Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seksualitas adalah aspek kehidupan yang menjadi kebutuhan dasar manusia.
Teori Abraham Maslow menggambarkan kebutuhan manusia sebagai hirearki,
dan menempatkan seksualitas sebagai kebutuhan fisiologis paling mendasar
yang harus dipenuhi untuk mencapai standar derajat kesehatan paling tinggi
(Poston, 2009). Seksualitas dialami dan diekspresikan salah satunya melalui
sikap seksual (WHO, 2006). Sikap seksual sesorang akan memengaruhi
keputusan dan bentuk perilaku seksual yang dipilihnya (Mercer et. al, 2013).
Seksualitas di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam,
akrab, intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan,
penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu
pengertian dari seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya
sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas
merupakan aspek yang sering di bicarakan dari bagian personalitas total
manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai kematian. Banyak
elemen-elemen yang terkait dengan keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-
elemen tersebut termasuk elemen biologis; yang terkait dengan identitas dan
peran gender berdasarkan ciri seks sekundernya dipandang dari aspek biologis.
Elemen sosiokultural, yang terkait dengan pandangan masyarakat akibat
pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan seksualitas yang dilakukan
individu. Sedangkan elemen yang terakhir adalah elemen perkembangan
psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan berdasarkan beberapa
pendapat ahli tentang kaitannya antara identitas dan peran gender dari aspek
psikososial. Termasuk tahapan perkembangan psikososial yang harus dilalui
oleh oleh individu berdasarkan gendernya.
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering
disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi
biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis

1
berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana
menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan
dorongan seksual . Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan
bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau
jenis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi seksualitas ?
2. Apa fungsi seksualitas ?
3. Apa tujuan seksualitas ?
4. Respon seksual pada wanita dewasa ?
5. Apa saja masalah respon seksual pada wanita?
6. Apa saja factor yang mempengaruhi respon seksual pada wanita ?
7. Apa saja gangguan reproduksi pada wanita ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi seksualitas
2. Untuk mengetahui fungsi seksualitas
3. Untuk mengetahui tujuan seksualitas
4. Untuk mengetahui Respon sexual pada wanita dewasa
5. Untuk mengetahui masalah respon seksual pada wanita
6. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi respons seksual wanita
7. Untuk mengetahui gangguan reproduksi pada wanita

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Seksualitas
Seksualitas merupakan suatu komponen integral dari kehidupan seorang
wanita normal. Hubungan seksual yang nyaman dan memuaskan merupakan
salah satu faktor yang berperan penting dalam hubungan perkawinan bagi
banyak pasangan (Irwan, 2012).
Perilaku seksual adalah manisfestasi aktivitas seksual yang mencakup baik
hubungan seksual ( intercourse; coitus) maupun masturbasi. Hubungan seksual
diartikan sebagai hubungan fisik yaitu hubungan yang melibatkan aktivitas
seksual alat genital laki-laki dan perempuan (Zawid, 1994 dalam Perry & Potter,
2005).
Dorongan/ nafsu seksual adalah minat/ niat seseorang untuk memulai atau
mengadakan hubungan intim (sexual relationship). Kegairahan seksual (Sexual
excitement) adalah respons tubuh terhadap rangsangan seksual. Ada dua respons
yang mendasar yaitu myotonia (ketegangan otot yang meninggi) dan
vasocongestion (bertambahnya aliran darah ke daerah genital) (Chandra,2005).

B. Fungsi Seksualitas
Salah satu kajian mengenai sikap dan pandangan kaum wanita tentang
pentingnya fungsi seksual yang cukup menarik untuk diulas adalah survei yang
diprakarsai oleh Bayer Healthcare yang dilakukan di 12 negara pada April
hingga Mei 2006. Negara-negara tersebut adalah: Brasil, Prancis, Jerman, Italia,
Meksiko, Polandia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Spanyol, Turki, Inggris dan
Venezuela. Jumlah responden di setiap negara tersebut paling sedikit 1000
wanita berusia di atas 18, sehingga jumlah keseluruhan responden adalah 12.065
orang. Hasilnya, 8996 responden (75% wanita) mengakui bahwa kegiatan
seksual adalah sesuatu yang penting atau sangat penting bagi mereka. Ketika
kepada mereka (8996 responden) yang mengaku seksual sebagai sesuatu yang
penting itu ditanyakan apa alasan mereka berpendapat bahwa seksual penting,
maka respons yang muncul adalah sebagai berikut. Enam dari sepuluh (58%)

3
wanita mengaku seksual penting untuk memperkuat dan meningkatkan kualitas
hubungan dengan pasangan. Selanjutnya, hampir separuh (47%) responden
merasa bahwa seksual bertalian dengan kebanggaan diri, masing-masing 29%
merasa memiliki daya tarik dan 18% merasa lebih percaya diri. Juga, tidak
kurang dari 47% responden berpandangan bahwa seksual berkontribusi positif
buat fisik mereka (Bayer, 2006) masing-masing 25% merasa mendapat kepuasan
fisik dan 22% merasa seksual membuat dirinya lebih sehat (Bayer, 2006).

Selanjutnya, terhadap pertanyaan apa pentingya kepuasan seksual bagi diri


mereka, 85% responden mengaku bahwa kepuasan seksual merupakan sesuatu
yang sangat penting (33%) dan penting (52%). Hanya 15 persen dari responden
beranggapan bahwa kepuasan seksual tidak terlalu berarti bagi mereka (Bayer,
2006).

Berdasarkan data-data yang ditampilkan Gambar dijelaskan bahwa kaum wanita


menempatkan kepuasan seksual sebagai sesuatu yang penting bagi hidup

4
mereka. Dengan demikian kaum wanita menyadari bahwa kualitas fungsi
seksualnya sebagai bagian tak terpisahkan dari kualitas hidupnya, khususnya
dalam bidang kesehatan jiwa dan raga (rohani dan jasmani). Artinya, kualitas
fisik dan psikologis seorang wanita tidak bisa disebut baik bila fungsi seksualnya
terganggu (Sutyarso, 2011).

C. Tujuan Seksualitas
Tujuan seksualiatas secara umum adalah meningkatkan kesejahteraan kehidupan
manusia. Sedangkan secara khusus ada 2, yaitu:
1. Prokreasi, yaitu menciptakan atau meneruskan keturunan
2. Rekreasi, yaitu memperoleh kenikmatan biologis atau seksual

Menurut Ingrid & Rizkiana (2009) Seksualitas menyangkut dimensi biologis,


psikologis, social dan kultural. Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas
berkaitan dengan reproduksi, termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ
reproduksi menggunakan secara optimal sebagai 16 alat untuk berprokreasi
(bereproduksi) dan berkaitan dalam mengekspresikan dorongan seksual. Dari
dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran jenis,
perasaan terhadap seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai
makhluk seksual. Dan dari dimensi social berkaitan dengan bagaimana
lingkungan berpengaruh dalam pembentukan mengenai seksualitas dan pilihan
perilaku seks. Sedangkan dari dimensi kultural menunjukkan bagaimana
perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

D. Respon seksual pada wanita dewasa ( Sexual Respon Cycle – SRC )


Hal-hal yang terjadi saat seseorang mengalami bangkitan/ rangsang seksual
(bergairah secara seksual) dan berperilaku seksual secara umum melibatkan
tahap-tahap sebagai berikut (berlaku untuk segala umur) (Masters & Johnson ,
1966) :
a. Tahap istirahat (tidak terangsang)
Dalam keadaan tidak terangsang, vagina dalam keadaan kering dan kendur

5
b. Tahap rangsangan (excitement) melibatkan stimuli sensoris
Pada saat minat seksual timbul, karena stimuli/ rangsangan psikologis atau
fisik, mulailah tahap rangsangan/ excitement. Pada pria maupun wanita
ditandai dengan vasokongesti (bertambahnya aliran darah ke genitalia-
rongga panggul) dan myotonia (meningkatnya ketegangan/tonus otot,
terutama juga di daerah genitalia) (Halstead and Reiss,2006). Selama fase
gairah, klitoris, mukosa vagina dan payudara membengkak akibat
peningkatan aliran darah. Tejadi lubrikasi vagina, ukuran labia minora, labia
mayora dan klitoris meningkat, uterus terangkat menjauhi kandung kemih
dan vagina, dan puting susu menjadi ereksi (Hendersons, 2006).
Vasokongesti dan myotonia merupakan syarat utama tahap excitement dan
menyebabkan basahnya vagina (vaginal sweating) dan ereksi klitoris pada
wanita (tidak selalu).
c. Tahap plateu ( pendataran)
Jika kegairahan meningkat, orang akan masuk tahap plateu yaitu
vasokongesti dan mytonia mendatar tetapi minat seksual tetap tinggi. Fase
plateu dapat singkat atau lama tergantung rangsangan dan dorongan seksual
individu, latihan sosial dan konstitusi/ tubuh orang itu. Sebagian orang
menginginkan orgasme secepatnya, orang lain dapat mengendalikannya,
yang lain lagi menginginkan plateu yang lama sekali (Chandra, 2005). Saat
wanita mencapai fase plateu, lapisan ketiga terluar dari vagina membengkak
akibat aliran darah dan distensi, klitoris mengalami retraksi dan “sex flush”
(Masters and Johson ,1966) yang merupakan suatu ruam seperti campak,
dapat meyebar dari payudara ke semua bagian tubuh (Hendersons, 2006).
d. Tahap orgasme ; melibatkan ejakulasi, kontraksi otot
Tahap orgasme relatif singkat saja. Ketegangan psikologis dan otot dengan
cepat meningkat, begitu juga aktifitas tubuh, jantung dan pernapasan.
Orgasme dapat dicetuskan secara psikologis dengan fantasi dan secara
somatik dengan stimulasi bagian tubuh tertentu, yang berbeda bagi tiap
orang (vagina, uterus pada wanita). Selama fase orgasme, ketegangan otot
mencapai puncaknya dan kemudian ketegangan otot tersebut akan menurun

6
karena darah didorong keluar dari pembuluh darah yang membengkak.
Denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah meningkat dan terjadi
kontraksi ritmis uterus. Orgasme disertai dengan sensasi kenikmatan yang
intens. Kemudian tiba-tiba terjadi pelepasan/ release ketegangan seksual,
disebut klimaks/ orgasme.
e. Tahap resolusi (mencakup pasca senggama)
Sesudah orgasme, baik pria maupun wanita kembali (mengalami resolusi) ke
fase istirahat. Keduanya mengalami relaksasi mental dan fisik, merasa
sejahtera. Banyak pria dan wanita merasakan kepuasan psikologis atau
relaksasi tanpa mencapai orgasme yang lain merasa kecewa bila tanpa
orgasme (Chandra, 2005).

E. Masalah respon seksual pada wanita dewasa


a. Gangguan minat/ keinginan seksual (desire disorders)
Ditandai dengan kurang atau hilangnya keinginan/ hasrat seksual 16
b. Gangguan birahi (arousal disorder)
Ditandai dengan kesulitan mencapai atau mempertahankan keterangsangan saat
melakukan aktivitasn seksual.

c. Gangguan orgasme (orgasmic disorder)

7
Ditandai dengan tertundanya atau gagalnya mencapai orgasme saat melakukan
aktivitas seksual.

d. Gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder) (Rosen et al., 2000).

F. Faktor yang mempengaruhi respon seksual pada wanita


a. Umur
Umur adalah salah asatu factor yang mempengaruhi respon seksual, semakin
wanita mendekati menopause semakin gairah seksual wanita menurun.
b. Social ekonomi
Ekonomi juga berpengaruh terhadapa respon seksual pada wanita karena
berkaitan dengan stress, wanita yangekonominya kurang cendrung
mengalami stress dan akan berpengaruh terhadap resposn seksualny.
c. Budaya
d. Agama

G. Gangguan pada seistem reproduksi wanita


a. Gangguan Kesehatan Endometriosis
Penyakit Endometriosis adalah kondisi jaringan endometrium wanita berada
di luar wilayah rahim namun berada di oviduk, ovarium, ataupun di jalur luar
rahim wanita. Gejala Penyakit Endometriosis yang paling umum adalah rasa
nyeri pada bagian perut, pinggang yang sakit, serta rasa tidak nyaman saat
menstruasi.
b. Infeksi vagina
Penyakit ini menampakkan gejala antara lain keputihan berlebih dengan bau
yang sangat menyengat dan disertai dengan rasa gatal. Infeksi ini biasanya
menyerang wanita pada usia yang produktif khususnya bagi mereka yang
telah memiliki pasangan dan aktif melakukan kegiatan seksual. Penyebab
utamanya adalah hubungan seksual.

c. Penyempitan Oviduk

8
Oviduk (saluran telur) yang menyempit, bisa disebabkan karena genetis atau
karena kuman jenis tertentu. Penyempitan Oviduk, menyebabkan sulitnya
terjadi kehamilan pada wanita, karena jalan sperma menjadi terhalangi.
d. Kemandulan (Infertilitas)
Kemandulan Wanita bisa disebabkan karena penyakit maupun gangguan
pada Sistem Reproduksi. Salah satu tanda paling mudah mengetahui
gangguan kesehatan ini adalah, terjadinya keterlambatan menstruasi atau
bahkan tidak terjadi menstruasi sama sekali. Gangguan ini bisa diatasi
dengan terapi makanan, atau pengobatan dengan dokter spesialis.

BAB III

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
Para ahli seks telah mengatakan siklus respon seksual terdiri dari 4 fase yaitu
Fase Perangsangan (Excitement Phase), Fase Dataran Tinggi (Plateau Phase),
Fase Orgasme (Orgasmic Phase), dan Fase Resolusi (Resolution Phase). Fase
Perangsangan (Excitement Phase) adalah tahap pertama pada siklus respon
seksual, dimana Adanya keinginan untuk melakukan hubungan seksual yang
dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam. Fase Dataran
Tinggi (Plateau Phase) adalah fase kedua dari respon seksual dimana fase ini
merupakan kelanjutan tahap exitement atau rangsangan awal yang berupa
bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu sebelum mencapai ambang
batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme. Fase Orgasme adalah perasaan
kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik dalam aktivitas seks sebagai
akibat pelepasan memuncaknya ketegangan seksual (sexual tension) setelah
terjadi fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau. Sedangkan Fase
Resolusi (Resolution Phase), adalah fase terakhir pada siklus respon seksual
yaitu merupakan fase yang mengembalikan keadaan genitalia dan sistem-sistem
tubuh kembali ke keadaan semula (sebelum terangsang).

B. Saran
Respons terhadap rangsangan seksual banyak mengacu pada urutan perubahan
fisik dan emosi Dengan mengetahui respons tubuh pada setiap tahapan/ fase
terhadap rangsangan seksual maka diharapkan para pembaca dapat mengetahui
secara lebih baik untuk mengatasi kelainan yang mungkin timbul dan dapat
memahami pasangannya masing – masing dalam melakukan hubungan intim.

10
DAFTAR PUSTAKA

Potter and Perry Volume 2.2006.Fundamental Keperawatan.EGC:Jakarta.


Herri Zan Pieter dan Namora Lumonggo Lubis.2010.Pengantar Psikologi dalam
Keperawatan.Prenada Media:Jakarta.
Hidayat,A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia;Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan;Buku1.Salemba Medika:Jakarta.

Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salemba


medika.

11

Anda mungkin juga menyukai