Anda di halaman 1dari 34

TRAUMA BLADDER DAN URETRA

ABIMANYU DARMAWAN

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH


RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNILA
2021
Trauma Urethra Anterior
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. A
 Umur : 25 tahun
 JK : Laki laki
 Alamat : Sukamaju
I. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama
Mengeluh nyeri pada scrotum

2. Keluhan Tambahan
BAK berdarah
3. Riwayat Penyakit

Pasien laki-laki usia 25 tahun datang ke RSAM dengan keluhan


nyeri pada scrotum sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengaku sering mengedan saat pertama kali ingin buang air
kecil tetapi air kencing yang keluar tidak lancar, pancaran air
kencingnya lemah bahkan hanya menetes saja dan pasien sering
merasa tidak puas jika buang air kecil. Tiga hari sebelum masuk
rumah sakit pasien mengatakan bahwa pasien buang air kecil
berwarna merah. Pasien mengaku bahwa 3 hari yang lalu pernah
jatuh dari anak tangga saat bekerja.
Pasien terjatuh dalam posisi terduduk. Pasien mengatakan bahwa 3
hari setelah pasien terjatuh, daerah di sekitar lipat paha pasien sedikit
bengkak dan buah jakar bengkak kemerahan disertai rasa sakit
 
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit pada saluran kencing.

5. Riwayat masa lampau


a. Penyakit terdahulu : -
b. Trauma terdahulu : -
c. Operasi :-
d. Sistem saraf: -
e. Sistem kardiovaskuler : -
f. Sistem gastrointestinal : -
g. Sistem urinarius :-
h. Sistem genital : -
i. Sistem muskuloskeletal : -
II. STATUS PASIEN
STATUS UMUM
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Keadaan gizi : Cukup
 Kulit : Warna sawo matang, turgor normal
 
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 x/menit, isi cukup, reguler
 Pernafasan : 20 x/menit, pernapasan normal
 Suhu : 36,8oC
Kepala dan Muka:
Bentuk dan ukuran : Simetris dan normocefali
Mata:
Konjungtiva : Ananemis
Sklera : Anikterik
Refleks cahaya: (+)/(+)
Pupil : Isokor
Telinga:
Liang lapang (+)/(+), serumen (-)/(-), membran tympani intak (+).
Hidung:
Bentuk normal, deviasi septum (-)/(-), sekret (-)
Mulut/gigi:
Bibir kering, lidah kotor (-), sianosis (-), stomatitis (-)
Leher:
Kelenjar getah bening : Tidak terdapat pembesaran
Kelenjar tiroid : Tidak terdapat pembesaran
JVP : Normal/ Tidak meningkat (5+2 cmH2O)
Dada (Thorak)
Inspeksi : Pergerakan hemitorak simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil dan vocal simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas sela iga II midclavicula sinistra
Batas kanan sela iga IV parasternal dextra
Batas kiri sela iga V midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-)

Perut (Abdomen)
Inspeksi : Datar, simetris, tidak terlihat massa
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Regio lumbal(Flank Area)
Inspeksi : Dextra : Datar, simetris, tidak terlihat massa, sikatrik (+)
Sinisra : Datar, simetris, tidak terlihat massa
Palpasi : Nyeri tekan (-), ballotement (-)
Perkusi : Nyeri ketok costovertebra (-)
Auskultasi : Tidak dilakukan

Ekstremitas
Superior dekstra/sinistra: Edem (-)/(-), deformitas (-)/(-), motorik(5)/(5)
Inferior dekstra/sinistra: Edem (-)/(-), deformitas(-)/(-), motorik (5)/(5)
 
Genitalia
Pada status lokalis 

Perianal
Pada status lokalis

Neuromuskular
Sensibilitas : (+) baik
Refleks fisiologis : (+) baik
Refleks patologis : (-)
 
Tulang belakang
Tidak ada kelainan [skoliosis, lordosis, kifosis patologis (-)]
STATUS LOKALIS
Regio suprapubis : kateter sistostomi terpasang
Regio genitalia eksterna
Inspeksi : terdapat pembesaran pada
scrotum
Palpasi : gland penis tidak ada kelainan
Regio perianal
Rectal toucher : tidak di lakukan
III. LABORATORIUM RUTIN
Darah rutin
Hb : 13 g/dl
Leukosit : 10.100
SGOT/SGPT: 23/21
Ureum : 121 mg/dl
Creatinin : 1,02 mg/dl
GDS : 121 mg/dl

Urin rutin : (-)


Feces rutin: (-)
 
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urethrografi, Fistulografi

 Kesan : opak samar-samar urethra posterior ec suspek striktur


Pengelolaan

Ekspolorasi segera pada daerah rupture dan


dilakukan repair urethra
Prognosis

Que ad vitam : dubia ad bonam


Que ad functionam : dubia ad bonam
Que ad sanam : dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
PENDAHULUAN

Ruptur uretra merupakan penyakit urologi berupa diskontinuitas jaringan pada


uretra, baik parsial/inkomplit maupun komplit, yang umumnya disebabkan oleh
trauma. Trauma yang menyebabkan ruptur uretra dapat disebabkan oleh trauma
tumpul (misalnya akibat jatuh), fraktur pelvis, trauma tembus akibat tembakan,
ataupun iatrogenik akibat pemasangan kateter ataupun pembedahan.

Ruptur uretra lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan karena
faktor anatomis. Uretra pada laki-laki lebih panjang, sementara uretra
perempuan lebih pendek dan mobile tanpa perlekatan bermakna pada tulang
pubis.
Epidemiologi

Data epidemiologi yang ada kebanyakan hanya mencatat kejadian cedera


uretra, namun tidak spesifik untuk ruptur uretra. Cedera uretra paling sering
disebabkan oleh iatrogenik seperti pembedahan atau pemasangan kateter
urine. Kejadian striktur uretra 32% terkait kateterisasi, 2.2-9.8% terkait
operasi trans-uretra (transurethral resection of the prostate/TURP
maupun transurethral resection of the bladder/TURB), 6% terkait radioterapi,
0.5-32% terkait prostatektomi radikal.
ETIOLOGI

Adanya trauma pada perut bagian bawah, panggul, genetalia eksterna maupun
perineum.
Cedera eksternal
- Fraktur pelvis : rupture uretra pars membranasea.
- Trauma selangkangan : ruptur uretra pars bulbosa.
- Iatrogenik : pemasangan kateter folley yang salah.
- Persalinan lama.
- Ruptur yang spontan
KLASIFIKASI

Ruptur uretra dibagi menjadi 2 macam:

Ruptur uretra anterior : Ruptur uretra posterior :

Paling sering pada bulbosa disebut Straddle - Paling sering pada membranacea.
Injury, dimana robekan uretra terjadi antara - Ruptur utertra pars prostato-membranasea
ramus inferior os pubis dan benda yang - Terdapat tanda patah tulang pelvis.
menyebabkannya. Terdapat daerah memar atau - Terbanyak disebabkan oleh fraktur tulang pelvis.
hematoma pada penis dan scrotum (kemungkinan - Robeknya ligamen pubo-prostatikum.
ekstravasasi urine Penyebab tersering : straddle - Pada daerah suprapubik dan abdomen bagian
injury ( cedera selangkangan ) bawah dijumpai jejas, hematom dan nyeri tekan.
Patofisiologi dan Patologi
Trauma Urethra Posterior
1. Trauma urethra posterior biasanya disebabkan oleh karena trauma tumpul dan fraktur pelvis.
2. Urethra biasanya terkena pada bagian proksimal dan diaphragma U.G dan terjadi perubahan posisi
prostat ke arah superior (prostat terapung = floating prostat dengan terbentuknya hematoma
periprostat dan perivesical

Trauma Urethra Anterior


1. Kontusia
- tidak terdapat robekan, hanya terjadi memar
- hematoma perineal biasanya menghilang tanpa komplikasi
2. Laserasi
- “ Straddle Injury “ yang berat dapat menyebabkan robeknya urethra dan terjadi
ekstravasasi urine yang bisa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke dinding
abdomen yang bila tidak ditangani dengan baik terjadi infeksi dan sepsis
Diagnosis (Anamnesis)

 Anamnesis Keluhan :
 1. Ada riwayat trauma yang khas , adanya patah tulang panggul.
 2. Tidak dapat berkemih/ retensio urin, terjadi pada ruptur uretra posterior.
 3. Nyeri pada perineum/ genitalia, pada ruptur uretra anterior.
DIAGNOSIS (PEM. FISIK)

Trauma Urethra Posteror


1. Pasien biasanya mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian bawah
2. Darah menetes dari urethra
3. Tanda-tanda fraktur pelvis dan nyeri suprapubic dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik
4. Pada pemeriksaan colok dubur, biasanya didapatkan prostat mengapung

Trauma Urethra Aterior

1. Trauma urethra posterior biasanya disebabkan oleh karena trauma tumpul dan fraktur pelvis.
2. Urethra biasanya terkena pada bagian proksimal dan diaphragma U.G dan terjadi perubahan
posisi prostat ke arah superior (prostat terapung = floating prostat dengan terbentuknya
hematoma periprostat dan perivesical
DIAGNOSIS (PEM. FISIK)

 Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


 Pemeriksaan Fisik :
 1. Adanya hematome atau udem pada skrotum, perineum, penis, terjadi pada
pada ruptur uretra anterior.
 2. Pada pemeriksaan rektal toucher didapatkan massa lunak yang menonjol ke
dalam rektum yang disebabkan kumpulan darah rongga panggul. 3. Pada
pemeriksaan rektal toucher didapatkan prostat tidak berada di tempatnya
semula, prostat pindah ke atas (melayang).
RADIOLOGIS

Trauma Urethra Posterior

1. Fraktur pelvis
2. Retrograd urethrogram, akan menunjukan ekstravasasi

Trauma Urethra Anterior


Urethrogram retrograde akan menunjukan gambaran ekstravasasi, bila terdapat laserasi urethra
sedangkan pada kontusio urethra tidak tampak adanya ekstravasasi. Bila tidak tampak adanya
ekstravasasi, maka kateter urethra boleh dipasang
Tatalaksana dan algoritma

Trauma Urethra Posterior


1. Katerisasi urethra merupakan kontraindikiasi pada pasien rupture urethra
2. Setelah kegawatan dapat diatasi, maka dipasang sistostomi suprapubic dengan membuka buli-buli dan
melakukan inspeksi buli-buli secara baik untuk menyakinkan ada/tidaknya laserasi buli-buli

Trauma Urethra Anterior


1. Eksplorasi segera pada daerah rupture dan dilakukan repair urethra
TERIMAKASIH
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urethrografi, Fistulografi

 Kesan : opak samar-samar urethra posterior ec suspek striktur


Cystografi

Kesan:

Ruptur urethra pars membranosa

Full blast

Fraktur ramus superior et inferior bilateral

Anda mungkin juga menyukai