Anda di halaman 1dari 31

Refleksi Kasus

STRABISMUS

Oleh:
Abimanyu Darmawan
1918012001

Perceptor :
dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek
2021
IDENTITAS PASIEN

Nama : A. A
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Labuhan ratu

Tgl Pemeriksaan : 1 April 2021


ANAMNESIS

ANAMNESIS
Keluhan utama: Keluhan tambahan:
Ada kesulitan membaca -

Keluhan Keluhan
Utama tambahan
ANAMNESIS

Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua mata dirasakan
sejak kurang lebih 6 tahun yang lalu, pasien merasakan penglihatan sedikit
kabur tidak disertai mata merah dan tidak merasakan gatal , tidak merasakan
nyeri pada mata, tidak merasakan silau bila mata kanan terkena cahaya
(fotofobia). Pasien tidak mengeluhkan melihat bayangan menjadi double.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien
- sebelumnya tidak sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


• Keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien tidak diketahui
• Penyakit diabetes, hipertensi dan penyakit metabolik lainnya
disangkal.

Riwayat Pribadi
• Riwayat penggunaan kacamata.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Kepala
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Normocephal, tidak
ada kelainan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 76 x/menit
Leher
Frekuensi Napas : 20 x/menit Thoraks Tidak dilakukan
Tidak dilakukan pemeriksaan pemeriksaan
Suhu : 36.7 0C

Ekstremitas
Abdomen Akral hangat, CRT <2 detik, Kesan
Tidak dilakukan pemeriksaan dalam batas normal
STATUS OFTALMOLOGI

Deskripsi : posisi kedua mata tidak sejajar


dan keduanya bergerak ke arah yang
berbeda,
OD OS
6/25 VISUS 6/6
Normal GERAK BOLA MATA Normal
Tidak dilakukan skiaskopi SKIASKOPI Tidak dilakukan skiaskopi
Eksoftalmus (-), endoftalmus (-), deviasi (-), Eksoftalmus (-), endoftalmus (-), deviasi
strabismus (+), nistagmus (-) BULBUS OCULI (-), strabismus (+), nistagmus (-)

Dalam batas normal SUPERSILIA Dalam batas normal


Parese (-), paralise (-) PARESE/PARALISE Parese (-), paralise (-)
Benjolan (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-) Edem (-), hiperemis (-),
PALPEBRA SUPERIOR

Edem (-), hiperemis (-) PALPEBRA INFERIOR Edem (-), hiperemis (-)
Injeksi (-), sekret (-) KONJUNGTIVA PALPEBRA Injeksi (-), sekret (-)
Injeksi (-) KONJUNGTIVA FORNIKS Injeksi (-)
Injeksi (-), sekret (-) KONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Injeksi siliar (-), ikterik (-) SKLERA Injeksi siliar (-), Ikterik (-)
Normal KORNEA Terdapat ulkus perforasi (-)
Dalam, hipopion (-), hifema (-) CAMERA OCULI ANTERIOR Dalam, hipopion (-), hifema (-)
Coklat, kripta, sinekia (-) IRIS Coklat, kripta, sinekia (-)
Bulat, Regular, Refleks Cahaya (+) PUPIL Bulat, Regular, Refleks Cahaya (+)
Shadow test (-) LENSA Shadow test (-)
Tidak diperiksa FUNDUSKOPI Tidak Diperiksa
Resume

Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua mata


dirasakan sejak kurang lebih 6 tahun yang lalu, pasien merasakan
penglihatan sedikit kabur tidak disertai mata merah dan tidak merasakan
gatal, merasakan sedikit nyeri pada, tidak merasakan silau bila mata kanan
terkena cahaya (fotofobia). Pasien tidak mengeluhkan melihat bayangan
menjadi double. Pada pemeriksaan fisikl visus didapatkan OD 6/25 dan OS
6/9 dan posisi bola mata eksotropia

Diagnosis Kerja :
STRABISMUS (Eksotropia)
Tata Laksana
Medikamentosa :
Alat optic

Kacamata yang diresepkan secara akurat merupakan alat optil terpenting dalam
pengobatan strabismus
Prognosis

Quo ad Quo ad
Quo ad
functionam : sanationam:
vitam : Dubia
Dubia ad Dubia ad
ad bonam bonam bonam
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi :

Strabismus (Mata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penyimpangan
abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya, sehingga garis penglihatan
tidak paralel dan pada waktu yang sama, kedua mata tidak tertuju pada benda yang
sama.
Etiologi
Strabismus disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara otot-otot mata.

Hal ini dapat terjadi berkaitan dengan:

• Masalah, ketidakseimbangan, atau trauma pada otot-otot penggerak


mata

• Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi

•Kelainan saraf
Klasifikasi deviasi mata

Berdasarkan manifestasinya, deviasi mata terbagi menjadi deviasi


mata bermanifestasi (heterotropia) dan laten (heteroforia).
Heterotropia adalah suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata
yang nyata di mana kedua penglihatan tidakberpotong pada titik
fiksasi. Sedangkan heteroforia adalah penyimpangan sumbu
penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat diatasi dengan reflek
fusi.
A. Heterotropia

Eksotropia
Eksotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang
menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju ke arah lain yaitu
ke arah luar (eksodeviasi)
Nonparetik
Nonakomodatif Akomodatif Akomodatif parsial
- Infantilis Esotropia ekomodatif terjadi Dapat terjadi mekanisme
Pada sebagian besar kasus, apabila terjadi mekanisme campuran yakni sebagian
penyebabnya tidak jelas. Deviasi akomodasi fisiologis normal ketidakseimbangan
konvergen telah bermanifestasi disertai respon konvergensi otot dan sebagian
pada usia 6 bulan. berlebihan tetapi divergensi ketidakseimbangan akomodasi
- Didapat fusional yang relatif insufisien
Jenis esotropia ini timbul pada untuk menahan mata tetap lurus.
anak, biasanya setelah usia 2
tahun.
Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda esotropia

• Juling ke dalam
• Kelainan refraksi biasanya sphere positif namun dapat sphere negatif bahkan
emetropia
Esotropia
Esotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi pusat
perhatian sedangkan mata yang lain menuju arah yang lain,yaitu hidung.
Gejala dan Tanda
Pada kebanyakan kasus awalnya bersifat intermiten dengan onset umumnya pada usia di bawah 3 tahun

Deviasi menjadi manifest, terutama saat lelah, melamun, atau sakit

Pasien dapat menutup satu mata bila terpapar cahaya terang sekali

Bila bersifat intermiten jarang ditemukan amblyopia

Kelainan refraksi biasanya sphere negative

Penglihatan ganda kadang-kadang dikeluhkan penderita yang juling intermiten


Hipertropia
Deviasi vertikal lazimnya diberi nama sesuai mata yang tinggi, tanpa
memandang mata mana yang memiliki penglihatan lebih baik dan yang
diugunakan untuk fiksasi. Hipertropia lebih jarang dijumpai daripada deviasi
horizontal dan biasanya didapat setelah lewat masa anak-anak
B.Heteroforia

Heteroforia merupakan kelainan deviasi yang laten, mata mempunyai kecenderungan untuk berdeviasi
ke salah satu arah, yang dapat diatasi oleh usaha otot untuk mempertahankan penglihatan binokular.

Contoh: eksoforia dan esoforia.Penyebab heteroforia dibagi menjadi penyebab refraktif


dan nonrefraktif. Penyebab refraktif, misalnya pada hipermetropia dan miopia. Sedangkan
penyebab non refraktif, foria tampak pada keadaan neurastenia,anemia, penderita debil,
infeksi lokal.
Gejala dan Tanda
- Pada kebanyakan kasus awalnya bersifat intermiten dengan onset umumnya pada usia di bawah 3
tahun
- Deviasi menjadi manifest, terutama saat lelah, melamun, atau sakit
- Pasien dapat menutup satu mata bila terpapar cahaya terang sekali
- Bila bersifat intermiten jarang ditemukan amblyopia
- Kelainan refraksi biasanya sphere negative
- Penglihatan ganda kadang-kadang dikeluhkan penderita yang juling intermiten
Temuan klinis

Gejala klinis dapat berupa diplopia atau astenopia (kelelahan mata). Gejala yang
timbul pada astenopia memiliki bermacam bentuk. Dapat timbul rasa berat, lelah
atau tidak enak pada mata. Mudah lelah, penglihatan kabur, dan diplopia, terutama
setelah pemakaian mata berkepanjangan, dapat juga terjadi.
Pemeriksaan
- Cover and uncover test untuk membedakan foria dari tropia.
- Kekuatan duksi untuk mengetahui letak kelainan otot.
- Pemeriksaan refraksi.
PEMERIKSAAN :
Anamnesa
1. Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat, perlu ditanyakan usia pasien
saat ini dan usia pada saat onset strabismus, jenis onsetnya, jenis deviasi, fiksasi dan yang tidak
kalah penting yakni adanya riwayat strabismus dalam keluarga.
2. Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu Snellen.
3. Penentuan kelainan refraksi
Perlu dilakukan penentuan kesalahan refraksi sikloplegik dengan retinoslopi.
4. Inspeksi
Dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau intermitan,
bervariasi atau konstan.
Uji strabismus
Uji Hirschberg Uji Krimsky Uji tutup mata Uji tutup mata berganti

Pasien melakukan fiksasi Pasien melakukan fiksasi Uji ini dilakukan untuk Bila satu mata ditutup dan
terhadap suatu cahaya terhadap suatu cahaya. pemeriksaan jauh dan kemudian mata yang lain
dengan jarak sekitar 33 Sebuah prisma yang dekat, dan dilakukan maka bila kedua mata
cm, maka akan terlihat ditempatkan dengan berfiksai normal maka
refleks sinar pada didepan mata yang menyuruh mata berfiksasi matayang dibuka tidak
permukaan kornea berdeviasi dan kekuatan pada satu objek. Bila telah bergerak. Bila terjadi
prisma yang diperlukan terjadi fiksasi, mata kiri pergerakan
untuk ditutup dengan lempeng pada mata yang baru
membuat refleks cahaya penutup dibuka berarti terdapat
terletak di tengah foria atau tropia
merupakan ukuran sudut
deviasi
Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan terapi adalah pemulihan efek sensori yang merugikan (misal: ambliopia),
memperbaiki kedudukan bola mata, dan mendapatkan penglihatan binokuler
yang dapat dicapai dengan terapi medis atau bedah.
Terapi medis Terapi Bedah
Terapi oklusi Alat optic Terapi bedah

Merupakan terapi Kacamata yang diresepkan Prinsip operasi adalah


ambliopia yang utama. secara akurat merupakan melakukan reseksi pada
Mata yang baik ditutup alat optil terpenting dalam otot yang terlalu lemah
untuk merangsang mata pengobatan strabismus. ataumelakukan resesi otot
yang mengalami Klarifikasi citra retina yang terlalu kuat
ambliopia. yang dihasilkan oleh
kacamata
memungkinkan mata
menggunakan fusi alamiah
Ortoptik sebesar-besarnya.
KESIMPULAN :
Strabismus diperlukan anamnesis yang cermat, perlu ditanyakan usia pasien saat ini dan usia
pada saat onset strabismus, jenis onsetnya, jenis deviasi, fiksasi dan yang tidak kalah penting
yakni adanya riwayat strabismus dalam keluarga. Uji – uji klinis pada strabismus juga sangat
diperlukan dalam menentukan terapi penatalaksanaannya, seperti Uji Hirschberg, uji krimsky,
uji tutup mata, uji tutup mata berganti dan uji tutup buka mata. Tujuan penatalaksanaan
terapi adalah pemulihan efek sensori yang merugikan (misal: ambliopia), memperbaiki
kedudukan bola mata, dan mendapatkan penglihatan binokuler yang dapat dicapai dengan
terapi medis atau bedah.
Daftar Pustaka
1. Vaughan, D. G., Asbury, T., Riordan-Eva, P. Oftalmologi Umum. Edisi ke-17, cetakan ke-1. Jakarta: Widya Medika. 2010. Hal.

230-250.
2. Wijana, N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi revisi, cetakan ke-6. Jakarta: Abadi Tegal. 1993. Hal. 277-299..
3. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3, cetakan ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal. 12-13.
4. Mardjono, M., Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2006. Hal. 131-134..
5. http://images.emedicinehealth.com
6. http://images.emedicinehealth.com
7. http://www.vision-training.com
8. Amal, A.S. Cranial Nerve VI: Abdcuens. 2010. Diunduh dari: http://toosogie-medical-images.blogspot.com/. Dikutip tanggal
02
april 2012.
9. USU digital library. 2002. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1984/1/bedah-iskandar%20japardi25.pdf . Dikutip tanggal 02 april 2012.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai