Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas
kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah
hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak
menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode
dimana seseorang telah mencapai usia  diatas 45 tahun Pada periode ini masalah seksual masih
mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek
sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani.
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey
yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang
berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka
yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan
6 orang wanita berusia di atas 70 tahun (Alexander and Allison,1995).

Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:

 Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
 Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan
pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
 Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang
wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup.

Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia umumnya memiliki frekwensi yang relatif
rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan tentang masalah seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang
harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi
seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena
gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis
maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka setiap
disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu diperhatikan
dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual
dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk
memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui masalah-masalah seksual yang terjadi pada lansia pria.

C. MANFAAT
1.   Bagi mahasiswaMerupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang
permasalahan seksual pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
kebidanan pada saat praktik lapangan.
2.   Bagi institusi dan civitas akademikaMengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa
dalam menyusun suatu makalah dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta
dijadikan sebagai sumber bacaan tambahan di perpustakaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI  MASA USIA LANJUT (LATE ADULTHOOD)


Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan
atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga
aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN
1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan
banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat  Dari aspek sosial, penduduk
lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia
menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap
sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial
yang semakin menurun. 
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu
masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode
ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa
kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak
memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia
tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti
penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi
mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga
lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikapsikap yang berkisar antara kepasrahan yang
pasif dan pemberontakan , penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri
mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental
mereka sendiri.
Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan
kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari
hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah
digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan,
karena informasi  tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia
pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 - 74 tahun, lanjut usia tua (old)
75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang
berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai
penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-
hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok
umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya
tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul
perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun
1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan
bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang
tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun demikian
masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan
ke dalam penduduk lanjut usia.

B. PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK DAN PSIKIS  YANG TERJADI PADA MASA


USIA LANJUT

1. Perubahan Fisik Pada Usia Lanjut

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

a.Sistem pernafasan pada lansia.


1)Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang,
sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2)Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.
3)Penurunan aktivitas paru ( mengembang& mengempisnya ) sehingga jumlah udara
pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang
kira kira 500 ml.
4)Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù
menyebabkan terganggunya prose difusi.
5)Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6)CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang
lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7)kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran
nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b.Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

1)Katub jantung menebal dan menjadi kaku.


2)Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun.
Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3)Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal
± 170/95 mmHg ).
c. Sistem genito urinaria.

1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50
%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya
+ 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2)Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
d.Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1) Produksi hampir semua hormon menurun.


2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah
dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
e.Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis,
asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
f.Sistem muskuloskeletal.

1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.


2) resiko terjadi fraktur.
3) kyphosis.
4) persendian besar & menjadi kaku.
5) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
6) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
a.Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan.
b.Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap
rangsangan pada lobus.
c.Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu
perangsangan terhadap lobus
d.Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas
dan ketangkasan otot volunter.
g.Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

1) Perubahan sistem reprduksi.


d)testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur
berangsur.
e)dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2)Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini
kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan
berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan
tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku
seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim
dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani
sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain
dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda.
Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain
unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang
menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan
sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Perubahan Psikis Pada Masa Usia Lanjut


Gangguan psikologis paling umum yang berpengaruh pada orang tua adalah timbulnya depresi,
dimensia, dan mengigau. Hal ini lebih sering diakibatkan oleh perasaan sudah tua, sudah pikun,
dan secara fisik sudah tidak menarik bagi pasangan. Perubahan akibat depresi dan dimensia
bahkan sering mengganggu prilaku seksual  termasuk gangguan khayal yang dikaitkan dengan
kecemburuan phatologis.
Secara umum beberapa gangguan psikologis yang timbul, yaitu :
a.       Kecemasan (angietas)
b.      Depresi
c.       Rasa bersalah (guilty feeling)
d.      Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam berhubungan seksual

Ada prinsip perkembangan yang dinamakan  Multidirectional, dimana beberapa komponen


menunjukkan pertumbuhan dan komponen lain nya malah menurun, lansia akan semakin arif,
tapi menurun dalam tugas yang membutuhkan kecepatan memproses informasi, misalnya lansia
baru mempelajari komputer.
Disamping itu ada beberapa gangguan mental yang paling umum yang berpengaruh pada orang
tua adalah depresi, dimensia dan menggigau prilaku seksual mungkin berubah secara signifikan
pada depresi dan dimensia . 

C. DIAGNOSA  IMPOTENSI ATAU DISFUNGSI EREKSI PADA PRIA LANSIA

Ada kemungkinan para lansia yang mengalami disfungsi ereksi akan mencari pertolongan
pada dokter, hal pertama yang perlu dilakukan dokter adalah memberikan perasaan nyaman
pada pasien dengan menjelaskan bahwa disfungsi ereksi merupakan hal biasa yang dialami
oleh para lansia pria dan berusaha mencarikan solusi yang efektif hingga hal ini akan
menenangkan diri pasien. Setiap pasien memiliki privasi, oleh karena itu perlu ditanyakan
apakah pasien ingin mendiskusikan hal ini dengan atau tanpa pasangannya, namun cara yang
terbaik adalah bersama pasangan. Karena pandangan serta dukungan dari pasangan seksual
mereka sangat berharga dan dapat mengembalikan kepercayaan diri pasien untuk kembali
memulai lagi fungsi seksualnya dan secara tidak langsung dapat membantu mengatasi
masalah disfungsi ereksi.
Selain dari segi psikologis perlu juga digali apakah disfungsi ereksi yang terjadi murni
disfungsi ereksi psikogenik atau ada penyakit atau kelainan lain yang menyebabkan
terjadinya disfungsi ereksi. Bila terdapat penyakit atau kelainan yang mendasari terjadinya
disfungsi ereksi maka perlu ditangani penyakit dan kelainan yang mendasarinya. Peninjauan
terhadap obat-obatan yang selama ini dikonsumsi oleh pasien juga perlu diperhatikan.
Selain dari anamnesa perlu juga diadakan suatu pemeriksaan fisik untuk mengetahui ada
tidaknya disfungsi ereksi:
1)       Apakah ada tanda-tanda penyakit vaskuler, seperti arteri femoral dan perifer berkurang
atau terdengar bruit.
2)       Adakah perubahan kulit. Turgor menurun mengakibatkan kulit menjadi kurang elsatis.
3)       Adakah perubahan neuropati otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti adanya reflek
bulbo kavernosus dan kremaster.
4)       Adakah gejala hipotensi ortostatik.
5)       Adakah gejala neuropati perifer seperti DM, alkoholisme, kekurangan vitamin B1, dan
lain-lain.
6)       Pemeriksaan genitalia, adanya atrofi testis atau dan plak pada peyronie’s disease.
Peyronie’s disease adalah keadaan dimana terjadi kelainan anatomis penis, berupa
tumbuhnya jaringan ikat atau plak yang tidak biasa pada jaringan penis sehingga aliran
darah dalam badan kavernosa penis terganggu untuk mencapai ereksi.
7)       Pemeriksaan rektal untuk melihat prostate.
8)       Pemeriksaan laboratorium  umum diperlukan untuk menentukan adanya kondisi medis
penyerta, faktor resiko vaskular atau endokrin yang abnormal.
9)       Pemeriksaan hormone testoteron dan prolaktin.
BAB III
FAKTOR RESIKO

A. MASALAH SEKSUAL PADA MASA USIA LANJUT

Sejalan dengan bertambahnya usia, masalah seksual merupakan masalah yang tidak kalah
pentingnya bagi pasangan usia lanjut. Masalah ini meliputi ketakutan akan berkurangnya atau
bahkan tidak berfungsinya organ sex secara normal sampai ketakutan akan kemampuan
secara psikis untuk bisa berhubungan sex.
Disfungsi seksual dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana yang meliputi berkurangnya
respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi prematur, dan sakit pada alat kelamin sewaktu
masturbasi.
Alexander dan Allison mengatakan bahwa pada dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi
pada aktivitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan
menunjukkan status dasar dari aspek vaskular, hormonal dan neurologiknya.
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari pembagian
tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1.      Fase Desire


Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural,
kecemasan akan kemampuan seks.  tetapi bias bervariasi. Interval untuk meningkatkan hasrat
seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55
tahun akan mempengaruhi libido.

2.      Fase arousal


Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat; penurunan
produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi testis ke perineum
lebih lambat.

3.      Fase orgasmic


Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah konstraksi
otot berkurang; volume ejakulat menurun.
4.      Fase pasca orgasmic
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya fase
orgasme berikutnya lebih sukar terjadi.

Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua
menurut Kaplan
Fase tanggapan
Pada pria lansia
seksual
Fase desire Interval untuk
meningkaatkan hasrat
melakukan kontak
seksual
meningkat;hasrat
sangat dipengaruhi
oleh penyakit;
kecemasan akan
kemampuan seks dan
masalah hubungan
antara pasangan. Mulai
usia 55 th testosteron
menurun bertahap yang
akan mempengaruhi
libido.
Fase arousal M embutuhkan waktu
lebih lama untuk
ereksi; ereksi kurang
begitu kuat; testosteron
menurun;  produksi
sperma menurun
bertahap mulai usia 40
th; elevasi testis ke
perinium lebih lambat
dan sedikit;
penguasaan atas
ejakulasi biasany
membaik.
Fase orgasmic (fase Kemampuan
muskular) mengontrol ejakulasi
membaik; kekuatan
kontraksi otot
dirasakan berkurang;
jumlah kontraksi
menurun; volume
ejakulat menurun.
Fase pasca orgasmic Periode refrakter
memanjang secara
fisiologis, dimana
ereksi dan orgasme
berikutnya lebih sukar
terjadi.

Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat
banyak penyebab lainnya seperti:
1.      Penyebab iatrogenic
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin membuat
inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.
2.      Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak dengan
seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik
Beberapa masalah umum yang sering timbul dalam gangguan seksual pada lansia adalah
sebagai berikut :

1. Gangguan hasrat
2. Tahap pemanasan
3. Orgasme
4. Rasa nyeri
5. Sakit fisik
6. Obat dan alkohol

Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan seksual antara lain:
1.      Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk
terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.

2.      Pasca stroke


Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas situasi.
Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke sangat penting
untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem
saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak
terpengaruh.
Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi permanent maka
diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan penglihatan mungkin membatasi
pengenalan orang atau benda-benda, dalam beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin
perlu belajar untuk menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik
dapat menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau tehnik
“bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin memerlukan sistem non-
verbal untuk berkomunikasi.

3.      Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik operasi
maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan
dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan saraf.

4.      Diabetes mellitus


Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati
autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang
memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.

5.      Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi
mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin
berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.

6.      Rokok dan alkohol


Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual, khususnya bila
terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme testoteron. Merokok juga
mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan mempengaruhi kemampuan untuk
mengalami kenikmatan.

7.      Penyakit paru obstruktif kronik


Pada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya kelelahan
umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat menyebabkan dispnoe,
yang mungkin dapat membahayakan jiwa.

8.     Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain beberapa
obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

B. PERUBAHAN SEKSUALITAS PADA  PRIA  LANSIA

Seiring proses penuaan, kemampuan seksualitasi juga akan mengalami penurunan.


Kemampuan untuk mempertahankan seks yang aktif sampai usia lanjut bergantung hanya
pada beberapa faktor yaitu kesehatan fisik dan mental, dan eksistensi yang aktif serta
pasangan yang menarik. Perubahan perilaku sekspada pria yang memasuki masa tua meliputi
berkurangnya respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi prematur, dan sakit pada alat kelamin
sewaktu masturbasi.

Beberapa perubahan masalah seksualitas yang terjadi pada pria lansia adalah :
1. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan
menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang
produktif. Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan
menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak
mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum
2. Kelenjar prostat biasanya membesar, di mana hipertrofi prostate jinak terjadi pada
50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Dan hipertrofi
prostat jinak ini memerlukan terapi. Namun hal ini dibahas lebih lanjut dalam
pembahasan sistem traktus urinarius.
3. Respon seksual terutama fase penggairahan, menjadi lambat dan ereksi yang
sempurna mungkin juga tertunda. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum
berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar
serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia
yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk
untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk
periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-
ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
4. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi
orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma
berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-
kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan
merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia
dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik
frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.
5. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak
biasa. Frekuensi kontaksi sfingter ani selama orgasme menurun.
6. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12
sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.
7. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. Hal ini tampaknya
berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. Oleh karena itu, jarang
atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya
tentang potensi  seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan
bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu pada usia 31-35 tahun dan hal
ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50 perminggu. Meski demikian,
berdasarkan penelitian, banyak golongan lansia tetap menjalankan aktivitas seksual
sampai usia yang cukup lanjut, dan aktivitas tersebut hanya dibatasi oleh status
kesehatan.
Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika
sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut.

Tabel Efek Obat Yang Sering Diberikan dan Pengaruhnya Pada Fungsi Seksual Lansia.
Golongan Contoh Pengaruh Pada Anjuran Obat
obat Fase Pengganti
Anti Gol. Tiasid Fase Pertimbangkan
hipertensi:di pembangkitan penghambat
uretika kanal Ca
Anti Klonidin, Fase Pertimbangkan
hipertensi: metil-dopa pembangkitan penghambat
obat berdaya kanal Ca
sentral
Anti Propanolol Fase hasrat dan Pertimbangkan
hipertensi: penggairahan penghambat
penyakit kanal Ca
beta
Anti- Captopril Fase Pertimbangkan
hipertensi penggairahan penghambat
penghambat kanal Ca
ACE
Obat anti – Torasin, Fase desire, fase Pertimbangkan
psikotik tiotksen, pembangkitan, Buspiron,
haloperidol priapismus, turunkan dosis
ejakulasi bertahap
retrogad
Obat anti- Diazepam Fase desire, orgasme Lebih ditekankan
ansietas pada pemuaskan
Antikolinergik Atropin, Fase pembangkitan, Estrogen oral
hidroksisin fase desire merupakan pilihan
pada yang takbisa per
oral
Estrogen Premarin Fase Bila ada efek
pembangkitan(perbai samping berikan
kan lubrikasi, secara siklik
turunkan rasa nyeri)
Progestin Provera Fase desire(dapat Pertimbangkan
diturunkan libido) alternatifdari Blocker
H-2
Antagonis Simetidin Fase desire, Waktu pemberian
reseptor H-2 pembangkitan sangat penting
orgasme (berhubungan dengan
waktu aktivitas
seksual)
Narkotik Kodein, Fase desire, Kenali dan
Demerol pembangkitan obatitd.adiksi
orgasme
Sedatif Alkohol, Fase desire, Obati gejala
lain-lain barbiturat pembangkitan kecemasan; yakinkan
digitalis ketakutan akan
serangan jantung
waktu akt. seksual
Antidepresan Imipramin, Fase desire, Pertimbangkan:
trisiklik amitriptilin pembangkitan Prozac, zoloft
fase muskular
terlambat
Antidepresan Trasodon, Priapisme, fase Pertmb. Prozac,
lain inhibitor MAO pembangkitan, Zoloft
orgasme

BAB IV
PENGOBATAN
A. TERAPI IMPOTENSI ATAU DISFUNGSI EREKSI PADA PRIA LANSIA
Phosphodiesterase-5 (PDE5) inhibitors merupakan terapi pilihan utama untuk disfungsi
ereksi. PDE5 berada di jaringan kavernosa penis dan akan mendegradasi cyclic 3' 5'
guanosine monophosphate (cGMP) yang bila bekerja bersama nitrat oksida akan
menyebabkan relaksasi otot. Oleh karena itu dengan menghambat PDE5, obat ini berpotensi
untuk mendorong terjadinya ereksi. Namun obat ini menjadi kontra indikasi pada pasien
yang mendapatkan terapi nitrogliserin atau golongan nitrat lainnya, karena efeknya dapat
menyebabkan tekanan darah turun drastis dan penurunan perfusi arteri koroner dan dapat
menyebabkan miokard infark. Pemakaian obat ini bersama obat-obatan alfa bloker.
Salah satu obat yang sangat populer di dunia untuk mengatasi DE adalah sildenafil sitrat
(Viagra ). Obat ini bekerja dengan jalan mem-blok pemecahan GMP siklik yang
mempertahankan vasodilatasi korpora kavernosa, tetapi obat ini hanya bisa diberikan bila
keadaan vaskuler penis masih intak. Seperti PDE5  obat ini juga menjadi kontraindikasi pada
pemakaian obat-obatan golongan nitrat karena dapat menyebabkan hipotensi bahkan syok
(Vinik, 1998).
Karena tidak menstimulasi  pembentukan cGMP, melainkan hanya memperkuat/
memperpanjang daya kerjanya, sildenafil tidak efektif jika belum/ tidak terdapat stimulasi
atau eksitasi seksual. Efek samping Sildenafil umumnya bersifat singkat dan tidak begitu
serius, yang tersering berupa sakit kepala, muka merah, gangguan penglihatan (buram
sampai melihat segala sesuatu kebiru-biruan), dan mual, yang kesemuanya berkaitan dengan
blokade PDE5 inhibitor yang terdapat di seluruh tubuh. Obat lain yang kini beredar antara
lain Alprostadil (Caverject, Muse ), Vardenafil (Levitra ), dan Tadalafil (Cialis ).
Apomorfin (Uprima ) adalah agonis dopamin dengan afinitas bagi reseptor-D1 dan -D2 di
hipotalamus yang terkait antara lain pada regulasi ereksi. Daya erektogennya berdasarkan
efek terhadap afinitas lokal dari nitrogenmonoksida, kemudian konversi guanyltriphosphate
menjadi cGMP. Reaksi ini menimbulkan relaksasi otot-otot licin dari corpus cavernosum,
yang dapat terisi darah dan terjadilah ereksi. Setelah penggunaan sublingual kadarnya dalam
darah memuncak dalam 40-60 menit dan ereksi dapat terjadi setelah 20 menit. Efek samping
yang tersering berupa nausea, sakit kepala, dan pusing-pusing.
HRT (hormon replacement therapy) diindikasikan pada pria dengan hipogonadal.
Pengobatan yang aman dan efektif dengan injeksi intra muscular jangka panjang, maupun
transdermal testoteron gel. Testoteron oral sebaiknya dihindari karena kemungkinan toksik
hepatik pada penggunaan jangka lama. Pada pemakaian testoterone-containing gel sebaiknya
menunggu sekitar 10 -15 menit sampai gel tersebut diabsorbsi dan kering sebelum
melakukan aktivitas seksual. Semua pria yang menggunakan terapi testoterone replacement
perlu mendapatkan pemeriksaan rektal digital dan PSA test sedikitnya 1 tahun sekali.
Pemberian testoteron dapat menyebabkan beberapa efek samping, antara lain :

1)       Pada laki-laki : testis mengecil, produksi sperma berkurang, ginekomastia,


pembesaran prostat
2)       Pada wanita : klitoris membesar, tumbuh rambut di daerah muka, volume suara
membesar
3)       Umum : hepatotoksik, peningkatan  hematokrit darah, aterosklerosis, dan hipertrofi
jantung.

Ada beberapa cara lain selain dengan terapi testoteron. Misalnya alat vakum maupun
protesa. Alat vakum meningkatkan pembesaran penis dengan membuat keadaan vakum yang
menarik darah ke dalam penis. Saat terjadi ereksi, sebuah gelang karet atau cincin konstriksi
pasang pada pangkal penis dan alat vakum tersebut dilepas. Gelang tersebut dapat
memperlambat aliran balik vena dan membantu mempertahankan ereksi lebih dari 30 menit.
Alat vakum ini dapat mengakibatkan petekhie dan membuat ujung penis lebih dingin dari
biasanya. Protesa pada penis mungkin membantu ketika cara lain tidak berhasil.
Pembedahan revaskularisasi penis relatif bersifat eksperimental dan belum ada kesuksesan
yang tinggi.

B. UPAYA MENGATASI PERMASALAHAN SEKSUAL PADA LANSIA


Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah seksual
diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini memerlukan waktu
yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara pasien dengan konselor. Dari
ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan masalah yang penanganannya
memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama
masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu.
Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi  gangguan seksual pada lansia
adalah sebagai berikut :
1.       Anamnesa  Riwayat Seks
a.    Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan
b.   Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup
c.   Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah
d.   Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya
e.   Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang  obat-obatan yang 
dikonsumsi oieh pasien .
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci, meliputi
awitan, jenis maupun itensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang gangguan
sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif
harus dilakukan. Juga anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe.
Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paru-paru.
Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal
tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereksi pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi
pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-Martono,
1996)

2.      Pengobatan yang diberikan mencakup ;

1. Konseling Psikoseksual
2. Therapi Hormon
3. Penyembuhan dengan obat-obatan
4. Peralatan Mekanis
5. Bedah Pembuluh

3.      Bimbingan Psikososial


Bimbingan dan konseling  sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan seks dan
dikombinasikan dengan penyembuhan Pharmakologi

4.      Penyembuhan Hormon


a. Pemberian Hormon Multiple
Pengobatan utama andropause saat ini adalah pemberian hormon pengganti.walaupun
hormon yang menurun pada andropause terdiri dari bermacam-macam hormon
,namun pemberian hormon multiple saat ini belum lazim dilakukan dan masih dalam
tahap penelitian.pengobatan yang di lakukan adalah pemberian hormone testoteron.
Pemberian hormon testoteron ini di lakukan dengan hati-hati karena di khawatirkan
akan menimbulkan manifestasi seperti BPH ( benigna prostat Hiperplasi) dan kanker
prostat,walaupun penelitian terakhir membuktikan tidak ada korelasi langsung antara
testoteron dengan BPH dan kanker prostat.untuk menghindari resiko tersebut maka
sebelum dilakukan pemberian hormon testoteron ,pada penderita perlu dilakukan
pemeriksaan rectal(anus) dan PSA (Prostat Spesific Antigen) .pemeriksaan tersebut
disarankan tiap tiga bulan selama pengobatan testoteron (www.bkkbn.go.id)
b. Sulih Hormon
Pengobatan yang dapat di lakukan untuk mengatasi andropause adalah pemberian
hormon testoteron yang lebih di kenal sebagai pengobatan sulih hormon (hormone
replacement therapy,HRT) dengan testoteron.seperti halnya pengobatan sulih hormon
estrogen pada wanita menopause,sulih hormon testosteron pada pria andropause juga
efektif dan bermanfaat,serta tidak menimbulkan rasa sakit.namun pengobatan ini
tidak diberikan kepada semua pria,karena pada pria dengan gejala-gejala
andropause,mungkin juga mengidap masalah kesehatan lain yang dapat menimbulkan
gejala-gejala tersebut.
Terdapat beberapa keadaan yang tidak mengisinkan pria andropause diberikan
pengobatan sulih hormon,yaitu:
- Kanker payudara(pada pria)
- Kanker prostat
Pada beberapa kasus lain,pengobatan sulih hormon ini bahkan mungkin tidak
tepat.pengobatan sulih hormone testoteron perlu di pertimbangkan apakah akan
menjadi pilihan terbaik,apabila terdapat keadaan berikut ini:
- Penyakit hati
- Penyakit jantung atau pembuluh darah
- Edema (pembengkakan muka,tangan,kaki,telapak kaki)
- Pembesaran prostat
- Penyakit ginjal
- Diabetes mellitus(penyakit gula,kencing manis)
Untuk menentukan rencana pengobatan yang terbaik untuk anda,dokter perlu
diberitahukan apakah anda:
- Pernah alergi terhadap endrogen atau steroid anabolic
- Berencana memiliki anak lagi,karena dosis tinggi androgen dapat menyebabkan
infertilitas.
- Menderita penyakit yang menebabkan terpaksa di tempat tidur terus
- Sedang minum obat lainnya ,terutama antikoagulasi (peluruh darah)
Pengobatan sulih hormon testoteron dapat berupa pil atau kapsul yang di
minum,suntikan,implant (susuk dalam tubuh), krim dan patch (tempelan dikulit).
Sebelum pemberian obat perlu di laksanakan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui secara pasti kadar hormon masing-masing dalam tubuh,agar dokter dapat
menentukan jenis pengobatan hormonal yang di butuhkan,berikut dosisnya. Selama
pengobatan,peran dokter sangat besar,karena pengobatan hormon sangat mungkin
menimbulkan penyulit (komplikasi) yang merepotkan. Oleh karena itu ,selama
pengobatan periksa dokter secara teratur di perlukan untuk memantau perkembangan
dan kesehatan anda secara keseluruhan.

5.      Penyembuhan dengan Obat


a.    Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif
b.    Oral phentholamin
c.     Tablet apomorphine sublingual
d.    Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif
e.     Penempatan intra-uretral prostaglandin

BAB V
PENCEGAHAN
A. Pencegahan Dan Penanganan Masalah Seksual Pria

Ada beberapa macam pencegahan bagi masalah seksual pria lansia adalah:

1. Keseimbangan Hidup (seks dan olahraga)


Dahulu orang beranggapan “seks hanya untuk orang muda saja”. Belakangan timbul
pandagan bahwa seks justru penting untuk golongan lansia sebagai kenikmatan hidup
yang perlu dipelihara bahkan kalau perlu bias di tingkatkan. Dalam kehidupan
biologis,pria pada umumnya lebih terangsang dengan apa yang dilihat dan
dikhayalkan,sedangkan wanita terangsang dengan apa yag di dengar dan
dirasakan.kenyamanan ini tetap ada menjelang dan selama usia senja. Proses menua
tidak hanya di alami oleh wanita ,pria pun merasakan kemunduran sekalipun belum
tentu dengan kecepatan yang sama.
Kemunduran dalam daya tarik lahiria karena bertambah tua seperti:kulit makin
keriput,perut makin gendut,dahi makin lebar,adalah normal.namun,belum tentu
kemampuan seksualnya tidak ada lagi.sesekali gagal mungkin saja,coba lagi
berikutnya.
Pemeliharaan kesehatan,khususnya kesehatan seksual,di harapkan masi bias di nikmati
bersama sampai akhir hayat.justru pada periode lansia,ketika anak-anak sudah tinggal
terpisah,di perlukan ikatan dan kenikmatan seksual yang lebih tinggi di bandingkan
sebelumnya.ini merupakan salah satu faktor penting yang memberikan kebahagiaan
sampai akhir hayat.kehidupan seksual adalah suatu total contact yang terdiri dari
hubungan fisik,mental dan seksualnya sendiri.kondisi hubungan seksual dan non
seksual dengan pasangan hidup memberikan pengaruh yang besar.makin baik
hubungan,makin memuaskan kehidupan seksual.maka seks makin bertambah lama
sampai tidak ada batasnya.hampir setiap orang yang menjalani usia lanjut akan
mengalami masalah seksual.sebagian besar menghadapinya sebagai hal yang
memalukan untuk di bicarakan,sebagian lagi menganggapnya sebai bagian proses
penuaan yang alamia dan tidak bias di perbaiki.sikap optimis inilah yang perlu di bina
sehingga malu memperbaiki kehidupan seks dan menghadapinya sebagai suatu
penyakit biasa yang dapat di obati.
Dorong seks suami istri yang menurun dapat di sebabkan macam-macam penyakit
fisik,penurunan hormone testosterone,konflik seksual dan non seksual,serta gangguan
mental atau obat-obatan tertentu.apabila hambatan-hambatan tadi bias di atasi,pada
umumnya dorongan seks dapat berlangsung sampai lansia.
Olahraga adalah penunjang kesehatan seksual yang sangat penting pada lansia.olahraga
yang teratur akan menghasilkan peredaran darah tetap terpelihara keseluruh
tubuh,khususnya kea lat ke lamin yang akan sangat membantu kesehatan
seksual.kontak seksual yang cukup teratur dan dapat di nikmati bersama adalah kunci
penting untuk kesehatan seksual lansia.
Yang di maksut dengan seks bukan hanya senggama,melainkan juga
berciuman,cumbuan,pelukan sayang,dan sebagainya.keterbukaan dan kesadaran bahwa
suami dan istri bertambah tua,sekalipun mungkin saja dengan kecepatan yang
berbeda.kelak akan di perlukan untuk bias menikmati masa tua dengan tenang dan
bahagia.
Seringkali sulit untuk menyadari bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada
andropause berhubungan lebih dari sekedar keadaan eksternal karena semua itu terjadi
ketika para pria mulai mempertanyakan nilai-nilai,pencapaian harapan dan tujuan
hidupnya,atau yang juga di kenal sebagai krisis usia pertengahan.dan andropause yang
di alami para pria sering mempengaruhi aspek kejiwaan(psikisinya) sehingga
penanggulangannya perlu di lakukan dengan cara meningkatankan kualitas hidup
pasien agar kehidupan masa tuanya bahagia dan menyenangkan.
Pengobatan andropause harus mencakup aspek psikis dan fisik.tanpa kombinasi
keduanya,maka hasil pengobatan tidak akan optimal.pendekatan spiritual dapat
membantu seseorang menjadi lebih realistis menerima fakta kehidupan dan
menganggap setiap kekurangan sebagai tantangan.pada kasus-kasus tertentu seperti
depresi berat atau yang menjurus pada gangguan jiwa di perlukan pertolongan ahli jiwa
(psikolog) atau dokter spesialis jiwa (psikiater).
Setiap kiat yang di jalankan untuk mengurangi gejala-gejala dan risiko andropause
tersebut harus di gabungkan dengan pendekatan gaya hidup yang baik seperti diet yang
optimal,olahraga teratur,pengelolaan cengkaman (stress) dan menghentikan minum
alkohol dan merokok.

2. Pemeriksaan
Andropause sering kurang terdiaknosis karena gejala-gejalanya tidak jelas dan
beragam antara satu pria dengan pria lain. Bahkan, beberapa pria sulit untuk mengakui
bahwa mereka mengalami masalah. Sering para dokter tidak menduga kadar
testosterone yang rendah sebagai penyebab masalah,sehingga faktor-faktor ini sering
mengarahkan dokter untuk mengambil kesimpulan bahwa gejala-gejala itu
berhubungan dengan keadaan penyakit lain (misalnya depresi) atau hanya berhungan
dengan penuaan.

BAB VI
ASPEK KESMAS

Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan
seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual
yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat
buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.

Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang harmonis. Ada
tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi seksual diantara
pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi
seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis.

Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka setiap disfungsi
seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu diperhatikan dalam
penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan
tepat, mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki
fungsi seksual agar kesehatan di masa tua dapat di tangani dngan baik.

Masalah masalah yang sering terjadi pada masyarakat pada pria usia lanjut adalah :

1. Impotensi Atau Disfungsi Ereksi Pada Pria Lansia

a) Defenisi impotensi atau disfungsi ereksi pada pria lansia


Impotensi atau Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan secara konsisten
untuk mencapai dan/ atau mempertahankan ereksi sedemikian rupa sehingga mencapai
aktivitas seksual yang memuaskan. (Vinik, 1998). Secara umum impotensia dibedakan
menjadi impotensia coendi (ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual),
impotensia erigendi (tidak mampu ber-ereksi) dan impotensia generandi (tidak mampu
menghasilkan keturunan). Prevalensi DE sekitar  52% pada pria di antara 40-70 tahun
dan bahkan  lebih besar pada pria yang lebih tua.
Untuk timbul ereksi diperlukan adanya rangsangan yang bisa berasal dari rangsangan
psikologik (fantasi, bayangan erotik), olfaktorik (bau-bauan) dan rangsangan sentuh atau
rabaan. Rangsangan tersebut melalui jalur kortiko-talamikus, limbik maupun talamo-
retikularis dan sebaliknya kemudian akan diteruskan ke susunan saraf ototnom
(parasimpatis) akan menyebabkan vasodilatasi korpus kavernosa penis. Setelah aktivitas
seksual terjadi, saraf simpatis akan membantu terjadinya ejakulasi.  Dari gambaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses ereksi menyangkut berbagai fungsi diantaranya
saraf, vascular, hormonal, psikologik dan kimiawi.

b) Etiologi  impotensi atau disfungsi ereksi pada pria lansia


Secara garis besar DE dapat dibagi menjadi 2 bagian besar sebagai berikut:

1. DE organik, sebagai akibat gangguan akibat gangguan endokrin, neurogenik,


vaskuler (aterosklerosis atau fibrosis).
 DE endokrinologik biasanya berupa sindroma ADAM (Androgen Deficiency
in the Aging Male), yang merupakan hipogonadisme pada lansia. DE tipe ini
disebabkan oleh gangguan testikular baik primer maupun sekunder. Selain
itu juga dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan
hiperprolaktinemia, hipertiroid, hipotiroid dan Cushing’s disease.
 DE neurogenik dapat disebabkan oleh gangguan jalur impuls terjadinya
ereksi. Lesi dilobus temporalis sebagai akibat trauma atau multiple scelrosis
stroke, gangguan atau rusaknya jalur asupan sensorik misalnya pada
polineuropati diabetik, tabes dorsalis atau penyakit ganglia radiks dorsalis
medula spinalis, juga pada gangguan nervus erigentes akibat pasca
prostatektomi total atau operasi rektosigmoid.
 DE vaskuler merupakan DE yang paling sering pada lansia yang mungkin
berhubungan erat dengan prevalensi penyakit aterosklerosis yang tinggi pada
lansia. Gangguan aliran darah arteri ke korpus kavernosus seperti bekuan
darah, aterosklerosis, atau hilangnya kelenturan dinding pembuluh darah
dapat menyebabkan DE. Selain itu DE bisa terjadi pada penyakit Leriche,
yaitu obstruksi di pangkal bifurkasio a. iliaka di daerah a.abdominalis. Serta
penyakit Peyronie mengakibatkan pengisian darah tidak sempurna yang akan
menyebabkan DE.

2. DE psikogenik, sebelum ini selalu dikatakan sebagai penyebab utama DE, namun
menurut penelitian hal ini tidak benar. Justru penyebab utama DE pada lansia 
gangguan organik, walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan.  DE jenis ini
yang berpotensi reversibel  potensial biasanya yang disebabkan oleh kecemasan,
depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal
dalam hubungan seksual.  
Ada pendapat yang mengatakan bahwa impotensi merupakan akibat masturbasi
yang dahulu atau karena terlalu sering ejakulasi atau sebailiknya karena terlalu lama
menahan dan tidak disalurkan hasrat seks-nya itu. Namun penelitian membuktikan
bahwa ejakulasi atau tidak ejakulasi dalam waktu yang lama tidak langsung
mengganggu kesehatan. Masters dan Johnson mengatakan bahwa ereksi dan ejakulasi
tidak dapat dipelajari karena hal ini terjadi secara reflektoris.
Selain yang telah disebutkan di atas, sekitar 25 % DE disebabkan oleh obat-obatan
terutama obat antihipertensi ( Reserpin, ß blocker, guanethidin dan metildopa),
alkohol, simetidin, antipsikotik, antidepresan, lithium, hipnotik sedatif, dan hormon-
hormon seperti estrogen dan progesteron.

2. Andropause Pada Pria Lansia


a. Definisi Andropause pada pria lansia
Andropause berasal dari kata “Andro = kejantanan” dan “pause = istirahat”. Andropause
dapat diartikan sebagai perubahan akibat proses menua pada sistem reproduksi pria
mungkin di dalamnya termasuk perubahan pada jaringan testis, produksi sperma dan
fungsi ereksi.
Ada yang memberi istilah andropause sebagai klimakterium laki-laki yang berarti
seorang laki-laki sedang berada pada tingkat kritis fase kehidupannya, dimana terjadi
perubahan fisik, hormon dan psikis serta penurunan aktivitas seksual. Perubahan-
perubahan ini biasanya terjadi secara bertahap. Tingkah laku, stress psikologik, alkohol,
trauma, ataupun operasi, medikasi, kegemukan dan infeksi dapat memberikan kontribusi
pada onset terjadinya andropause ini.
Sebenarnya andropause bukanlah suatu fenomena baru, hal ini terjadi karena kemampuan
kita untuk mendiagnosa andropause ini sangat terbatas karena tidak ada cara untuk
menprediksi siapa yang akan mengalami gejala andropause. Test yang sensitif untuk
mengetahui bioavaibilitas testoteron baru tersedia akhir-akhir ini, sehingga sebelum ada
test ini andropause terlewatkan begitu saja tanpa terdiagnosa dan tidak memperoleh
penatalaksanaan.

b. Etiologi andropause pada pria lansia


Mulai sejak kira-kira usia 30 tahun, kadar testoteron dalam tubuh menurun kurang lebih
10% setiap dekadenya. Pada saat yang sama Sex Binding Hormone Globulin (SHBG)
meningkat. SHBG ini akan menangkap banyak testoteron yang bersirkulasi dan membuat
testoteron tidak tersedia untuk digunakan pada jaringan tubuh khususnya untuk terjadinya
perilaku seksual yang normal dan terjadinya ereksi.

c. Gejala dan efek yang ditimbulkan oleh andropause


Andropause berhubungan dengan kadar testoteron yang rendah. Setiap pria mengalami
kemunduran bioavaibilitas testoteron, namun berbeda kadarnya pada setiap invididu.
Ketika hal ini terjadi pria akan mengalami gejala andropause.
Beberapa gejala yang dapat timbul antara lain :
1) Depresi
2) Perubahan suasana hati (mood),disertai penurunan aktivitas intelektual,Kelelahan
dan mudah tersinggung.
3) Iritabilitas
4) Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
5) Lemah dan kurang energy
6) Perubahan emosional,psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
7) Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin
dan ketiak.
8) Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh
9) Libido menurun( gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
10) Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher yang terjadi secara bertahap.
11) Penurunan performa seksual atau disfungsi ereksi.
12) Sulit berkonsentrasi.
13) Pelupa
14) insomnia

Setiap ketidakseimbangan yang terjadi dalam tubuh akan menimbulkan efek tertentu,
demikian juga andropause dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan:
1)      Osteoporosis
2)      Obesitas
3)      Kehilangan masa otot
4)      Resiko menderita arteriosklerosis
5)      Resiko menderita kanker payudara
6)      Resiko menderita kanker prostat

d. Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada andropause yaitu dengan testoterone replacement
therapy baik secara injeksi maupun oral.

3. Epidemiologi Disfungsi Ereksi Pria Lanjut Usia


Disfungsi ereksi (DE) tidak di anggap sebagai bagian normal dari penuaan.namun, ini
berkaitan dengan perubahan fisiologis dan psikologis berkaitan dengan umur. Pada survey
komunitas yang di adakan oleh Massachusetts Male Aging Stady (MMAS) pada laki-laki
dengan rentang umur 40-70 tahun, 52% responder di laporkan memiliki beberapa derajat DE .
DE sempurna terjadi pada 10 % responder. DE moderat terjadi pada 25 % dan DE minimal
pada 17 % responder. Insiden DE moderat dan berat meningkat dua kali lipat pada umur 40
dan 70. Pada National Health And Social Life Survey (NHSLS), dimana menjadi sample
nasional mewakili populasi pria umur 18 sampai 59 tahun , 10 % pria di laporkan tidak dapat
menjaga ereksi (serupa dengan proposi pria dengan DE sempurna pada survey MMAS).
Insiden tertinggi adalah pria dengan umur 50-59 tahun (21%) dan pria miskin (14%),
perceraian( 14%) dan kurang pendidikan (13%)
Insiden terjadinya DE juga meningkat pada pria dengan keadaan medis tertentu seperti
DM,obesitas,gejala saluran kemih bagian bawah akibat benign prostatic hyperplasia (BPH),
penyakit jantung dan hypertensi.
BAB VII
TELAAH ARTIKEL

Liputan6.com, Jakarta : pria akan mengalami penurunan dalam kehidupan seksualnya saat
memasuki usia tua.hal itu wajar mengingat kondisi fisik yang semakin lemah dan minimnya
tingkat testoran.

Laman onlymyhealth.com melansir lima masalah tersebut,berikut uraiannya:

1) Disfungsi ereksi.beberapa alasan umum di ketahui penyebab disfungsi ereksi ialah


penyakit kardiovaskuler,kerusakan jaringan,dan factor fisiologis.untuk mengetahui
kepastian disfungsi,anda dapat berkonsultasi dengan dokter atau seksolog.
2) Tingkat testosteron yang menurun.gangguan seksual menjadi jelas akibat
penurunan tingkat testosterone.menurunnya tingkat testosteron menjadi penyebab
seperti lama terjadi ereksi,berkurangnya kekuatan ejakulasi dan keinginan
melakukan hubungan seksual.cara aman mempertahankan tingkat testosterone ialah
dengan meningkatkan otot melalui olahraga dan diet sehat.
3) Penyakit jantung. Dengan penurunan sirkulasi darah,arteri menjadi sempit dan
lebih keras.hal ini menimbulkan komplikasi seksual yang berkaitan dengan
ereksi,karena ereksi organ reproduksi laki-laki tergantung pada aliran
darah.tekanan darah tinggi bersama dengan penyakit kardiovaskuler lainnya akan
membawa perubahan dalam kinerja seksual.
4) Diabetes. Penderita diabetes juga dapat berdampak pada kehidupan seksual pada
tahap selanjutnya,yang merupakan salah satu alasan impotensi.studi
mengkonfirmasi bahwa pria dengan diabetes tiga kali lebih rentan terhadap
disfungsi ereksi di banding pria lainnya.orang-orang ini berada pada resiko
gangguan seksual selama 15 tahun lebih awal di banding pria tanpa diabetes.
5) Kondisi kesehatan.ada beberapa kondisi kesehatan yang membatasi kinerja seksual
pada pria usia lanjut; di antaranya adalah arthritis,nyeri pinggang,dn herpes
zoster.nyeri menjadi salah satu alasan dari rata-rata mempengaruhi hubungan
seksual.
Untuk menghindari perpecahan dalam rumah tangga,ada baiknya sebelum itu terjadi setiap
pasangan memahami apa yang di rasakan para suami.hal itu bisa membuat ketenangan antar
pasangan.
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.Geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ).Jakarta :
FKUI
2. Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta.
Fitramaya
3.Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
4. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/
5. http://www.smallcrab.com/lanjut-usia
6.  http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/468-penurunan-seksualitas-pada-lanjut-usia
7.  http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/493-andropause-waktunya-si-jantan-istirahat
8.  http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/469-mengenal-impotensi-atau-disfungsi-ereksi
9.  http://sehatnews.com/wlovesex/up-date/3999.html
10.  http://lead.sabda.org/bab_1_masa_lanjut_usia
11.  http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunairbab2.pdf
12.  http://www.docstoc.com/docs/6600963/Masalah-Usia-LAnjut
13.  http://www.klipingku.com/result-page/masalah%20seks%20pada%20lansia

Anda mungkin juga menyukai