami masalah yang
berat, stress dan juga depresi yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan orgasme saat berhubungan intim bahkan ketika
menggunakan alat kontrasepsi sekalipun.
2. Mengkonsumsi obat anti depresan
Seseorang yang terkena gangguan seksual seringkali banyak mengkonsumsi
obat anti depresan, padahal wanita tersebut tidak mengetahui bahwa hal tersebut
dapat menurunkan hasrat seksual yang ada di dalam dirinya.
3. Mengalami penurunan gairah
Biasanya seseorang yang mengalami gangguan seksual juga terjadi tanpa
adanya gairah sama sekali. Namun kita juga perlu membedakan karena memang
ada saat tertentu wanita mengalami penurunan gairah seksyang sebenarnya masih
cukup normal.Biasanya hal tersebut terjadi karena wanita tersebut sedang hamil,
baru saja melahirkan anak, atau juga bisa dikarenakan gangguan stress.
4. Perasaan takut ketika berhubungan seksual
Perasaan takut ketika berhubungan seks diakibatkan karena trauma masa lalu,
misal pernah terjadi pemerkosaan, penganiyaan atau hal lainnya yang membuat
wanita menjadi trauma.
5. Penyuka sesame jenis
Kelainan atau gangguan seksual yang terjadi pada wanita adalah menyukai
sesama jenis atau bisa disebut dengan istilah lesbi. Tanda-tanda yang dimiliki
ialah wanita tersebut tidak menyukai lawan jenisnya, melainkan tertarik dengan
sesame jenis. Sehingga tidak memiliki rangsangan seksual apapun dengan lawan
jenisnya.
6. Sadomasokisme
Sadomasokisme merupakan salah satu penyimpangan atau gangguan seksual
dimana seseorang baru bisa menikmati hubungan seksnya setelah dia menyakiti
pasangannya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya daya seksual yang timbul ketika
melihat pasangannya terlihat kesakitan. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada
wanita saja namun beberapa pria juga seringkali mengalami gangguan tersebut.
7. Masokisme
Masokisme merupakan sebuah gangguan atau kelainan seksual jika seseorang
tersebut bisa menikmati hubungan seksnya setelah disiksa oleh pasangannya. Hal
ini berkaitan dengan kelainan sadomasokisme. Tanda-tandanya biasanya memang
mempunyai kecenderungan yang selalu ingin dikasari oleh pasangannya
khususnya ketika sedang berhubungan intim.
8. Fetish
Kelainan atau gangguan festishisme merupakan salah satu gangguan dan juga
kelainan seks yang sbenarnya menyimpang. Seseorang yang mengalami gangguan
ini biasanya selalu ingin melakukan hubungan seks dengan benda mati.
9. Tidak bisa orgasme
Orgasme dalam hubungan selalu menjadi patokan saat melakukan hubungan
seksual. Tidak bisa orgasme saat melakukan seksual terjadi akibat rasa lelah yang
biasanya terjadi pada seseorang sebelum melakukan hubungan.
10. Gerontophilia dan Frotteurisme
Gerontophilia dan Frotteurisme merupakan sebuah kelainan yang terjadi
terhadap diri sendiri semenjak dari kecil. Gangguan ini berkaitan dengan hormone
sehingga bukan termasuk kategori penyakit yang mudah disembuhkan. Salah satu
pencetus munculnya gangguan ini dikarenakan trauma, gangguan seksual pada
remaja dan juga hal-hal yang berkaitan dengan kejadian yang menimpa orang
tersebut.
2.5 Patofisiologi
Disfungsi ereksi dapat didefinisikan sebagai suatu ketidakmampuan untuk
ereksi atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan
seksual yang memuaskan, menetap atau berulang paling tidak selama tiga bulan
berturut-turut. Disfungsi ereksi dapat diakibatkan oleh faktor psikis dan faktor
organic. Penyebab yang bersifat psikis adalah semua faktor dalam periode
kehidupan mulai dari anak hingga usia dewasa. Sedangkan penyebab yang
bersumber dari faktor organic dapat dikelompokkan menjadi faktor
hormonmisalnya kadar hormone prolactin yang meningkat dan faktor hormone
tiroid yang rendah. Faktor syaraf misalnya gangguan pada faktor saraf
parasimpatetik dan bagian otak yang mengontrol sekresi, faktor pembuluh darah
arteri dan faktor pembuluh darah vena misalnya kerusakan dinding pembuluh
darah vena. Faktor organic lainnya yaitu obat psikotropik, anti depresan, anti-
hipertensi, hormone antikolinergik dan zat-zat psikoaktif lainnya seperti alcohol,
amfetamin, nikotin dan kanabis.
Salah satu penyebab disfungsi ereksi dari fakror psikis adalah sindrom
depresi. Sindrom depresi adalah salah satu kumpulan gejala psikiatrik yang
ditandai oleh penurunan efek, psikomotor, proses pikir dan gejala-gejala somatic
yang menonjol antara lain disfungsi ereksi. Faktor yang mengganggu mekanisme
ereksi normal, mulai dari tingkat pusat dihipotalamus dan kelenjar pinealis
(sebagai tempat awal penerimaan rangsangan yang berasal dari pikiran/psikis
maupun yang berasal dari panca indra) sampai pada organ penis dapat
menimbulkan gangguan pada ereksi penis.
2.6 Penatalaksanaan
- Penanganan psikologis
Penanganan yang dilakukan dengan terapi seks. Dimana terapi seks
dilakukan untuk membantu orang agar dapat mengatasi disfungsi seksual
dengan meningkatkan harapan sels-efficacy, mengajarkan kompetensi
seksual, memperbaiki komunikasi seksual, dan mengurangi kecemasan
akan performa
- Penanganan medis
Berbagai teknik farmakologis dan operasi untuk menangani disfungsi
seksual telah dikembangkan. Empat macam prosedur yang paling popular
yaitu: obat oral, suntikan substansi vasoaktif, operasi, dan vacuum device
therapy (terapi dengan vakum)

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Tn.X umur 40 tahun pergi ke klinik diantar oleh keluarganya dengan
diagnosis gangguan seksual. Sejak dirinya ditinggal meninggal oleh istrinya
keluarga pasien mengatakan klien Tn.X merasa sangat terpukul sampai Tn.X
sering mengkonsumsi obat antidepresan dan sama sekali tidak tertarik untuk
menikah lagi karena sibuk untuk mengurus anak dan bisnisnya serta merasa tidak
percaya diri dengan kedaan tubuhnya yang sudah tidak muda lagi, akan tetapi
sekitar 5-6 tahun karena dipaksa oleh keluarga akhirnya Tn.X mau menikah
dengan pilihan orang tuanya. Klien mengatakan sejak ditinggal istri pertamanya ia
tidak berminat untuk melakukan hubungan seksual dengan istri barunya dari awal
menikah bahkan Tn.X sama sekali tidak merasa bergairah pada istri barunya.

3.2 Pengkajian Keperawatan Jiwa

1. Identitas Klien
Nama : Tn.X
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 40 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Gapurana
Tanggal Masuk : 20 Mei 2020
Ruang : Melati
Dx.Medis :
No.RM : 064405
2. Alasan MRS
Keluarga pasien mengatakan klien Tn.X merasa sangat terpukul sejak
ditinggal istrinya sampai Tn.X sering mengkonsumsi obat antidepresan
dan sama sekali tidak tertarik untuk menikah lagi.
3. Faktor Presipitasi
Sejak ditinggal meninggal oleh istrinya klien Tn.X merasa sangat
terpukul sampai Tn.X mengkonsumsi obat antidepresan.
4. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan sejak ditinggal istri pertamanya ia tidak berminat
untuk melakukan hubungan seksual dengan istri barunya bahkan Tn.X
sama sekali tidak merasa bergairah pada istri barunya.

3.3 Pemeriksaan Fisik

1. Tanda tanda vital


TD :
HR :
S :
RR :
2. Antopometri
Tinggi Badan : 167 cm
Berat Badan : 52 kg
3. Kepala : Rambut hitam, tidak berketombe, dan rambut pendek
4. Mata : Sclera tidak ikterik, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis dan
mata dapat melihat dengan baik
5. Hidung : Bersih, tidak ada secret dan penciuman baik
6. Mulut : Gigi bersih dan tidak ada stomatis
7. Kuku : Bersih
8. Telinga : Bersih tidak ada serumen
9. Leher : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran tonsil
10. Dada
a. Paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada alat bantu pernafasan
Palpasi : Vocal premitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : Simetris tidak ada Ictus Cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba pada LMCS ICS ke 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung SI lup S2 reguler
c. Abdomen
Inspeksi : Simetris, datar dtidak ada lesi

Palpasi : Terdengar bising usus 12x/menit

Perkusi : Tympani

Auskultasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan

4.3 Psikososial
1. Genogram
a. Genogram
b. Pola Asuh
Pasien tinggal bersama dengan orang tua dan setiap harinya
mengasuh anaknya.
c. Pola Komunikasi
Pasien mengatakan selalu bercerita dan meminta tolong pada
keluarganya kalau ada masalah, komunikasi dengan keluarga juga
sangat baik
d. Pengambilan Keputusan
Pasien mengatakan selalu mengambil keputusan sendiri
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Pasien mengatakan menyukai dan bersyukur memiliki tubuh yang
tuhan berikan kepadanya
b. Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan identitas dirinya (Nama, alamat, agama,
pendidikan)
c. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul dengan
keluarga
d. Harga Diri
Pasien mengatakan merasa tidak percaya diri dengan kedaan
tubuhnya yang sudah tidak muda lagi,
3. Hubungan Sosial
a. Orang Yang Berarti
Pasien mengatakan keluarga adalah orang terdekatnya serta anak
yang sangat ia sayangi.
b. Peran serta dalam Masyarkat
Sebelum di rawat pasien selalu bergaul dengan teman kerjanya dan
lingkungan disekitar rumahnya
c. Spiritual
Pasien mengatakan rajin sholat 5 waktu dan sering ikut pengajian
dikampungnya.

5.3 Status Mental

1. Penampilan

Penampilan dari cara berpakaian rapi dan sopan, postur tubuh sedang,
rambut hitam dan pendek, ekspresi wajah sedih saat bercerita, cara
berjalan cukup baik.

2. Pembicaraan

Pasien berbicara dengan intonasi yang jelas serta sesuai/nyambung.

3.Aktivitas Motorik

Pasien tampak mau melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

4. Alam Perasaan
5. Interaksi Selama Wawancara
Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan
kontak mata yang sesuai/baik.

6.3 Kemampuan Aktivitas Sehari-Hari

1. Makan
Pasien mau makan 3x sehari dengan 1 porsi habis dan dapat makan
sendiri

2. BAB/BAK

Kalau dirumah pasien BAB 1 hari sekali, selama di rs pasien BAB


1 kali sehari dan dapat dilakukan ditoilet serta BAK 2-3x sehari dan
dapat dilakukan sendiri dikamar mandi

3. Mandi

Pasien mengatakan mandi 2x sehari dan dapat melakukan sendiri


dikamar mandi dengan memakai sabun dan handukan, gosok gigi 2x
sehari dapat dilakukan sendiri dikamar mandi.

4. Berpakaian

Pasien mampu menggunakan baju sendiri dan ganti pakaian 1x


dalam 1 atau 2 hari sekali.

5.Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan tidur sekitar jam 20.30 wib dan kadang
terbangun ditengah malam.
6. Penggunaan Obat
7. Pemeliharaan Kesehatan
8. Aktivitas Dalam Rumah
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pekerjaan rumah
9. Aktivitas Luar Rumah
Pasien mengatakan sibuk mengurus bisnisnya dikantor
7.3 Mekanisme Koping

8.3 Masalah Psikososial dan Lingkungan

Pasien mengatakan masih sering teringat dengan istrinya yang sudah


meninggal, pasien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungan dan suka
berbicara dengan orang lain diluar rumah.

9.3 Aspek Medis

10.3 Analisa Data

No DATA MASALAH
1. Ds:
Pasien mengatakan tidak berminat
melakukan hubungan seksual dan Gangguan Seksual b.d
tidak merasa bergairah Menurunnya Hasrat
Do:

2. Ds:
Pasien mengatakan merasa tidak
percaya diri dengan kedaan tubuhnya
yang sudah tidak muda lagi, Harga Diri Rendah d.d tidak
Do: percaya diri
Pasien terlihat malu saat bertemu dan
berinteraksi dengan postur tubuh
menunduk

11.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan seksual b.d menurunnya hasrat d.d tidak memiliki gairah


2. Harga diri rendah d.d tidak percaya diri
12.3 Pohon Masalah
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu dari
keseluruhan siklus respon seksual yang normal. Gangguan ini terjadi karena
berbagai hal baik secara fisik maupun psikologis, dan memberikan efek
kurang baik bagi keharmonisan rumah tangga. Ada 4 macam gangguan
seksual yaitu gangguan hasrat seksual karena kurangnya minat seksual atau
fantasi seksual yang terjadi secara persisten atau berulang, gangguan
ransangan seksual karena ketidakmampuan untuk mencapai atau
mempertahankan respon fisiologis yang terkait dengan ransangan seksual
(lubrikasi pada wanita dan ereksi pada pria) yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan aktivitas seksual, gangguan orgasme ketidakmampuan untuk
mencapai orgasme membuat pasangan tidak puas dengan aktivitas
seksualnya, gangguan sakit/nyeri seksual dimana adanya rasa sakit/nyeri yang
berulang pada daerah genital yang mana rasa sakit ini tidak memungkinkan
untuk melanjutkan hubungan seksual atau bahkan untuk melakukannya.

4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai