Anda di halaman 1dari 39

TRAUMA UROGENITAL

Oleh

Ns. SUROSO. M.Kep


TRAUMA UROGENITAL
 Suatu trauma atau ruda paksa dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi vital
seperti pernafasan, kardiovaskular, dan susunan
saraf pusat.
 Penderita dengan trauma, umumnya merupakan
penderita gawat darurat yang memerlukan
pertolongan dengan cepat dan tepat.
 Dampak iptek yang negatif:
- kecelakaan lalu lintas
- kecelakaan kerja
- tindak kriminal
- olah raga: balap motor, body contact.
Dengan semakin meningkatnya kejadian
tersebut diatas,  makin meningkat pula
cedera yang mengenai traktus
urogenitalis:
- Trauma tumpul
- Trauma tajam
- Cedera iatrogenik
Prevalensi: usia 21-30 th
Dominasi kaum laki-laki
TRAUMA GINJAL
Secara anatomi ginjal yang terletak di dalam rongga retroperitoneal,
sebenarnya merupakan organ yang cukup baik terlindung oleh tulang iga
bagian bawah, m. lumbo dorsalis, dan kolumna vertebralis.
 Macam trauma:
a. Blunt trauma = trauma tumpul:

- kecelakaan lalu lintas (70 – 80% )


- Terpukul / olah raga
- Terjatuh / kecelakaan kerja
 b. Penetrating trauma :
- trauma tajam = stab wound
- trauma tembak = shotgun wound

 Trauma yang mengenai ginjal dapat terjadi secara langsung ataupun tak langsung:
- Langsung :
ginjal tergencet benda tumpul, luka tusuk, luka tembak.
- Tak langsung :
jatuh dari ketinggian ( efek deselerasi dari gaya ) shg menyebabkan
terputusnya pedicle ginjal.
Menurut berat – ringannya kerusakan
pada ginjal, trauma ginjal
dibedakan:

1. Cedera minor
2. Cedera mayor
3. Cedera pada pedicle atau
pembuluh darah ginjal
 Sedangkan pembagian sesuai dengan skala cedera organ (organ injury scale):
Derajat Ikontusio ginjal/hematoma perirenal
Derajat IIlaserasi ginjal terbatas pada korteks
Derajat IIIlaserasi sampai pada medulla ginjal
Derajat IV laserasi sampai mengenai sistem kalises ginjal
Derajat V avulsi pedikel ginjal – oklusi vasa renalis
Diagnosa
 Anamnesa :
- riwayat dan mekanisme trauma pada abdomen khusus kwadran atas atau
pinggang ( jatuh dari ketinggian / KLL )
- adanya mikroskopik hematuri atau gross hematuri
- Fraktur costae sebelah bawah / Fr prosesus spinosus vertebra
- Trauma tembus pada daerah abdomen / pinggang
 Pemeriksaan fisik:

-tanda-tanda vital ( T, N, R, dan S )


- status umum : kepala s/d kaki
- adanya jejas di pinggang
- adanya massa dan nyeri di
pinggang
- paralitic ileus  bila terjadi
kebocoran urine -- masuk ke
rongga intraperitoneal
 Pemeriksaan laborat:
- urine sedimen

- hemoglobin darah
- faal ginjal

 Pemeriksaan Radiologi:
IVP.
- mengetahui derajat kerusakan yang terjadi pada ginjal yang terkena trauma
- memberi informasi ginjal sisi yang lain
- mengetahui ada tidaknya kelainan ginjal sebelumnya
Arteriografi Renal
- bila IVP tak dapat menjelaskan
kondisi ginjal, misal non visual ginjal
oleh karena: avulsi vasa renalis,
trombosis arteri renalis, spasme
vascular.
- trauma pedicle ginjal
- terapi embolisasi
(-)Tidak praktis dan invasiv
CT Scan
- sensitif dan akurasi cukup tinggi untuk
melihat: laserasi parenkim ginjal,
ekstravasasi urine, hematoma
retroperitoneum, deteksi trauma
vaskular, kerusakan organ; hati-limpa-
pankreas.
(-) mahal
 USG Abdomen

-teknik mudah
- kontusio parenkim ginjal /
hematom subkapsuler  robekan
kapsul ginjal
- dapat memberikan informasi
mengenai kerusakan organ- organ
intra abdominal yang lain.
Pengelolaan:
Prinsip pengelolaan pada trauma
ginjal adalah untuk :
- menyelamatkan /
mempertahankan fungsi ginjal
- mengurangi morbiditas ginjal
Penetrating trauma :
- Pada trauma tajam dan luka tembak
harus dikerjakan eksplorasi laparatomi.

Blunt trauma :
Konservatif --> pada Kontusio renal
- tirah baring total, AB Broadspectrum
- pemeriksaan berkala secara ketat TTV,
status lokalis, sedimen urine, dan
hemoglobin
Operatif :

- perdarahan yang sulit diatasi secara


konservatif
- ekstravasasi urine
- infeksi --abses
TRAUMA URETER
Lokasi ureter berada jauh di dalam
rongga abdomen dan dilindungi oleh
tulang dan otot, sehingga cidera
ureter karena trauma jarang terjadi
( 1% dari seluruh cedera tract.
urogenitalia).
 Penyebab :
1. Eksternal trauma
- penetrasi : luka tusuk / tembak .
- operasi daerah rongga pelvis: terligasi atau terpotong.
2. Internal trauma
kebanyakan terjadi karena tindakan endoururologi / instrumentasi
- ureteral catheterization
- stenting ureter
Diagnosa
- IVP dan ultrasound diperlukan
untuk mendiagnose trauma ureter
ini.

Gejala :
- Trauma ini sering tidak ditemukan
sebelum manifestasi klinik muncul.
- Hematuria persisten pasca trauma
- Nyeri pinggang atau manifestasi
ekstravasasi urine.
-
- Nyeri dapat terjadi pada abdomen
bagian bawah dan pinggang.
- Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin
terjadi sepsis, ileus paralitik, adanya
massa intraperitoneal yang dapat
diraba
- Adanya urine pada luka terbuka /
luka operasi selalu basah
 Pengelolaan
Pembedahan merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan:
- mungkin dengan membuat anastomosis( ureter saling disambungkan )
- uretero-cutaneostomi
- transuretero-ureterotomi
- diversi ureter –nefrostomi
- Stent ureter
TRAUMA BULI-BULI
 Angka kejadian pada beberapa klinik urologi kurang lebih 2% dari
seluruh trauma sistem urogenitalia.
Macam Trauma :
1. Trauma tumpul
- Kontusio buli-buli
- Ruptur buli ekstraperitoneal (45-65%)
- Ruptur buli intraperitoneal (25-45%)
2. Trauma Tajam
- Luka tembak
- Luka tusuk
- Iatrogenik / instrumentasi

Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis.
Buli-buli dalam keadaan penuh terisi urine mudah sekali robek jika
mendapatkan tekanan / benturan dari luar.
Ruptur buli-buli juga dapat terjadi secara spontan, hal ini biasanya
terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding buli-buli.
Diagnosis
- Riwayat trauma pada perut bagian bawah
- Hematuria (94%)
- Anuria
- Infiltrat urine prevesical
 Manifestasi klinik
- nyeri pada abdomen bawah
- hematuria
- kesulitan berkemih

 Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP, CT scan , atau cystogram.
Tindakan pertama pada trauma
bladder adalah insersi kateter foley
atau kateter suprapubik (systostomi)
Cidera karena contusio atau
perforasi kecil dapat diperbaiki
dengan pembedahan.
Pada pasien post operative, perawat
harus mempertahankan drainase
urine untuk mencegah tekanan pada
jahitan kandung kemih.
Informasi kepada klien tentang
perawatan kateter.Berikan pula
informasi mengenai latihan untuk
memulihkan fungsi otot-otot kandung
kemih.
TRAUMA URETRA
 Macam trauma :
Trauma uretra posterior :
- kecelakaan lalu lintas (90%) Fr Pelvis
- manipulasi kateter
Trauma uretra anterior :
- manipulasi kateter
- straddle injury
- KLL
- intercourse
- self manipulasi / erotic manipulation
 Penyebab :
- trauma tumpul--> KLL/straddle injury ( fr. pelvic )
- trauma tajam--> luka tusuk/tembak
- instrumentasi uretra--> pemasangan kateter atau businasi
Diagnosis:
Anamnesa Riwayat / mekanisme trauma
gambaran klinis:
- tidak mampu berkemih, retensi
urine
- penurunan pancaran urine, atau
- adanya darah pada meatus/ bloody
discharge.
- hematoma daerah skrotal /
perineum dan batang penis
 Komplikasi :

infeksi, hematoma, abses


periuretral, fistel uretrokutan, dan
epididimitis. Lebih lanjut adalah
terjadinya striktur uretra dan resiko
impotent. --> corpora kavernosa
penis, pembuluh darah, dan suplay
syaraf pada area ini mengalami
kerusakan.
Penatalaksanaan

- Pembedahan
- Sistostomi transpubic
- sebagian ahli lain mengerjakan
reparasi uretra ( uretroplasti )
setelah 3 bulan pasca trauma.
DIAGNOSA PERAWATAN YANG
MUNGKIN MUNCUL

Resiko tinggi kerusakan integritas


kulit berhubungan dengan adanya
stoma, aliran/rembesan urine
dari stoma, reaksi terhadap
produk kimia urine.
Gangguan body image
berhubungan dengan adanya
stoma, kehilangan kontrol
eliminasi urine, kerusakan
struktur tubuh ditandai dengan
menyatakan perubahan terhadap
body imagenya, kecemasan dan
negative feeling terhadap
badannya.
 Nyeri berhubungan dengan
disrupsi kulit/incisi/drains,
proses penyakit (trauma),
ketakutan atau kecemasan
ditandai dengan menyatakan
nyeri, kelelahan, perubahan
dalam vital signs.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan
inadekuatnya pertahanan
tubuh primer (karena
kerusakan kulit/incisi, refluk
urine).
 Gangguan eliminasi urine
berhubungan dengan trauma
jaringan, edema postoperative
ditandai dengan urine output
sedikit, perubahan karakter
urine, retensi urine.
Resiko tinggi disfungsi seksual
berhubungan dengan gangguan
struktur body dan fungsinya,
response pasangan yang tidak
adekuat, disrupsi respon seksual
misalnya kesulitan ereksi.
Deficitpengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kehilangan
kemampuan untuk menangkap
informasi, misinterpretasi terhadap
informasi ditandai dengan
menyatakan
miskonsepsi/misinterpretasi, tidak
mampu mengikuti intruksi secara
adekuat.

Anda mungkin juga menyukai