Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN FISIK LANSIA

Memasuki lanjut usia merupakan periode akhir dalam rentang kehidupan manusia di dunia.
Banyak hal penting yang perlu di perhatikan guna mempersiapkan memasuki masa lanjut dengan
sebaik-baiknya. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah enam puluh tahun keatas. Ada
beberapa orang yang sudah menginjak usia enam puluh tahun, tetapi tidak menampakan gejala-
gejala penuaan fisik maupun mental. Oleh karena itu usia 65 dianggap sebagai batas awal
periode usia lanjut orang yang memiliki kondisi hidup yang baik, dan itu sudah di tetapkan oleh
badan kesehatan dunia (WHO).
Seiring dengan pertumbuhan seseorang, usia merekapun bertambah. Dari anak-anak, remaja
awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir. Pertumbuhan ini juga akan
diikuti oleh perkembangan yang melatarbelakangi perubahan-perubahan tertentu. Perubahan
yang bisa terjadi adalah perubahan fisik, perubahan kognitif, perubahan social emosi.
Perubahan fisik yang terjadi akan sangat berdampak kepada individu itu sendiri baik itu
berpengaruh pada perannya ataupun hubungan dirinya dengan lingkungannya. Menurunnya
fungsi dari anggota tubuh membuat individu tersebut mulai meninggalkan aktifitas-aktifitas
sosial yang biasa dijalaninya. Hal ini secara tidak langsung dan secara perlahan akan membuat
individu tersebut kehilangan perannya di masyarakat.
A. Pengertian Dewasa Akhir

Menurut Erikson tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu kemampuan
perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya. Banyak stereotip positif dan negatif yang
mampu mempengaruhi kepribadian lansia. Integritas ego penting dalam menghadapi kehidupan
dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dan produktivitasnya yang
puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat, rasa kekecewaan.
Beberapa cara hadapi krisis dimasa lansia adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup
sehat, dan kesehatan fisik.
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang
lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan
orang dilur Indonesia yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah
berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah
lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60
tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umumnya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal
bekerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut
yang berkisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia 70 tahun hingga
akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua
yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari
orang-orang dewasa lanjut yang lebih muda.
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan periode di
mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah
menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari
usia 55 tahun sampai meninggal.

B. Perkembangan Fisik Dewasa Akhir

Berkurangnya tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot-otot juga mengakibatkan


pengaturan suhu badan menjadi sulit. Selain itu, pada usia lanjut terjadi penurunan dalam jumlah
waktu tidur yang diperlukan dan kenyenyakan tidurnya. Orang usia lanjut pada umumnya
menderita gangguan susah tidur (insomnia). Lalu, perubahan dalam pencernaan mungkin
merupakan perubahan yang paling kelihatan dalam fungsi pengaturan pencernaan. Kesulitan
dalam makan sebagian diakibatkan pada gigi yang tanggal yang merupakan gejala umum bagi
orang usia lanjut dan juga karena daya penciman dan perasa yang menjadi kurang tajam.
Sehingga menyebabkan jenis makanan yang paling lezat menjadi terasa tidak enak. Menurut
Hurlock (1980) terjadi perubahan fisik berupa penampilan pada usia dewasa akhir, diantanya
adalah: Daerah kepala, Daerah Tubuh, Daerah persendian.
Dengan semakin menuanya sel-sel, semakin sulit juga untuk membuang sisa-sisa. Akhirnya
“sampah” ini menempati lebih dari 20% bagian sel. Dengan menuanya sel, molekul-molekulnya
dapat saling terhubung dan melekat sedemikian rupa sehingga dapat menghentikan siklus vital
biokimia dan menciptakan bentuk-bentuk kerusakan lain pada saat mereka mengganggu fungsi
sel. (Bruce, 1991; Ivy, dkk, 1992; Pacivity and Davies, 1991).

1. Panjang Usia
 Harapan Hidup dan Masa Hidup

Masa Hidup jumlah tahun maksimum dimana individu dapat hidup adalah sekitar 120 hingga
125 tahun. Namun sejak 1900, kemajuan di bidang pengobatan, nutrisi, olahraga, dan gaya hidup
telah meningkatkan harapan hidup kita rata-rata 30 tahun lebih lama. Harapan hidup adalah
perkiraan jumlah tahun rata-rata masa hidup seseorang yang dilahirkan pada tahun tertentu.
Seseorang yang tinggal di amerika serikat dan saat ini berusia 60 tahun memiliki harapan hidup
rata-rata sebesar 18 tahun lebih (20 tahun untuk wanita dan 16 tahun untuk pria) (Pusat Nasional
Untuk Statistik Kesehatan, 2006). Rata-rata harapan Hidup dari Individu yang dilahirkan saat ini
di amerika serikat adalah 78 tahun (Pusat Nasional Untuk Statistik Kesehatan, 2006).
Saat ini, angka harapan hidup secara keseluruhan untuk wanita adalah 80,7 tahun, dan untuk
Pria adalah 75,4 tahun (Pusat Nasionan Untuk Statistik, 2010d). Pada awal 30-an, jumlah wanita
melebihi jumlah pria; perbedaan ini makin besar pada tahun-tahun berikutnya. Faktor-faktor
sosial sosial seperti sikap, kebiasaan, dan gaya hidup sehat dan pekerjaan adalah faktor penting
yang menyebabkan harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan pria (Saint Onge, 2009).
Di Negara-negara industri, jumlah orang yang berusia lebih dari 100 tahun meningkat sekitar 7
persen tiap tahunnya (Perls, 2007). Amerika serikat adalah negara paling banyak yang memiliki
orang-orang yang berusia 100 tahun lebih diikuti jepang, china, inggris/wales (2008).
Diperkirakan 75 hingga 100 supercentenarians individu yang berusia lebih dari 110 tahun di
amerika serikat dan 300 hingga 450 orang di seluruh dunia (Perls, 2007)

 Tua-Awal, Tua-Menengah, Tua-Akhir

Beberapa ahli perkembangan membedakan antara tua awal (65 hingga 74 tahun), dan tua-
menengah, atau lanjut usia (75 tahu atau lebih) (charnes & Bosman, 2009). Meskipun demikian,
sejumlah ahli lainnya membedakan antara tua-akhir (85 tahun atau lebih) dari orang tua yang
lebih muda (Dunkle,2009).
Intervensi seperti pembedahan katarak dan berbagai strategi rehabilitasi dapat meningkatkan
fungsi dari orang yang tua akhir. Dan ada penyebab dari terjadinya optimisme dalam
perkembangan cara hidup pencegahan intervensi yang baru, seperti rutin melakukan olahraga
(Erickson & kawan-kawan, 2009).
 Teori-teori Biologis Mengenai Proses Penuaan

o Teori Evolusioner

Pandangan tentang keuntungan yang diberikan oleh seleksi evolusioner menurun seiring
bertambahnya usia (Baltes, 2003). Dalam teori evolusioner tentang penuaan, seleksi alam tidak
mengeliminasi banyak kondisi berbahaya dab karakteristik nonadaptif pada orang-orang
dewasa lanjut usia (Austad, 2009).
o Teori Jam Seluler
Teori ini adalah teori dari Leonard Hayflick (1977) yang menyatakan bahwa sel-sel dapat
membelah maksimum sebanyak 75 hingga 80 kali, dan bahwaseiring dengan bertambahnya
usia, kemampuan sel-sel yang membelah menjadi berkurang.
o Teori Radikal Bebas

Toei ini menyatakan bahwa yang menyebabkan orang bertambah tua adalah karena ketika sel-
sel melakukan metabolisme energi, sel-sel itu melepaskan molekul oksigen yang tidak stabil,
yang disebut radikal bebas (Chebab & kawan-kawan, 2008). Radikal bebas memantul disekitar
sel-sel, merusak DNA dan Struktur sel lainnya (Afanasev, 2009).
o Teori Mitokondrial

Teori ini menyatakan bahwa proses penuaan berkaitan dengan pembusukan mitikondrial.
Pembusukan ini agaknya terutama berkaitan dengan kerusakan oksidatif dan kehilangan bahan
gizi dalam bentuk mikro yang disediakan oleh sel (Crane & kawan-kawan, 2010 ; Figueiredo &
kawan-kawan, 2009).
o Teori Stress Hormonal
Teori ini menyatakan bahwa proses penuaan dalam sistem hormonal tubuh dapat menurunkan
daya tahan terhadap stres dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit (Finch & Seeman,
1999)

2. Perkembangan Fisik di Masa Dewasa Akhir


 Otak Menjadi Tua

Rata-rata, antara usia 20 hingga 90 tahun, otak kehilangan beratnya sebesar 5 hingga 10 persen.
Volume otak juga berkurang (Bondare, 2007). Sebuah studi menemukan bahwa pada orang
lanjut usia, volume otak adalah 15 persen lebih sedikit dibandinglkan orang muda (shan &
kawan-kawan, 2005).
Beberapa peneliti berpendapat bahwa menurunnya aseltikolin berperan terhadap menurunnya
fungsi memori dalam taraf kecil dan bahkan kehilangan memori yang parah seperti pada
penyakit alsheimer (Bentley, driver, & Dolan, 2009 ; Daulatzai, 2010).
Meskipun tidak seperti komputer, otak mempunyai kapasitas untuk memperbaiki secara nyata
(Jessberger & Gage, 2010; Prakash, Snook, & Kramer). Bahkan Otak hanya kehilangan sebagian
dari kemampuan untuk berfungsi, dan aktivitas yang dilakukan orang dewasa lanjut usia bisa
mempengaruhi perkembangan otak. Dalam studi fMRI, tinglkat kebugaran aerobik yang lebih
tinggi dikaitkan dengan volume hippocampus yang lebih besar, yang diterjemahkan kedalam
memori yang lebih baik (Erickson & kawan-kawan, 2009).
 Sistem Kekebalan Tubuh

Menderita stres yang berkepanjangan dan kurangnya proses penyembuhan pada orang-orang
lanjut usia dapat mempercepat efek penuaan terhadap kekebalan (Zitrogel, Kepp, & Kroemer,
2010). Kekurangang nutrisi yang berkaitan dengan rendahnya kadar protein berkaitan dengan
menurunnya sel T yang menghancurkan sel-sel yang terinfeksi, sehingga kekebalan bertambah
buruk (Hughes & Kawan-kawan, 2010). Karena penurunan fungsi kekebalan, vaksinasi terhadap
influenza secara khusus penting untuk orang lanjut usia (Maggi, 2010 ; Michel, 2010).
 Penampilan Fisik dan Pergerakan

Diamasa dewasa akhir, pria dan wanita menjadi lebih pendek karena tulang belakang
mengalami penyusutan (Hoyer & Roodin 2003). Berat tubuh biasanya menurun setelah usia 60
tahun. Hal ini disebabkan oleh penyusutan otot, dimana hal ini membuat tubuh kita terlihat
kendur (Evans, 2010).
Gerakan orang lanjut usia lebih lambat dibandingkan dewasa awal ini disertai dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi. Orang lanjut usia cenderung semakin lama semakin melambat
dibandingkan ketika mereka masih muda (Mollenkpf, 2007).
 Perkembangan Sensoris

Melihat, mendengar dan aspek-aspek sensori lainnya berkaitan dengan kemampuan kita untuk
melakukan aktifitas sehari-hari. Kaitan ini didokumentasikam dalam studi yang melibatkan lebih
dari 500 orang dewasa, berusia antara 70-102 tahun, dimana ketajaman sensori, khususnya
penglihatan terkait dengan apakah dan seberapa baik orang lanjut usia mampu mandi dan
merawat dirinya, membereskan urusan rumah tangga, terlibat dalam aktifitas intelektual, dan
menonton tv (Marsiske, klumb & Baltes, 1997).
 Sistem Peredaran Darah dan Paru-paru

Kapasitas Paru-paru menurun 40 persen antara usia usia 20-80 tahun, bahkan tanpa penyakit
(Fozard, 1992). Paru-paru kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, diafragma melemah
(Cherniack, 2007). Orang lanjut usia dapat meningkatkan kapasitas paru-paru dengan melakukan
latihan memperkuat diafragma. Kerusakan fungsi paru-paru yang parah dan kematian disebabkan
oelh merokok (Whincup & Kawan-kawan, 2006).
Sebagian ahli bidang proses penuaan bahkan merekomendasikan tekanan darah yang konsisten
120/80 sebaiknya ditangani untuk menurunkan resiko terkena serangan jantung, stroke, atau
penyakit ginjal (Krakoff, 2008). Meningktakna proses tekanan darah seiring dengan
meningkatnya usia dapat berkaitan dengan sakit, obesitas, kecemasan, mengerasnya pembuluh
darah atau kurang olah raga (Shizukuda, plummer, & Harrelson, 2010).
 Seksualitas

Dalam dua kondisi, tidak ada penyakit dan keyakinan bahwa orang lanjut usia seharusnya
aseksual, seksualitas dapat berlangsung seumur hidup (Woloski wruble & kawan-kawan, 2010).
Proses penuaan dapat menyebabkan beberapa perubahan dalam performa seksual, khususnya
pada pria (Bauman, 2008).
Studi skala besar tentang individu berusia 57 hingga 85 tahun mengungkapkan bahwa aktivitas
seksual, kualitas kehidupan seksual baik, dan minat terhadap seks secara positif berkaitan dengan
kesehatan dimasa dewasa menengah dan akhir (Lindau & gavrilova, 2010).
3. Kesehatan Masa Dewasa Akhir
 Masalah Kesehatan

Ketika usia bertambah maka kemungkinan kita akan terkena penyakit juga akan meningkat
(Ferruci & Koh, 2007). Mayoritas orang dewasa yang masih hidup hingga 80 tahun atau lebih,
cenderung menderita semacam gangguan. Penyakit kronis yang jarang dialami di masa dewasa
awal, meningkat dimasa dewasa menengah, dan menjadi lebih umum dimasa dewasa akhir
(Kane, 2007).

o Penyebab Kematian pada Orang Lanjut Usia

Hampir 60 persen orang di Amerika serikat yang berusia 65 sampai 74tahun meninggal dunia
karena kanker atau penyakit kardiovaskular (Pusat Nasional Untuk Statistik Kesehatan, 2008).
Seiring berjalannya individu melewati tahun-tahun dewasa akhir, semakin tua mereka, semakin
besar kemungkinan mereka meninggal karena penyakit kardiovaskular dibanding meninggal
karena kanker (Pusat Nasional Untuk Statistik Kesehatan, 2010d).
o Artsitits
Artsitits adalah peradangan sendi yang disertai rasa sakit, kaku, dan masalah dalam pergerakan.
Artritis khususnya banyak dialami oleh orang lanjut usia (Baker, 2009 ; Villeneuve & Haraoui,
2010). Gejala dari atritis dapat dikurangi dengan menggunakan obat-obatan seperti aspirin,
olahraga untuk penyakit persendian, pengurangan berat badan, dan dalam kasus yang ekstrim,
menggantikan sendi yang lumpuh dengan protesis (Kokkalis, Schmidt, & Sotoreanos, 2009).
o Osteoporosis

Osteoporosis adalah hal utama yang menyebabkan orang lanjut usia berjalan bungkuk
(Ishikawa & Kawan-kawan, 2009). Secara khusus wanita rentan terkena osteoporosis;
osteoporosis adalah penyebab utama patah tulang pada wanita (Bessette & kawan-kawan, 2009).
Untuk mencegah osteoporosis wanita muda dan usia pertengahan sebaiknya mengonsumsi
makanan yang banyak mengandung kalsium, lebih banyak berolahraga, dan tidak merokok
(Cashman, 2008).
o Kecelakaan
Kecelakaan adalah penyebab terbesar nomor enam pada orang lanjut usia (Pusat Nasional
Untuk Statistik Kesehatan, 2010d). Cedera akibat jatuh dari lantai atas di rumah atau kecelakaan
lalu lintas dimana seorang lanjut usia sedang mngendarai mobil atau ditabrak kendaraan ketika
sedang berjalan merupakan kasus yang umum terjadi (Verghese & Kawan-kawan,2010).

 Penyalah Gunaan Obat

Karena terjadinya peningkatan yang dramatis jumlah orang dewasa lanjut usia yang di
antisipasi selama abad ke-21, penyalah gunaan obat sering dicirikan meningkatnya jumlah orang
dewasa lanjut usia. (Atkinson, Ryan, & Turner, 2001). Sebuah studi mengungkapkan kesehatan
fisik dan mental yang lebih baik, dan memanjangnya usia hidup pada orang dewasa lanjut usia
yang meminum minuman beralkohol dalam kadar sedang dibandingkan mereka yang peminum
berat atau tidak minum sama sekali (Rozzini, Ranhof, & Trabucchi, 2007). Penjelasan tentang
manfaat anggur merah berpusat pada koneksinya pada menurunkan stres dan mengurangi
penyakit jantung koroner (Angelone & Kawan-kawan, 2010).

 Olahraga, Nutrisi dan Berat Badan

o Olahraga

Dalam sebuah studi olahraga mempunyai arti harfiah menyangkut perbedaan hidup atau mati
bagi orang paruh baya atau lanjut usia. Lebih dari 10.000 pria maupun wanita dibagi dalam
kategori kurang sehat, cukup sehat, dan sangat sehat (Blair & Lain-lain, 1989). Studi baru
mengungkapkan bahwa orang dewasa berusia 60 tahun ke atas yang berada di urutan lima
kebawah dalam hal fisik ditentukan tes treadmill, memiliki kemungkinan meninggal empat kali
lebih besar dalam periode waktu 12 tahun dibandingkan mereka yang berada di urutan lima
teratas dalam hal kebugaran fisik (Sui & Kawan-kawan, 2007).

o Nutrisi dan Berat Badan


Bebrapa orang dewasa melakukan pembatasan diet yang dapat membahayakan kesehatannya,
khususnya bila mereka tidak memperoleh vitamin dan mineral (Cashman & kawan-kawan,
2009). Salah satu perubahan pola makan pada orang lanjut usia dapat berkontribusi terhadap
penurunan berat tubuh yang membahayakan, khususnya pada wanita, adalah mengurangi
penganan kecil di antara jam makan (Morley, 2003).
Antioksidan dapat melawan kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas, yang diproduksi
baik oleh metabolisme tubuh dan faktor-faktor lingkungan seperti merokok, polusi, dan cairan
kimiawi yang buruk dalam diet (Flora, 2007). Bebrapa peneliti mempelajari hubengan antara
vitamin antioksidan dengan kesehatan. Misalnya, sebuah studi mengaitkan rendahnya level
konsentrasi vitamin C di dalam darah pada lanjut usia dengan insiden kematian yang lebih dini
(Fletcher, Breeze, & Shetty, 2003). Akan tetapi studi baru-baru ini terhadap pria
mengungkapakan bahwa mengonsumsi vitamin C dan vitamin E tidak dapat mencegah penyakit
kardiovaskuler atau kanker (Gaziano & Kawn-kawan, 2009).

 Penanganan Kesehatan

Meningkatnya permintaan pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh meluasnya populasi


orang dewasa lanjut usia kemungkinan membuka jalan pintas pada berbagai ahli pelayanan
kesehatan, termasuk perawat, dokter, dan pembantu pelayanan kesehatan untuk orang lanjut usia
(Curtin,2007). Perkembangan perawatan rumah alternatif berbasis komunitas telah menurunkan
prosentase orang dewasa lanjut usia yang tinggal di rumah perawatan/ panti jompo (Rusell &
Rice, 2009).
Karena kualitas rumah-rumah perawatan ini tidak memadai dan biaya rumah perawatan
meningkat, banyak spesialis dibidang masalah kesehatan lanjut usia berpendapat bahwa
perwatan kesehatan dirumah, pusat perawatan, dan klinik pengobatan preventif adalah alternatif
yang baik (Katz & kawan-kawan, 2009).

1. Kesehatan Mental

 Depresi
Para peneliti menemukan bahwa gejala depresi bervariasi, mulai dari yang lebih jarang dialami
hingga lebih sering dialami dimasa dewasa akhir dibandingkan dimasa dewasa awal (Fiske,
Wetherel, & Gatz, 2009). Lebihg dari setengah kasus depresi pada orang dewasa lanjut usia
mempresentasikan pertama kalinya individu-individu ini mengalami depresi dalam hidup mereka
(Fiske, Wetherel, & Gatz, 2009).
Simtom depresi meningkat di kelompok tua sekali, dan peningkatan ini berhubungan dengan
presentase wanita yang lebih tinggi dalam kelompok tersebut, lebih banyaknya di fabilitas fisik,
lebih banyak kerusakan kognitif, dan status sosial ekonomi yang lebih rendah (Hybels & Blazer,
2004).
Sayangnya, 80 persen orang lanjut usia yang memiliki gejala depresi tidak ditangani sama
sekali. Kombinasi dari pemberian obat dan psiko terapi dapat menghasilkan kemajuan yang
berarti pada sekitar empat diantara lima orang-orang lanjut usia yang mengalami depresi (Fiske,
Wetherel, & Gatz, 2009).
 Demensia, Penyakit Alzheimer, dan Penyakit-Penyakit Lainnya
Demensia adalah istilah umum untuk semua gangguan neurologis yang gejala utamanya
meliputi kemunduran fungsi mental. Individu \-individu yang mengalami demensia sering kali
kehilangan kemampuan untuk merawat dirinya sendiri dan dapat kehilangan kemampuan untuk
mengenali dunia sekitar dan orang-orang yang sudah biasa dikenalnya (Mast & Healy, 2009).
Alzheimer adalah salah satu bentuk dari demensia, kerusakan otak yang bersifat progresif, tidak
dapat dipulihkan kembali, yang ditandai oleh memburuknya memori, penalaran, bahasa, dan
bahkan fungsi-fungsi fisik, secara bertahap. Penyakit alzheimer lebih rentan kepada orang-orang
pada masa dewasa lanjut usia (Alzheimer,s Association, 2010).
Membedakan individu yang mengalami penurunan memori terkait usia dengan mereka yang
menderita MCI adalah hal yang sulit, sebagaimana memprediksi individu mana yang menderita
MCI kemudian kemudian akan menderita penyakit alzheimer (Schwam & Su, 2010).obat-obatan
yang digunakan untuk menangani penyakit alzheimer hanya berfungsi untuk memperlambat
proses kemunduran yang diakibatkan oleh penyakit ini; obat-obatan ini tidak menyembuhkan
penyebabnya (Raffi & Aisen, 2009).
Para profesional di bidang perawatan kesehatan berpendapat bahwa keluarga dapat bertindak
sebagai sistem pendukung yang penting bagi pasien alzheimer; namun dukungan ini dapat
merugikan keluarga, yang secara emosional dan secara fisik terkuras ketika memberikan
perawatan yang begitu besar bagi penderita penyakit alzheimer (Ferrara dkk, 2008).
Multi infarct dementia adalah hilangnya fungsi –fungsi intelektual yang berlangsung secara
sporadis dan progresif yang disebabkan oleh gangguan aliran darah temporer dan berulang di
arteri-arteri otak (Solans-Laque dkk, 2008). Secara khusus individu-individu ini disarankan
untuk berolahraga, memperbaiki diet, mengkonsumsi obat-obatan yang sesuai karena hal ini
dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan dari penyakit vaskuler yang
mendasarinya (Craft, 2009).
Jenis penyakit demensia lainnya adalah penyakit pakinson, yaitu penyakit kronis dan progresif
yang ditandai oleh gemetar pada otot, gerakan yang melambat, dan kelumpuhan sebagian dari
wajah. Penyakit ini dipicu oleh degenerasi dari neuron-neuron di otak yang menghasilkan
dopamin (Swanson, Sesso, & Emborg, 2009). Transplantasi sel batang dan terapi gen juga
memberikan harapan di masa depan dalam mengobati penyakit ini (Fricker-Gates & Gates,
2010).
 Ketakutan Menjadi Korban, Kejahatan, dan Perlakuan Yang Salah Terhadap Orang
Lanjut Usia
Kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang lanjut usia sering berupa serangan yang serius,
seperti perampokan bersenjata (Cohn & Harlow, 1993). Para orang lanjut usia menjadi korban
kejahatan tanpa kekerasan seperti penipuan, vandalisme, penjambretan, dan pelecehan (Fulmer,
Guadagno, & Bolton, 2004).
Ulasan riset terbaru mengindikasikan bahwa 6 persen orang lanjut usia melaporkan bahwa
mereka mengalami kekerasan yang signifikan (Cooper dkk, 2008). Perlakuan yang salah
terhadap lansia bisa saja dilakukan oleh semua orang, tetapi hal tersebut terutama dilakukan oleh
anggota keluarga mereka (Dakin & Pearlmutter, 2009).
Orang dewasa lanjut usia mengalami kekerasan institusional, yang meliputi perlakuan yang
salah terhadap orang dewasa lanjut usia yang tinggal di fasilitas seperti rumah perawatan, rumah
sakit, atau dalam perawatan jangka panjang (McDonald, 2007).
HARAPAN HIDUP LANSIA
Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya taraf
hidup dan pelayanan kesehatan. Kendali tersebut membawa dampak terhadap peningkatan
jumlah populasi lanjut usia (Lansia) di Indonesia menurut World Health Organization (WHO)
tahun 1998, angka harapan hidup orang Indonesia mengalami peningkatan dari 65 tahun pada
tahun 1997 menjadi 73 tahun pada tahun 2005 (Wirakusumah, 2000). Lanjut usia adalah
kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Kelompok ini memerlukan perhatian khusus,
mengingat bahwa jumlahnya yang semakin meningkat (Hardywinoto, 2005). Manusia dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung sepanjang masa hidup sejak bayi hingga
dewasa sampai masa tua. Dalam struktur anatomi proses menjadi tua terlihat sebagai
kemunduran dalam sel.
Proses ini berlangsung secara alami, terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya
akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh secara
keseluruhan. Umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas maksimal 120 tahun, namun pada
kenyataannya banyak faktor yang menyebabkan manusia tidak dapat mencapai usia tersebut
(Depkes. RI, 2003).
Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara
progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi
jaringan sel dan non sel. Berbagai perubahan fisik dan psikologi akan terjadi sebagai akibat
proses menua. Dibawah ini adalah batas-batasan usia lanjut yang terbagi dalam 3 kelompok:
1. Kelompok Pra Usia Lanjut 45-59 tahun

2. Kelompok Usia Lanjut 60-69 tahun

3. Kelompok Usia Lanjut dengan risiko tinggi yaitu lebih dari 70 tahun atau usia lanjut yang berumur 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes. RI, 2003) Seperti tahapan-tahapan usia lainnya,
dalam fase ini sesorang dapat mengalami masalah gizi, baik gizi lebih maupun gizi kurang.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menciptakan sumber daya manusia yang tentunya banyak
faktor. Faktor langsung yang berhubungan dengan status gizi meliputi konsumsi makanan dan
penyakit infeksi. Faktor tidak langsung meliputi pengetahuan, pendidikan, status ekonomi,
pendidikan orang tua, dan besar keluarga. Diperkirakan jumlah penduduk Lansia di dunia akan
mencapai puncaknya di tahun 2040 dengan angka 1,3 miliar. Jumlah ini melejit 233% dibanding
pertengahan 2008 yang menapai 506 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Lansia
sebanyak 14,4 juta (7,18%), pada tahun 2020 di perkirakan menjadi dua kali lipat berjumlah 28,8
juta (11,34). Sesuai data BPS 2007 penduduk Lansia Indonesia berjumlah 18,96 juta (8,42%).
Badan pusat statistik mencatat tahun 2008 data usia lanjut di Kalimantan Timur sebanyak
335.418 orang, dengan jumlah pra usila (49- 59 tahun) sebanyak 157,367 orang, jumlah Lansia
(60 tahun >) sebanyak 178,051.
Data Dinas Kesehatan Samarinda tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah Lansia sebanyak
107,211 orang. Dengan jumlah (45-59 tahun) sebanyak 65,313 orang, jumlah Lansia (60-69
tahun) sebanyak 29,804 orang dan jumlah (>70 tahun) sebanyak 13,387 orang (Dinkes.
Samarinda, 2010). Bersumber dari data morbiditas SKRT (2001) dan data Kor-Susenas (2001)
menyatakan bahwa status gizi lansia terdapat 31,0% yang berstatus gizi kurang, terdapat status
gizi normal 67,1%, sedangkan yang memiliki status gizi lebih terdapat 1,8%. Keberhasilan
pembangunan antara lain ditandai dengan terjadinya peningkatan usia harapan hidup yang pada
akhirnya mengakibatkan peningkatan jumlah usia lanjut (Depkes RI, 2003).
Usia lanjut merupakan salah satu fase kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Fase ini
dapat dilalui dengan baik bila usia lanjut selalu berada dalam kondisi yang sehat. Salah satu
upayanya adalah dengan asupan gizi yang adekuat. Selain itu gizi yang baik juga berperan dalam
upaya menurunkan presentase timbulnya penyakit karena usia lanjut merupakan populasi yang
rentan terhadap serangan penyakit yang merupakan konsekuensi adanya penurunan fungsi tubuh
(Wirakusumah, 2001). Namun pada kenyataanya masih banyak ditemui usia lanjut yang tidak
sehat.
Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 memperlihatkan angka kesakitan
pada usia lanjut diatas 45-59 tahun adalah sebesar 11,6% dan angka kesakitan pada usia >60
tahun sebesar 9,2% dimana mayoritas penyakit yang diderita adalah animea (Depkes RI,2003).
Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesmas) tahun 2001 menemukan prevalensi penyakit yang
diderita adalah animea (Depkes RI,2003). Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun
2001 menemukan prevalensi penyakit tidak menular pada usia lanjut di Indonesia antara lain
Anemia (46,3%), penyakit hipertensi (42,9%), penyakit sendi (39,6%), penyakit jantung dan
pembuluh darah (10,7%) (Jurnal Kesmasnas, 2007). Berdasarkan catatan yang ada di Puskesmas
Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, dari 108 orang jumlah usia lanjut
yang ada di posyandu lansia Balai Desa, mayoritas mengalami gangguan kesehatan seperti,
Gout/rematik (31,50%), anemia klinis (29,62%), ISPA (12,04), hipertensi (12,90%), Diabetes
Melitus (2,78%), lain-lain(11,10%). Dari 108 peserta posyandu yang ada di posyandu lansia
Balai Desa terdapat 65 orang yang berusia diatas 60 tahun dan mayoritas mengalami gangguan
kesehatan seperti Gout/rematik (30,77%), anemia (27,69%), ISPA (13,85%), hipertensi
(16,92%), Diabetes Melitus (2,78%), lain-lain (11,10%).
Kemunduran biologis dan depresi mental yang menyertai proses penuaan, seringkali menjadi
hambatan bagi para usia lanjut untuk memperoleh asupan gizi yang berkualitas. Bahkan
masalah-masalah fisiologis seperti terjadinya gangguan pencernaan, penurunan sensivitas indera
perasa dan penciuman, malabsorpsi nutrisi, serta beberapa kemunduran fisik lainnya dan dapat
menyebabkan rendahnya asupan gizi (Puspaswara, 2001). Kecuali itu penyakit yang diderita usia
lanjut pada umumnya adalah penyakit degeneratif, penyakit yang bersifat kronis, sering kambuh,
multipatologis, proses penyembuhannya lama serta memerlukan biaya perawatan dan
pengobatan yang relatif tinggi (Depkes RI, 2003). Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di Posyandu Lansia Desa Waymuli terdapat 108 peserta posyandu dan 65
diantaranya berumur 60 tahun ke atas. Saat diberikan kuesioner pra survey kepada 10 orang usia
lanjut usia 5 (50%) pengetahuan tentang kebutuhan gizi tidak baik, 4 orang (40%) kurang, 1
orang (10%) pengetahuan cukup dan saat dilakukan wawancara terhadap 10 orang tersebut
didapatkan 8 dari 10 orang hanya mengkonsumsi sedikit lauk sayur dalam seharinya. Sedangkan
bila dilihat dari berat badan terdapat 4 orang yang IMT 25.
Dari data Biro Pusat Statistik tahun 2001 mengindikasikan bahwa usia lanjut yang masih
berperan sebagai kepala keluarga (55,7%). Umumnya mereka berpendidikan rendah, tidak tamat
SD dan bahkan lebih dari 60% tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah (Jurnal
Kesmasnas, 2007. Berdasarkan data yang ada di posyandu Lansia Desa Waymuli Kecamatan
Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008, dari 108 peseta posyandu, 85,19%
berpendidikan rendah terdiri tidak sekolah 15,74% dan Sekolah Dasar 69,45%. Sedangkan bila
dilihat berdasarkan usia diatas 60 tahun, 100% berpendidikan rendah yaitu 86,15% tidak sekolah
dan 13,85% Sekolah Dasar. Di desa Waymuli Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan
terdapat satu Posyandu Lansia dimana salah satu aktivitasnya adalah pengobatan, namun belum
ada kegiatan pendidikan kesehatan bagi pesertanya. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dapat dibedakan
antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almaster, 2002).
Keadaan gizi adalah keadaan tubuh seseorang atau kelompok yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan, sedangkan status gizi merupakan ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan dari keadaan gizi dalam
bentuk variable tertentu (Suparisa, 2002).
 Faktor-faktor
o Faktor status ekonomi sangat berperan dimana status ekonomi yang cukup atau
baik akan memudahkan mencari pelayanan kesehatan yang lebih baik. Faktor
ekonomi berkaitan erat dengan konsumsi makanan atau dalam penyajian makanan
keluarga. Kebanyakan penduduk dapat dikatakan masih kurang mencukupi
kebutuhan dirinya masing-masing. Keadaan umum ini dikarenakan rendahnya
pendapatan yang mereka peroleh dan banyaknya anggota keluarga yang harus
diberi makan dengan jumlah pendapatan rendah (SKRT, 2004:2).

o Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat,
status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu
masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat
pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar
merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan
menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004:36).

o Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu yang
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 2003:2). Seorang
yang memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk menyeleseikan pekerjaan yang
dianggap penting dan memerlukan perhatian dengan adanya pekerjaan.
Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh
informasi, sehingga tingkat pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang,
sehingga tidak ada waktu. Tingginya pengetahuan seseorang akan mempengaruhi
seseorang untuk berperilaku dengan benar. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Notoatmodjo 2007) bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat
langgeng (long lasting). Maka dari data tersebut untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat terutama pada masyarakat yang memasuki usia Lansia
sangat diperlukan.
Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang
seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, pada seseorang yang memasuki usia Lansia.
Konsep gizi seimbang adalah suatu usaha untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan tubuh
(dinamis) akan zat gizi dengan asupan yang didapat melalui makanan dan keseimbangan antara
berbagai macam zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Seluruh upaya di atas memiliki kaitan
erat dengan usaha program peningkatan gizi masyarakat. Dalam hal ini Lansia merupakan
sasaran strategis perlunya diberi pengetahuan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status
gizi pada Lansia.

KESEHATAN (TIDUR, PERUBAHAN FISIK)

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Siti, 2008). Sedangkan
menurut Depkes RI (2008), penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan.
Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu: middle age (45-59 tahun), elderly
old (60- 74 tahun) old (75-90 tahun), very old (di atas 90 tahun). Ada lagi yang membagi ke
dalam: young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old (usia 85 tahun ke atas)
(Mauk, 2010).
o Karakteristik Lansia
Menurut Padila (2013), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang Kesehatan)
 Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
 Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 14 2.1.3 Proses Penuaan Proses menua atau
menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu
tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan, menjadi tua merupaka proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara alamiah yang
umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalanya, dengan kejadian hilangnya jaringan
pada otot susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan
proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Adalakalahnya seseorang belum
tergolong lanjut usia atau masih mudah, tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok
(deskriminasi). Ada pula orang yang tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar
bugar, dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering di alami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan
terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritik dan struktural yang
disebut sebagai penyakit degeneratif, (misalnya hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus, dan
kanker) yang akan menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis,
misalnya stroke , infark miokard, koma asidotik, kanker metastasis dan sebagainya (Nugroho,
2008).
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori psikologis,
teori sosial dan teori konsekuensi personal.
1. Teori biologi

a. Teori Jam Genetik

Teori genetik menyebutkan bahwa manusia secara genetik sudah terprogram bahwa material
didalam inti sel di katakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori
ini di dasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (lifespan)
yang tertentu. Manusia memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel- sel di
perkirakan hanya mampu membela sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi
(Padila, 2013).
b. Wear and Tear Theory

Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat kelebihan usaha dan
stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya
(Padila, 2013).
c. Teori Stres Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan


usaha dan stress menyebabkan sel- sel tubuh telah terpakai (Padila, 2013).
d. Slow Immunology Theory

Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan responbilitas.
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu 16 zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak dapat bertahan sehingga zat tersebut menjadi jaringan lemah (Padila,
2013).
e. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat melakukan regenerasi (Padila, 2013).
f. Teori Rantai Silang

Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan molecular, lama kelamaan
akan meningkat kekakuanya(tidak elastis), hal ini disebabkan oleh karena sel- sel yang sudah tua
dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila, 2013).
g. Teori Mutasi

Somatik Terjadi kesalahan dalam proses transkrip DNA dan RNA dan dalam proses translasi
RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal menjadi sel kanker atau penyakit (Sofia,
2014).
h. Teori Nutrisi

Intake nutrisi yang baik pada setiap perkembangan akan membantu meningkatkan makanan
bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan lebih lama sehat. (Sofia, 2014). 17
2. Teori Psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan penambahan usia.
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan
keadaan fungsional yang efektif termasuk pemenuhan kebutuhan dasar dan tugas perkembangan.
Teori yang merupakan psikososial adalah sebagi berikut:
a. Teori integritas Ego

Merupakan teori perkembangan yang mengidentifikasi tugas- tugas yang harus di capai dalam
tahap perkembangannya. Tugas perkembangan terkahir merefleksikan kehidupan seseorang dan
pencapaianya.
b. Teori integritas personal

Merupakan suatu bentuk kepribadian seseorang pada masa kanak- kanak dan tetap bertahan
secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa menjadi mengindikasi penyakit otak
(Padila 2013).
3. Teori Sosial

Menurut teori interaksi sosial pada lansia terjadi penurunan kekuasaan, kehilangan peran,
hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen sehingga interaksi sosial mereka juga
berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka mengikuti perintah (Padila
2013).
4. Teori konsekuensi

fungsional Menurut teori konsekuensi fungsional lanjut usia berhubungan dengan perubahan-
perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan (Padila, 2013). Perubahan yang Terjadi pada
Lansia Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan
psikologis.
1. Perubahan Fisik

a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan dan fungsi fisik.
lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada
dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan masa
lemak bertambah.
b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan dan kaku,
terjadi penurunan kemampuan memompa darah (kontraksi dan volume) elastisistas pembuluh
darah menurun serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas
fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otototot pernapasan kekuatannya menurun dan
kaku, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.
d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan
penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat elastis
berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga
menebal, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras
dan rapuh serta kuku kaki tumbuh seperti tanduk.
e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem saraf. Saraf
pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi
khususnya yang berhubungan dengan stress, berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson
sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks.
f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause yang dapat
mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat mengakibatkan osteoporosis, terjadi
bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis.
g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan asam lambung,
peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun, ukuran lambung mengecil serta
fungsi organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan
enzim pencernaan.
h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasikan urine ikut menurun.
i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat menyebabkan otot-otot
melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi retensi urine.
j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang dapat menyebabkan
ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun terhadap sinar, adaptasi
terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).
2. Perubahan Psikologis
Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan fisik, sosial,
emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.ketakutan menjadi tua
dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua.
Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan angapan negatif tersebut, dimana lansia
dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan
memboroskan sumber daya ekonomi (Fatimah, 2010).
3. Perubahan Kognitif Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir,
mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan hal
yang sering terjadi (Fatimah 2010).
4. Perubahan Sosial , Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian,
kehampaan, ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan meninggal (Siti dkk,
2008).

Anda mungkin juga menyukai