Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI DISFUNGSI SEKSUAL


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengampu : Ns. Sugiyono. M.Kep.CT

Disusun oleh:
Kelompok
Desyana Fitri ( 201940013)
Fareza Putri (201940016)

STIKES IMC BINTARO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ICHSAN MEDICAL CENTRE
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Makalah Keperawatan Medikal Bedah” untuk
melengkapi tugas dalam pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II ini tanpa ada
halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pembuatan makalah ini,
penulis mendapat bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat terealisasikan. Maka dari itu
penulis mengucapkan.

terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Ns. Sugiyono. M.Kep.CT selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah
memberi tugas dan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.
3. Pihak Kelompok yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Penulis telah
berusaha sebaik mungkin untuk menulis makalah ini dengan harapan semoga bermanfaat bagi
pembaca. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun kepada pembaca
untuk memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini semoga mendapat imbalan dari Allah SWT.

Tangerang Selatan

Penulis

1
DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seksualitas cangkupanya sangat luas meliputi, gambara diri, fungsi reproduksi, intimasi/
kedekatan, sentuhan, kemampuan berkomunikasi, menyampaian rasa kasih sayang,
afeksi/ perhatian terhadap oramg lain.aspek seksual dapat berupa ssuatu sentuhan ikatan
emosidan kedekayan fisik pasangan seksual dan orang terdekatnya. Ingin diperhatiakn
dan dicintai. Seksualitas merupakan interaksi dari faktor – faktor biologis, psikologis,
sosioekonomi, budaya, etika, dan spiritual dari seseorang individu. Sehat secara seksual
adalah ketika seseorang dalam kondisi sehat dan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara
utuh fungsi seksual dan reproduksinya. Tidak terpenuhi kebutuhan seksual dapat menadi
sebab muncul masalah kesehatan lain, terutama maslah pada fungsi seksual. Disfungsi
Seksual dipaparkan oleh Hughes (2009) sebagai ketidakmampuan seseorang
mengekspresikan seksualitas yang menyebabkan dirinya mengalami gangguan gambaran
diri dan seksual diri, serta menurunya frekuensi aktivitas seksual, rangsangan seksual,
dan ketidaknyaman saat melakukan hubungan seksual. Masalah seksual dapat muncul
sebagai akibat / dampak dari suatu kondisi hamil dan pasca melahirkan atau mengalami
penyakit kronis dan sebagai efek terapi.
Kesehatan seksual merupakan topik yang sering kali tidak banyak dibicarakan karena
berbagai faktor yang menghambat klien untuk membicarakan masalah kesehatan seksual.
Aspek seksual pada kesehatan pasien merupakan suatu kebutuhan ikatan emosi dan
kedekatan fisik dengan orang lain. Termaksut pasangan seksual dan orang terdekatnya.
Selain itu, aspek seksual pasien juga salah satu komponen keperawatan yang wajib
diberikan oleh profesional pemberian asuhan kesehatan untuk memenuhi aspek
perawatan yang kompherensif. Realitanya, aspek seksual berpotensi menjadi kebutuhan
pasien yang tidak terpenuhi oleh profesional tersebut. Dipihak lain, terdiagnosis
mengalami masalah seksual dapat memberikan efek atau pengaruh buruk dalam
kehidupan individu. Secara langsung, namun juga memunculkan rasa cemas, depresi,
ganguan hubungan sosial, ganguan konsep diri yang berlebihan pada individu yang
mengalami. Masalah seksual dapat menyebabkan disfungsi seksual.
Secara umum, disfungsi seksual adalah gangguan pada proses atau fase mana pun dari
siklus respon seksual yang menyebabkan seseorang tidak dapat menikmati pengalaman
aktivitas seksual.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah Pengertian Disfungsi Seksual?
b. Apakah Etiologi Disfungsi Seksual?
c. Apakah Patofisiologi terjadinya Disfungsi Seksual?
d. Apakah Pathaway Disfungsi Seksual?
e. Apakah Manifestasi Klinis Disfungsi Seksual?
f. Apakah Pemeriksaan Penunjang Disfungsi Seksual?
g. Apakah Pelaksanaan Medis Disfungsi Seksual?
h. Apakah Asuhan Keperawatan Disfungsi Seksual ?

3
1.3 Tujuan Umum
Setelah membaca Asuhan Keperawatan Disfungsi Seksual ini mahasiswa dapat
memahami apa yang dimaksud dengan Disfungsi Seksual dan hal-hal yang menyangkut
Asuhan Keperawatannya.

1.4 Tujuan Khusus


a. Menjelaskan Pengertin Disfungsi Seksual
b. Menjelaskan Etiologi Disfungsi Seksual
c. Menjelaskan Patofisologi terjadinya Disfungsi Seksual
d. Menejelaskan Pathaway Disfungsi Seksual
e. Menjelaskan Manifestasi Klinis Disfungsi Seksual
f. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Disfungsi Seksual
g. Menjelaskan Pelaksanaan Medis Disfungsi Seksual
h. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Disfungsi Seksual

4
BAB II
PEMABAHASAN
2.1 Definisi
Disfungsi Seksual
1. Definisi Disfungsi Seksual
Seksualitas merupakan komponen penting bagi kehidupan intim pria dan wanita.
Penelitian menyatakan bahwa wanita menganggap seksualitas merupakan faktor
penting dalam menentukan kualitas hidup. Walaupun seksualitas dan fungsi seksual
dianggap sebagai komponen penting, namun gangguan yang terjadi pada fungsi
seksual wanita merupakan masalah yang kurang diperhatikan oleh sebagian
masyarakat (Ambler, 2012).

Kebutuhan seksual merupakan komponen penting yang menentukan kualitas hidup


seseorang. Kebutuhan seksual pada dasarnya merupakan kebutuhan yang sangat
manusiawi dan hakiki dalam kehidupan seorang wanita. Sayangnya,banyak wanita
yang enggan atau merasa risih untuk membicarakannya secara terbuka (Windhu,
2009). Survey yang dilakukan oleh Lamont (2012) menyatakan bahwa satu dari
empat wanita memiliki masalah pada seksualitasnya, tetapi wanita tersebut merasa
malu dan enggan untuk membicarakannya langsung dengan pelayan kesehatan.
Kebutuhan seksual akan terpenuhi dengan baik apabila hubungan dan fungsi seksual
berjalan dengan norma.

Istilah disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah satuatau lebih
aspek fungsi seksual (Pangkahila, 2006). Bila didefinisikan secaraluas, disfungsi
seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara penuhhubungan seks.
Secara khusus, disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadipada salah satu atau
lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal (Elvira, 2006). Sehingga
disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguandari salah satu saja siklus respon
seksual.
Disfungsi seksual adalah kondisi yang membuat laki-laki atau perempuan tidak
terpuaskan secara seksual. Disfungsi seksual dapat terjadi kapan pun dan pada siapa
saja. Meskipun demikian, kemungkinan munculnya disfungsi seksual lebih besar
pada orang lanjut usia. Disfungsi seksual pada wanita dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu disfungsi orgasme (female orgasmic disorder), disfungsi gairah dan hasrat
seksual (female sexual interest/arousal disorder), dan gangguan nyeri genito-pelvis
(genito-pelvic pain disorder) (American Psychiatric Association, 2013).

5
2. Siklus Respon Seksual (Kolodny, Master, Johnson, 1979)
a. Fase Perangsangan ( Excitement Phase)Perangsangan terjadi sebagai hasil dari
pacuan yang dapat berbentuk fisik atau psikis. Kadang fase perangsangan ini
berlangsung singkat, segeramasuk ke fase plateau. pada saat yang lain terjadi
lambat dan berlangsungbertahap memerlukan waktu yang lebih lama. Pemacu
dapat berasal darirangsangan erotik maupun non erotik, seperti pandangan, suara,
bau,lamunan, pikiran, dan mimpi.
b. Fase Plateau pada fase ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu
sebelum mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme.
c. Fase Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik danpsikologik
dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknyaketegangan seksual.
d. Fase Resolusi
Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alatkelamin yang
telah terjadi akan kembali ke keadaan asal. Sehingga adanyahambatan atau
gangguan pada salah satu siklus respon seksual diatas dapatmenyebabkan
terjadinya Disfungsi Seksual.

6
2.2 Etiologi Disfungsi Seksual
Aspek seksualitas merupakan baian integral dan komponen yang esensial untuk menentukan
status umum kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup setiap individu. Kondisi sehat-
seksual seseorang dikatakan sehat ditandai dengan memiliki kapasitas untuk menikmati dan
mengontrol perilaku seksual dan reproduksi sesuai dengan sesuai kultural dan normal yang
berlaku, bebas dari rasa bersalah dan tidak memiliki kepercayaan diri yang salah yang
menghambat respons seksual dan merusak hubungan intimasi dengan orang lain, serta bebas
dari gangguan organik, penyakit dan berbagai keterbatasan lainya yang dapat menghambat
fungsi reproduksi dan seksual.
Terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi kondisi sehat-seksual seorang individu,
diantaranya : faktor fisik (biologis), faktor psikologis, dan faktor sosiokultural (WHO,2006)
1. Faktor Fisik
Seksualitas merupakan dorongan alamiah yang ada didalam setiap diri seseorang
sejak orang tersebut dilahirkan dan diekspresikan secara terbuka kepada keluarga dan
interaksi dengan lingkungan seiring dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan
seseorang. Aspek fisik dalam seksualitas merupakan hal yang sangat mempengaruhi
individu dalam menunjukan identitas seksualnya. Faktor fisik yang mempengaruhi
seksualitas antara lain: gender, genetik, reproduksi, fertilitas, hasrat dan respon
seksual, siklus, dan perubahan fisiologi, pertumbuhan dan perkembangan individu.
2. Faktor Psikologis
Seksualitas manusia secara psikososiologi diantaranya keadaan emosi, pengalaman
hidup, konsep diri, motivasi, ekspresi diri, dan prilaku. Kondisi emosional seseorang
dalam melakukan aktivitas seksual mempengaruhi pengalaman seksual yang
didapatkan.dalam hubungan seksual yang sehat individu mungkin merasakan
kesenangan, ketenangan, emosi positif, pengalaman seksualnya berbentuk presepsi
seksual yang positf . Aktivitas seksual dalam kondisi emosional yang bermasalah ,
menciptakan penagalaman traumatik dan harus dihindari.
3. Faktor Sosiokultural
Terdiri pengaruh agama, budaya dll. Membentuk seksualitas seseorang. Diketahui
secara luas bahwa budaya “ ketimuran” memandan seksual hal yang tabu.
Contoh lain dari budaya, dengan adanya sebutan hubungan suami-istri sebagai istilah
lain hubungan seksual dalam masyarakat indonesia. Penggunaan muncul nilai budaya
dan keagamaan. Menjelaskan bahwa hubungan seksual merupakan suatu hubungan
intimasi yang dilakukan telah menikah dengan pasanganya.

7
2.3 Patofisiologi Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual adalah gangguan termasuk gangguan dari pola respon seksualatau rasa
sakit saat berhubungan. Saat ini psikolog mengenali variasi dari kesulitan-kesulitan spesifik.
Dalam DSM-IV-TR, sebagian besar disfungsiseksual dikelompokkan berdasarkan pada tahap
dari pola respon seksual yang dimunculkan.
1. Gangguan Nafsu Seksual
Tahap pertama dari pola respon seksual adalah tahap Desire atau ketertarikandalam
berhubungan seksual. Masters dan Johnson menaruh sedikit perhatian pada nafsu seksual,
karena itu tidak dapat diukur secara psikologis, tetapi banyak penelitifokus pada masalah
yang sukar dipahami ini. Dua gangguan pada tahap nafsu ini,dasarnya ada dua tingkatan
dari kenegatifan terhadap seks.a.Gangguan nafsu seksual hipoaktif.Orang-orang dengan
gangguan nafsu seksual hipoaktif umumnya tidaktertarik tidak hanya pada aktivitas
seksual tetapi juga pada fantasi seksual. Apayang merupakan nafsu seksual rendah,
sebagaimana, harus ditentukan dalamkonteks umur, gender, dan norma budaya. Yang
paling umum faktor-faktor biologis dalan nafsu hipoaktif adalah perasaan sakit, rasa sakit
tubuh, danberkurangnya testosteron, hormon yang mengontrol ketertarikan seksual.
Dalampaling umum disfungsi seksual pada wanita dan mungkin penyebab sekunder
adalah faktor psikologis seperti defisiensi hormon, menopause, atau intervensimedis.
Sebagai faktor-faktor psikologis, mungkin termasuk depresi, stres,perasaan yang
bertentangan tentang seks, dan konfik hubungan. Tidakmengagetkan, nafsu seksual yang
rendahsering diikuti dengan gangguan daritahap respon lainnya, teritama gangguan
stimulus seksual pada wanita dangangguan ereksi pada pria.b.Gangguan keengganan
seksualIndividu dengan gangguan keengganan seksual tidak hanya tidak tertarikpada seks
tetapi juga jijik atau takut dan secara aktif menghindarinya. Hal inisering sebagai hasil
dari trauma seksual, seperti perkosaan atau kekerasanseksual saat masa anak-anak,
meskipun juga diikuti periode dispareunia, ataukesakitan saat melakukan hubungan
seksual. Sekitar satu dari empat orang yangmengalami gangguan keengganan seksual
juga mengalami gangguan panik.

2. Gangguan Stimulus Seksual


Selama stimulus seksual, tahap kedua dari pola respon, perasaan kenikmatanseksual
disertai dengan ketegangan muskular dan vuskular yang padat, ataumeningkatnya aliran
darah. Pada pria, hal ini menyebabkan ereksi. Pada wanita,genitalnya membengkak dan
dinding vagina mengeluarkan cairan. Gangguan dari tahapini mengambil dua bentuk, satu
laki-laki dan satu wanita Gangguan stimulus seksual wanitaKehadiran dari gangguan
stimulus seksual wanita paling baikdiindikasikan dengan cairan vagina yang tidak cukup.
Walaupu gangguan inidapat disebabkan dari faktor psikologis, seperti distres emosi,
sejarah daritrauma seksual, dan kurang percaya pada pasangan. Gangguan ini
dapatsebagai hasil dari masalah medis dan fisik seperti operasi atau kekuranganhormonal.

8
3. Gangguan ereksi pada pria
Sampai saat ini, gangguan ereksi pada pria, lebih dikenal sebagaiimpoten. Faktanya
banyak masalah ereksi tampaknya disebabkan penyebabganda. Tekanan darah tinggi,
level kolesterol yang tinggi, diabetes, merokok,dan penyakit jantung juga berhubungan
dengan gangguan ereksi. Berbagaipengobatan, bersama dengan banyak bentuk
penggunaan zat kimia.(penggunaan alkohol sering diikuti dengan gangguan ereksi). Hal
yang menjadipenyebab psikologis: bentuk kecemasan, stres, depresi, mendasari
parafilia,penolakan dari intimasi, tidak adanya pengalaman seksual, dan kemarahan
yangtidak terselesaikan terhadap pasangan seksualnya.Laki-laki yang tidak mampu untuk
mencapai atau mempertahankan ereksiselama hubungan disebut memilki disfungsi ereksi
primer. Individu yang memilikimasalah saat ini tetapi memiliki pengalaman ereksi yang
sukses dalamberhubungan disebut disfungsi ereksi sekunder. Terapi yang sukses
biasanyaditemukan pada disfungsi ereksi sekunder.
4. Gangguan Orgasme
.Seseorang yang memasuki fase ketiga dari pola respon seksual yaitu orgasme.Orgame
merupakan manisfestasi dari kontraksi muskular dari organ genital dan organseks internal
pada interval 0.8 detik. Pada pria, ini diikuti dengan ejakulasi dari penis.a.Gangguan
orgasme wanitaSaat wanita memiliki masalah dalam mencapai orgasme, ia
disebutmengalami gangguan orgasme wanita. Penyebab umum termasuk pada
masalahseksual lainnya (terutama gangguan stimulus seksual), stimulasi adekuatseksual,
dan kecemasan tentang seks atau bentuk seksual, body image, atauhubungan dengan
pasangan. Peningkatan frekuensi dari pengunaan obat antidepresi, biasanya SSRIs seperti
Prozac, Zoloft, dan Paxil dapat menjadipenyebab gangguan. Seperti pada pria, tekanan
darah tinggi, level kolesterolyang tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan merokokjuga
mempengaruhidisfungsi seksual pada wanita.b.Gangguan orgasme priaKetidakmampuan
pria untuk mencapai orgasme atau gangguan orgasmepria biasa dikenal sebagai ejakulasi
yang lambat. Kondisi ini dapat disebabkanoleh obat antidepresan, walau ini muncul pada
beberapa pria yang memilikiambang orgasme yang tinggi. Penyebab lainnya adalah
ketidakmampuan untuk“melakukan” dengan pasangan seksual. Banyak pria yang tidak
dapat mencapaiorgasme dengan pasangannya juga tidak dapat melakukan
masturbasi.c.Ejakulasi diniEjakulasi dini dimana pria mencapai orgasme sebelum, saat,
atausebentar setelah kontak kelamin. Secara tradisional, ejakulasi dini telah
dianggapdisebabkan faktor-faktor psikologis, namun peneliti saat ini menyebutkan
bahwaterdapat kemungkinan disebabkan oleh faktor biologis.

5. Gangguan Nyeri Seksual


.Dua gangguan disfungsi seksual ini adalah dispareunia dan
vaginismus.a.DispareuniaNyeri selama aktivitas seksual, biasanya disebabkan sebagai
masalah ginekologiatau urologi, tetapi ini dapat menjadi respon kondisi dari trauma
seksual; danterdapat peningkatan bukti bahwa disebabkan faktor
psikologis.b.VaginismusMasalah yang hanya pada wanita adalah vaginismus, yang

9
merupakan ototdisekitar bagian luar vagina berkontraksi dengan sendirinya saat
usahamemasukkan penis. Hal ini menyebabkan hubungan seksual tidak
mungkindilakukan atau sulit dan menimbulkan rasa sakit. Vaginismus sering
merupakankonsekuensi dari trauma seksual.
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda- tanda terjadinya Disfungsi Seksual
1. Pada Pria. Terjadinya penurunan libidob. Obesitasc. Mempunyai penyakit impotend.
adanya penyakit infeksi, seperti TBC, hepatitis, sehingga hilangnya kadarhormon
estrogen.
2. Pada Wanita. Penurunan gairah seksualb. terjadinya gangguan orgasme akibat
kecemasan atau trauma seksualc. terjadinya dispareunia, ini adalah akibat vagina
yang mengeringd. terjadinya vaginismus, ini adalah vagina menjadi berkerut saat
beraktivitase. stres dan lelah.

Macam Disfungsi Seksual


1. Masalah hasrat seksual
Masalah minat seksual didefinisikan sebagai hilangnya atau berkurangnya minat atau
hasrat seksual yang dinilai tidak normal secara siklus kehidupan dan durasi dengan
pasangan ( Basson et al.,2003 dalam Balon Segraves,2005)
Masalah minat seksual disebabkan oleh beberapa faktor berikut :
a. Faktor Internal
Bersala dari individu sendiri (intrapersonal) seperti rasa takut, rasa malu, rasa
bersalah, yang berkaitan dengan aktivitas seksual, pengalaman buruk, perubahan
konsep diri.
Berupa citra tubuh negatif, cemas, depresi, gangguan kesehatan jiwa lainya.
b. Faktor Ekesternal
Faktor eksternal meliputi gangguan penyakit kronis dan tidak menular. ( gagal ginjal,
kanker, diabetes, dll) kondisi medis lainya epilepsi, kelainan genetis, nyeri kronis,
penggunan obat-obatan, faktor lingkungan seperti perubahan lingkungan sosial dapat
pemicu munculnya masalah minat seksual. Pada pasien kanker misalnya, terapi yang
dijalankan sering kali menyebabkan efek lelah kronik menyebabkan menurunya
minat seksual, pada laki- laki penyakit testitular menjadi faktor penyebab.
2. Gangguan Sexual Aversion
Sexual aversion disorder (SAD) didefinisikan keengganan berulang. (hilang dan
muncul) atau persisten dan menghilang semua atau sebagian besar kontak seksual
genital dengan pasangan ( DSM, dalam Brotto, 2010). SAD didiagnosis keenganan
tersebut menimbulkan interpersonal dan distress pada individu. SAD dapat timbul
ekspresi yang lebih ringan seeprti menghindari atau enggan melakukan kontak
seksual sampai dengan reaksi panik akibat kontak tersebut.
SAD dapat disebabkan oleh pengalaman buruk seperti kekerasan seksual, perkosaan,
keemasan, ketika melakukan kontak genital, pengaruh lingkungan, sepert pendidikan
dalam keluarga, pengaruh budaya, dan pengaruh agama (Janata dan Kingsberg,2005)
3. Masalah pada rangsangan seksual

10
Masalah rangsangan seksual atau Sexual Arousal berkaitan erat denga hormon
androgen . pada laki-laki sendiri, perkembanga dan maturasi sistem reproduksi dan
organ genitalnya dipicu hormon androgen. Pada perempuan, hormon androgen
berperan dalam modulasi jaringan vagina dan respons seksual rangsangan genital
(Traish, et al.,2002) masalah rangsangan seksual pada perempuan dapat berupa
disfungsi lunrikasi vagina (lubrikasi vagina berkurang) , pada laki-laki berupa
disfungsi erektil. Gangguan rangsangan seksual pada perempuan merupakan
ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan respons lubrikasi dan
pelebaran vagina saat rangsangan seksual sampai selesainya aktivitas sehingga
menimbulkan distress dan gangguan interpersonal pada individu ( APA, 2000).
Sementara laki-laki disfungsi ereksi, sering dikenal impotensi mengacu pada
ketidakmampuan atau gangguan dalam mencapai atau mempertahankan ereksi,
dimana ereksi terlalu singkat atau kurang kuat atau sama sekali tidak terjadi ereksi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah pada rangsangan seksual
diantaranya , faktor usia, kondisi medis tertentu ( kelainan genetik, injuri spinal, dll.
Penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular, pengaruh obat-
obatan , penyalah gunaan obat-obatan, alkholisme, gangguan kesehatan mental
(depresi, skizoprenia) ( Balon dan Segraves, 2005)
Masalah rangsangan seksual dapat berdampak buruk bagi kehidupan individu.
Disfungsi lubrikasi dan Disfungsi Ereksi dapat menimbulkan masalah intiminasipada
pasangan seksual , memberikan pengaruh negatif pada konsep diri seseorang . pada
laki-laki misalnya Disfungsi ereksi dapat menimbulkan rasa rendah diri atau
menurunkan harga diri laki-laki memberikan pengaruh negatif pada identitas diri dan
harga dirinya.
4. Masalah Orgasme dan ejakulasi
Masalah orgasme pada perempuan dan masalah ejakulasi pada laki- laki secara garis
besar dapat dikelompokan sebagai berikut :
Pada perempuan, dikenal sebagai disfungsi orgasme yaitu kesulitan atau
ketidakmampuan mencapai orgasme, setelah melewati fase respon seksual
sebelumnya. Terdapat 2 jenis fase orgasme, yakni primer dan sekunder.
Disfungsi primer mengacu pada ketidakmampuan mencapai orgasme sama sekali.
Dalam situasi apapun termaksut ketika masturbasi. Sementara disfungsi orgasme
sekunder apabila terkadang mencapai orgasme namu, terkadang tidak.perubahan
kondisi yang sebelumnya dapat mencapai orgasme namun sekarang sulit mencapai
orgasme, atau ketika orgasme hanya dapat dicapau pada situasi dan aktivitas seksual
tertentu menimbulkan kesulitan.
Faktor penyebab lain ras nyeri, kondisi medis tertentu, pengaruh obat-obatan,
antidepresan atau obat lainya mempengaruhi keseimbangan hormon

11
5. Disparenia dan Vaginismus
Disparenia dan Vaginismus
Disparenia adalah nyeri yang persisten (selalu terjadi) atau terkadang timbul yang
dirasakan seseorang sebelum, saat ataupun sesudah. Melakukan hubungan seksual
panetratif . Dispareua dapat terjadi baik pada perempuan maupun laki-laki.
Pada perempuan, Disparenia dapat terjadi akibat adanya infeksi pada area genital atau
saluran kemih , kanker pada organ dalam sistem reproduksi, pertumbuhan abnormal
di are pelvis, faktor genetik, dan kondisi anatomik tertentu (misalnya vaginal septa,
prolaps uteri,dll) Faktor abnormal, faktor psikologi ( misalnya ansietas, depresi) dan
faktor usia (menopause). Pada laki-laki disparenia dapat disebabkan oleh adanya
infeksi pada saluran kemih, infeki prostat, kelamin anatomik pada penis Vaginismus
mengacu pada kesulitan atau ketidakmampuan perempuan untuk melakukan kontrak
genital yang panetratif terlepas dari keinginan perempuan tersebut yang diakibatkan
penegangan otot vagina yang diluar kendali . terjadi perempuan menghindari
penetrasi penis, jari atau benda lainya. Akibat rasa takut atau antisipasi atas nyeri
apabila tindakan tersebut dilakukan sehingga otot sekitar vagina menegang dan
mengeras. Vaginismus dikaitkan dengan pengalaman traumatik, kekerasan seksual,
perkosaan, faktor emosional.

12
2.5 Pathaway Disfungsi Seksual

2.6 Pemeriksaan Penunjang Disfungsi Seksual


Pemeriksaan meliputi inspeksi, kolposkopi,biopsi serviks, sistoskopi, rektoskopi,
ultrasonography (USG), BNO-IVP, fototoraks dan bone scan, CT scan atau MRI, PET scan.
Kecurigaan metastasis kekandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan
histologik.Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus
pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus denganstadium IB2 atau
lebih (Kemenkes RI, 2016),
1. Tes darah untuk memeriksa kadar hormon dan faktor risiko penyakit, seperti diabetes dan
tingginya kadar kolesterol dalam darah,
2. Tes untuk memantau ereksi saat tidur pada malam hari.
3. Tes ini bisa mengidentifikasi adanya gangguan ereksi akibat faktor fisik atau psikologis,
4. Tes vaskuler dilakukan pada pria, bertujuan untuk memeriksa aliran darah ke penis,
5. Tes pengujian sensori, bertujuan untuk memeriksa kekuatan impuls saraf pada bagian
tubuh tertentu.

13
2.7 Pelaksanaan Medis Disfungsi Seksual
Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Disfungsi Seksual
1. Konsumsi obat. Obat flibanserin diberikan untuk wanita pra-menopause dengan hasrat
seksual rendah. Sementara obat tadalafil, sildenafil, atau vardenafil diberikan pada pria
untuk meningkatkan aliran darah ke penis. Pada kasus ejakulasi dini, diberikan obat
promescent untuk mengurangi sensitivitas penis dan mengendalikan ejakulasi.
2. Terapi estrogen, dianjurkan bagi wanita dengan kadar estrogen rendah. Terapi ini
bertujuan untuk menjaga elastisitas vagina dengan meningkatkan aliran darah dan
pelumas. Terapi biasanya diberikan dalam bentuk cincin vagina, krim, atau tablet.
3. Terapi testosteron, baik berupa suplemen atau terapi pengganti, diberikan pada pria
dengan kadar testosteron rendah.
4. Terapi psikologi untuk membantu pengidap mengatasi kecemasan, rasa takut, atau
perasaan bersalah yang berdampak pada fungsi seksualnya.
5. Penggunaan alat bantu, seperti alat pompa (vakum) dan vibrator, tujuannya untuk
membantu pengidap mengatasi permasalahan seksualnya. Pemasangan implan penis,
dipertimbangkan bagi pria dengan gangguan ereksi.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN GANGGUAN DISFUNGSI SEKSUAL

3.1 Pengkajian
Pengkajian pada pasien gangguan Disfungsi Seksual
A. Identitas Pasien
Identitas Pasien
Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR.
B. Keluhan utama
Mengeluh nyeri dengan skla nyeri berat 7-10 , merasa depresi, tampak meringis,
tampak gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas, Tampak meringis, Gelisah,
Tidak mampu menuntaskan aktivitas, Bersikap protektif, pola tidur berubah,
anoreksia, mengungkapkan aktivitas seksual berubah, mengungkapkan eksitasi
seksual berubah, merasa hubungan seksual tidak memuaskan, mrngungkspksn
peran seksual berubah, mengeluhkan hasrat seksual menurun, mengeluh nyeri saat
berhubungan seksual, mengungkapkan ketertarikan pada pasangan berubah,
Fungsi/ struktut tubuh berubah/ hilang, Menhindari dan melihat bagian/ struktur
tubuh, hubungan sosial berubah. Merasa sendirian, merasa tidak aman ditempat
umum, merasa berbeda denan orang lain, menarik diri, tidak berminat/ menolak
berinteraksi dengan orang lain, Merasa malu, Menilai diri negatif, sulit
mengambil keputusan.
C. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pasangan klien aktif dalam berhubungan seksual, tidak pernah berganti
pasangan, isu tersebut perlu diperhatikan karena berdampak ketidaknyamanan
dalam membicarakanya, dalam aktivitas seksual klien frekuensi hubungan seksual
dengan pasien normal dan tetap terjalin, kontak seksual klien dengan pasanganya,
pasangan kurang menikmati aktivitas seksual, presepsi klien tetang hubungan
seksual dianggap kurang memuaskan antar pasangan, ketidakefektifan alah satu
pasangan.
D. Riwayat kesehatan dahulu
Dapat ditemukan masalah kesehatan sebelumnya kesulitan dalam berhubungan
seksual karena terus merasakan nyeri pada alat vital, skal nyeri yang berat, tidak
memiliki riwayat penyakit menular, telah mendapatkan pelayanan kesehatan

15
masalahnya, tidak memiliki riwayat masalah pasangan klien, merasakan
ketidaknyamanana mengkomunikasikan masalah kesehatan seksual yang pernah
dialami sebelumnya.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala / rambut
Simetris, bersih, tidak ada ketombe, kutu dan lesi.
2. Mata
An anemis, an ikterik, pupil mengecil.
3. Telinga
Bersih tidak ada kotoran dan cairan.
4. Hidung
Lubang hidung simetris, tidak ada benjolan (pupil).
5. Mulut
Tidak ada gigi berlubang/ caries, bibir tidak kering, tidak ada stomatis.
6. Leher
Tidak ada benjolan / pembesaran vena jugularis, tyroid, dan limfe.
7. Dada
Simetris, tidak ada tarikan Intercostae vokal feminus
Dadakanan dan kiri sama, terdengar suara sonor pada semua lapang paru,
suara jantung pekak, suara nafas vesikular.
8. Thorax
Tidak ada odem dan gerak aktif.
9. Abdomen
Simetris, tampak adanya benjolan, terdengar suara tympani, ada nyeri tekan.
10. Ektremitas atas
Tidak ada odem dan gerak aktif.
11. Ekstremitas bawah

Tidak ada odem dan gerak aktif.


12. Kulit
Lembab, tidak ada lesi dan tidak kotor

3.2 Analisis Data


NO. Data Etiologi Masalah
1. DS: Nyeri Kronis b.d Nyeri kronis
Mengeluh nyeri infiltrasi tumor
Merasa depresi
Merasa takut cedera berulangs

16
DO:
Tampak meringis , Gelisah,
Tidak mampu menuntaskan
aktivitas, Bersikap protektif,
pola tidur berubah, anoreksia.
Skala nyeri berat : 7-10

2. DS : Disfungsi seksual Disfungsi Seksual


mengungkapkan aktivitas b.d perubahan
seksual berubah, fungsi/ struktur
mengungkapkan eksitasi seksual tubuh
berubah, merasa hubungan
seksual tidak memuaskan,
mrngungkspksn peran seksual
berubah, mengeluhkan hasrat
seksual menurun, mengeluh
nyeri saat berhubungan seksual

DO:
mengungkapkan ketertarikan
pada pasangan berubah

3. DS: Gangguan citra Gangguan Citra


Mengungkpakan perasaan tubuh b.d Tubuh
negatif tentang perubahan tubuh perubahan fungsi
mengungkapnkan kekhwatiran tubuh
penolakan / reaksi orang.

DO:

17
Fungsi/ struktut tubuh berubah/
hilang
Menhindari dan melihat bagian/
struktur tubuh, hubungan sosial
berubah.
4. DS: Isolasi sosial b.d Isolasi Sosial
Merasa sendirian, merasa tidak ketidakmampuan
aman ditempat umum, merasa menjalin hubungan
berbeda denan orang lain. yang memuaskan

DO: menarik diri, tidak


berminat/ menolak berinteraksi
dengan orang lain,

5. DS: Harga diri rendah Harga Diri Rendah


Merasa malu, Menilai diri b.d gangguan
negatif, psikiatri

DO: sulit membuat keputusan

3.3 Diagnosa
1. Nyeri kronis b.d Infiltrasi tumor
2. Disfungsi seksual b.d perubahan fungsi/ struktur tubuh
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh
4. Isolasi sosial b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
5. Harga diri rendah kronis b.d gangguan pskiatri
1.4 Intervensi
NO. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
DX
1. Setalah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
keperawatan selama 8 Jam, maka Observasi

18
Nyeri kronis membaik, dengan Identifikasi lokasi, karakteristik,
kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Tingkat nyeri ( 1-5) nyeri
Kontrol nyeri (1-5) Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
Kontrol lingkungan memperberat
nyeri
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri

Pemantauan nyeri
Observasi
Identifikasi faktor penecetus dan
pereda nyeri
Monitor kualitas nyeri
Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
Tearpeutik
Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

2. Setalah dilakukan intervensi Edukasi Seksualitas


keperawatan selama 8 Jam, maka Observasi
Disfungsi seksual membaik, Indentifikasi kesiapan dan
dengan kriteria hasil: kemampuan menerima informasi
Terapueutik
Identitas seksual (1-5) Sediakan materi dan pendidikan
kesehatan
Edukasi
Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem
reproduksi laki-laki dan perempuan
Jelaskan perekembangan seksualitas
sepanjang siklus kehidupan
3. Setalah dilakukan intervensi Promosi Citra Tubuh
keperawatan selama 8 Jam, maka Observasi
gangguan citra tubuh membaik, Identifikasi perubahan citra tubuh
dengan kriteria hasil: yang mengakibatkan isolasi sosial
Terapeutik
Diskusikan perubahan tubuh dan

19
fungsi
harga diri (1-5) Diskusikan kondisi stress yang
memepngaruhi citra tubuh ( penyakit)

Manajemen stress
Observasi
4. Setalah dilakukan intervensi Promosi Sosialisasi
keperawatan selama 8 Jam, maka Observasi
isolasi sosial membaik, dengan Indetifikasi psikologis terhadap situasi
kriteria hasil: dan ketersediaan sistem pendukung
Teraputik
harga diri (1-5) Motivasi dalam kegiatan sosial dan
masyarakat

Dukungan emosional
Observasi
Identifikasi fungsi
marah,frustasi,amuk
Identifikasi hal yang memicu emosi
Terapeutik
Fasilitas mengungkapkan perasaan
cemas, marah atau sedih
Buat pernyataan supportif atau empati
selama fase terbuka
Edukasi
Jelaskan konsekuensi tidak
menghadapi rasa malu dan bersalah
Anjurkan mengungkapkan perasaan
yang dialami

5 Setalah dilakukan intervensi Promosi Harga diri


keperawatan selama 8 Jam, maka Observasi
harga diri rendah membaik, Sadarkan kondisi yang dialami
dengan kriteria hasil: mengalami nilai penting
Ciptakan lingkungan yang
memudahka mempraktikan kebutuhan
spiritual
Edukasi

20
identitas seksual (1-5) Latih spiritual diri
Latih mengenang dan menikmati masa
lalu

Dukungan Spiritual
Observasi
Identifikasi perasaan khawatir,
kesepian dan ketidakberdayaan
Identifikasi ketaatan dalam beragama
Teraputik
Berikan kesempatan mengekspresikan
perasaan tentang penyakit dan
kematian
Sediakan privasi dan waktu tenang
untuk aktivitas spiritual
Diskusi keyakinan makna tujuan
hidup
Fasilitas melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
Ajarkan metode rileksasi, meditasi,
imajinanasi terbimbing

21
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Bila didefinisikan secara luas, disfungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara
penuh hubungan seks. Secara khusus, disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah
satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksualyang normal. Sehingga disfungsi seksual
yang dapat terjadi apabila gangguan dari salah satu siklus respon seksual.
Macam – Macam Disfungsi seksual:
1. Gangguan Dorongan Seksual (GDS)
2. Dorongan seksual hipoaktif
3. Gangguan eversi seksual
4. Gangguan Ereksi
5. Gangguan Ejakulasi
6. Ejakulasi terhambat
7. Disfungsi Orgasme
8. Dispareunia
Seksualitas dan berbagai permasalahanya tellah di dentifikasi sebagai salah satu komponen
pelayanan keperawatan, banyak masalah seksual disebabkan oleh gangguan fisiologis terutama
pada salah satu atau beberapa bagian dalam siklus respon seksual normal pada umumnyaMasalah
seksual tersebut menyebabkan kesulitan atau keengganan melakukan hubungan seksual dan

22
intimasi sehingga disfungsi seksual menurunkan kesehatan seksual meliputi faktor internal dan
eksternal.

SARAN
Dengan makalah tersebut dapat mengetahui macam-macam disfungsi seksual, melakukan
perawatan sesuai ketentuan.

DAFTRA PUSTAKA

Annuar, Noor Atiqah. 2010. “ Disfungsi Seksual”


https://www.scribd.com/doc/71045218/Disfungsi-Seksual
Annuar, Noor Atiqah, 2010. “ Disfungsi Seksual” https://id.scrib.com/doc/115282691/ASKEP-
DISFUNGSI-SEKSUAL
Afiyanti, yati. Dkk. 2020. Pengkajian dan Intervensi Keperawatan Seksual Depok : Rajawali
Pers

23

Anda mungkin juga menyukai